Anda di halaman 1dari 9

Laporan pendahuluan Resiko Bunuh Diri 2017

LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Bunuh diri merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan
tindakan yang dapat mengancam nyawa. Bunuh diri juga
merupakan perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika
tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian. Perilaku
destruktif diri yang mencakup setiap aktivitas bunuh diri,
niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini
sebagai suatu yang diinginkan (Stuart & Sundeen, 1998).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar
dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya.
Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh
diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
 Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara
intensional
 Bunuh diri dilakukan dengan intensi
 Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri
sendiri
Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau
tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat
yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja
berada di rel kereta api.
Menurut Marasmis (2004), bunuh diri (suicide) adalah
segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya
sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang
yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang
singkat.

Ade Indra, S.Kep. Program profesi Ners STIKIM


1
Laporan pendahuluan Resiko Bunuh Diri 2017

Keliat (2007), mengungkapkan bahwa bunuh diri


merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri hidupnya.
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Faktor Predisposi
Factor predisposisi menurut Stuart & Sundeen (1998),
perilaku kekerasan terdiri dari factor :
1. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi dan
kemudian dapat timbul agresif/amuk atau dapat juga
disebabkan masa kanak-kanak seperti perasaan ditolak.
2. Perilaku
Yaitu sering mengobservasi perilaku kekerasan
dirumah/diluar rumah, meniru dan berbagai media dan
sebagainya.
3. Social budaya
Budaya tertutup (pasif agresif) dan control social yang
tidak pasti.
4. Neuro biologis
Kerusakan system limbic, lobus frontal, lobus temporal,
dan ketidakseimbangan neurotransmitter.
Faktor predisposisi bunuh diri faktor diagnostik dimana lebih
dari 90% yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan
jiwa dapat memikat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizoprenia. Faktor
sifat kepribadian dimana ada tiga aspek yang berkaitan erat
dengan besarnya resiko bunuh diri dan rasa bermusuhan,
impulsif dan depresi. Faktor lingkungan psikososial adalag
seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisaha atau
perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan
sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan

Ade Indra, S.Kep. Program profesi Ners STIKIM


2
Laporan pendahuluan Resiko Bunuh Diri 2017

bunuh diri. Faktor riwayat keluarga yang pernah melakukan


bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk perilaku
destruktif. Faktor biokimia menunjukan bahwa secara
serotogenik. Apetengik dan depominersik menjadi media
proses yang pernah menimpalkan perilaku destruktif diri.
B. Faktor presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan bunuh diri adalah
perasaan terisolasi yang dapat terjadi karena kehilangan
hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan
yang berarti. Faktor kegagalan beradaptasi sehingga tidak
dapat menghadapi stress. Faktor perasaan marah atau
bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
C. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah segala usaha yang diarahkan
untuk menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi
pada tugas yang meliputi usaha pemecahan masalah
langsung. Dari sudut kedokteran dapat dikemukan bahwa
setidak-tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh diri
egoistik atau anomik berada dalam keadaan patologis.
Mereka semua sedang mengalami gangguan fungsi mental
yang bervariasi dari yang ringan sampai yang berat karena
itu perlu ditolong. Pencegahan bunuh diri alturistik boleh
dikatakan tidak mungkin kecuali bila kebudayaan dan
norma-norma masyarakat diubah.
D. Rentang respon
Rentang sehat-sakit dapat dipakai untuk menggambarkan
respon adaptif sampai respon maladaptif pada bunuh diri :
Adpatif Maladaptif
Menghargai diri Berani ambil resiko merusak diri
Dalam mengembankan diri sendiri
Secara

Ade Indra, S.Kep. Program profesi Ners STIKIM


3
Laporan pendahuluan Resiko Bunuh Diri 2017

tidak
langsung

keterangan :
dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah
atau stressor respon individu terhadap stressor tergantung
pada kemampua yang dimiliki serta tingkat stress yang
dialami. Individu yang sehat senantiasa berespons secara
adpatif dan jika gagal ia akan berespons dengan
menggunakan koping maladaptif.
Menurut stuart, Gail W (2006), perilaku bunuh diri
berkembang dalam rentang diantaranya sebagai berikut :
1. Suicidal ideation
Pada tahap ini merupakan contemplasi dari suicide,
atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan
aksi atau tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak
akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
2. Suicidal intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah
melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan
bunuh diri.
3. Suicidal threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan
dan hasrat yang dalam bahkan ancaman untuk
mengakhiri hidupnya.
4. Suicidal gesture
Pada tahap ini klien menunjukan prilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya
mengancam kehidupannya tetapi sudah pada
percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan pada
fase ini pada umumnya tidak mematikan misalnya

Ade Indra, S.Kep. Program profesi Ners STIKIM


4
Laporan pendahuluan Resiko Bunuh Diri 2017

meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah


pada lengannya.
5. Suicidal attempt
Pada tahap ini prilaku destruktif klien mempunyai
indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan
misalnya minum obat yang mematikan.

III. POHON MASALAH


Resiko Bunuh Diri

harga diri rendah

Keputusasaan

IV. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIKAJI


A. Masalah keperawatan
Resiko bunuh diri
B. Data yang dikaji
Data subjektif
1. Klien mengungkapkan ingin bunuh diri
2. Klien mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Klien mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Klien sering berbicara tentang kematian, menanyakan
dosis obat yang mematikan
5. Klien mengungkapkan adanya konfik interpersonal
6. Klien mengungkapkan telah menjadi korban perilaku
kekerasan saat kecil
7. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya
dari keluarga
Data objektif

Ade Indra, S.Kep. Program profesi Ners STIKIM


5
Laporan pendahuluan Resiko Bunuh Diri 2017

1. Impulsif
2. Menunjukan perilaku yang mencurigakan (biasanya
menjadi sangat patuh)
3. Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis dan
penyalahgunaan alkohol)
4. Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal)
5. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan
atau kegagalan dalam karier)
6. Status perkawinan yang tidak harmonis
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri

Ade Indra, S.Kep. Program profesi Ners STIKIM


6
Laporan pendahuluan Resiko Bunuh Diri 2017

STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI

PADA PASIEN
SP I p
1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat
membahayakan pasien
2. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan
pasien
3. Melakukan kontrak treatment
4. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
SP II p
1. Mengidentifikasi aspek positif pasien
2. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai
individu yang berharga
SP III p
1. Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan
pasien
2. Menilai pola koping yang biasa dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
4. Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
5. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
SP IV p
1. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama
pasien

Ade Indra, S.Kep. Program profesi Ners STIKIM


7
Laporan pendahuluan Resiko Bunuh Diri 2017

2. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan


yang realistis
3. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan yang realistis

PADA KELUARGA PASIEN


SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala risiko bunuh
diri, dan jenis perilaku bunuh diri yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien risiko bunuh diri 
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan risiko bunuh diri
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien risko bunuh diri
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah
termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh
keluarga

Ade Indra, S.Kep. Program profesi Ners STIKIM


8
Laporan pendahuluan Resiko Bunuh Diri 2017

Daftar Pustaka

Brunner dan suddarth. 2002. Keperawatan Medikal bedah. Edisi


8. Jakarta : EGC
Ernawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien denga gangguan
jiwa. Jakarta : Trans info medika
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan
Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Ade Indra, S.Kep. Program profesi Ners STIKIM


9

Anda mungkin juga menyukai