Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA PADA ISOLASI SOSIAL

Oleh :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2021

A. Masalah Utama : Isolasi Sosial


1. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi

akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan

perilaku maladaptif dan menggangu fungsi seseorang dalam hubungan

sosial (Depkes, 2000 dalam Dermawan dan Rusdi, 2014). Isolasi sosial

adalah kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul

karena orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif atau mengancam

(NANDA, 2018).

Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan

kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

Penarikan diri atau withdrawl merupakan suatu tindakan melepaskan diri

baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara

langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap (Muhith, 2015).

2. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial

Adapun tanda dan gejala isolasi sosial yaitu:

a. Gejala subjektif

1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3) Klien merasa bosan

4) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

5) Klien merasa tidak berguna

b. Gejala objektif
1) Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak”

dengan pelan

2) Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada

3) Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri

4) Menyendiri dalam ruangan, sering melamun

5) Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan

secara berulang-ulang

6) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)

7) Ekspresi wajah tidak berseri

8) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

9) Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk

10) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

(Trimelia, 2011: 15)

3. Rentang Respon Isolasi Sosial

Adaptif Maladaptif

1. Menyendiri 1. Merasa sendiri 1. Manipulative


2. Otonomi 2. Menarik diri 2. Impulsive
3. Bekerjasama 3. Tergantung 3. Narcissism
4. Saling tergantung

Keterangan:

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan maslah yang

masih dapat diterima oleh norma sosial dan budaya yang umum berlaku.

Respon ini meliputi:

a. Menyendiri/solitude: respon seseorang untuk mernungkan apa yang

telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan cara mengevaluasi diri


untuk menentukan langkah – langkah selanjutnya.

b. Otonomi: kemampuan individu dalam menentukan dan

menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

c. Kebersamaan: kondisu hubungan interpersonal dimana individu

mampu untuk saling memberi dan menerima.

d. Saling tergantung (interdependen): suatu hubungan saling tergantun

antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan

interpersonal.

Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan

masalah yang menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkungannya,

respon yang sering ditemukan :

a. Manipulasi: orang lain diberlakukan sebagai obyek, hubungan terpusat

pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri sendiri atau

tujuan bukan pada orang lain.

b. Impulsive: tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar

dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.

c. Narkisme: harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan

pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah bila orang lain tidak

mendukung.

B. Proses Terjadinya Isolasi Sosial

1. Faktor Predisposisi
Menurut Dermawan dan Rusdi (2014) factor predisposisi pasien dengan

gangguan isolasi sosial sebagai berikut:

a. Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi

sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga

mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang

terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.

Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional

untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hungan

antara kelainan jiwa dan stress keluarga, pendekatan kolaboratif dapat

mengurangi masalah respon sosial menarik diri.

b. Faktor biologic

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaprif.

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,

penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbic diduga dapat

menyebabkan skizofrenia.

c. Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini

merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan

terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang

tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan penyakit kronik.

Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem

nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang
tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang

berkaitan dengan gangguan ini.

Faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alasan

perasaan adalah:

a. Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk

kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik kedudukan atau harga diri,

karena elemen actual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan,

maka konsep persepsi lain merupakan hal yang sangat penting.

b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu

episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah – msalah

yang dihadapi sekarang dan kemapuan menyelesaikan masalah,

c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi

terutama pada wanita.

d. Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat – obatan berbagai

penyakit fisik seperti infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan

metabolic dapat mencetus gangguan alam perasaan.

2. Faktor Presipitasi

Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor

Internal maupun eksternal meliputi:

a. Stressor sosial budaya

Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,


terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti : perceraian, berpisah

dengan orang yang dicintai kehilangan pasangan pada usia tua,

kesepian karenaditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara.

b. Stressor Giokimic

Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus

saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.

c. Stressor biologic dan lingkungan sosial

Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering

terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan, maupun biologis.

d. Stressor psikologis

Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya kemampuan

individu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego pada klien

psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stres.

3. Mekanisme Koping

Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan

yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.

Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi,

represi, isolasi (Damaiyanti, 2012).

a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.

b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat

diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.

c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan

timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan


motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.

Mekanisme koping yang muncul yaitu:


a. Perilaku curiga : regresi, represi

b. Perilaku dependen: regresi

c. Perilaku manipulatif: regresi, represi

d. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi

(Prabowo, 2014:113)

C. Pohon Masalah
Resiko gangguan persepsi Affeck
sensoris halusinasi

Core Problem
Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri Causa


Harga Diri Rendah

Gambar 2.1 Pohon Masalah Isolasi sosial

D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan isolasi sosial diantaranya yaitu:
1. Resiko gangguan persepsi sensoris halusinasi
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

E. Intervensi Keperawatan
No Dx. Kep Perencanaan
. Tujuan Kriteria hasil Intervensi
1. Isolasi Klien mampu: Setelah dilakukan SP 1
sosial: 1. Mengidentifikasi tindakan keperawatan 1. Identifikasi
menarik penyebab isolasi selama 4x pertemuan penyebab isolasi
diri sosial diharapkan Klien sosial: siapa yang
2. Keuntungan dan dapat menjelaskan serumah, yang dekat,
pentingnya:
kerugian memiliki dan apa sebabnya
1. Penyebab isolasi 2. Keuntungan punya
teman atau tidak
sosial
memiliki teman teman dan bercakap-
2. Keuntungan dan
3. Melatih cara cakap
kerugian
perkenalan 3. Kerugian tidak
memiliki teman punya teman dan
dan tidak tidak bercakap-cakap
memiliki teman 4. Latih cara
3. Melatih cara berkenalan dengan
perkenalan pasien dan perawat
atau tamu
5. Masukkan pada
jadual kegiatan
untuk latihan
berkenalan
SP 2
1. Evaluasi kegiatan
berkenalan
(beberapa orang).
Beri pujian.
2. Latih cara berbicara
saat melakukan
kegiatan harian (latih
2 kegiatan)
3. Masukkan pada
jadual kegiatan
untuk latihan
berkenalan 2-3 orang
pasien, perawat dan
tamu, berbicara saat
melakukan kegiatan
harian

SP 3
1. Evaluasi kegiatan
latihan berkenalan
( beberapa orang dan
bisa bicara). Beri
ujian
2. Latih cara berbicara
saat melakukan
kegiatan harian (2
kegiatan baru)
3. Masukan pada jadual
kegiatan untuk
latihan perkenalan 4-
5 orang, berbicara
saat melakukan 4
kegiatan

SP 4
1. Evaluasi kegiatan
latihan perkenalan,
bicara saat
melakukan empat
kagiatan harian.
Berikan pujian.
2. Latih cara bicara
sosial: meminta
sesuatu, menjawab
pertanyaan
3. Masukkan pada
jadual kegiatan
untuk latihan
berkenalan > 5
orang, orang baru,
berbicara saat
melakukan kegiatan
harian dan sosialisasi

DAFTAR PUSTAKA
Dermawan dan Rusdi. 2014. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Kelliat, B. A, Henny, S.M, & Teuku, T. 2018. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta : Andi.

Trimeilia.(2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.

Prabowo, E., (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai