B. Faktor Predisposisi
C. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal
jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
(Damaiyanti, 2012)
Sedangkan menurut Prabowo tahun 2014, faktor pencetus terjadinya isolasi
sosial, diantaranya:
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah
sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.
F. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.
Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan
Respon adaptif Respon maladaptif
G. Mekanisme Koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi.
(Damaiyanti, 2012)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.
c. Faktor presipitasi
d. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan
darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
1) Status mental
a) Penampilan
b) Pembicaraan
c) Aktivitas motorik
d) Afek
e) Persepsi
f) Proses pikir
g) Isi pikir
h) Tingkat kesadaran
i) Kemampuan konsentrasi dan berhitung
2) Mekanisme koping
a) Regresi
b) Proyeksi
c) Menarik diri
3) Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan
ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman.
2. Tujuan khusus
a. TUK 1 :Dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil: Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menerima kehadiran
perawat. Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat ini
secara verbal:
1) Mau menjawab salam
2) Ada kontak mata
3) Mau berjabat tangan
4) Mau berkenalan
5) Mau menjawab pertanyaan
6) Mau duduk berdampingan dengan perawat
7) Mau mengungkapkan perasaannya
8) (2) Intervensi
Intervensi : Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapetik
1) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan pasien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Buat kontrak interaksi yang jelas
6) Jujur dan menepati janji
7) Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya \Ciptakan
lingkungan yang tenang dan bersahabat
8) Beri perhatian dan penghargaan : temani pasien walau tidak
menjawab
9) Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buru-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien
10) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien