PENGARUH POSISI PRONASI PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN
LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG NICU RS. PMI BOGOR
DI SUSUN OLEH Achmad Jalil Subu Dedi Reynaldi Desliandri Siwi Fatham Mubina Mega Yusnia Latar belakang Malnutrisi merupakan masalah yang umum pada bayi berat lahir rendah (BBLR) yang dirawat di rumah sakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rafati et al. (2014) menunjukkan bahwa angka kejadian hospital malnutrition pada BBLR yang dirawat di ruang intensif sekitar 15-20%. Kejadian hospital malnutrition pada BBLR berhubungan dengan defisiensi protein yang dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, serta kematian (Rafati et al., 2014). Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya hospital malnutrition adalah dengan mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan nutrisi enteral. Pemberian nutrisi enteral pada BBLR merupakan suatu tantangan bagi perawat. Pada awal periode adaptasi, BBLR mengalami kehilangan berat badan sebesar 15-20% yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi dari proses respirasi, termoregulasi, sintesis jaringan, dan metabolisme (Carter, 2012). Pada periode awal kehidupan ekstrauterin juga terjadi proses maturasi otak, sehingga terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi (Prado & Dewey, 2014). Hambatan yang paling sering dialami BBLR dalam pemberian nutrisi enteral adalah terjadinya intoleransi pemberian minum (Zecca et al., 2014). Intoleransi pemberian minum enteral merupakan pengalaman BBLR yang mengalami kesulitan dalam proses ingesti dan digesti, sehingga menyebabkan gangguan perencanaan pemberian minum enteral. Intoleransi pemberian minum enteral ditandai dengan peningkatan residu lambung, muntah, distensi abdomen, dan gangguan buang air besar (BAB). Gejala lebih lanjut adalah adanya apnea, bradikardi, dan instabilitas suhu tubuh (Carter, 2012). Kejadian intoleransi pemberian minum enteral pada BBLR sekitar 16-29% yang berhubungan dengan imaturitas (Fanaro, 2013). Salah satu intervensi keperawatan yang dapat diterapkan untuk penanganan intoleransi pemberian minum enteral pada BBLR adalah pengaturan posisi tidur saat pemberian minum enteral (Elser, 2012). Telaah sistematik menunjukkan bahwa pengaturan posisi pronasi dapat menurunkan jumlah residu pada kejadian intoleransi pemberian minum enteral (Dutta et al., 2015). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian posisi tidur BBLR terhadap kejadian intoleransi pemberian minum enteral. Keterbaruan dalam penelitian ini adalah menilai kejadian intoleransi pemberian minum dengan variabel kejadian hipotermia, bradikardia, desaturasi, ada tidaknya BAB, hasil pemeriksaan abdomen, peningkatan lingkar perut, dan frekuensi muntah. Hasil Penelitian Judul Hasil penelitian Kesimpulan 1. Pengaruh Posisi Pronasi pada Analisis uji t independen dan Bayi prematur memiliki residu Residu Lambung pada Bayi Fisher’s Exact Test menunjukkan lambung yang lebih rendah pada Prematur bahwa pengaturan posisi tidur posisi tengkurap pada kedua dapat menurunkan kejadian volume menyusui. Disarankan desaturasi (p value = 0,011), bahwa bayi prematur distensi abdomen (p value = ditempatkan dalam posisi 0,017), dan frekuensi muntah (p tengkurap pada awalnya setelah value = 0,035) menyusui dan posisi mereka kemudian diubah sesuai dengan isyarat perilaku mereka. 2. Pengaturan Posisi Tidur Bayi Temuan penelitian ini Pengaturan posisi tidur pronasi Berat Lahir Rendah Dapat menunjukkan bahwa residu pada dengan meninggikan bagian Menurunkan Kejadian Intoleransi bayi prematur setelah 180 menit kepala tempat tidur 30 derajat Pemberian Minum Enteral pada posisi tengkurap kurang dari dapat menurunkan frekuensi residual pada bayi setelah 180 muntah, menurunkan terjadinya menit pada kelompok kontrol - desaturasi, dan distensi hasil ini sama untuk volume 50 cc abdomen. / kg / hari dan 100 cc / kg / hari (P = 0,0001) Kesimpulan Berdasarkan kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Pengaturan posisi tidur Pronasi dengan meninggikan bagian kepala tempat tidur 30 derajat dapat menurunkan frekuensi muntah, menurunkan terjadinya desaturasi, dan distensi abdomen. Bayi prematur memiliki residu lambung yang lebih rendah pada posisi tengkurap pada kedua volume menyusui. Disarankan bahwa bayi prematur ditempatkan dalam posisi tengkurap pada awalnya setelah menyusui dan posisi mereka kemudian diubah sesuai dengan isyarat perilaku mereka. Hasil penelitian ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara posisi dan residu lambung; intervensi posisi sederhana ini juga dapat membantu para profesional perawatan kesehatan untuk memberikan makan yang efisien serta melakukan penempatan bayi prematur yang tepat. Perawat yang bekerja di NICU perlu dididik tentang bagaimana posisi tubuh mempengaruhi sisa lambung bayi prematur. Semua informasi tentang risiko dan manfaat serta strategi intervensi terbaik sebelum intervensi ini dilakukan harus dimasukkan dalam program pendidikan Saran Kami menyarankan kepada pihak Rumah Sakit untuk menguji pandangan perawat NICU tentang intervensi ini, manfaat dan kerugiannya juga agar selanjutnya penelitian ini dapat lebih dikembangkan dan bermanfaat bagi ilmu keperawatan.