Anda di halaman 1dari 10

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi karena faktor

biologis, psikologis, atau ekonomi.

Tabel 2.8
Rencana Asuhan Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh

Nursing Outcomes Nursing Intervention


Rasional
Classification (NOC) Classification (NIC)
Pemenuhan Nutrisi Monitoring Nutrisi 1. Untuk mencegah
Kriteria hasil: 1. Kaji adanya alergi pemenuhan nutrisi
a. Status nutrisi menjadi makanan. yang tidak adekuat.
adekuat 2. Monitor adanya 2. Untuk mengetahui
b. Status nutrisi: intake cairan penurunan BB dan apakah adanya
dan makanan gula darah. penurunan BB serta
c. Kontrol BB 3. Monitor lingkungan gula darah.
selama makan. 3. Untuk menciptakan
4. Monitor mual lingkungan yang
muntah. nyaman.
5. Monitor intake 4. Agar tidak mengalami
nutrisi. kekurangan nutrisi.
6. Atur posisi semi 5. Agar mengetahui
fowler atau fowler asupan nutrisi pada
tinggi selama makan klien.
6. Agar klien merasa
nyaman
Sumber : Bulechek, et.al. (2013) dan Moorhead, et,al. (2013).

Nutrisi

Penilaian status gizi anak diukur berdasarkan umur, berat badan

(BB) dan tinggi badan (TB). Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U

memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator status gizi

berdasarkan indeks TB/U memberikan indikasi masalah gizi kronis karena

keadaan yang berlangsung lama. Sedangkan indikator status gizi

berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi akut akibat

peristiwa yang terjadi dalam waktu yang singkat. Berikut standar gizi pada
anak dengan hitungan BB/PB atau BB/TB < - 3 SD atau 70% median.

Sedangkan anak didiagnosis gizi kurang jika “BB/PB atau BB/TB < - 2 SD

atau 80% median (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Menurut Barka, D. A. (2018) syarat pemenuhan nutrisi untuk klien

bronkopneumonia adalah:

1) Energi sesuai kebutuhan

Karena tubuh mengeluarkan lebih banyak energy, maka asupan kalori

perlu ditingkatkan

2) Protein 15%

Asupan protein yang cukup sangat penting untuk mendukung

pemulihan pneumonia. Asupan protein menyediakan blok bangunan

bagi tubuh untuk membangun jaringan baru dan memperbaiki jaringan

yang rusak. Makanan kaya protein dapat berasal dari hewani termasuk

daging merah, unggas atau ikan. Sedangkan protein nabati berasal dari

biji-bijian, kacang-kacangan atau produk olahan kedelai seperti tahu

dan tempe.

3) Lemak cukup 20%

4) Karbohidrat 65%

5) Vitamin A, B, C, dan E dan Mineral: Zn dan Mg

Asupan vitamin dan mineral yang memadai dapat memperkuat sistem

kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya kekurangan gizi. Buah dan

sayuran merupakan sumber alami terbaik yang kaya vitamin dan


mineral. Biji-bijian dan kacang-kacangan juga menawarkan berbagai

vitamin dan mineral yang baik untuk tubuh, serta lebih padat energi.

6) Cairan

Asupan cairan yang cukup dapat sangat mempercepat pemulihan

pneumonia. Kebutuhan cairan bagi seseorang yang sedang dalam

masa pemulihan pneumonia sekitar dua kali lipat dari jumlah itu.

Prosedur Kerja dan Rasional

Menurut Utami (2011), pemberian makanan secara oral yaitu:

1) Alat-alat di dekatkan di tempat tidur klien (Sendok, gelas, dll)

Rasional : Memudahkan dalam menanggapi peralatan yang di

butuhkan.

2) Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan

Rasional : Agar klien mengetahui apa yang hendak perawat

laksanakan sehingga mengurangi kecemasan

3) Cuci tangan

Rasional : Mencegah infeksi silang

4) Atur posisi klien (klien mencoba) dengan posisi semi fowler setengah

duduk sesuai kondisi klien

Rasional : Memudahkan klien untuk menelan

5) Pasang pengalas serbet di bawah dagu

Rasional : Agar makanan tidak mengotori pakaian klien


6) Tawarkan klien melakukan ritual makan (misalkan berdo’a sebelum

makan)

Rasional : Berhubungan dengan spiritual klien

7) Tanyakan lauk pauk apa yang boleh dicampur dengan nasi

Rasional : Sesuai dengan diet klien

8) Bantu aktivitas dengan cara menyuap makanan sedikit demi sedikit

dan berikan minuman setelah makan

Rasional : Membantu klien dalam mengunyah hingga menelan

makanannya

9) Bila selesai makan, bersihkan mulut klien

Rasional : Menjaga kebersihan mulut klien

10) Jika ada obat, lanjutkan pemberian obat

Rasional : Pemberian obat membantu kesembuhan klien (sesuai

waktu pemberian obat)

11) Setelah makan, minum dan pemberian obat anjurkan klien untuk

duduk pada posisi fowler atau semi fowler sejenak sebelum kembali

berbaring

Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk relaksasi

12) Rapikan alat dan kembalikan ke tempatnya

Rasional : Pengembalian alat pada tempatnya untuk penggunaan

selanjutnya

13) Catat tindakan dan hasil atau respon terhadap tindakan (catat apa

jumlah/porsi makanan yang dihabiskan)


Rasional : Sebagai data dalam pengkajian klien

14) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Rasional : mencegah infeksi silang.

Nasogastric tube (NGT)

Pemasangan Nasogastric tube (NGT) adalah metode

pemenuhan nutrisi yang dilakukan dengan menggunakan selang yang

dimasukkan melalui hidung melewati esofagus menuju ke lambung. NGT

memiliki beberapa tipe seperti Levin tube, Weighted feeding tube,

dan Salem sump tube. NGT seringkali digunakan pada klien yang

mengalami kesulitan dalam menelan dan klien tidak sadar. NGT juga

dapat digunakan sebagai kumbah lambung yaitu mengeluarkan isi atau zat-

zat yang ada di lambung (Patricia A., Potter & Perry, Anne G, 2010).

Posisi fowler (setengah duduk) adalah posisi tidur klien dengan

kepala dan dada lebih tinggi 45º-60º dari pada posisi panggul dan kaki (A.

Azis Alimaul Hidayat, 2012)

a. Tujuan

1) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.

2) Meningkatkan rasa nyaman

3) Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga  meningkatnya

ekspansi dada dan ventilasi paru

4) Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang

menetap

b. Indikasi
1) Pada klien yang mengalami gangguan pernapasan

2) Pada klien yang mengalami imobilisasi

c. Alat dan bahan

1) Tempat tidur khusus

2) Selimut

d. Cara kerja

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

2) Dudukkan klien

3) Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur klien atau atur

tempat tidur.

4) Untuk posisi semi fowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).

5) Anjurkan klien untuk tetap berbaring setengah duduk.

Posisi semi fowler merupakan posisi yang diberikan klien dengan

tempat tidur menaikkan bagian kepala dan dada setinggi 30º-45º tanpa

fleksi lutut (Yulia Suparmi, 2012)

a. Tujuan

1) Mobilisasi

2) Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas

3) Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan

b. Cara / prosedur

1) Mengangkat kepala dari tempat tidur kepermukaan yang tepat (45-

90º)
2) Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika

tubuh bagian atas klien lumpuh

3) Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien,

menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya

tekanan di bawah jarak poplital (di bawah lutut)

Menurut Sulistiyawati, A. (2014), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pemasangan NGT yaitu:

a. Indikasi pemasangan NGT

1) Klien dengan kesulitan menelan

2) Klien tidak sadar/koma

3) Keracunan

4) Adanya gangguan/masalah pada sistem pencernaan atas

b. Kontraindikasi pemasangan NGT

1) Klien dengan cedera cerebrospinal

2) Pada klien yang mengalami tumor di rongga hidung hingga esopagus

c. Tujuan pemasangan NGT

1) Sebagai alternatif dalam memberikan makanan berupa cairan

ataupun obat-obatan

2) Mengirigasi atau mengeluarkan isi lambung karena

keracunan/perdarahan

3) Mengurangi respon mual muntah

4) Sebagai alternatif pengambilan spesimen di lambung


d. Komplikasi pemasangan NGT

1) Jika selang NGT atau sonde memasukkannya ke duodenum atau

jejunum dapat menyebabkan diare

2) Dapat menyebabkan kesulitan bernapas hingga aspirasi

e. Jenis-jenis NGT

1) NGT yang berbahan karet

2) NGT yang berbahan plastik

3) NGT yang berbahan dari silicon

f. Ukuran NGT

1) Untuk ukuran NGT dewasa biasanya menggunakan nomor 14-20

2) Untuk ukuran NGT anak-anak menggunakan nomor 8-16

3) Untuk ukuran NGT bayi yaitu 5-7

Tabel 2.9
SOP pemasangan dan pemberian nutrisi melalui NGT (Sulistiyawati, A. 2014)

1. Selang NGT sesuai ukuran yang dipakai


2. Jelly NGT
3. Near baken/bengkok
4. Plester
5. Guntung plester
6. Kapas alkohol
7. Klem
Alat-alat yang digunakan
8. Pinset anatomis
9. Hand scoon
10. Stetoskop
11. Spuit 10cc disesuaikan
12. Penlight
13. Handuk/pengalas

Prosedur pesamangan NGT 1. Salam, perkenalkan diri, jelaskan TWT (tempat,


waktu dan topik) dalam melakukan tindakan NGT.
2. Inform consent, cuci tangan.
3. Pasang sampiran, pasang handuk, pakai hand
scoon. Bersihkan dahulu sekitar hidung dan lubang
hidung dengan kapas alkohol.
4. Siapkan selang NGT lalu ukur terlebih dahulu dari
ubun-ubun sampai menuju lambung atau bisa
diukur dari telinga lalu batas diklem.
5. Oleskan jelly pada selang NGT, lalu masukkan
NGT dengan pinset sambil menginstruksikan klien
untuk menelan agar membantu masuknya selang
menuju kerongkongan atau esofagus terus menuju
lambung sesuai dengan yang kita ukur sebelumnya.
6. Lalu divalidasi apakah benar selang NGT sudah
masuk ke lambung dengan cara menggunakan
stetoskop dan spuit. Pakai stetoskop lalu tempelkan
ke daerah perut sedangkan spuit dimasukkan ke
selang NGT sambil disemprotkan udara yang ada
di spuit lalu dengarkan dengan stetoskop.
7. Bisa juga dengan masukkan ujung selang NGT ke
mangkuk yang sudah berisi air  jika benar masuk
ke lambung maka tidak mengeluarkan gelembung
udara. Jika mengeluarkan gelembung udarah selang
NGT masuk ke paru-paru.
8. Selanjutnya fiksasi selang NGT dengan plester di
bagian hidung agar selang NGT tidak keluar.
9. Tutup ujung selang NGT.
10. Evaluasi subjektif (respon klien) dan objektif (NGT
sudah terpasang).
11. RTL (menginstruksikan klien jangan sering
menggaruk-garuk hidungnya karena dapat
menyebabkan fiksasi selang NGT rusak.
12. Kontrak selanjutnya (TWT) tempat, waktu dan
topik yang akan dilakukan selanjutnya.
13. Rapihkan klien dan rapihkan alat.

1. Siapkan spuit ukuran besar yaitu 50 cc.


2. Siapkan makanan berupa cairan seperti susu, jus
atau makanan olahan lainnya.
3. Tempatkan handuk di dada klien dan siapkan
bengkok.
4. Masukkan spuit tadi ke ujung selang NGT,
Cara memasukan sebelumnya pendorong spuit dilepas terlebih
dahulu lalu tuangkan makanan cair tersebut ke
cairan/makanan ke dalam spuit tunggu secara  perlahan biarkan makanan
mengalir ke selang hingga habis dan lanjutkan
selang NGT kembali.
5. Apabila ingin memasukkan jenis makanan yang
berbeda diharapkan spuit dicuci terlebih dahulu
dengan aquabides. Jika sudah selesai dalam
pemberian makan aliri spuit dengan air menuju
selang NGT agar selang dan spuit bersih.
6. Rapihkan pasien dan rapihkan alat.

Umumnya makanan enteral memiliki kerapatan kalori 1 kkal/mL dan

bersifat isotonik. Dalam formulasi standar mengandung 15-25% kalori


sumbernya adalah susu sapi, telur (putih telur), kedelai dan gandum.

Sumber lemak termasuk minyak jagung, minyak bunga matahari, kedelai,

lemak mentega atau lemak daging sapi (Akbaylar, 2009).

Anda mungkin juga menyukai