Anda di halaman 1dari 6

Enternal Nutrisi

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Disusun oleh:
M.Hafidz Al-Qadri
Fitiriah Rizki

Dokter Pembimbing:
dr. Fiona Desi Amelia Sp,GK

BAGIAN/ GIZI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2022
Enternal Nutrisi

A. Definisi

Nutrisi enteral merupakan terapi pemberian nutrisi lewat saluran cerna


dengan menggunakan slang khusus (feeding tube). Cara pemberiannya bisa
melalui jalur hidung lambung (nasogastric tube) atau hidung-usus
(nasoduodenal tube atau nasojejunal route). Pemberian nutrisi enteral juga
bisa dilakukan dengan cara bolus atau cara infuse lewat pompa infuse enteral.

B. Pemberian Eternal Nutrion


Dalam pemberian makanan enteral harus memperhatikan hal berikut :
1) Nama/deskripsi makanan enteral, kalori/ml, bahan tambahan, nilai
gizi makro.
2) Jalur pemberian makanan enteral.
3) Frekuensi dan volume/pemberian.
Pemberian intervensi makanan enteral diberikan pada kondisi sesuai dengan
diagnosis gizi, etiologi, tanda dan gejala dan pertimbangan lain yaitu : kondisi
dimana perlu negoisasi dengan pasien karena adanya kebutuhan dan keinginan
pasien yang khusus, serta kesiapan terhadap perubahan berdasarkan :
1) Kondisi end of life/dalam perawatan paliatif.
2) Asupan gizi lainnya (oral, enteral dan parenteral).
3) Ketersediaan makanan.
Dukungan gizi diberikan untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal sehingga tercapai kondisi anabolik atau keseimbangan protein positif.
Ada 4 indikasi bahwa pasien perlu diberikan dukungan gizi yaitu :
a. Jika pasien menunjukkan adanya kekurangan zat gizi tertentu;
b. Pasien ada pada posisi resiko malnutrisi;
c. Pasien dalam kondisi status hipermetabolik;
d. Pasien mempunyai asupan gizi sehari-hari tidak sesuai dengan kebutuhan
gizinya.
C. LANGKAH-LANGKAH PEMBERIAN DUKUNGAN GIZI
Dalam pemberian dukungan gizi baik oral, enteral maupun parenteral ada
langkahlangkahnya yaitu melakukan pengkajian gizi; membuat perencanaan
dukungan gizi; melaksanakan pemberian dukungan gizi dan monitoring dan
evaluasi.
1. Pengkajian Status Gizi
pengkajian status gizi harus rinci yang diawali dengan melakukan wawancara
untuk memperleh data yang terkait gizi Setelah itu dilakukan pengkajian yang
terkait dengan uji fisik yaitu pengukuran antropometri untuk melihat gejala
klinis malnutrisi. Penilaian biokimia tubuh untuk mengukur apakah ada
deplesi simpanan protein visceral; dilanjutkan dengan mengevaluasi simpanan
protein somatik; menilai perubahan fisiologi dengan implikasi pada
pengkajian gizi dan terakhir menilai psikologis pasien untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi asupan makan. Dari hasil pengkajian status gizi
diatas dapat dibuat kesimpulan yaitu: Status gizi normal; beresiko malnutri
ringan; beresiko malnutrisi sedang dan beresiko malnutrisi berat.
2. Merencanakan Dukungan Gizi
Dukungan gizi perlu segera diberikan jika pasien sudah menunjukan ada tanda
penurunan berat badan, nafsu makan menurun dan ada gangguan saluran
cerna serta dalam kondisi status gizi beresiko gizi kurang.
3. Pelaksananaan Dukungan Gizi Disesuaikan Dengan Kondisi Pasien
Dibawah ini skema bagaimana melaksanakan dukungan gizi. Jika kondisi
saluran cerna baik dan masukan oral baik maka dukungan gizi dapat diberikan
secara oral. Namun jika asupan oral terbatas misal ada gangguan menelan,
tetapi fungsi saluran cerna baik maka dapat diberikan makanan enteral, tetapi
kalu saluran cerna tidak berfungsi maka makanan diberikan secara parenteral.
4. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan menggunakan indikator sesuai
yang
dilaksanakan pada saat melakukan pelayanan gizi.Evaluasi yang utama adalah
bagaimana daya terima pasien terhadap makanan atau regimen yang
diberikan.Daya terima makanan apakah habis atau tidak habis dan daya terima
tubuh yaitu apakah ada muntah, mual, diare maupun konstipasi.Setelah itu
daya terima yang terkait dengan outcome apakah pemberian regimen dapat
memperbaiki berat badan, status biokimia, klinis dan lama rawat.

D. MAKANAN ENTERNAL
a. Jenis Formula
1) Formula Standar/intact/polimerik; ditujukan pada pasien yang dapat
mencerna dan menyerap zat gizi tanpa kesulitan. Sebagian besar formula
terdiri dari satu atau kombinasi protein isolat.
2) Formula hidrolisa; memudahkan untuk dicerna – sebagian protein diberikan
protein yang sudah asam amino (bahan yang dibuat dari asam amino bebas
dan
biasanya lemak rendah dan dari MCT--- pasien yang gangguan saluran cerna.
3) Formula modular: tidak komplit hanya terdiri dari satu zat gizi (protein,
CHO atau lemak) formula ditambah dengan vitamin/mineral.
b. Pemilihan formula
1) Jika kondisi saluran cerna normal, BMR normal maka dianjurkan diberikan
jenis polimerik.
2) Jika tidak mampu makan, ada anorexia, eshopagus refluk sebaiknya
diberikan polimerik, isotonik dan rendah laktosa.
3) Jika metabolisme tinggi: maka diberikan makanan enteral yang densitas
tinggi atau jumlahnya banyak.
4) Gangguan saluran cerna misal ada gangguan pankreas, infeksi saluran
cerna
bawah, dll.
d. Ciri-ciri formula yang ideal makanan enteral
1) Harga terjangkau
2) Aman dari aspek bakteri
3) Osmolitasnya rendah
4) Densitas energi 1 cc/1 kkal
5) Mengandung protein relatif baik, yaitu setiap 120 cc mengandung 6.25 g
protein
6) Zat gizi adekuat dengan penambahan vitamin dan mineral dan elektrolit
jika ada
indiikasi
7) Homogenitas dan viskositasnya sesuai
8) Enak dan mudah diberikan
e. Contoh makanan enteral bukan komersial
Makanan enteral dapat dibuat sendiri dengan menggunakan bahan makanan
yang mempunyai zat gizi lengkap. Diantaranya yang sering dikembangkan di
Rumah sakit dikenal dengan istilah makanan cair tanpa susu dan dengan susu.

Ringkasan
Dukungan gizi segera diberikan jika kondisi pasien sudah beresiko malnutrisi,
dan dalam kondisi hipermetabolik. Bentuk dukungan gizi adalah makanan
yang mempunyai densitas tinggi, biasanya bentuk cair penuh/kental sehingga
dapat diberikan dalam bentuk oral,enteral, maupun parenteral. Pemberian
dukungan gizi dalam bentuk enteral jika kondisi saluran cerna masih
berfungsi baik, sedangkan makanan parenteral jika fungsi saluran cerna sudah
tidak berfungsi.

DAFTAR PUSTAKA
 Bento APL, Garcia RWD, Junior AA. Blenderized feeding formulas with
nutritious and inexpensive foods. Rev.Nutri.Campinas. 2017;30(4):525-534
 Kemenkes RI Dietika Penyakit Infeksi 2017
 Harti, Leny., Kurniasari, Fuadiyah. 2021. Perbedaan Kandungan Energi, Zat
Gizi Makro, dan Omega 3 Formula Enteral Blenderized dan Komersial,
Indonesian Journal of Human Nutrition, 8(2), 174-181

Anda mungkin juga menyukai