Anda di halaman 1dari 15

KISTA DERMOID

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada
Bagian/SMF Patologi Anatomi
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin /FK Unsyiah Banda Aceh

Oleh:
M.Hafidz Al-Qadri
2207501010041

Pembimbing:
dr. Vera Dewi Mulia, Sp.PA

BAGIAN/ SMF PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat


danhidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul
“KISTA DERMOID”. Shalawat beserta salam penulis sanjungkan ke pangkuan
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia ke zaman yang
berpendidikan dan terang benderang.
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik
senior pada Bagian/SMF Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapat bantuan,
bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Vera Dewi Mulia, Sp.PA yang
telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis dalam menyelesaikan referat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan
doa dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca sekalian demi kesempurnaan referat ini nantinya. Harapan penulis
semoga referat ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT
selalumemberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.

Banda Aceh,
Agustus 2022
Penulis

M.Hafidz Al-Qadri

1
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
2.1. Definisi Kista Dermoid......................................................................................4
2.2. Epidemiologi Kista Dermoid..............................................................................6
2.3. Etiologi Kista Dermoid......................................................................................6
2.4. Histopatologi......................................................................................................7
2.5. Gambaran Klinis................................................................................................8
2.6. Diagnosis............................................................................................................9
2.7. Penatalaksanaan...............................................................................................10
2.8. Prognosis..........................................................................................................11
2.9. Komplikasi.......................................................................................................11
BAB III KESIMPULAN................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN

Kista dermoid merupakan massa kistik subkutan yang terdiri dari epitel
dan struktur adneksa. Secara histopatologi terdiri dari tiga jenis yaitu kista
epidermoid, dermoid sejati dan teratoid.(1) Kista dermoid timbul dari diferensiasi
ektodermal sel multipotensial sepanjang proses fusi embrionik. Kista ini lebih
sering terjadi pada laki-laki pada usia dekade kedua dan ketiga. Kista dapat terjadi
di seluruh tubuh.(2) Jika kista dermoid dapat terdiagnosis lebih awal dan
ditatalaksana dengan eksisi kista secara komplit, maka prognosisnya lebih baik.
Dari ketiga variasi kista dermoid, hanya kista teratoid yang dapat mengalami
perubahan kearah keganasan.(3)

Kista dermoid mencakup 1,6-6,9% dari semua kista pada kepala-leher.(2)


Kista dermoid merupakan penyakit bawaan dan jinak yang paling banyak terjadi
pada kepala dan leher. Jarang terjadi pada ujung hidung dan septum hidung secara
bersamaan dan jarang terjadi perbaikan menggunakan mukosa septum hidung. (4)

Kista ini umumnya lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan


dengan ratio 3:1. Sangat jarang ditemukan pada usia bayi Kista ini muncul pada
dekade dua sampai tiga kehidupan.(5)

Asal mula kista dermoid sama seperti perkembangan kista lainnya masih
kontroversial.(1)Ada dua teori yang telah dikemukakan, yaitu teori kongenital dan
teori didapat. Teori kongenital mengemukakan bahwa kista ini berasal dari sel
yang terperangkap saat penutupan garis tengah pada lengkung brankialis pertama
dan kedua bilateral.(6)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kista Dermoid


Kista adalah benjolan menyerupai kapsul tertutup atau kantong berisi

3
cairan yang bisa muncul di permukaan kulit atau tumbuh sangat dalam di bawah
kulit . Kista termasuk jenis tumor jinak yang tidak menyebabkan kanker, tapi bisa
menimbulkan gejala dan keluhan jika ukurannya semakin membesar. (2) Kista
dermoid bisa terjadi di berbagai bagian tubuh, kebanyakan kista ini lebih banyak
mengenai bagian kepala dan leher.(6)
Kista dermoid adalah neoplasma jinak yang berasal dari jaringan
ectodermal dan mesodermal.(5)Kista dermoid merupakan kista developmental yang
timbul oleh teperangkapnya sel totipoteint atau oleh proses implantasi epithelium
dengan bentuk terminasi kogenital. Kista dermoid kebanyakan merupakan
kelainan kogenital yang biasanya muncul pada saat kelahiran. Kista ini adalah
bentuk paling sederhana dari teratoma. Biasanya ditemukan dalam bentuk kista
unilobular, tetapi kadang-kadang multilobular. (7)
Histopatologi dari kista dermoid terdiri dari elemen ectodermal dan
mesodermal. Kista ini dibatasi oleh epitel squamosa, isinya terdiri dari debris
keratin dan dikelilingi oleh jaringan ikat yang terdiri dari folikel rambut, kelenjar
keringat dan kelenjar sebasea. Kista dermoid pada regio kepala dan leher dapat
muncul pada area periorbita. Rongga mulut, rongga hidung, submental dan
submandibular. Lesi kita sebaiknya dieksisi seawal mungkin untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Komplikasi kista dermoid tergantung predileksi kista
dermoid. Operasi enukleasi maupun eksisi komplit dari masa kista dilakukan
untuk mencegah terjadinya rekurensi.(8)
Kista dermoid merupakan kasus yang jarang terjadi. Kasusnya didiagnos
pada masa kanak-kanak. Meskipun neoplasm aini terlihat saat kelahiran, usia saat
munculnya kasus dapat sangat bervariasi. Pada regio kepala dan leher dapat
terjadi pada area preobital, dorsum nasi, dasar mulut, fossa infratemporal, dan
bagian anterior dari leher. Sekitar 7% dari semua kista dermoid terjadi pada regio
kepala dan leher. Menurut para peneliti area periorbital merupakan tempat yang
paling sering dilaporkan terjadinya kista dermoid pada regio kepala dan leher
yaitu sekitar 70%.(6)
Kista dermoid terjadi karena jaringan telur tidak dibuahi. Kemudian
tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang dan lemak. Kista ini
dapat terjadi pada dua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa

4
sakit apabila kista terpuntir atau pecah.(9)
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid :(6)
1. Dinding kista kelihatan putih keabu-abuan, dan agak tipis.
2. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, dibagian lain padat.
3. Sepintas lalu terlihat seperti kista berongga satu, tetapi bila dibelah,
biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya.
4. Pada umunya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam, yang
menonjol dan padat.
5. Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal, dan
entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebase, gigi,
tulang rawan, serat otot jaringan ikat, dan mukosa traktus gastrointestinal,
epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid.
6. Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea
berupa massa lembek sperti lemak, bercampur dengan rambut.
7. Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum.

Gambar 1. Gambaran Maskroskopis kista dermoid

2.2. Epidemiologi Kista Dermoid


Kista dermoid adalah sejenis tumor sel germ. Kista ini bersifat jinak dan
jumlahnya sekitar 10%. Pada umumnya kista dermoid terjadi pada wanita yang

5
berusia dibawah 20 tahun. Hampir 85% teratoma matur terdapat pada wanita usia
16-55 tahun, dengan rata-rata umur 32-35 tahun. Angka kejadian kista dermoid
adalah sekitar 25-40% dari neoplasma ovarium dan 95% dari semua teratoma
ovarium. Sering timbul pada dekade kedua dan ketiga. Usia paska menopause
berkisar 10-20%. Di Indonesia frekuensi berkisar antara 11,1% sampai 16,9%.
Resiko transformasi maligna dijumpai pada 1-2% kasus dan pada umumnya
terjadi pada wanita paska menopause.(8)

2.3. Etiologi Kista Dermoid


Penyebab terjadinya kista dermoid masih kontroversi. Kista dermoid
biasanya muncul selama masa embrionik yang terhenti. Ada 3 teori mengenai
penjelasan dari pathogenesis, yaitu teori sisa totopotensial, di sebut juga teratoma
kogenital. Kista dermoid muncul darj sel totipotent yang berasal dari sel germinal
ektodermal dan mesodermal atau dari jaringan pluripotent yang terperangkap
selama proses penggabungan arkus brankhial pertama dan kedua. Teori
Kongenital inclusion menyatakan masuknya lapisan germinal kedalam jaringan
yang lebih datam dan bergabung dalam satu garis kemudian terjadi kegagalan
penutupan yang lengkap selama massa embrionik dan debris-debris epitel hidup
yang terperangkap didalamnya. Teori lmplantasi dapatan, yaitu adanya indikasi
terjadinya kejadian traumatik sehingga teriadi implantasi komponen gerrninal
kedalam jaringan yang lebih dalam. Bisa juga kejadiannya iatrogenic termasuk sel
epitel atau berasal dari oklusi duktus glandula sebasea.(10)
Meskipun ada beberapa penilitian tentang transmisi herediter sebagai
etiologi, namun pembuktian secara herediter ini belum dapat diklarifasikan. Kista
dermoid pada regio kepala dan leher seluruhnya tipe kogenital inclusion.(6)
Proses alamiah dari perkembangan kista dermoid biasanya lambat dan
bersifat progresif. Kista dermoid dapat berkembang cepat bila ada proses infeksi.
Peningkatan yang tiba-tiba dalam ukuran terjadi pada masa pubertas oleh karena
peningkatan produksi sebum dari kelenjar sebasea secara berlebihan. Kista
dermoid yang berasal dari perkembangan embrionik dari ectodermal atau melalui
kegagalan ectodermal berpisah dari mesodermal yang biasanya terjadi pada
minggu ketiga sampai kelima kehamilan. Ada beberapa teori lainnya menyatakan
kista dermoid muncul dari kantong pharyngeal pertama atau celah brankhial.

6
Teori lainnya menyatakan kista dermoid adalah lesi disembriogenetik yang
berasal dari terperangkapnya ectodermal ke jaringan lebih dalam selanjutnya
mengalami pertumbuhan sel epitel didalamnya.(6)

2.4. Histopatologi
Gambaran histologi kista dermoid secara umum dibatasi oleh epitel
squamosa berlapis, dapat muncul dalam bentuk kista atau solid. Disebut kista
apabila berisi material keratin seperti keju, sedangkan tumor solid dermoid secara
umum bertangkai dan terdiri dari epitel squamosa keratinizing yang secara khas
muncul bersamaan dengan folikel rambut, otot polos, kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea.(6)

Gambar 2. Gambaran mikroskopik kista dermoid


Mikroskopik :
 Tumor cistic, dilapisi epitel squamosa berlapis dengan adnexa kulit yang
mendasarinya, seperti : kelenjar sebasea, rambut, sel lipid, dll.
 Struktur dari germ layer lainnya antara lain : tulang rawan, tulang, jaringan
tyroid, jaringan mukosa saluran cerna, bronkus, saraf, jaringan glial dll.

7
Gambar 3. Gambaran histologi kista dermoid di leher. a).Tampak gambaran
salah satu dinding kista yang dilapisi epitel respiratorius (tanda panah). b).
Tampak gambaran salah satu dinding kista yang dilapisi epitel berlapis
gepeng (tanda panah), c). Tampak gambaran folikel tiroid (tanda panah)
2.5. Gambaran Klinis
Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah karena
torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar
di rongga peritoneum. Bentuk cairan ini seperti mentega, kandunganya tidak
hanya cairan tapi juga partikel lain seperti rambut, gigi, tulang atau sisa-sisa
kulit. Seperti kista mosinosum juga sama dengan kista dermoid memerlukan

8
hati-hati pada ibu hamil karena bila meletus akan mengakibatkan cairan lengket
isi cairanya seperti rambut, gigi atau tulang bisa masuk perut akan
mengakibatkan dan menimbulkan sakit luar biasa.(11)
Gejala kista dermoid yang sering timbul, yakni :
1. Adanya massa tumor
2. Nyeri pada perut
3. Gangguan miksi
4. Nyeri pada punggung

Makroskopis kista dermoid adalah kista dengan permukaan luar licin,


warna putih keabuan dan agak tipis. Konsitensi tumor sebagian kistik, kenyal
dan dibagian lain padat. Kista dermoid kelihatan seperti kista berongga satu, tapi
bila dibelah biasanya nampak suatu kista besar dengan ruangan kecil kecil dalam
dindingnya.(11)
a. Ektodermal : kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi
b. Mesodermal : tulang rawan , serat otot , jaringan ikat
c. Endodermal : mukosa traktus gastrointestinal , epitel saluran nafas dan
jaringan tiroid

Dalam rongga kista sering dijumpai produk dari kelenjar sebasea berupa
masa lembek seperti lemak bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat
beberapa lembar saja, tetapi dapat berupa gelondongan seperti konde. Teratoma
jinak ini dapat terapung di dalam rongga abdomen dan dengan tangkai ovarium
yang memanjang menyebabkan dapat terletak di depan dan kadang diatas uterus.
(10)

2.6. Diagnosis
Anamnesa
Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah.
Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi
ruptur. Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di
sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi.
Dapat terjadi penekanan terhadap kandung kemih sehingga menyebabkan

9
frekuensi berkemih menjadi sering.

Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah
abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada
pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa
umumnya rata. Cervix dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga
teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini
merupakan keganasan atau endometriosis. Padaperkusi mungkin didapatkan
ascites yang pasif.(10)

Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-
sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi
dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan
pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk.11

10
Kista dermoid memiliki gambaran masa kistik berisi focus dan material
ekogenik dimana distribusinya tidak merata atau gambaran sebuah area dengan
ekogenik kuat berasal dari jaringan tulang dan gigi. Proses penulangan dan gigi
dapat juga dilihat melalui pemeriksaan radiologist.(2)

2.7. Penatalaksanaan
Tindakan laparoskopi atau laparotomi merupakan pilihan penanganan
untuk kista dermoid, namun harus dipertimbangkan keuntungan dan
kerugiannya. Beberapa peneliti menyebutkan tindakan laparoskopi dapat
menyebabkan terjadi tumor spill dan bisa menyebabkan peritonitis 0,2% serta
meningkatkan terjadinya perlengketan. Resiko terjadi rekurensi 4% dan resiko
keganasan sekitar 0,17%-2%. Pada kista dermoid >6 cm atau ada riwayat
pembedahan dengan sangkaan perlengketan maka laparotomi merupakan pilihan
terbaik. Kistektomi dengan meninggalkan jaringan ovarium yang sehat bagi
pasien yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya. Ooforektomi
bila memang tidak memungkinkan mempertahankan jaringan ovarium atau
fungsi reproduksi tidak diperlukan atau pasien mendekati usia menopause.(11)
Pada kehamilan dengan teratoma matur, penanganan sebaiknya dilihat dari
ukuran kista tersebut serta usia kehamilan. Pada kehamilan kemungkinan terjadi
torsi kista sebesar 19%, ruptur atau pecahnya kista teratoma sekitar 3%, 14%
menimbulkan obstruksi. Kemungkinan terjadi keganasan sekitar 5%. Beberapa
peneliti merekomendasikan bila besar tumor lebih dari 6cm dan usia kehamilan
16 minggu, maka sebaiknya tindakan laparoskopi lebih aman dilakukan
dibandingkan dengan tindakan laparotomi, bahkan pada satu penelitian
menyebutkan bisa terjadi abortus spontan serta kemungkinan terjadi peningkatan
persalinan preterm.(6),(8),(10)
Sedangkan penanganan kista dermoid pada anak-anak yaitu dengan cara
tradisional (ooforektomi) dan laparotomi. Pada usia dewasa penanganannya
laparoskopi-kistektomi. Sedangkan untuk kasus kista yang ukurannya lebih
besar dan dicurigai ada keganasan, maka pendekatan lebih kepada tindakan
laparotomi.(10)

11
2.8. Prognosis
Resiko transformasi maligna dijumpai pada 1-2% kasus dan pada
umumnya terjadi pada wanita paska menopause.(6)

2.9. Komplikasi
Kista dermoid sering menimbulkan berbagai komplikasi. Adapun
komplikasi yang sering timbul adalah :(10)
1. Torsi Kista
Torsi kista ini sering menimbulkan keluhan akut abdomen yang menetap.
Ukuran kista yang bisa menyebabkan torsi adalah kista dengan ukuran kecil dan
sedang. Insidensi torsi kista sekitar 16% dan umumnya pergerakan torsi searah
dengan pergerakan jarum jam.
2. Ruptur Kista
Terjadinya ruptur atau perforasi tergantung ketebalan kapsul kista, hal
yang mempermudah terjadinya ruptur adalah adanya torsi kista dan bila terjadi
ruptur akan menimbulkan peritonitis.
3. Keganasan
Proporsi tipe epidermoid paling sering timbul, sekitar 1-3% kemudian di
ikuti oleh tipe sarkoma dan melanoma malignan. Prognosis tergantung intak atau
tidak intaknya kapsul kista dermoid, bila kapsul kista masih intak dan tidak ada
metastase ekstra ovarium maka prognosis umumnya baik. Tumor carcinoid bisa
timbul dan berasal dari saluran pencernaan dan bermetastase ke ovarium.
4. Anemia
Anemia terdapat pada kista dermoid, hal ini berhubungan dengan
pengangkatan massa tumor.

BAB III
KESIMPULAN

Kista dermoid adalah satu teratoma yang jinak di mana struktur-struktur


ektodermal dengan differensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan

12
produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih
menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.
Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis.
Tumor berasal dari perkembangan ovum tanpa fertilisasi yang oleh pengaruh
faktor rangsang yang tidak diketahui kemudian membentuk bermacam macam
komponen jaringan janin yang tidak sempurna, seperti rambut, tulang dan lemak.
Kista dapat terjadi pada dua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul
gejala rasa sakit apabila kista terpuntir atau pecah.
Tindakan laparoskopi atau laparotomi merupakan pilihan penanganan
untuk kista dermoid, namun harus dipertimbangkan keuntungan dan
kerugiannya. Beberapa peneliti menyebutkan tindakan laparoskopi dapat
menyebabkan terjadi tumor spill dan bisa menyebabkan peritonitis 0,2% serta
meningkatkan terjadinya perlengketan. Resiko terjadi rekurensi 4% dan resiko
keganasan sekitar 0,17%-2%. Pada kista dermoid >6 cm atau ada riwayat
pembedahan dengan sangkaan perlengketan maka laparotomi merupakan pilihan
terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pushker N, Meel R, Kumar A, Kashyap S, Sen S, Bajaj MS. Orbital and


periorbital dermoid/epidermoid cyst: a series of 280 cases and a brief

13
review. Can J Ophthalmol. 2020 Apr;55(2):167-171
2. Pepe G, Canzano F, Piccinini S, Corcione L, Falcioni M. Mastoid
Dermoid Cyst. J Int Adv Otol. 2020 Dec;16(3):473-476
3. Pushker N, Meel R, Kumar A, Kashyap S, Sen S, Bajaj MS. Orbital and
periorbital dermoid/epidermoid cyst: a series of 280 cases and a brief
review. Can J Ophthalmol. 2020 Apr;55(2):167-171
4. Karsa ND, Rahman S. Penatalaksanaan Kista Teratoid Leher [Internet].
Vol. 9, Jurnal Kesehatan Andalas. 2020. Available from:
http://jurnal.fk.unand.ac.id
5. Mulia VD,Karmalis RK,Badiri I, Fajriah, Ismida FD. BUKU PENUNTUN
PRATIKUM PATOLOGI ANATOMI. 2019 Aug;
6. Artymowicz A, Homer N, Bratton E. Bilobed Dermoid Cyst in Unique
Location. Ophthalmic Plast Reconstr Surg. 2021 Mar-Apr 01;37(2)
7. Ha DL, Kim TR, Shin K, Kim HS, Kim BS, Kim MB, Ko HC.
Ultrasonographic findings of pediatric dermoid cyst. Pediatr Int. 2021
Apr;63(4):436-441.
8. Kumar S, Chidipotu VR. Retroperitoneal dermoid cyst in a young boy.
Pan Afr Med J. 2021 Jan 14;38:36.
9. Veiga MGD, Sagarribay A, Pontinha CM, Conceição C. A T1-hypointense
intracranial dermoid cyst. Einstein (Sao Paulo). 2021 Dec 20;19
10. Chang W, Ding Y, Yan Y, Wei N, Li H, Zhang Z, Chen W. Dermoid cyst
with a congenital sinus tract over the left sternoclavicular joint: a case
report and literature review. J Int Med Res. 2020 Jun
11. Ing EB, Faggioni A, Lu Y. Medial orbital dermoid cyst. Can J
Ophthalmol. 2020 Dec;55(6):531-532

14

Anda mungkin juga menyukai