Anda di halaman 1dari 35

TUGAS NURSING SIMULATION PROGRAM

(NSP)

A. ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. T DENGAN KASUS KANKER TIROID

Disusun Oleh:
Dewi Puspitasari
04.06.1414
C/Kp/III

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2008

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah NSP dengan tema “KANKER TIROID” berharap

nantinya dapat dipergunakan dalam pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan

saran yang membangun demi terciptanya makalah kami yang lebih baik.

Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian, kritik

dan saran yang diberikan, semoga bermanfaat bagi semua.

Yogyakarta, Mei 2008

Penulis

DAFTAR ISI

2
Halaman

Halaman Judul ................................................................................................ i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

BAB I : LANDASAN TEORI ........................................................................ 1

a. Epidemiologi ............................................................................... 1

b. Etiologi ........................................................................................ 1

c. Diagnosis ..................................................................................... 2

d. Manifestasi Klinis ....................................................................... 4

e. Pemeriksaan penunjang .............................................................. 6

f. Stadium ....................................................................................... 7

g. Penatalaksanaan .......................................................................... 8

h. Pragnosis ..................................................................................... 10

BAB II : ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................... 11

A. Pengkajian ................................................................................... 11

B. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 21

C. Intervensi ..................................................................................... 25

BAB III : PENUTUP ...................................................................................... 31

A. Kesimpulan ................................................................................. 31

B. Kritik dan Saran .......................................................................... 31

DAFTAR VPUSTAKA ................................................................................... 32

BAB I

3
LANDASAN TEORI

B. Epidemologi

Kanker Tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan

tersering. Lebih banyak pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2 : 1

sampai 3 : 1. Insidensnya berkisar antara 5,4 - 30%. Berdasarkan jenis

histopatologi, sebarannya adalah kanker tiroid jenis papilar (71,4%); dan

kanker tiroid jenis medular (1,4%). Berdasarkan usia kanker tiroid jenis

papilar biasanya pada pasien yang berusia kurang dari 40 tahun, berbeda

dengan kanker tiroid jenis folikular yang banyak pada usia di atas itu.

Sedangkan kanker jenis medular sering ditemukan pada usia tua (50 – 60

tahun).

C. Etiologi

Etiologi yang pasti belum diketahui. Yang berperan khususnya untuk

well differentiated carcioma (papilar dan folikular) adlah radiasi dan goiter

endemis. Sedangkan untuk jenis modular adalah faktor genetik. Belum

diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk kanker anaplastik dan

medular. Diperkirakan kanker tiroid anaplastik berasal dari perubahan kanker

tiroid berdiferensial baik (papiler dan folikuler) dengan kemungkinan jenis

folikuler dua kali lebih besar. Sedangkan limfona pada tiroid diperkirakan

karena perubahan-perubahan degenerasi ganas dari tiroiditas Hashimoto.

Faktor resikonya antara lain:

4
1. Pengaruh usia dan jenis kelamin

Apabila nodul tiroid terdapat pada penderita berusia di bawah 20 tahun

atau di atas 50 tahun, resiko keganasan lebih tinggi. Demikian pula dengan

jenis kelamin, penderita laki-laki memiliki resiko keganasan lebih tinggi

daripada penderita perempuan.

2. Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala pada masa lampau

3. Kecepatan tumbuh tumor

4. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher;

5. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga.

D. Diagnosis

Anamnesis pada penderita dilakukan secara mendalam agar dapat

menggali fakrot resiko yang berperan, selain itu juga mengidentifikasi jenis

nodul berdasarkan gejala klinis yang muncul, apakah sudah tampak gejala

metastasis seperti benjolan pada kalvaria sebagai tanda metastisis tulang,

sesak nafas sebagai tanda gangguan organ paru, rasa penuhh di ulu hati dapat

mengarahkan kecurigaan akan gangguan organ hepar, dan lain sebagainya.

Pemeriksaan fisik nodul mencakup 7 kriteria. Nodul diidentifikasi

berdasarkan konsistensinya keras atau lunak, ukurannya, terdapat atau

tidaknya nyeri, permukaan nodul rata atau berdungkul-dungkul, berjumlah

tunggal atu multipel, memiliki batas yang tegas atau tidak, dan keadaan

mobilitas nodul.

Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila:

5
a. Usia penderita dibawah 20 tahun atau di atas 50 tahun.

b. Ada riwayat radiasi leher pada masa anak-anak.

c. Disfagia, sesak nafas, dan perubahan suara.

d. Nodul soliter, pertumbuhan cepat dan konsistensi keras.

e. Ada pembesaran kelanjar getah bening leher (jugular, servikal, atau

submandibular).

f. Ada tanda-tanda metastisis jauh.

Diagnosis Banding

1. Struma difusa toksik (Basedow = Grave’s disease) merupakan pembesaran

kelenjar tiroid yang umumnya difus. Terdapat gejala hipertiroid yang jelas

berupa berdebar-debar, gelisah, palpilasi, banyak keringat, kulit halus dan

hangat, tremor, kadang-kadang dijumpai eksoftalmus, dan lain-lain.

2. Struma nodosa non toksik, dapat multinodosa atau soliter dan uninodosa.

Disebabkan kekurangan masukan iodium dalam makanan (biasanya di

daerah pegunungan) atau dishormogenesis (=defek bawaan).

3. Tiroiditas subakut, biasanya sehabis infeksi saluran pernafasan.

Pembesaran yang terjadi simetris dan nyeri dengan gejala-gejala

penurunan berat badan, nervositas, disfagia, dan otalgia.

4. Tiroiditas riedel, terutama terdapat pada wanita berusia <20 tahun.

Gejalanya terdapat nyeri, disfagia, paralisis laring, dan pembesaran tiroid

unilateral yang keras seperti batu atau papan yang melekat ke jaringan

sekitarnya.

6
5. Struma Hashimoto, sering pada wanita. Merupakan penyakit autoimun.

Biasanya ditandai oleh adanya benjolan struma difusa disertai keadaan

hipotiroid, tanpa rasa nyeri. Pada kasus yang jarang dapat terjadi

hipertiroid.

6. Adenoma paratiroid, biasanya tidak teraba dan terdapat perubahan kadar

kalsium dan fosfor.

7. Karsinoma paratiroid, biasanya teraba, terdapat metastasis ke tulang, kadar

kalsium naik, dan batu ginjal bisa ditemukan.

8. Metastisis tumor.

9. Teratoma, biasanya pada anak-anak dan berbatasan dengan kelenjar tiroid.

10. Limfoma malignum.

E. Manifestasi Klinis

Gejala karsinoma tiroid adalah sebagai berikut:

1. Kista bisa cepat membesar, nodul junak perlahan, sedang nodul ganas agak

cepat,d an nodul anaplastik sepat sekali (dihitung dalam minggu).

2. Terdapat faktor resiko yaitu:

a. Masa kanak pernah mendapat terapi sinar di daerah leher atau

sekitarnya.

b. Anggota keluarga lainnya menderita kelainan kelenjar gondok

(endemis)

c. Tetangga atau penduduk sekampungnya ada yang menderita kelainan

kelenjar gondok (endemis).

7
3. Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher, seperti gangguan

menelan yang menunjukkan adanya desakan esofagus, atau perasaan sesak

yang menunjukkan adanya desakan/inflasi ke trakea.

4. Pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher (mungkin metastasis).

5. Penonjolan/kelainan pada tulang tempurung kepala (metastasis di

tengkorak).

6. Perasaan sesak dan batuk-batuk yang disertai dahak berdarah (metastasis

di paru-paru bagi jenis folikular).

Dari pemeriksaan fisis didapatkan:

1. Pemeriksaan tiroid. Nodul soliter pada tiroid kemungkinan ganasnya 15 –

20%, sedangkan nodul multipel mempunyai kemungkinan 5%. Kadang-

kadang nodul soliter yang ganas lama-lama dapat berubah menjadi

bernodul-nodul. Pembesaran difus mungkin merupakan suatu

Tirotoksikosis.

2. Pemeriksaan pada tempat-tempat kemungkinan terdapatnya penyebaran

tumor (pembesaran kelenjar getah bening dan organ-organ). Metastasis

jauh karsinomatiroid ialah paru-paru, tulang (pelvis, vertebra, sternum,

tengkorak, dan humerus), hati, ginjal, dan otak. Bagian tulang yang

terkena ialah yang spomiosa dan kaya Vaskularisasi.

F. Pemeriksaan Penunjang

8
Langkah pertama yang dianjurkan adalah menentukan status fungsi

tiroid dengan memeriksa TSH (sensitif) dan T4 bebas. Pada keganasan tiroid

umumnya fungsi tiroid normal. Tetapi abnormalitas fungsi tiroid tidak dengan

sendirinya menghilangkan kemungkinan keganasan.

Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik, kecuali pemeriksaan

kadar kalsitonin untu pasien yang dicurigai kansinoma medular. Pengukuran

kadar human thyroglobulin, suatu pertanda tumor untuk keganasan tiroid yang

berdiferensiasi baik, terutama untuk monitoring setelah terapi pembedahan

total tiroidektomi.

Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah nodul padat atau

kistik dan sebagai penuntun pada biopsi jarum halus. Nodul padat cenderung

ganas.

Pemeriksaan sidik tiroid, dapat dilakukan jika terdapat fasilitas

kedokteran nuklir. Bila nodul menangkap yodium lebih sedikit dari jaringan

tiroid yang normal disebut nodul dingin (cold nodule). Bila sama afinitasnya,

disebut nodul hangat (warm nodule). Bila afinitasnya lebih disebut nodul

panas (hot nodule). Karsinomatiroid sebagian besar termasuk nodul dingin.

Sekitar 10 – 17% struma dengan nodul dingin ternyata suatu keganasan. Bila

akan dilakukan pemeriksaan sidik tiroid, obat-obatan yang mengganggu

penangkapan yodium oleh tiroid harus dihentikan selama 2-4 minggu

sebelumnya.

9
Biopsi jarum dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau

biopsi aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration biopsy = FNAB). Hasil

ketepatan diagnostik FNAB masih diperdebatkan.

Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk mencari metastasis. Dilakukan

foto paru posteroanterior; foto polos jaringan lunak (solf tissue technique)

leher antero – posterior dan lateral dengan posisi leher hiperekstensi bila

tumornya besar; esofagogram bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya

infiltrasi ke esofagus; dan foto tulang bila ada tanda-tanda metastasis ke tulang

yang bersangkutan.

G. Stadium

Stadium kanker in tidak saja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal,

regional, dan metastasis jauh; tetapi juga pada umur dan jenis kelamin.

Klasifikasi TNM adalah seperti pada tabel berikut:

Tipe dan
<45 tahun ≥ 45 tahun
stadium
Papiler
Stadium I Setiap T, setiap N, M0 Setiap T, N0, M; T1, N1,
Stadium II Setiap T, setiap N, M1 M0
Stadium III - T2-4, N1, M0
Stadium IV - -
Setiap T, setiap N, M1
Folikuler
Stadium I Setiap T, setiap N, M0 T1, N0, M0
Stadium II Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N0, M0
Stadium III - Setiap T, N1, M0

10
Stadium IV - Setiap T, setiap N, M1
Moduler
Stadium I - -
Stadium II Setiap T, setiap N, M0 -
Stadium III - Setiap T, setiap N, M0
Stadium IV Setiap T, setiap N, M1 Setiap T, setiap N, M1
Tidak dapat
diklasifikasikan
Stadium I - -
Stadium II - -
Stadium III - -
Stadium IV Setiap T, setiap N, Setiap Setiap T, setiap N, Setiap M
M
Keterangan:

Tx : Tumor tidak dapat ditentukan

T0 : Tidak ada tumor

T1 : Tumor berdiameter terpanjang <3 cm

T2 : Tumor berdiameter terpanjang >3 cm

T3 : Fokus intraglandular multipel T4 tumor primer terfiksasi

H. Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operabel, operasi

yang dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik (kaplan), atau

lobektomi subtotal dengan resiko bila ganas kemungkinan ada sel-sel

karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa tiroidektomi

total.

11
Enukleasi nodulnya saja adalah berbahaya karena bila ternyata

nodul tersebut ganas, telah terjadi penyebaran (inplantasi) sel-sel tumor

dan operasi ulang untuk tiroidektomi secara teknis akan menjadi lebih

sukar.

Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan sediaan beku dan ada

persangkaan keganasan, pemeriksaan preparat sediaan beku dilakukan

dengan potongan-potongan ke beberapa arah.

Bila hasilnya jinak, lobektomi tersebut sudah cukup. Bila ganas

lobus kontra lateraltomy. Bila dari hasil pemeriksaan kelenjar getah bening

dicurigai adanya metastasis. Dilakukan diseksi radikal kelenjar getah

bening pada sisi yang bersangkutan.

Komplikasi-komplikasi operasi antara lain terputusnya nervus

laringeus rekurens dan cabang eksternal dari nerfus laringeus superior,

hipoparatirodisme, dan ruptur esofagus.

2. Radiasi

Bila tumor sudah inoperabel atau pasien menolak operasi lagi

untuk lobas kontra lateral, dilakukan:

a. Radiasi interna dengan I131. Hanya tumor-tumor berdiferensiasi baik

yang mempunyai afinitas terhadap I131 terutama yang folikular. Radiasi

interna dilakukan dengan syarat jaringan tiroid normal yang

afinitasnya lebih besar harus dihilangkan dulu dengan operasi atau

12
ablasio dengan pemberian I131 dosis yang lebih tinggi sehingga jaringan

tiroid normal rusak semua, baru sisa I131 bisa merusak jaringan tumor.

Radiasi interna juga diberikan pada tumor-tumor yang telah

bermetastasis atau terdapat sisa tumor.

b. Radiasi Eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor-

tumor inoperabel atau anaplastik yang tidak berafinitas terhadap I 131.

Sebaiknya dengan sinar elektron 15 – 20 MW dengan dosis 4000 rad.

Sum-sum tulang harus dilindungi. Radiasi eksterna diberikan juga

untuk terapi paliatif bagi tumor yang telah bermetastasis.

I. Pragnosis

Pragnosis pasien dengan kanker tiroid berdiferensiasi baik tergantung

pada umur (semakin buruk dengan bertambahnya umur); adanya ekstensi

(menurunkan survival rate 20 tahun dari 90% menjadi 45%); adanya lesi

metastasis (menurunkan survival rate 20 tahun dari 90% menjadi 46%);

diameter tumor; dan jenis histopatologi (pada papilar survival rate 20

tahunnya 93% dan folikular survival rate 20 tahunnya 83%).

13
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Penkajian

1. Biodata

a. Identitas klien

Nama : Ny. T

Umur : 35 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Pramuka

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMU

Tanggal Masuk :-

b. Identitas penanggungjawab

Nama : Tn. Y

Umur : 40 th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Pramuka

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : S1

Hubungan dengan Klien : Suami klien

14
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Nyeri atau adanya benjolan dibagian daerah leher, bagian bawah antara

otot-otot sternokleidomas – toideus.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Sebelum klien dibawa ke rumah sakit, klien mengeluh bagian leher

terasa nyeri dan berobat dengan membeli obat di warung. Kalau belum

sembuh baru klien ke dokter.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Menderita kanker tiroid terjadi pada usia dibawah 20 tahun atau di atas

50 tahun, adanya riwayat radiasi leher pada masa anak-anak, disfagia,

sesak nafas, dan perubahan suara dan adanya getah bening di leher,

serta adanya tanda-tanda metastasis jauh.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Kanker tiroid berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensiasi baik

(papiler dan folikuler), sedangkan limkoma pada tiroid diperkirakan

karena perubahan-perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis

Hashimoto. Banyak kasus kanker tiroid disebabkan adanya riwayat

gangguan mekanik di daerah leher, pengaruh radiasi di daerah leher

15
dan kepala pada masa lampau dan penyakit serupa pada keluarga

(keturunan).

e. Genogram

Error: Reference source not found

Keterangan:

: laki-laki

: Perempuan

: meninggal

: penderita

: satu rumah

f. Riwayat kesehatan lingkungan

Dalam lingkungan tidak kumuh, dan bersih serta pola hidup atau gaya

hidup sehat.

3. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola Persepsi Kesehatan

Beberapa pasien yang menderita penyakit kanker tiroid biasanya

memiliki persepsi positif terhadap kesehatan dirinya. Kanker tiroid

biasanya disebabkan karena radiase eksterna kepala, leher, atau dada

pada anak-anak dan bayi meningkatkan resiko kasinoma tiroid.

16
b. Pola Aktifitas Latihan

J. Aktifitas K. L. M. N. O.
0 1 2 3 4
Mandi v
Berpakaian/berdandan v
Eliminasi v
Mobilisasi di tempat tidur v
Ambulasi v
Makan v

Keterangan:

0 : Mandiri

1 : dibantu sebagian

2 : dibantu orang lain

3 : perlu bantuan orang lain dan alat

4 : tergantung/tidak mampu

c. Pola Istirahat Tidur

Pada penderita kanker tiroid mengalami gangguan tidur karena adanya

nyeri pada bagian leher dan selalu bangun di tengah malam. Biasanya

sebelumnya pasien sakit, tidur ± 7 – 8 jam/hari, tetapi setelah klien

sakit tidurnya berkurang antara 5 – 6 jam/hari.

d. Pola Nutrisi Metabolik

Intake klien mengalami penurunan karena nafsu makan yang menurun.

Sebelum sakit, klien biasa makan 2 – 3 kali/hari, tetapi setelah sakit

17
klien tidak nafsu makan dikarenakan kondisi tubuhnya pada bagian

leher untuk menelan makanan terasa sakit.

e. Pola Eliminasi

Perubahan pola perkemihan seperti inkonensial urine, anuria, distensi

abdomen (distensi kandung kemih berlebihan), dising usus negatif.

Sebelum sakit:

 Frekuensi BAB 1-2 kali/hari dengan warna kuning kecokelatan.

 Frekuensi BAK 5-6 kali/hari dengan warna urine kuning jernih.

Setelah sakit:

 Frekuensi BAB dengan konsistensi feses keras.

 Frekuensi BAK 3-4 kali/hari dengan warna urine kuning keruh.

f. Pola Kognitif Perseptual

Status mental sadar, disfagia, sesak nafas dan perubahan suara.

Penglihatan klien normal dan tidak memakai alat bantu penglihatan.

g. Pola Konsep Diri

Harga diri : klien mengetahui dirinya sakit dan kadang klien

malu dengan kondisinya.

Gambaran diri : menganggap bahwa penyakitnya adalah cobaan

dari Tuhan.

18
Identitas diri : ingin segera sembuh dan sehingga dapat pulang

dan beraktifitas seperti semula.

Peran diri : klien sepenuhnya sudah berusaha melakukan peran

diri.

h. Pola Koping

 Sakit pada kepala atau leher dengan intensitas yang berbeda-beda

 Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot atau

fasio.

Masalah di atas adalah masalah utama yang dihadapi klien sejak

masuk rumah sakit, dan bagaimana klien dan keluarga mengatasi

masalah tersebut.

i. Pola Seksual Reproduksi

Masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada

tingkat kepuasan. Sebelum sakit klien selalu melakukan kewajiban

sebagai isteri yang baik, tetapi setelah sakit klien tidak bisa melakukan

hubungan seksualitasnya.

j. Pola Peran Hubungan

Harmonis dengan keluarga yang ada dan klien tidak mau menyusahkan

orang lain atau keluarga.

19
k. Pola Nilai dan Kepercayaan

Klien memeluk agama islam dan taat beribadah.

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Klien dalam keadaan baik tetapi terlihat lemah

b. Tanda-tanda vital

TD : normal

R : bradignea (pernafasan kurang dari 16 kali/menit)

HB : bradikordi

BB : tidak diketahui

TB : tidak diketahui

c. Pemeriksaan head to toe

1) Kepala dan rambut

a) Kepala

Bentuk : simetris

Kulit kepala : bentuk kepala tampak bersih

b) Rambut

Penyebaran dan keadaan rambut : rambut belum terdapat uban

Bau : rambut seperti bau keringat

c) Wajah

Warna kulit : kuning langsat

20
2) Mata

Bentuk : simetris terhadap wajah

Ketajaman penglihatan : baik

Konjungtifa : tidak anemis

Sklera : tidak imterus

Pupil : isokon (kanan dan kiri)

Pemakaian alat bantu : tidak memaakai alat bantu

3) Hidung

Bentuk : simetris

Fungsi penciuman : baik, dapat membedakan bau

Pendarahan : tidak mengalami pendarahan

4) Telinga

Bentuk : simetris antara kanan dan kiri

Lubang telinga : terdapat serumen tetapi dalam batas

normal

Ketajaman pendengaran : baik

5) Mulut dan faring

Keadaan bibir : bibir klien kering

Keadaan gigi dan gusi : tidak ada pendarahan gigi dan gusi,

gigi terlihat lengkap

Keadaan lidah : tidak ada tanda pendarahan

21
6) Leher

Tyroid : adanya pembesaran kelenjar tiroid

Suara : agak tersengal-sengal

Denyut nadi karotis : teraba

Vena Jugutaris : teraba

7) Pemeriksaan Integumen

Kebersihan klien : klien tampak bersih

Warna : kuning langsat

Tungor : tungor kulit baik (kulit cepat

kembali)

Kelembaban : kulit tampak sedang (tidak kering)

8) Pemeriksaan payudara dan ketiak

Klien tidak bersedia karena malu

9) Dada

Bentuk : simetris antara kanan dan kiri

Pernafasan : frekuensi menurun, adanya tanda sulit

bernafas

10) Pemeriksaan paru

Palpasi getaran suara: terdengar teratur

Perkusi : bunyi resonan

22
Auskaltasi : suara nafas tidak teratur

11) Pemeriksaan abdomen

a) Insfeksi:

Bentuk : simetris antara kanan dan kiri

Benjolan : tidak ada benjolan

b) Palpasi:

Tanda nyeri : tidak ada nyeri

Benjolan : tidak ada

Tanda ascites : tidak ada

Hepar : tidak ada pembengkakan

12) Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya

Klien tidak bersedia karena malu

13) Pemeriksaan mulkuskletal atau ekstremitas

Keseimbangan otot : simetris kanan dan kiri

Pemeriksaan edema : tidak ada edema

Kekuatan otot : telah berkurang

B. Diagnosa Keperawatan

DC : tidak ada

DO :

23
- Posisikan untuk mengurangi nyeri

- Tingkah laku berhati-hati

- Perubahan otonom dalam tonus otot (dalam rentang lemah ke kaku)

- Gerakan untuk melindungi

- Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal

- Kesulitan bicara

- Gelisah

- Penurunan suara nafas

- Perubahan ritme dan frekuensi pernafasan

- Lemah otot untuk menelan dan mengunyah

- Intake makanan kurang dari kebutuhan yang dihancurkan

- Tidak mampu menunyah makanan

- Luka, inflamasi pada rongga mulut

- Gelisah, resah, cemas, takut, sedih, insomnia, kekhawatiran

- Menunjukkan sulit menelan (makanan statis dirongga mulut, betuk

tercekik)

- Mengeluh ketika menelan

- Lambat menelan

- Tersedak saat menelan

- Kesulitan bicara atau mengutarakan

- Dispnea

- Dengan sengaja menolak untuk bicara

24
Analisa Data

No Sympton Problem Etiologi


1. DO:
 Posisikan pasien untuk Agen cidera/injuri Nyeri akut
mengurangi nyeri biolodi
 Perubahan otonom
dalam tonus otot (dalam
rentang lemah ke kaku)
 Gerakan untuk
melindungi
 Melaporkan nyeri secara
verbal dan non verbal
 Adanya nyeri di bagian
leher
2. DO:
 Kesulitan bicara Adanya benda Pola nafas tidak
 Gelisah asing di jalan efektif
 Penurunan suara nafas nafas
 Perubahan ritme dan
frekuensi pernafasan
 Kelainan suara nafas
3. DO:
 Gelisah, resah, cemas, Penyakit kritis Cemas (ansietas)
takut, sedih, insomnia, (kecacatan/kemati
kekhawatiran an)
 Wajah tegang
 Mudah tersinggung
 Eksperi yang mendalam
terhadap perubahan
hidup

25
4. DO:
 Menunjukkan sulit Kerusakan Gangguan
menelan (makanan statis neuromuskuler menelan
dirongga mulut, betuk
tercekik)
 Mengeluh ketika
menelan
 Lambat menelan
 Tersedak saat menelan
5. Do:
 Berat badan menurun Ketidakmampuan Ketidakseimbang
 Membrane mukosa dan menelan, an nutrisi dan
konjentiva pucat memasukkan, kebutuhan tubuh
 Kelemahan otot untuk mencerna,
mengunyah atau mengabsorbsi
menelan makanan
 Luka inflamasi pada
rongga mulut
 Dilaporkan adanya
intake makanan yang
kurang dari RDA
(Rekomendeed Daily
allowance)
6. DO :
 Ketidakcukupan Pembedahan Resiko infeksi
pengetahuan untuk
menghindari paparan
pathogen
 Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan
lingkungan

26
 Ketidak adekuatan imun
buatan

Prioritas Masalah:

1. Nyeri akut b/d agen cidera biologi.

2. Pola napas tidak efektif b/d adanya benda asing di jalan napas.

3. Cemas b/d penyakit kritis (kecacatan/kematian).

4. Gangguan menelan b/d kerusakan neuromaskuler.

5. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan

menalan, memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan.

6. Resiko infeksi b/d pembedahan (penurunan imun).

C. Intervensi

No. Tujuan Interpensi

27
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Pain Manajemen
keperawatan selama .... x 24 (14001)
jam, klien dapat:  Lakukan pengkajian
 Pain Control (1605) secara komprehensif
Mengontrol nyeri dengan termasuk lokasi, karak
indikasi : teristif, durasi,
160501 mengenai faktor-faktor frekuensi, kualitas,
penyebab dan faktor presiptasi
160502 mengenai konsep nyeri  Control lingkungan
160507 melaporkan gejala yang dpat
kepada perawat mempengaruhi nyeri
160511 melaporkan nyeri seperti suhu ruangan,
terkontrol pencahayaan, dan
 Pain Level (2102) kebisingan
210201 melaporkan nyeri  Kurangi faktor
berkurang presiptasi nyeri
210203 frekuensi nyeri Analgesic
210204 lamanya episode nyeri Administration (2210)
210206 ekspesi nyeri pada  Tentukan lokasi,
wajah tampak rileks karakteristik, kualitas,
210208 tidak gelisah dan derajat nyeri
 NOC Criteria sebelum pemberian
1. Tidak pernah menunjukkan obat
2. Jarang menunjukkan  Cek instruksi dokter
3. Kadang-kadang tentang jenis obat,
menunjukkan dosis, dan frekuensi
4. Seringkali menunjukkan  Pilih analgesik yang
5. Tetap diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik
 Evaluasi aktivitas

28
analgesik tanda dan
gejala (efek samping)
2. Pola napas Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management
tidak efektif keperawtan selama ......x 24 jam (1100)
klien dapat:  Anjurkan intake kalori
 Nutritional Status (1004) yang dapat sesuai
100401 intake nutrisi terpenuhi dengan tipe tubuh dan
100402 intake makanan dan kebiasaan tubuh
cairan terkendali  Pantau dan catat
100403 energi intake untuk
100404 massa tubuh kandungan nutrisi dan
100405 berat badan kalori
 NOC Criteria  Pastikan pilihan
6. tidak adekuat makanan untuk pasien
7. kurang  Anjurkan
8. cukup penambahan intake
9. adekuat protein, Fe, vitamin C
10. sama sekali adekuat yang tepat
 Tanyakan pada pasien
apakah makanan ada
yang menyebabkan
alergi
 Timbang berat badan
sesuai interval
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Airway Management
menelan keperawatan selama ....x 24 jam (3140)
klien dapat:  Buka jalan nafas
Kriteria Berhasil gunakan teknik chin
 Respiratory Status (0402) lift dan jaw thrust
040214 irama nafas sesuai yang  Posisikan pasien
diharapkan untuk

29
040202 bernafas mudah memaksimalkan
040207 tidak ada suara nafas ventilasi
tambahan  Identifikasi pasien
040203 tidak ada dispnea perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
 Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
 Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
 Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
 Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
 Monitor respiration
dan status oksigen
4. Cemas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
keperawatan selama.....x 24 jam (5820)
klien dapat:  Gunakan pendekatan
 Anxiety Control (1402) yang menenangkan
Kriteria hasil:  Nyatakan dengan jelas
140201 monitoring intesitas harapan terhadap
cemas pelaku pasien
140203 kurangi lingkungan  Jelaskan semua
yang menstimulus prosedur dan apa yang
cemas dirasakan selama
140204 cari informasi untuk prosedur
mengurangi cemas  Pahami presfektif

30
140206 penggunaan strategi pasien terhadap situasi
koping efektif stres
140207 penggunaan tekhnik  Temani pasien untuk
relaksasi untuk memberikan
mengurangi cemas keamanan dan
 NOC Criteria mengurangi takut
1. tidak pernah menunjukkan  Identifikasi tingkat
2. jarang menunjukkan cemas
3. kadang-kadang  Bantu klien mengenai
menunjukkan situasi yang
4. sering kali menunjukkan menimbulkan
5. tetap kecemasan
 Dorong paien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
5. Setelah dilakukan tindakan Swallowing Therapi
keperawatan selama.....x 24 jam (1860)
klien dapat:  Kolaborasi dengan
Swallowing Status (1010) tenaga kesehatan lain
101001mempertahankan dalam merencanakan
makanan di mulut mobilitasi rehabilitasi
101003 memproduksi saliva klien
101004 kemampuan  Jauhkan dari
mengunyah gangguan lingkungan
101010 refleks makanan sebelum kerja dengan
101013 usahakan menelan klien yang mengalami
secara normal kerusakan menelan
101014 tidak batuk saat  Bantu klien dengan
menelan posisi tegak sebelum
101016 tidak muntah makan

31
101017 menelan dengan  Hindari sedotan
nyaman makanan
 Intruksi untuk
persiapan pemasukan
makanan dan
membuka dan
menutup mulut
 Ajarkan klien dengan
keluarga cara
memberikan makanan
 Berikan perawatan
mulut
 Monitor hidrasi tubuh
(intake output, tangan
kulit, membrane
mukosa)
 Cek mulut adakah
sisa-sisa makanan
 Berikan makanan
yang lunak
6. Resiko Setelah dilakukan tindakan Control Infeksi
infeksi keperawatan selama.....x 24 jam  Observasi dan
klien dapat: laporkan tanda dan
Control Resiko (1902) gejala infeksi seperti
indikator: kemerahan, panas,
190201 mengetahui resiko nyeri, tumor dan
190202 monitoring faktor-faktor adanya
lingkungan  Kaji temmperatur
190203 monitoring faktor-faktor pasien tiap 4 jam
resiko dari tingkah laku  Gunakan strategi
190217 monitoring perubahan untuk mencegah

32
status keswhatan infeksi nosokamual
NOC Criteria:  Ajari pasien dan
1. banyak kompromi keluarga tentang tanda
2. banyak kimpromi dan gejala infeksi dan
3. sedang / cukup kalau terjadi melapor
4. sedikit kompromi kepada perawat
5. tidak ada kompromi

33
BAB III

P. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan tersering.

Lebih banyak diderita pada wanita dan penyebab utamanya belum diketahui.

Faktor resiko:

1. Pengaruh usia dan jenis kelamin

2. Pengaruh radiasi di darah leher dan kepala pada masa lampau

3. Kecepatan otumbuh tumor

4. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher

5. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga

B. Saran

Kita sebagai perawat harus mampu untuk mengetahui dan memahami

faktor-faktor penyebab kanker tiroid, tanda dan gejala dari kanker tiroid

sehingga kita dapat membantu dan menegakkan diagnosa dan dapat

melaksanakan asuhan keperawatan yang benar-benar sesuai dengan prosedur

yang berlaku dan diharapkan kepada pemerintah atau intitusi pemerintah dapat

memberikan penyuluhan tentang penyakit kanker oleh ahlinya kepada seluruh

lapisan masyarakat.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Karsinoma Tiroid, Radioterapi, 2007. http//:klikharry.wordpress.co.id

2. Sjamsuhidajat R, De Jeng W, 2005. Buku Ajar Bedah 2nd edition. Jakarta:


EGC

3. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran


Volume 2. Jakarta: Media Aesculapius.

4. Doenges. Marilyn W, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.

5. Tim Penyusun, 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nada 2005-2006:


Prima Medika.

6. Tim Penyusun, 2007. Modul Keperawatan Nursing Simulation Program


(NSP). Yogyakarta: SSG.

35

Anda mungkin juga menyukai