Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

NODUL TIROID

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Askep Anestesi Pembedahan Pediatrik dan Maternitas

Dosen Pengampu : Ns. Roro Lintang Suriyani, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Farah Fildzah R 180106013

Rumantika 180106012

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini walaupun secara

sederhana, baik bentuknya maupun isinya.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Askep Anestesi

Pembedahan Pediatrik dan Maternitas yang mungkin dapat membantu teman-teman dalam

mempelajari hal-hal penting dalam pelajaran. Makalah ini dapat penulis selesaikan karena

bantuan berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini. Penulis menyadari

bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik

dan saran yang menbangun demi sempurnanya penelian ini. Penulis juga mengharap

makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Purwokerto, 25 Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
A. Pengertian nodul tiroid..............................................................................................................5
B. Faktor Risiko..............................................................................................................................5
C. Gambaran Klinis.........................................................................................................................6
D. Klasifikasi Nodul Tiroid...............................................................................................................6
E. Pathway.....................................................................................................................................7
F. Asuhan Keperawatan.................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang
biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti dan
pada sebagian besar golongan masyarakat di daerah tertentu, keadaan ini merupakan
suatu hal yang biasa di jumpai. Nodul tiroid bisa merupakan suatu neoplasma (5-10%),
baik jinak atau ganas dan keadaan ini bergantung pada usia dan ukuran tumor. Prevalensi
nodul tiroid meningkat secara linier dengan bertambahnya usia (Kurnia, 2007).
Tiroid merupakan kelenjar endokrin yang paling besar pada tubuh manusia. Pada
kelenjar tiroid cukup sering ditemukan nodul tumor. Sekitar 4– 8% nodul tiroid bisa
ditemukan saat pemeriksaan ultrasonografi, umumnya tumor banyak ditemukan pada
wanita. Nodul tiroid pada orang dewasa umumnya adalah nodul jinak dan hanya sekitar
5% yang ganas. Nodul tiroid yang ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda,
insidensnya sekitar 1,5% (Hegedus, 2004).
Nodul tiroid sangat sering ditemukan di Indonesia, dengan insidensi rerata setiap
tahunnya berkisar antara 4-8%. Boedisantoso et al, 2003 melaporkan nodul tiroid di
RSUPN-CM, Jakarta sebesar 50,3% dengan rasio laki-laki dibandingkan perempuan
sekitar 8:10 sebanyak 101 kasus. Sedangkan berdasarkan data subsidi Bedah Onkologi
Rumah Sakit H. Adam Malik Medan, jumlah kasus penderita nodul tiroid tahun 2010-
2012 adalah 188 kasus yaitu 2010 (67 kasus), 2011 (65 kasus), dan 2012 (66 kasus)
(Wiseman, 2011).

B. Rumusan Masalah
Menjelaskan apa itu nodul tiroid, bagaimana gambaran klinisnya, apa klasifikasi dan
faktor resikonya serta asuhan keperawatannya.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian nodul tiroid


Secara klinis, nodul tiroid didefinisikan sebagai benjolan abnormal bagian dari
kelenjar tiroid yang dapat diraba (biasanya lebih dari 1 cm) baik tunggal maupun
multiple, baik berbentuk kista, padat, atau campuran. Secara patologi anatomi meliputi
lesi non-neoplastik (misal: oleh karena proses keradangan), neoplasma junak (misal:
nodul kista dan adenoma folikular), dan neoplasma ganas (misal: karsinoma tiroid).
Sedangkan secara sonografi didefinisikan sebagai gambaran fokal dengan ekogenisitas
abnormal (anechoic, hypoechoic, isoechoic yang disertai halo hipoechoic, atau
hiperechoic) yang dipastikan dengan dua pemeriksaan bidang orthogonal.

Nodul tiroid jarang sekali terjadi pada anak-anak sebelum usia pubertas,
prevalensinya diperkirakan antara 0,46% sampai 1,5% dari seluruh kasus-kasus tiroid
pada anak-anak usia 11- 18 tahun yang hanya sekitar 3,7% di Amerika Serikat. Namun
dikarenakan risiko keganasannya cukup tinggi, yakni sekitar 26,4%, maka diperlukan
pendekatan diagnostik yang lebih agresif dibandingkan pada dewasa. Berbeda dengan
dewasa, dimana kejadian pada wanita 4 kali lebih banyak daripada pada laki-laki. Pada
anak-anak berusia dibawah 15 tahun rasio kejadian wanita : laki-laki adalah 1,5 : 1, dan
pada usia 15 – 20 tahun rasio wanita : pria menjadi 3 : 1. Sedangkan pada anak-anak di
bawah usia 10 tahun, kejadian pada laki-laki lebih banyak dibanding pada perempuan.
Disamping itu angka rekurensi pada anak-anak di bawah 10 tahun untuk kanker tiroid
juga cukup tinggi.

B. Faktor Risiko.
Beberapa faktor di bawah ini merupakan faktor-faktor risiko terjadinya keganasan
pada penderita anak dengan tiroid nodul.

1. Usia < 20 tahun.


2. Nodul tunggal (beberapa literatur menyebutkan risiko yang sama juga terjadi
pada nodul multiple).
3. Nyeri.
4. Suara parau.
5. Gejala penekanan.
6. Nodul dengan perubahan ukuran yang cepat.
7. Nodul yang lekat dengan jaringan sekitarnya.
8. Nodul yang keras (Hard nodule).
9. Limfadenopati.
10. Peningkatan TSH yang kronis.
11. Defisiensi yodium kronis.
12. Riwayat adanya paparan terhadap radiasi.
13. Riwayat Graves disease.
14. Riwayat keluarga dengan MTC (Medullary Thyroid Carcinoma).
15. Riwayat keluarga dengan MEN ( Multiple Endocrine Neoplasia ).

C. Gambaran Klinis.
Seringkali penderita nodul tiroid ditemukan secara tidak sengaja
(incidentaloma), dan tidak memberikan keluhan. Gejala yang muncul sangat
tergantung dari penyakit yang mendasarinya, serta komplikasi yang ditimbulkannya;
seperti nyeri, rasa penuh di leher, gangguan pernafasan, gangguan menelan, dan dapat
juga disertai gejala-gejala hipo maupun hipertiroidisme. Tidak seperti pada dewasa,
pada anak belum pernah dilaporkan adanya gejala suara parau akibat paralisis pita
suara. Pertumbuhan ukuran nodul yang cepat disertai nyeri, kemungkinan besar
terjadi akibat adanya perdarahan di dalam tumor. Pada nodul yang nyeri, hangat dan
kemerahan disekitar kulit, merupakan tanda keradangan atau tiroiditis supuratif.

D. Klasifikasi Nodul Tiroid


Nodul tiroid bisa berbentuk padat (solid), kistik, atau campuran. Nodul kistik
murni biasanya jinak, dan mudah sekali dideteksi menggunakan USG. Pada nodul
kistik, harus dilakukan aspirasi untuk pemeriksaan sitologi. Juka hasil sitologi tidak
didapatka sel-sel ganas, maka hanya diperlukan observasi dan jarang memerlukan
tindakan operasi. Bila hasil sitologi menunjukkan keganasan, harus segera dilakukan
biopsi bersamaan dengan lobektomi. Bila dicurigai suatu nodul campuran, maka harus
diperlakukan sebagai nodul padat yang memerlukan pemeriksaan yang lebih agresif.

Berdasarkan penyerapan (uptake) terhadap radio aktif 123I, nodul tiroid padat
dibedakan menjadi ”hot nodule”, ”warm nodule”, dan ”cold nodule”. Hot Nodule
menunjukkan hiperfungsi dari kelenjar tiroid, mempunyai kecenderungan jinak.
Warm nodule menunjukkan aktifitas tiroid yang normal. Sedangkan cold nodule
menujukkan hipofungsi kelenjar tiroid dan mempunyai risiko 30% - 50% terjadinya
keganasan.

Pada kasus nodul tiroid > 3 cm dan terdapat hiperfungsi tiroid (tirotoksikosis),
maka harus dibedakan apakah tergantung TSH atau tidak tergantung TSH, dengan
melakukan uji supresi tiroksin. Jika setelah pemberian tiroksin terjadi penurunan
uptake 123I, maka dikatakan nodul tergantung TSH, yang biasanya jinak. Sedangkan
apabila uptake 123I tetap tidak menurun, maka dapat dikatakan nodul yang tidak
tergantung TSH.

Eksisi merupakan terapi pilihan pada nodul tiroid padat, mengingat tingginya
risiko keganasan pada nodul tiroid padat. Pemeriksaan FNA pra bedah dapat
menunjang penentuan jinak-ganas prabedah pada penderita nodul tiroid. Pada kasus-
kasus dengan kondisi klinis dan hasil sitologi yang jinak, maka dapat dilakukan terapi
supresi dengan tiroksin. Apabila didapatkan kegagalan penurunan ukuran nodul
sebesar 50% setelah pemberian tiroksin, menunjukkan nodul yang otonom dan
cenderung ganas. Semua nodul yang dicurigai ganas, harus dilakukan biopsi dan
lobektomi. Pada penderita dengan riwayat paparan radiasi, setelah lobektomi perlu
dipertimbangkan pemberian terapi tiroksin, untuk mengurangi risiko timbulnya nodul
yang baru. Sedangkan untuk penderita tanpa riwayat terpapar radiasi, tidak diperlukan
terapi tiroksin.

E. Pathway
Klenjar tiroid

Kekurangan yodium

Pembesaran klenjar tiroid

Sekresi tiroid

Sekresi sel cerna


Penurunan kalsium

Hipertiroid

Pertumbuhan tumor

Sesak nafas tiroidektomi

Cemas Pre op post op

perubahan konsep diri luka

Nyeri Resiko infeksi

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian :
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit
tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
 Pola makan
 Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
 Pola aktivitas.
c. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
 Sistem pulmonari
 Sistem pencernaan
 Sistem kardiovaskuler
 Sistem muskuloskeletal
 Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
 Sistem reproduksi
 Metabolik
d. Pemeriksaan fisik mencakup
 Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar
leher, adanya nodule yang membesar disekitar leher
 Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik
 Parastesia dan reflek tendon menurun
 Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara
 Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas
 Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan
lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien
sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana
konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri
 Pengkajian yang lain menyangkut terjadinya Hipotiroidime atau
Hipertiroidisme
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri
 Adanya desakan / pembengkakan oleh nodule
1) Kemungkinan dibuktikan dengan :
 Adanya keluhan nyeri daerah leher, bisa menyebar ke daerah orbital.
 Skala nyeri 0 – 10
 Tampak menahan nyeri
 Adanya nyeri telan dan kesulitan menelan
2) Hasil yang diharapkan :
 Melaporkan nyeri hilang / berkurang
 Skala nyeri 0-2
 Tampak relax
3) Intervensi Keperawatan :
 Observasi adanya tanda-tanda nyeri baik verbal maupun nonverbal
 Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
 Kolaborasi pemberian analgetik
b. Bersihan jalan nafas tak efektif
 Obstruksi trachea akibat desakan massa tumor
 Spasme Laringeal
 Penumpukan sekret
1) Kemungkinan dibuktikan dengan :
 Kesulitan bernafas
 Kesulitan mengeluarkan secret
 Mengeluh sesak nafas
 Respirasi diatas normal
2) Hasil yang diharapkan :
 Tidak ada kesulitan pernafasan
 Secret mudah keluar
 Tidak mengeluh sesak nafas
 Respirasi dalam batas normal (16-20)
3) Intervensi Keperawatan :
 Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan
 Auskultasi suara nafas, catat adanya ronchi
 Kaji adanya dyspneu, stridor dan cianosis
 Perhatikan kualitas pernafasan
 Latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi
 Selidiki adanya penumpukan secret dan lakukan penghisapan dengan
hatihati sesuai indikasi
 Kolaborasi pemberian therapi Ogsigen bila perlu
3. Penatalaksanaan medis dengan cara :
 Therapi Radiasi
 Operasi: Pengangkatan Kelenjar tiroid baik sebagian (Tiroidectomi Partial),
maupun seluruhnya (Tiroidectomi Total) Peran perawat adalah dalam
penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post Operasi
4. Penatalaksanaan Operasi
a. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
 Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh
penderita atau penanggung jawab penderita
 Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan
cardiovasculer
 Hasil pemeriksaan / data penunjang
 Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang
jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
 Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
 Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan
pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan
minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.
b. Penatalaksanaan Intra Operasi Peran perawat hanya membantu kelancaran
jalannya operasi karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter
Operator dan Dokter Anesthesi.
c. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)
 Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
 Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
 Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
 Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan
setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
 Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum
DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, "Pedoman Asuhan
Keperawatan", Edisi ke-3. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Long Barbara C, 1996, "Medical Bedah 2" Yayasan IAPK, Pajajaran, Bandung

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 "Patifosiologi", Edisi ke-4 Buku ke II, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai