Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN CA TYROID

Disusun Oleh :

Arna Prita Poetri, S.Kep (2014901003)

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

Ns. Melti Suriya, M.Kep Ns. Helamnis Suci, M.Kep

Pembimbing Klinik

Ns. Fitria, S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi Fisiologi

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher dan terdiri atas
sepasang lobus di sisi kiri dan kanan. Terletak di leher dihubungkan oleh ismus
yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi
bernama koloid yang tersimpan dalam folikel tertutup yang dibatasi oleh sel
epitel kuboid. Koloid ini tersusun atas tiroglobulin yang akan dipecah menjadi
hormon tiroid (T3 dan T4) oleh enzim endopeptidase. Kemudian hormon ini
akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk kemudian dapat berefek pada organ
target.12,14 Gambar 1. Mekanisme sintesis hormon tiroid13 6 7 Mekanisme
sekresi hormon tiroid sendiri diatur oleh suatu axis hipothalamushipofisis-tiroid.
Hipotalamus akan mensekresikan Thyroid Releasing Hormon (TRH) yang akan
merangsang hipofisis untuk mengeluarkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH).
Kemudian TSH merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid.
Hormon tiroid terutama dalam bentuk T3 dan T4. Biosintesis hormon tiroid
terbagi dalam beberapa tahap : a. Tahap trapping; b. Tahap oksidasi; c. Tahap
coupling; d. Tahap penimbunan atau storage; e. Tahap deyodinasi; f. Tahap
proteolisis; f. Tahap sekresi.14
B. Defenisi
Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe
yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang
menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan
kecil (nodul) dalam kelenjar.Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya
kanker tiroid bisa disembuhkan. Kanker tiroid merupakan keganasan endokrin
yang tersering dijumpai dan diperkirakan 1,1% dari seluruh keganasan manusia.
Pada tahun 2004 American Cancer Society memperkirakan terdapat lebih
kurang 22.500 kasus baru kanker tiroid di Amerika Serikat. Dimana
perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 3 : 1, dengan estimasi 16.875
kasus pada perempuan dan 5.625 kasus pada laki-laki.1 Di Indonesia dari
registrasi Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia didapatkan kanker
tiroid menempati urutan ke 9 dari 10 kanker terbanyak (4,43%) (Brunner &
suddrath, 2013).
Kanker tiroid umumnya tergolong tumor dengan pertumbuhan dan
perjalanan penyakit yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah,
terutama pada kanker tiroid tipe papiler. Mortalitas paling rendah pada individu
dengan usia dibawah 50 tahun dan meningkat tajam pada usia di atasnya, namun
sebagian kecil ada pula yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan prognosis
yang fatal. Angka rekurensi tumor umum pada kanker tiroid tipe papiler,
berkisar setinggi 30% jika terapi awal tidak komplit. Angka kematian akibat
kanker tiroid 0,4% dari semua kematian akibat kanker atau berkisar 5 kematian
per sejuta penduduk pertahun. Angka ketahanan hidup lima tahun relatif kanker
tiroid adalah 96%. Tujuan utama tata laksana kanker tiroid adalah memperkecil
resiko rekurensi dan metastasis jauh, sehingga bisa menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas penderita. Terapi utama dalam tata laksana kanker
tiroid adalah operasi, sedangkan terapi adjuvan adalah ablasi tiroid dengan
iodine radioaktif, supresi thyrotropin dan radiasi eksternal. (Brunner & suddrath,
2013).
C. Etiologi
Radiasi eksternal kepala, leher, atau dada pada bayi dan anak-anak
meningkatkan resiko karsinoma tiroid. Terapi radiasi kadang-kadan dilakukan
untuk mengecilkan jaringan tonsil dan adenoid yang membesar, mengobati
jerawat, atau mengurangi pembesaran kelenjar timus. Bagi individu yang
terkena rradiasi eksternal dalam usia kanak-kanak terdapat peningkatan insiden
kanker tiroid dalam 5 hingga 40 tahun sesudah penyinaran akibatnya, individu
yang menjalanii terapi radiasi harus berkonsultasi dengan dokter dan meminta
pemeriksaan pemindai isotoptiroid sebagai bagian dari pemeriksaan evaluasi,
mengikuti terapi yang di anjurkan untuk kelainan pada kelenjar tersebut serta
melajutkann ppemeriksaan umum atau check-up setiap tahun sekali jika semua
hasil pemeriksaannya normal. (Brunner & suddrath, 2013).
D. Manifestasi Klinis
Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau
keras) di dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum
kanker tiroid. (Brunner & suddrath, 2013).
1. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
2. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
3. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat
ditemukan selama pemeriksaan fisik.
4. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher
saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
5. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.
6. Adanya pembengkakan pada leher
7. Kesulitan menelan
E. Patofisiologi
Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium  radio aktif dibandingkan
dengan kelenjar tiroid normal yang terdapat di sekelilingnya. Oleh karena itu,
bila dilakukan scintiscan, nodula akan tampak sebagai suatu daerah dengan
pengambilan yang kurang, suatu lesi dingin. Teknik diagnostik lain yang dapat
digunakan untuk diagnosis banding nodula tiroid adalah ekografi tiroid. Teknik
ini memungkinkan membedakan dengan cermat antara massa padat dan massa
kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya
merupakan kista jinak. (Brunner & suddrath, 2013).
Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada
satu nodula yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya, dan
berhubungan dengan limfadenopati satelit. Secara umum telah disepakati bahwa
kanker tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi suatu kelompok besar
neoplasma berdeferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan
kemungkinan penyembuhan tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik
dengan kemungkinan fatal. Terdapat empat jenis kanker tiroid menurut sifat
morfologik dan biologiknya : papilaris, folikularis, medularis, dan anaplastik.
(Brunner & suddrath, 2013).
Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul keras,
tunggal, “dingin” pada scan isotop, dan “padat” pada ultrasonografi tiroid, yang
sangat berbeda dengan bagian-bagian kelenjar lainnya. Pada goiter multinodular,
kanker berupa “nodul dominan” lebih besar, lebih keras dan jelas dari bagian
sekelilingnya. Kira-kira 10% karsinoma papiler, terutama pada anak-anak,
disertai pembesaran kelenjar getah bening leher, tapi pemeriksaan teliti biasanya
akan mengungkapkan nodul “dingin” pada tiroid. Jarang, akan perdarahan,
nekrosis dan pembentukan kista pada nodul ganas tetapi pada ultrasonografi
tiroid, akan terdapat echo interna yang berbatas jelas yang berguna untuk lesi
ganas semi kistik dari “kista murni” yang tidak ganas. Akhirnya, karsinoma
papiler dapat ditemukan tanpa sengaja sebagai suatu fakus kanker mikroskopik
di tengah-tengah kelenjar yang diangkat untuk alasan-alasan lain seperti
misalnya : penyakit graves atau goiter multinodular. (Brunner & suddrath,
2013).
Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel tiroid
teratur pada “vascular stalk”, dengan penonjolan papil ke dalam ruang
mikroskopis seperti kista. Inti sel besar dan pucat sering mengandung badan
inklusi intra nukleus yang jelas san seperti kaca. Kira-kira 40% karsinoma
papiler membentuk bulatan klasifikasi yang berlapis, sering pada ujung dari
tonjolan papil disebut “psammoma body”, ini biasanya diagnostik untuk
karsinoma papiler. Kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam 
kelenjar dan dengan invasi kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada
pasien tua, mereka bisa jadi lebih agresif dan menginvasi secara lokal kedalam
otot dan trakea. Pada stadium lebih lanjut, mereka dapat menyebar ke paru.
Kematian biasanya disebabkan penyakit lokal, dengan invasi kedalam pada
leher, lebih jarang kematian bisa disebabka  metastasis paru yang luas. Pada
beberapa penderita tua, suatu karsinoma papiler yang tumbuh lambat akan mulai
tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma anaplastik. Perubahan anaplastik
lanjut ini adalah penyebab kematian lain dari karsinoma papiler, banyak
karsinoma papiler yang mensekresi tiroglobulin, yang dapat digunakan sebagai
tanda rekurensi atau metastasis kanker. (Brunner & suddrath, 2013).
Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas
tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan
kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan
karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang.
Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker
dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas
untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total
merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar
kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma
meduler. (Brunner & suddrath, 2013).
2. Radiologis
Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan
untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat
kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan
psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification,
sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor.
Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada
kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk
survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka
foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada
esophagus. (Brunner & suddrath, 2013).
Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor
tiroid. (Brunner & suddrath, 2013).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan
yang meliputi:
1. Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status
perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak dan nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada
sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala:
I : bentuk simetris ki-ka , kepala tegak lurus, rambut hitam bersih.
P : ada/tidak nyeri tekan dan ada/tidak udem.

b. Mata:
I : bentuk simetris dan tidak ada gangguan fungsi mata, mata anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
c. Telinga:
I : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi
Tes Pendengaran : tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
d. Hidung:
I : bentuk simetris , tidak ada polip dan udem
P : tidak ada nyeri tekan dan fungsi penciuman normal.
e. Mulut dan Tenggorokan
I : mukosa bibir kering/lembab, gigi lengkap/tidak, ada karies/tidak dan
tidak ada gangguan perasa.
f. Leher:
I : bentuk simetrris
P : terdapat benjolan, terdapat pembesaran tiroid.
g. Thorax:
I : bentuk dada simetris , biasanya terdapa benjolan pada mamae
P : biasanya terdapat nyeri tekan pada dada yang tedapat benjolan, vocal
fremitus jelas teraba
P : sonor
A : vesikuler
h. Payudara
I : bentuk simetris
P : ada/tidak benjolan , ada/tidak nyeri tekan
i. Kardiovaskuler
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba
P :pekak
A : terdengar bunyi jantung I dan II dan tidak ada suara tambahan
j. Abdomen
I : Simetris Ki-Ka
P : ada/tidak nyeri tekan diseluruh kuadran abdomen, hepar teraba
A : suara peristaltik 5-20 kali/menit
P : timpani
k. Neurologi
Tigkat kesadaran : Compos mentis
l. Ekstermitas : biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
m. Genetalia
I : tidak tepasang kateter
Anus : tidak ada hemoroid

n. Kulit
Warna kulit , turgor kulit dan jaringan parut
4. Pola Nutrisi
Terdiri dari : Berat Badan, tinggi badan, jenis makan, makan yang disukai,
nafsu/porsi makan dan pola makan
5. Pola Eliminasi
Terdiri dari:
a. BAB : Frekuensi, warna dan konsistensi
b. BAK : Frekuensi, warna dan bau
6. Pola Tidur dan Istirahat
Terdiri dari : Waktu tidur, lama tidur, kebiasaan saat tidur dan kesulitan tidur
7. Pola Aktivitas dan Latihan
Terdiri dari : Kegiatan dalam pekerjaan, olahraga daan kegiatan waktu luang
8. Pola Bekerja
Terdiri dari : Jenis pekerjaan, lama bekerja dan jumlah jam kerja
9. Aspel Psikososial
Terdiri dari : Pola pikir dan persepsi, persepsi diri, hubungan/komunikasi,
kehidupan keluarga, kebiasaan seksual dan spritual.
10. Informasi Penunjang
Therapy pengobatan dan pemeriksaan diagnostik
11. WOC
B. Diagnosa
1. Ketidakefektifan pola  nafas b/d adanya nodul 
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d dispneu (sesak napas)
3. Ketidakseimbanngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d adanya massa
pada tiroid
4. Hambatan komunikasi b/d terjepitnya pita suara
C. Intervensi
No Diagnosa Noc (Tujuan) Nic (Intervensi)
Ketidakefektifan pola  Setelah dilakukan Airway Management
nafas b/d adanya tindakan keperawatan      Buka jalan nafas
nodul  selama 2 kali dalam 24      Posisikan pasien untuk
jam klien menunjukkan memaksimalkan ventilasi
kepatenan jalan nafas      Lakukan fisiotrapi dada bila
dengan kriteria hasil: perlu
      Tidak ada sianosis      Auskultasi suara nafas, catat
dan dyspneu adanya suara tambahan
      Menunjukkan jalan      Atur intake untuk cairan
nafas yang paten (klien mengoptimalkan
tidak merasa tercekik) keseimbangan.
      TTV dalam rentang Oxygen Teraphy
normal.       Pertahankan jalan nafas yang
paten
      Pertahankan posisi pasien
      Observasi adanya tanda
hipoventilasi
Vital Sign Monitoring
      Monitor TTV
      Monitor kualitas dari nadi
      Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
      Monitor suara paru
      Monitor suara paru abnormal.
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Airway Suction
bersihan jalan nafas tindakan         
keperawatan Monitor tanda-tanda
b/d dispneu (sesak selama  2x 24 jam, klien respiratori distres, sianosis,
napas) menunjukkan kepatenan takipnea dan nafas yang
        jalan nafas dengan berbunyi.
Kriteria hasil          Periksa balutan leher setiap
         jam pada periode awal post op,
Mengeluarkan/members kemudian tiap 4 jam.
         Monitor frekuensi dan jumlah
ihkan sekret dan bebas
aspirasi. drainase serta kekuatan
         Menunjukkan balutan.
perilaku          Periksa sensasi klien karena
untuk
memperbaiki/memperta keketatan disekeliling tempat
hankan jalan nafas insisi.
bersih dalam tingkat
         Pertahankan klien dalam
kemampuan/situasi posisi semi fowler dengan
diberi kantung es (ice bag)
untuk mengurangi bengkak.
         Anjurkan klien untuk
berbicara setiap 2 jam tanpa
merubah nada atau keparauan
suara.

Ketidakseimbanngan Setelah di lakukan Nutrition Management


nutrisi kurang dari tindakan keperawatan    Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d selama 3 kali 24 jam    Kolaborasi dengan ahli gizi
adanya massa pada klien menunjukan untuk menetukan jumlah
tiroid peningkatan berat badan kalori dan nutrisi  yang di
Criteria Hasil : butuhkan pasien
      Adanya peningkatan    Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai meningkatkan protein vitamin
dengan tujuan C
      Berat badan ideal    Berikan substansi gula
sesuai dengan tinggi    Yakinkan diet yang di makan
badan   mengandung tinggi serat untuk
      Mampu mencegah konstipasi
mengidentifikasikan    Berikan makanan yang
kebutuhan nutrisi terpilih ( sudah di
      Tidak adatanda-tanda konsultasikan dengan ahli
malnutrisi gizi )
      Menunjukan    Ajarkan pasien bagaimana
peningkatan fungsi membuat catatan makanan
pengecapan dan harian
menelan    Monitor jumlah nutrisi dan
      Tidak terjadi kandungan kalori
penurunan berat badan    Berikan informasi tentang
yang berarti kebutuhan nutrisi
   Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang di
butuhkan

Nutrition Monitoring
  BB pasien dalam batas normal
  Monitor adanya penurunan
berat badan
  Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa di lakukan
  Monitor interaksi anak atau
orang tua selama makan
  Monitor lingkungan selam
makan
  Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
  Monitor turgor kulit  monitor
kulit kering dan perubahan
pigmentasi
  Monitor mual dan muntah
  monitor pertumbuhan dan
perkembangan
  Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
  Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

Hambatan komunikasi Setelah dilakukan Communication


b/d terjepitnya pita tindakan keperawatan 3 Enhancement
suara kali 24 jam          Antisipasi kebutuhan sebaik
klien
menunjukkan mungkin, kunjungi pasien
berkomunikasi dengan secara teratur.
baik dengan          Gunakan penerjemah jika
Kriteria hasil : diperlukan
         Mampu
         Dorong pasien untuk
menciptakan metode berbicara secara perlahan
komunikasi dimana
         Pertahankan lingkungan yang
kebutuhan dapat tenang
dipahami.          Anjurkan untuk tidak
         Gerakan berbicara terus menerus.
terkoordinasi : mampu
         Kolaborasikan dengan dokter
menkoordinasi gerakan obat obat yang diperlukan
dalam menggunakan untuk meringankan rasa nyeri
isyarat.

Ansietas b/d Setelah di lakukan Anxiety Reducation


kecemasan ditandai tindakan keperawatan ( penurunan kecemasan )
dengan selama..24 jam klien    Gunakan pendekatan yang
menunjukan sikap menenangkan
kontrol emosi     Nyatanya dengan jelas
Kriteria Hasil :
    Klie mampu harapan terhadap pelaku
mengidentifikasi dan  pasien
mengungkapkan gejala    Jelaskan semua prosedur dan
cemas apa yang di rasakan selama
    Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan dan    Pahami prespektif pasien
menunjukan teknik terhadap situasi stress
untuk mengontrol cemas     Temani pasien untuk
    Vital sign dalam batas memberikan keamanan dan
normal mengurangi takut
    Postur tubuh, ekspresi    Dorong keluarga untuk
wajah, bahasa tubuh dan menemani anak
tingkat aktivitas    Lakukan back / neck rub
menunjukan     Dengarkan dengan penuh
berkurangnya perhatian
kecemasan     Identifikasi  tingkat
kecemasan
    Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
    Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
    Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
    Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddrath, (2013).Buku ajar keperawatan medikal bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC
Huda Nurarif, Aplikasi NANDA NIC-NOC, Jogjakarta, 2015.
Dorland ,W. A. Newman. Kamus saku kedokteran dorland. Elsevier, Jakarta: EGC, Dr.
Danis Difa, Kamus Istilah kedokteran.Gitamedia Press.

Anda mungkin juga menyukai