Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEMOTERAPI DAN PERAWATANNYA DI RUMAH


DI RUANG 27 RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG JAWA TIMUR

DISUSUN

OLEH KELOMPOK V:

1. KARINA CITRA MANDITHA


2. LINDA FUJI RAMDIANI
3. M. SURIADI ISNAINI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEMOTERAPI DAN PERAWATANNYA DI RUMAH
DI RUANG 27 RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG JAWA TIMUR

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG DI RUANG HEMODIALISA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PEYULUHAN KEMOTERAPI DAN PERAWATANNYA DI RUMAH
DI RUANG 27 RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
KAMIS, 2 JANUARI 2020

DISUSUN OLEH :
STIKES MATARAM
STIKES BANYUWANGI
STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )

Kepala ruangan

( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEMOTERAPI DAN PERAWATANNYA DI RUMAH

Topik : Kemoterapi
Pokok Bahasan : Kemoterapi dan perawatannya di rumah
Hari / Tanggal : Kamis, 2 Januari 2020
Waktu : 10.00 – 10.30 (30 menit)
Tempat : Ruang 27 Rumah Sakit Saiful Anwar Malang
Sasaran : Pasien, keluarga dan masyarakat RS

A. Latar belakang

Kanker merupakan penyebab kematian ke dua di dunia. Menurut laporan Badan


Kesehatan dunia (WHO) tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus
penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun timbul lebih dari 10
juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih
20%. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat
hamper 20 juta penderita, 84 juta orang di antaranya akan meninggal pada sepuluh
tahun ke depan. Diperkirakan setiap 11 menit ada satu penduduk dunia meninggal
karena kanker dan setiap 3 menit ada satu penderita kanker baru (Jauhari, 2009).
Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara
sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local
maupun metastatis. Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena
bersifat sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara pemberian melalui
infuse, dan sering menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker terutama
kanker stadium lanjut local (Desen, 2008).
Teknik pemberian kemoterapi ditentukan dari jenis keganasan dan jenis obat yang
diperlukan (Adiwijono, 2006). Obat kemoterapi umumnya berupa kombinasi dari
beberapa obat yang diberikan secara bersamaan dengan jadwal yang telah ditentukan
.Selain membunuh sel kanker, obat kemoterapi juga berefek pada sel-sel sehat yang
normal, terutama yang cepat membelah atau cepat tumbuh seperti rambut, lapisan
mukosa usus dan sumsum tulang. Beberapa efek samping yang terjadi pada kemoterapi,
gangguan mual dan muntah adalah efek samping frekuensi terbesar (Yusuf, 2007).
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan mual muntah
setelah kemoterapi diantaranya adalah dengan terapi farmakologik, yaitu dengan obat
anti mual dan muntah sebelum dan sesudah kemoterapi (premedikasi) dan non
farmakologik yaitu berupa lingkungan yang kondusif untuk tenang dan nyaman,
pengaturan pemberian nutrisi dan relaksasi (Abdulmuthalib, 2006).

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan diharapkan peserta dapat
memahami tentang kemoterapi dan cara perawatan klien di rumah.
2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
Setelah mengikti pendidikan kesehatan diharapkan peserta dapat:
a. Memahami tentang pengertian kemoterapi
b. Memahami tentang tujuan dan manfaat kemoterapi
c. Memahami tentang indikasi kemoterapi
d. Memahami tentang kontra indikasi kemoterapi
e. Memahami tentang efek samping kemoterapi
f. Memahami tentang perawatan klien kemoterapi

C. Materi
1. Terlampir

D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi (tanya jawab)

E. Media
1. Leaflet
2. LCD (Power Point)
F. Setting tempat

Keterangan :

Penyaji Peserta

Moderator Obserever dan Dokumentasi

G. Pengorganisasian
1. Moderator : M. Suriadi Isnaini
2. Penyaji : Karina Citra Manditha, Rifa Wahyu H., Reni Ayu Mita Sari
3. Observer : Linda Fuji Ramdiani
4. Fasilitator : Baiti Rahmi Atina, Kustina Ningsih, Shindy Herawati M.D., Vivi
R.N, Nurdiana Asiyah.

H. Pelaksaan kegiatan
No Kegiatan/ Penyuluh Peserta
Waktu

1 Pembukaan  Memberi salam  Menjawab salam


(5 menit)  Memperkenalkan diri  Memperhatikan
 Menjelaskan judul materi dan  Mendengarkan dan
tujuan yang harus dicapai oleh memperhatikan
peserta didik  Memperhatikan
 Kontrak waktu
2 Penyajian  Menjelaskan materi yang akan  Mendengarkan
(20 menit) disampaikan:  Memperhatikan
- Menjelaskan pengertian
kemoterapi  Mengajukan
- Menjelaskan tujuan dan manfaat pertanyaan jika ada
kemoterapi yang tidak di
- Menjelaskan indikasi mengerti
kemoterapi  Menjawab pertanyaan
- Menjelaskan kontra indikasi
kemoterapi
- Menjelaskan efek samping
kemoterapi
- Menjelaskan perawatan klien
kemoterapi
 Tanya jawab
Memeberikan kesempatan kepada
peserta untuk mengajukan
pertanyaan
 Evaluasi
Memberikan pertanyaan tentang
apa yang sudah dijelaskan
3 Penutup  Menyimpulkan materi yang telah  Mendengarkan
(5 menit)  diberikan  Menjawab salam
 Post test (bila diperlukan)
 Menutup dengan salam

I. Evaluasi
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Terstruktur
a. Pengajar mempersiapkan metode, media yang akan di pakai
b. Peserta dan pemateri datang tepat waktu dan pada tempat yang telah ditentukan
c. Acara dimulai dan berakhir tepat waktu

2. Evaluasi Proses
a. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir
b. Peserta mampu memahamidan menjelaskan kembali:
 Pengertian kemoterapi
 Tujuan dan manfaat kemoterapi
 Indikasi kemoterapi
 Kontra indikasi kemoterapi
 Efek samping kemoterapi
 Perawatan klien kemoterapi
c. Peserta mengajukan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan benar
d. Peserta mengikuti acara dengan antusias
3. Evaluasi Hasil
a. Lebih dari 75% peserta mampu menjawab pertanyaan dari pemateri.

J. Materi (Terlapir)

K. Sumber Kepustakaan
Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Firmansyah, M.A. 2010. Penatalaksanaan Mual Muntah yang Diinduksi Kemoterapi.
Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran.
Gunawan, Rianto Gan. 2008. Farmakologi dan Terapi (Edisi 5). Jakarta: FK UI
Katsung, B.G. 2001. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Ed. ke-6. Jakarta: ECG.
Moh. Anief . 2002. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Rasjidi, I. 2007. Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktik Sehari-hari. Jakarta:
Sagung Seto.
MATERI PENYULUHAN
KEMOTERAPI DAN PERAWATAN DI RUMAH

A. Pengertian Kemoterapi
Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/
obat yang memounyai khasiat membunuh sel kanker atau menghambat proliferasi sel-
sel kanker dan diberikan secara sistemik. Obat anti kanker yang artinya penghambat
kerja sel. Untuk kemoterapi bisa digunakan satu jenis sitostika. Pada sejarah awal
penggunaan kemoterapi digunakan satu jenis sitostika, namun dalam perkembangannya
kini umumnya dipergunakan kombinasi sitostika atau disebut regimen kemoterapi,
dalam usaha untuk mendapatkan hasiat lebih besar.
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostika) yang digunakan saat ini bekerja
terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel
kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostika hal ini disebut
Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat proliferasinya maka kepekaannya semakin
rendah, hal ini disebut Kemoresisten. Obat kemoterapi ada beberapa macam
diantaranya adalah :
1. Obat golongan Alkylating agent, platinum Compounds, dan Antibiotik Anthrasiklin
obat golongsn ini bekerja dengan mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut
tidak dapat melakukan replikasi.
2. Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang
berakibat menghambat sintesis DNA.
3. Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada
gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis
protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker
tersebut.
Obat kemoterapi diberikan dengan melalui berbagai cara, diantaranya yaitu:
1. Intra Vena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan
sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan continous
drip sekitar 24 jam dengan infusion pump agar lebih akurat tetesannya.
2. Intra Tekal (IT)
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam
cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.
3. Radiosensitizer,
Yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya untuk memperkuat
efek radiasi, jenis obat untuk kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin,
Taxol, Taxotere, Hydrea.
4. Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran, Alkeran, Myleran, Natulan, Puri-
netol, Hydrea, Tegafur, Xeloda, Gleevec.
5. Subkutan dan Intramuskular
Pemberian subkutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-
Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per
IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
6. Topikal
7. Intra Arterial
8. Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak pada
kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu
diberikan ke dalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan
pleura atau untuk menghentikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak ,
contohnya Bleocin.

B. Tujuan dan Manfaat Kemoterapi


Kemoterapi bertujuan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker dan
membunuh sel kanker. Sedamgkan manfaat kemoterapi antara lain:
1. Pengobatan
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis
kemoterapi atau beberapa jenis kemoterapi.
2. Kontrol
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan kanker agar
tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.
3. Mengurangi gejala
Bila kemoterapi tidak dapat menghilangkan kanker, maka kemoterap yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita, seperti
meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukurran
kanker pada daerah yang diserang.

C. Indikasi Kemoterapi
1. Untuk penyembuhan kanker
Hanya beberapa jenis kanker yang disembuhkan oleh kemoterapi seperti akut
limfoblastik leukemia, burkit limfoma, wilm tumor pada anak-anak,
choriokarsinoma.
2. Memperpanjang hidup dan remisi
Kanker yang sensitive terhadap kemoterapi walaupun penyakit progresif
seperti akut myeloblatik leukemia limfoma maligna stadium III atau IV, myeloma,
metastase melanoma maligna atau kanker mamma, kolon, ovarium, testis.
3. Memperpanjang intervensi bebas kanker
Walaupun kanker kelihatan masih local setelah operasi atau radioterapi seperti
limfoma stadium III, melanoma maligna, kanker mamma, kolon, ovarium.
Pengobatan perlu waktu cukup lama dan dosis tinggi dengan interval yang panjang
untuk memberikan kesempatan jaringan normal pulih diantara pengobatan
4. Menghentikan progesi kanker
Progresi penyakit ditujukan secara subyektif seperti anoreksia, penurunan
berat badan, nyeri tulang atau terdapat kelainan obyektif seperti penurunan fungsi-
fungsi organ dapat diberikan sitostatik asalkan kemungkinan keberhasilan 25% atau
lebih,misalnya pada metastase kanker mamma, kolon.
5. Paliatif simtom
Pada kanker yang terdapat pada tempat-tempat yang tidak cocok untuk radiasi
dapat diberikan sitostatik walaupun obat itu tidak member respon yang baik sebagai
terapi sistemik, misalnya dapat diberikan instalasi sitostatik, intrapleural, injeksi
intratumoral dengan thiotepa dan sebagainya
6. Mengecilkan volume kanker
Mengecilkan tumor pra bedah atau pra radioterapi seperti pemberian
bleomycin untuk kanker mulut, saluran nafas bagian atas atau pemberian alkylator
dengan kombinasinya pada limfoma stadium II
7. Menghilangkan gejala para neoplasma
Pada metastase kanker yang memberikan sindroma para neoplasma, misalnya
pemberian kortikosteroid pada anemia hemolitik, fibrinolisis, dermatomyositis,
neuropati perifer, degenerasi cerebelair, pemberian androgen pada kaheksia,
anoreksia atau pemberian mithamycin pada hiperkalsemia.

D. Kontraindikasi Kemoterapi
1. Kontra indikasi absolute :
a. Penyakit stadium terminal
b. Hamil trimester pertama, kecuali akan digugurkan
c. Septicemia
d. Koma
2. Kontra indiaksi relative :
a. Usia lanjut, terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya
rendah
b. Kondisi umum pasien yang buruk
c. Ada gangguan fungsi organ vital yang berat seperti hati, ginjal, jantung, sumsum
tulang dan sebagainya
d. Dementia
e. Penderita tidak dapat mengunjungi rumah sakit secara teratur
f. Penderita tidak kooperatif
g. Tumor resisten terhadap obat
h. Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai

E. Efek Samping Kemoterapi


1. Depresi sumsum tulang
Sumsum tulang merupakan cairan yang berada di bagian dalam tulang, yang
berfungsi memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit.
Sumsum tulang sangat sensitif terhadap efek dari kemoterapi. Penurunan sel-sel
darah tidak akan terjadi pada awal kemoterapi, karena kemoterapi tidak
menghancurkan darah yang berada di aliran darah tepi tetapi darah yang baru saja
diproduksi oleh sumsum tulang.
Masing-masing sel darah mempunyai masa hidup yang berbeda-beda. Netrofil
yang merupakan bagian dari sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan
tubuh mempunyai umur 6 jam, sedangkan trombosit mempunyai umur 10 hari, dan
sel darah merah mempunyai umur yang terpanjang yaitu 120 hari. Sehingga netrofil
akan turun lebih cepat dibandingkan sel darah merah yaitu satu sampai dua minggu
sedangkan sel darah merah sekitar 4 minggu.
Menurut National Cancer Institute USA, keadaan yang perlu diperhatikan
yaitu Neutropenia dimana jumlah netrofil di bawah 1000 sel per meter kubik-jika
dibawah 500 sel per meter kubik disebut severe neutropenia-. Hal ini disebabkan
oleh karena tubuh jadi mudah terkena infeksi. Gejala yang sering menyertai
neutropenia antara lain panas, nyeri tenggorok, batuk, pilek, sesak, nyeri saat buang
air kecil, phlebitis. Demam merupakan gejala yang paling sering muncul sebagai
akibat dari infeksi pada keadaan neutropenia yang biasa dikenal dengan demam
neutropenia yang perlu perhatian dan penanganan khusus. Dalam keadaan ini
biasanya kemoterapi akan ditunda kemudian diberikan antibiotik, anti jamur, anti
virus dan obat perangsang pertumbuhan netrofil.
Perdarahan sebagai akibat dari kekurangan trombosit pada pengobatan
kemoterapi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Lennan menyebutkan
bahwa kadar trombosit kurang dari 20.000 akan berpatensi signifikan menimbulkan
perdarahan spontan apabila kemoterapi dilanjutkan. Untuk meningkatkan kadar
trombosit diperlukan tranfusi trombosit concentrate, selain tranfusi dapat juga
diberikan oprelvelkin untuk merangsang pembentukan trombosit.
Anemia merupakan keadaan lain yang juga harus diperhatikan, kadar
hemoglobin dibawah 12 g/dl atau hematokrit kurang dari 37 % merupakan definisi
dari anemia. Dalam keadaan yang berat transfusi sel darah merah diperlukan untuk
mengatasi kegawatan, tindakan lain yaitu dengan memberikan erithropoetin untuk
mempercepat pembentukan darah merah.
Pada beberapa pusat pendidikan dan protokol kemoterapi menerapkan syarat
profil hematologi yang aman untuk menerima kemoterapi. Kadar hemoglobin
minimal 10 g/dl, hitung leukosit diatas 2000 dan atau jumlah neutropil absolut diatas
1000 serta hitung trombosit diatas 50.000 dipandang aman untuk pemberian
kemoterapi. Persyaratan profil hematologi ini berbeda di setiap pusat pendidikan
atau protokol kemoterapi.
2. Mual dan muntah
Efek samping yang juga sering timbul pada pengggunaan kemoterapi adalah
mual dan muntah. Ada beberapa penjelasan mengenai munculnya muntah oleh
karena efek samping kemoterapi. Pertama oleh karena teriritasinya mukosa usus
halus sehingga akan merangsang saraf-saraf tertentu yang akan mengaktifasi
vomiting center dan chemoreseptor trigger zone di otak. Kedua area di otak ini juga
dapat diaktifasi oleh karena obstruksi saluran cerna, peradangan, perlambatan
pengosongan lambung yang kesemuanya dapat disebabkan oleh kemoterapi.
Penangulangan mual dan muntah yang disebabkan oleh karena efek samping
kemoterapi antara lain dengan pemberian anti mual dan muntah seperti ondansentron
yang termasuk golongan penghambat serotonin. Selain pemberian preparat anti mual
dan anti muntah dapat juga diberikan ekstrak jahe, akupuntur, akupresure dan terapi
relaksasi.
3. Kerontokan rambut
Kemoterapi akan menyebabkan kerusakan pada folikel rambut sehingga
rambut akan mudah patah dan rontok. Kerontokan rambut ini secara klinis tidak
membahayakan, akan tetapi dapat mengganggu aspek sosial dan psikologis dari
penderita kanker. Kerontokan rambut ini tidak bersifat permanen sehingga apabila
kemoterapi dihentikan maka rambut akan tumbuh kembali. Penggunaan kompres
dingin di kepala untuk pencegahan kerontokan rambut masih menjadi kontroversi.
4. Kerusakan epitel mukosa saluran pencernaan
Epitel mukosa saluran pencernaan merupakan sel normal tubuh yang sering
menerima dampak kemoterapi oleh karena sel epitel mukosa saluran pencernaan
membelah dengan cepat. Manifestasi klinis dari rusaknya sel epitel mukosa saluran
cerna dapat berupa stomatitis, ulcer, diare dan kolitis.
Stomatitis merupakan salah satu efek samping kemoterapi yang sering timbul
akibat kemoterapi. Hal ini disebabkan oleh karena rusaknya mukosa akibat dari
pemberian kemoterapi. Biasanya stomatitis muncul setelah dua sampai dengan
empat minggu setelah kemoterapi, dan akan sembuh sempurna setelah kemoterapi
dihentikan.
Kerusakan mukosa juga akan menimbulkan gejala diare. Hal yang perlu
diperhatikan adalah gejala dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi
akibat diare. Kolitis dan ulcer merupakan perlukaan pada lambung dan usus akibat
lesi pada sel epitel.
5. Gangguan jantung, hati dan ginjal
Beberapa kemoterapi meyebabkan gangguan pada otot pada otot jantung. Hal
ini dapat menyebabkan terjadi kegagalan pompa jantung. Untuk menghindari efek
fatal dari gangguan jantung sebelum kemoterapi dimulai biasanya dilakukan
pemeriksaan untuk menilai fungsi jantung seperti EKG, CK, CKMB, dan
Ekokardiografi.
Pemecahan sebagian jenis obat kemoterapi terjadi di hati, dan sebagian lagi
terjadi di ginjal, namun disayangkan kemoterapi juga merusak hati dan ginjal.
Namun seperti efek samping yang lainnya, hal ini hanya bersifat sementara. Apabila
obat kemoterapi dihentikan maka fungsi jantung, hati dan ginjal akan kembali
normal. Pemeriksaan penunjang ureum dan kreatinin harus rutin dilakukan untuk
memantau fungsi ginjal. Peningkatan ureum diatas 50 mg/dl dan kreatinin diatas 1
mg/dl harus diwaspadai bila akan memberikan kemoterapi. Untuk pemantauan
fungsi hati dilakukan pemeriksaan enzim SGOT dan SGPT, apabila terjadi
peningkatan diatas 3-4 kali lipat dari kadar normal perlu dilakukan penyesuaian
dosis atau bahkan penghentian kemoterapi.
6. Fatique
Fatique adalah perasaan lelah atau kurang energi. Penyebab dan mekanisme
pastinya sampai saat ini belum diketahui. Namun demikian fatique hampir selalu
timbul pada setiap penderita yang menjalani kemoterapi. Fatique akibat efek
samping kemoterapi berbeda dengan kondisi fatique sehari-hari yang biasanya
hilang setelah istirahat. Fatique akibat kemoterapi biasanya muncul tiba-tiba dan
tidak hilang atau berkurang dengan istirahat.
Gejala fatique berbeda pada setiap individu dan sangat subyektif, tergantung
juga pada jenis obat dan dosis obat kemoterapi yang digunakan. Dapat berlangsung
dalam waktu seminggu atau bahkan sampai sebulan, tetapi biasanya berkurang
sesuai sel kanker yang respon terhadap kemoterapi yang dilakukan.

F. Perawatan Klien Kemoterapi


1. ANOREKSIA
Penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan mengajarkan kepada pasien
cara mengatur makanan:
a. Kebutuhan karbohidrat, sebagai sumber energi harus dikonsumsi secara teratur,
bisa diperoleh dari tepung, sereal, pasta dan roti, tetapi hindari yang terlalu manis
seperti permen dan kue-kue basah.
b. Kebutuhan protein, penting karena banyak mengandung vitamin dan mineral.
Bisa dengan mengkonsumsi suplemen nutrisi seperti ensure, sustacal, resource,
bisa juga dengan osmolit, isocal, isosource.Untuk menambah masukan protein
bisa juga dengan makan telur rebus, daging, yoghurt.
2. PERUBAHAN INDRA PENGECAP
a. Hindari makanan yang pahit
b. Makanan lunak berprotein ( susu, ikan,ayam )
c. Pertahankan rasa manis
d. Konsumsi makanan tambahan
e. Lakukan tes pengecapan
f. Karbohidrat pada pasien yang tidak suka manis
g. Gunakan tambahan bumbu
3. STOMATITIS DAN ESOFAGITIS
Untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya stomatitis dan esofagitis :
a. Melakukan pemeriksaan gigi 14 hari sebelum kemoterapi pertama
b. Gosok gigi 30 menit setelah makan dan sebelum tidur, gunakan sikat gigi yang
lembut, gunakan air hangat untuk kumuran pertama kemudian bilas dengan air
dingin. Kemudian letakkan sikat gigi di tempat yang kering.
c. Gunakan pasta gigi berflouride atau yang mengandung baking soda.
d. Jaga bibir tidak kering
e. Minum air 3 l perhari, kecuali merupakan kontra indikasi.
f. Hindari rokok dan alcohol
g. Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, terlalu banyak
mengandung zat kimia.
h. Kontrol gigi setelah selesai semua sesi kemoterapi.
4. MUAL DAN MUNTAH
Untuk mencegah atau meminimalkan mual dan muntah :
a. Makan makanan yang dingin atau yang disajikan dengan suhu ruangan karena
makanan panas meningkatkan sensasi mual.
b. Minum segelas jus apel, lemon, gelatin, teh atau cola untuk meredakan mual.
c. Hindari makanan yang terlalu manis, berlemak dan telalu pedas.
d. Hindari makan dan minum 1-2 jam sebelum dan setelah kemoterapi.
e. Gunakan teknik distraksi ( musik,radio,televisi )
f. Gunakan untuk tidur saat terasa mual
5. KONSTIPASI
a. Sediakan waktu untuk BAB secara teratur
b. Minum jus buah atau makan buah setelah waktu makan
c. Minum air hangat
d. Minum 3l air kecuali merupakan kontraindikasi
e. Usahakan agar diet yang dikonsumsi mengandung serat
f. Hindari produk yang banyak mengandung tepung
g. Tingkatkan aktivitas fisik
6. DIARE
a. Hindari makanan yang mengiritasi lambung, seperti : sereal, roti dari tepung,
kacang, biji-bijian, coklat, buah segar atau yang dikeringkan, jus buah (pisang,
avocado, apel dan anggur diperbolehkan), sayur mentah, makanan yang banyak
mengandung gas, makanan dan minuman yang mengandung kafein.
b. Gunakan untuk beristirahat.
c. Minum 3 l perhari kecuali merupakan kontraindikasi.
d. Makan sedikit tapi sering.
e. Hindari makanan yang terlalu panas atau dingin.
f. Hindari susu atau produk susu
7. ALOPECIA
Penanganan untuk meminimalkan alopecia adalah :
a. Gunakan sampho bubuk atau yang lembut, sampho dengan bahan dasar protein,
diikuti dengan penggunaan minyak rambut atau kondisioner setiap 3-5 hari.
b. Minimalkan penggunaan hair dryer, jika memang diperlukan gunakan dengan
panas rendah.
c. Hentikan penggunaan mesin dengan listrik seperti alat pelurus rambut. Selain itu
hentikan pula penggunaan roll rambut, bandana yang menekan rambut, hair
spray, semir rambut karena akan menyebabkan kerapuhan rambut.
d. Hindari menggosok rambut dan menyisir rambut terlalu keras.
e. Hindari manipulasi rambut yang berlebihan seperti mengikatnya ekor kuda.
f. Gunakan bantal yang lembut

Anda mungkin juga menyukai