CYSTOMA OVARII
OLEH :
019.02.0943
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
CYSTOMA OVARII / KISTA OVARIUM
A. DEFINISI
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung
telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang
terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008).
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di
mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi
cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium
yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang
dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi (Lowdermilk, dkk.
2005).
B. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab, penyebab inilah yang nantinya
akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium tipe folikuler
merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan kista jenis ini terbentuk karena
pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan
yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal folikel yang berisi sel telur
ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur namun pada
beberapa kasus folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan cairan yang
nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah
yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.
Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut
dan gigi kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone
diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional
Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus
menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah
ovulasi.
Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa.
Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal
dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang
lain.
Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium).
Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid.
Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari
2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-
tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis
dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-
mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan
HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau
sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian
HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling
sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial.
Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan
mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini
adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Pembesaran Ruptur
Cystomi Ovarii ovarium ovarium
Nyeri Resiko
Anestesi
Injuri
Peristaltik Nervus
usus vagus
Absorbsi Refleks
air dikolon menelan
Resiko Resiko
Konstipasi Aspirasi
Keterangan :
Histerektomi : Kandungan
diangkat
Oovorektomi : Ovum yang
dipotong
D. TANDA DAN GEJALA
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri
yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan
menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala
saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang
panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut
mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan
atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk
menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat,
komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.
H. KOMPLIKASI
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih
belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk
melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama
yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia
subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada
siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta
data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah
abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan
muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista
ovarium.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
5. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan
sampai amenorhea.
6. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera : ikterik/tidak
2) Konjungtiva : anemis/tidak
3) Mata : simetris/tidak
c. Leher
1) pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
7. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat
umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
8. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai
penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien
dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi
mental klien yang ingin hamil/punya keturunan.
10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan
tidur karena merasa nyeri
11. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi : Untuk mengetahui letak batas kista
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Preoperasi
a. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
c. PK perdarahan
2. Post operasi
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
c. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
K. RENCANA KEPERAWATAN
PRE OPERASI
DIAGNOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
biologi selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
berkurang termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
NOC : dan faktor presipitasi
Pain Level, Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Pain control, Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Comfort level mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kriteria Hasil : Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Mampu mengontrol nyeri (tahu Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
penyebab nyeri, mampu menggunakan Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
tehnik nonfarmakologi untuk ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
mengurangi nyeri, mencari bantuan) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
Melaporkan bahwa nyeri berkurang menemukan dukungan
dengan menggunakan manajemen Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Mampu mengenali nyeri (skala, Kurangi faktor presipitasi nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
Menyatakan rasa nyaman setelah farmakologi dan inter personal)
nyeri berkurang
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Tanda vital dalam rentang normal
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
2. Kecemasan bd diagnosis Setelah dilakukan asuhan keperawatan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
dan pembedahan selama 3x24 jam diharapakan cemasi Gunakan pendekatan yang menenangkan
terkontrol Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
NOC : Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
Anxiety control prosedur
Coping Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
Kriteria Hasil : mengurangi takut
Klien mampu mengidentifikasi dan Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
mengungkapkan gejala cemas
prognosis
Mengidentifikasi, mengungkapkan
Dorong keluarga untuk menemani anak
dan menunjukkan tehnik untuk
Lakukan back / neck rub
mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal Dengarkan dengan penuh perhatian
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa Identifikasi tingkat kecemasan
tubuh dan tingkat aktivitas Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
menunjukkan berkurangnya kecemasan
kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Monitor tanda-tanda perdarahan gastrointestinal
selama 3x24 jam diharapakan pasien Awasi petheciae, ekimosis, perdarahan dari suatu
menunjukkan perdarahan dapat tempat
diminimalkan Monitor vital sign
Catat perubahan mental
Hindari aspirin
Awasi HB dan factor pembekuan
Berikan vitamin tambahan dan pelunan feses
POST OPERASI
DIAGNOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
fisik selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
berkurang
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
NOC :
kualitas dan faktor presipitasi
Pain Level,
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Pain control,
Comfort level Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Kriteria Hasil : mengetahui pengalaman nyeri pasien
Mampu mengontrol nyeri (tahu Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
penyebab nyeri, mampu menggunakan Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
tehnik nonfarmakologi untuk Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
mengurangi nyeri, mencari bantuan) tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Melaporkan bahwa nyeri berkurang Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
dengan menggunakan manajemen menemukan dukungan
nyeri Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
Mampu mengenali nyeri (skala, nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) kebisingan
Menyatakan rasa nyaman setelah Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri berkurang Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
Tanda vital dalam rentang normal non farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Infection Control (Kontrol infeksi)
penurunan pertahanan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
primer terkontrol Pertahankan teknik isolasi
NOC : Batasi pengunjung bila perlu
Immune Status Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
Knowledge : Infection control tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
Risk control meninggalkan pasien
Kriteria Hasil : Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Klien bebas dari tanda dan gejala Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
infeksi kperawtan
Mendeskripsikan proses penularan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
penyakit, factor yang mempengaruhi Pertahankan lingkungan aseptik selama
penularan serta penatalaksanaannya, pemasangan alat
Menunjukkan kemampuan untuk Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing
mencegah timbulnya infeksi sesuai dengan petunjuk umum
Jumlah leukosit dalam batas normal Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
Menunjukkan perilaku hidup sehat infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, Kosep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arief dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:
EGC.
Mc Closky & Bulechek. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Mosby.
Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.