DISUSUN
OLEH KELOMPOK V:
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
STIKES MATARAM
( ) ( )
SATUAN ACARA BERMAIN
A. Latar Belakang
Hospitalisasi selama kanak-kanak adalah pengalaman yang memiliki efek yang
lama, kira-kira satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi (Foster and
Humsberger, 1998). Hospitalisasi menjadi stresor terbesar bagi anak dan keluarganya
yang menimbulkan ketidaknyamanan, jika koping yang biasa digunakan tidak mampu
mengatasi atau mengedalikan akan berkembang menjadi krisis. Tetapi besarnya efek
tergantung pada masing-masing anak dalam mempersepsikannya.
Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan atau
gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan. Hospitalisasi terjadi
apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami suatu gangguan
fisik maupun mentalnya yang memungkinkan anak untuk mendapatkan perawatan di
rumah sakit.
Hospitalisasi dapat merupakan satu penyebab stres bagi anak dan keluarganya.
Tetapi tingkat stresor terhadap panyakit dan hospitalisasi tersebut berbeda menurut
anak secara individu. Mungkin seorang anak menganggap hal itu sebagai hal yang biasa
tetapi mungkin yang lainnya menganggap hal tersebut sebagai suatu stresor. Upaya
yang dilakukan adalah meminimalkan stress sebagai pengaruh negatif dari hospitalisasi
yaitu melakukan kegiatan “Terapi Bermain”. Bermain dipercaya mampu menurunkan
stress pada anak akibat lingkungan yang baru dan tindakan invasif selama proses
perawatan di rumah sakit.
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Aktivitas bermain selalu dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjuk kepada
kegiatan bermain.Bermain dan anak sangat erat kaitannya hubungannya. Menurut
Catron dan Allen dalam bukunya Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model
(1999) mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak
berkembang optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan
aspek perkembangan anak.Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri
mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas
untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu.
Salah satu contoh permainan yang sederhana yaitu bermain menggunakan balok
susun yang memang memiliki banyak manfaat karena selain merupakan sarana
mengenal warna dan bentuk, permainan ini dapat mengembangkan kemampuan
motorik, melatih koordinasi mata dan tangan, meningkatkan daya konsentrasi serta
kesabaran, dan yang jelas dapat merangsang kreatifitas anak. Bermain menyusun balok
merupakan kombinasi kemampuan menyusun, berhitung, memilah serta membuat pola
yang semuanya ini merupakan modal penting untuk kemampuan matematika tingkat
permulaan. Salah satu manfaat bermain bagi anak adalah untuk meningkatkan daya
kreativitas dan membebaskan anak dari stres. Kreativitas anak akan berkembang
melalui permainan. Ide-ide yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka. Bermain juga
dapat membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari.Stres pada anak
dapat disebabkan oleh rutinitas harian selama hospitalisasi yang membosankan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit agar dapat mencapai
tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan walaupun dalam
kondisi sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 20 menit anak mampu :
a. Mendemonstrasikan menyusun balok
b. Menunjukkan ekspresi non verbal dengan tertawa, tersenyum dan saling
bercanda.
C. Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain adalah anak yang sedang menjalani
perawatan di ruang 7B RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, dengan kriteria :
1. Dimulai dari anak prasekolah
2. Anak laki-laki maupun perempuan
3. Tidak sedang mengalami bedrest
4. Tidak menderita penyakit menular
5. Kondisi cukup baik
D. Metode Bermain
Pelaksanaan terapi bermain ini dilakukan selama kurang lebih 30 menit dan dibagi
dalam 3 fase :
Fase Perkenalan (5 menit)
Pada fase ini setelah anak-anak terkumpul, terlebih dahulu terapis memperkenalkan
diri pada anggota yang dilanjutkan perkenalan oleh anggota.
Fase Kerja (20 menit)
Leader membantu membuka dan menutup terapi kreativitas
Fasilitator memberi pengarahan dan mempraktekkan cara bermain di depan anak-
anak
Cara bermain : anak-anak diminta untuk menyusun balok
Permainan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan
Masing-masing anak diberi reward berupa hadiah
Fase terminasi
Pada fase ini terapis menanyakan bagaimana perasaan anak setelah kegiatan bermain
selesai. Kemudian sebagai penghargaan masing-masing anak baik yang
menyelesaikan permainan atau tidak diberikan hadiah yang sama. Kemudian acara
ditutup dengan berjabat tangan antar peserta lalu terapis.Setelah acara selesai, terapis
membawa kembali peserta kepada keluarga dan mengucapkan terimakasih.
E. Media
Mainan balok dengan berbagai warna
F. Kriteria Evaluasi
Kemampuan untuk memperkenalkan diri dengan terbuka tanpa rasa malu
Kemampuan peserta dalam berinteraksi dengan teman sebayanya dan terapis saat
bermain
Perasaan peserta setelah terapi bermain selesai
G. Materi (terlampir)
H. Susunan Acara
Permainan mewarnai dilakukan dalam waktu kurang lebih 30 menit dengan
susunan acara sebagai berikut:
Tahap Kegiatan perawat Kegiatan peserta Metode
Mengucapkan salam Membalas salam ceramah
Memperkenalkan diri Mendengarkan
5 Menit Menjelaskan tujuan dan penjelasan
Pembukaan peraturan kegiatan Mendengarkan
(perkenalan) Menjelaskan media yang penjelasan
akan dijadikan media Mendengarkan
permainan penjelasan
Mengumpulkan klien yang Ikut berkumpul Demonstrasi
telah diseleksi Memperkenalkan
Meminta kepada setiap anak diri dan
untuk menyebutkan namanya bersalaman dengan
masing-masing dan peserta yang
bersalaman dengan semua lainnya
20 Menit
peserta yang lain Mendengarkan
Permainan
Menjelaskan kembali tentang penjelasan
permainan beserta alat- Mulai bersiap-siap
alatnya untuk bermain
Meminta anak-anak untuk
bersiap-siap memulai
menyusun balok
Memberikan kesimpulan Mendengarkan Tanya jawab
5 Menit
permainan Menjawab salam
Penutup
Mengucapkan salam penutup penutup
(Terminasi)
I. Skema Terapi Bermain
1. Deskripsi tugas Terapis
Leader
Memimpin jalannya acara bermain
Membuka perkenalan
Membuat dan mengatur setting tempat dan waktu
Menutup kegiatan bermain
Fasilitator
Mendampingi / membantu peserta dalam bermain
Observer
Mengobservasi jalannya acara permainan
Memberikan sekilas penilaian
Memberikan kritik dan saran setelah acara selesai
Mengevaluasi dan memberikan feedback pada leader
2. Setting Tempat
MEJA
Keterangan : : Peserta
: Leader
3. Pembagian tugas:
Leader : Karina Citra Manditha
Observer : Linda Fuji Ramdiani
Fasilitator : M. Suryadi Isnaini
J. Evaluasi
Yang dievaluasi dalam kegiatan ini adalah :
Persiapan
Kesiapan alat-alat permainan dan ruangan untuk bermain
Kesiapan peserta dalam mengikuti permainan
Ketepatan waktu
Proses.
Kemampuan leader memimpin permainan
Kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi anak
Respon anak selama bermain (kontak mata, kehadiran penuh, antusiasme anak
selama bermain)
Hasil
Kesan –kesananak setelah melakukan terapi bermain
NAMA PESERTA YANG HADIR DALAM TERAPI BERMAIN :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA
Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders
Company, Philadelpia USA.
Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2000. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku,
Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna .
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing). Terjemahan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Whaley dan Wong. 2004. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Cetakan 1, Jakarta : EGC.
Veltman M,W Browne K.D. 2000. An Evaluation of Favorite Kind of Day Drawing from
Psychially Maltreated Children. Child Abuse and Neglect.
Lampiran Materi
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun balok secara lancar maka dia
sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut seperti
mencorat-coret kertas, belajar menggosok gigi sendiri dan makan dengan menggunakan
sendok. Menyusun balok mengandalkan keterampilan memegang benda kecil,
meletakkannya di atas balok lain sambil mengusahakan keseimbangan. Keterampilan
memegang benda kecil, sebenarnya dicapai anak sejak berusia 10 bulan, saat ia mulai
suka menjumput remah-remah kue yang berserakan di dekatnya.