Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEMOTERAPI DAN PERAWATANNYA DI RUMAH


DI RUANG 27 RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG JAWA TIMUR

DISUSUN

OLEH KELOMPOK V:

1. KARINA CITRA MANDITHA


2. LINDA FUJI RAMDIANI
3. M. SURIADI ISNAINI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEMOTERAPI DAN PERAWATANNYA DI RUMAH
DI RUANG 27 RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG JAWA TIMUR

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG DI RUANG HEMODIALISA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB) MENYUSUN BALOK
DI RUANG 7B RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
KAMIS, 16 JANUARI 2020

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
STIKES MATARAM

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
SATUAN ACARA BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain stimulasi motorik dan kognitif


Sub pokok bahasan : Menyusun Balok
Sasaran : Anak usia pra sekolah ruang 7B
Tempat : Ruang 7B
Hari/Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 16 Januari 2020
Penyuluh : Tim PKRS IRNA IV RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

A. Latar Belakang
Hospitalisasi selama kanak-kanak adalah pengalaman yang memiliki efek yang
lama, kira-kira satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi (Foster and
Humsberger, 1998). Hospitalisasi menjadi stresor terbesar bagi anak dan keluarganya
yang menimbulkan ketidaknyamanan, jika koping yang biasa digunakan tidak mampu
mengatasi atau mengedalikan akan berkembang menjadi krisis. Tetapi besarnya efek
tergantung pada masing-masing anak dalam mempersepsikannya.
Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan atau
gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan. Hospitalisasi terjadi
apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami suatu gangguan
fisik maupun mentalnya yang memungkinkan anak untuk mendapatkan perawatan di
rumah sakit.
Hospitalisasi dapat merupakan satu penyebab stres bagi anak dan keluarganya.
Tetapi tingkat stresor terhadap panyakit dan hospitalisasi tersebut berbeda menurut
anak secara individu. Mungkin seorang anak menganggap hal itu sebagai hal yang biasa
tetapi mungkin yang lainnya menganggap hal tersebut sebagai suatu stresor. Upaya
yang dilakukan adalah meminimalkan stress sebagai pengaruh negatif dari hospitalisasi
yaitu melakukan kegiatan “Terapi Bermain”. Bermain dipercaya mampu menurunkan
stress pada anak akibat lingkungan yang baru dan tindakan invasif selama proses
perawatan di rumah sakit.
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Aktivitas bermain selalu dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjuk kepada
kegiatan bermain.Bermain dan anak sangat erat kaitannya hubungannya. Menurut
Catron dan Allen dalam bukunya Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model
(1999) mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak
berkembang optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan
aspek perkembangan anak.Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri
mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas
untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu.
Salah satu contoh permainan yang sederhana yaitu bermain menggunakan balok
susun yang memang memiliki banyak manfaat karena selain merupakan sarana
mengenal warna dan bentuk, permainan ini dapat mengembangkan kemampuan
motorik, melatih koordinasi mata dan tangan, meningkatkan daya konsentrasi serta
kesabaran, dan yang jelas dapat merangsang kreatifitas anak. Bermain menyusun balok
merupakan kombinasi kemampuan menyusun, berhitung, memilah serta membuat pola
yang semuanya ini merupakan modal penting untuk kemampuan matematika tingkat
permulaan. Salah satu manfaat bermain bagi anak adalah untuk meningkatkan daya
kreativitas dan membebaskan anak dari stres. Kreativitas anak akan berkembang
melalui permainan. Ide-ide yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka. Bermain juga
dapat membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari.Stres pada anak
dapat disebabkan oleh rutinitas harian selama hospitalisasi yang membosankan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit agar dapat mencapai
tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan walaupun dalam
kondisi sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 20 menit anak mampu :
a. Mendemonstrasikan menyusun balok
b. Menunjukkan ekspresi non verbal dengan tertawa, tersenyum dan saling
bercanda.

C. Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain adalah anak yang sedang menjalani
perawatan di ruang 7B RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, dengan kriteria :
1. Dimulai dari anak prasekolah
2. Anak laki-laki maupun perempuan
3. Tidak sedang mengalami bedrest
4. Tidak menderita penyakit menular
5. Kondisi cukup baik

D. Metode Bermain
Pelaksanaan terapi bermain ini dilakukan selama kurang lebih 30 menit dan dibagi
dalam 3 fase :
 Fase Perkenalan (5 menit)
Pada fase ini setelah anak-anak terkumpul, terlebih dahulu terapis memperkenalkan
diri pada anggota yang dilanjutkan perkenalan oleh anggota.
 Fase Kerja (20 menit)
 Leader membantu membuka dan menutup terapi kreativitas
 Fasilitator memberi pengarahan dan mempraktekkan cara bermain di depan anak-
anak
 Cara bermain : anak-anak diminta untuk menyusun balok
 Permainan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan
 Masing-masing anak diberi reward berupa hadiah
 Fase terminasi
Pada fase ini terapis menanyakan bagaimana perasaan anak setelah kegiatan bermain
selesai. Kemudian sebagai penghargaan masing-masing anak baik yang
menyelesaikan permainan atau tidak diberikan hadiah yang sama. Kemudian acara
ditutup dengan berjabat tangan antar peserta lalu terapis.Setelah acara selesai, terapis
membawa kembali peserta kepada keluarga dan mengucapkan terimakasih.

E. Media
Mainan balok dengan berbagai warna

F. Kriteria Evaluasi
 Kemampuan untuk memperkenalkan diri dengan terbuka tanpa rasa malu
 Kemampuan peserta dalam berinteraksi dengan teman sebayanya dan terapis saat
bermain
 Perasaan peserta setelah terapi bermain selesai
G. Materi (terlampir)

H. Susunan Acara
Permainan mewarnai dilakukan dalam waktu kurang lebih 30 menit dengan
susunan acara sebagai berikut:
Tahap Kegiatan perawat Kegiatan peserta Metode
 Mengucapkan salam  Membalas salam ceramah
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
5 Menit  Menjelaskan tujuan dan penjelasan
Pembukaan peraturan kegiatan  Mendengarkan
(perkenalan)  Menjelaskan media yang penjelasan
akan dijadikan media  Mendengarkan
permainan penjelasan
 Mengumpulkan klien yang  Ikut berkumpul Demonstrasi
telah diseleksi  Memperkenalkan
 Meminta kepada setiap anak diri dan
untuk menyebutkan namanya bersalaman dengan
masing-masing dan peserta yang
bersalaman dengan semua lainnya
20 Menit
peserta yang lain  Mendengarkan
Permainan
 Menjelaskan kembali tentang penjelasan
permainan beserta alat-  Mulai bersiap-siap
alatnya untuk bermain
 Meminta anak-anak untuk
bersiap-siap memulai
menyusun balok
 Memberikan kesimpulan  Mendengarkan Tanya jawab
5 Menit
permainan  Menjawab salam
Penutup
 Mengucapkan salam penutup penutup
(Terminasi)
I. Skema Terapi Bermain
1. Deskripsi tugas Terapis
Leader
 Memimpin jalannya acara bermain
 Membuka perkenalan
 Membuat dan mengatur setting tempat dan waktu
 Menutup kegiatan bermain
Fasilitator
 Mendampingi / membantu peserta dalam bermain
Observer
 Mengobservasi jalannya acara permainan
 Memberikan sekilas penilaian
 Memberikan kritik dan saran setelah acara selesai
 Mengevaluasi dan memberikan feedback pada leader
2. Setting Tempat

MEJA

Keterangan : : Peserta

: Leader

: Fasilitator dan observer

3. Pembagian tugas:
 Leader : Karina Citra Manditha
 Observer : Linda Fuji Ramdiani
 Fasilitator : M. Suryadi Isnaini
J. Evaluasi
Yang dievaluasi dalam kegiatan ini adalah :
Persiapan
 Kesiapan alat-alat permainan dan ruangan untuk bermain
 Kesiapan peserta dalam mengikuti permainan
 Ketepatan waktu
Proses.
 Kemampuan leader memimpin permainan
 Kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi anak
 Respon anak selama bermain (kontak mata, kehadiran penuh, antusiasme anak
selama bermain)
Hasil
 Kesan –kesananak setelah melakukan terapi bermain
NAMA PESERTA YANG HADIR DALAM TERAPI BERMAIN :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA

Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders
Company, Philadelpia USA.

Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2000. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku,
Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna .

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing). Terjemahan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC.

Whaley dan Wong. 2004. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Cetakan 1, Jakarta : EGC.

Veltman M,W Browne K.D. 2000. An Evaluation of Favorite Kind of Day Drawing from
Psychially Maltreated Children. Child Abuse and Neglect.
Lampiran Materi

TERAPI BERMAIN MENYUSUN BALOK

A. Pengertian Terapi Bermain Menyusun Balok


Bermain menyusun balok merupakan salah satu jenis permainan yang bisa
dilakukan dalam proses terapi bermain bagi klien anak yang sedang menjalani proses
hospitalisasi. Terapi bermain ini dapat digunakan sebagai terapi bagi anak dengan usia
mulai 16 bulan. Bermain dengan cara menyusun balok pada dasarnya tidak hanya
membantu mengembangkan kemampuan motorik anak tetapi juga berperan penting
dalam proses pengembangan kognitif klien. Kemampuan klien menyusun balok
berkaitan erat dengan kemampuan kognitif klien karena pada dasarnya bermain dengan
cara metode menyusun balok tidak hanya melatih kemampuan motorik halus klien tapi
lebih dari itu bermain menyusun balok memerlukan perencanaan meskipun masih
relatif sederhana.

Ketika anak sudah mampu bermain menyusun balok secara lancar maka dia
sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut seperti
mencorat-coret kertas, belajar menggosok gigi sendiri dan makan dengan menggunakan
sendok. Menyusun balok mengandalkan keterampilan memegang benda kecil,
meletakkannya di atas balok lain sambil mengusahakan keseimbangan. Keterampilan
memegang benda kecil, sebenarnya dicapai anak sejak berusia 10 bulan, saat ia mulai
suka menjumput remah-remah kue yang berserakan di dekatnya.

B. Faktor Penyebab Ketidakmampuan Menyusun Balok


Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas perkembangan tertentu,
seperti menyusun balok, dapat menghambat berkembangnya keterampilan berikutnya.
Saat anak Anda berusia 18 bulan, dan ia tidak berminat bermain susun balok perlu
diwaspadai. Kemungkinan si kecil mengalami keterlambatan. Factor penyebabnya
yaitu:
1. Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak berusia 1 tahun perlu dilatih dengan memberinya balok. Umumnya, anak
usia ini berminat pada hal-hal yang berhubungan dengan sebab-akibat, sehingga
ingin mencoba memadukan satu benda dengan benda lain.
2. Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan
kegiatan yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu memeriksakannya ke
dokter sebelum hal ini berlangsung lama.
3. Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila Anda
mendapati si kecil Anda mengalami kelainan pada keterampilan meraba, Anda perlu
waspada. Segera bawa ia ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan.

C. Manfaat Terapi Bermain


1. Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan proses berfikir dan
motorik anak.
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada
anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas,
takut, sedih tegang dan nyeri
5. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.

Anda mungkin juga menyukai