OLEH:
MAHASISWA PROFESI NERS UNIV. BRAWIJAYA
Disusun Oleh:
Pembimbing Klinik
___________________________________
SATUAN ACARA BERMAIN
1. Latar Belakang
Dunia anak adalah dunia bermain dan dunia untuk mengembangkan diri serta
untuk mengenal dunia sekitarnya. Dalam bermain anak-anak tidak hanya sekedar
unttuk mengisi waktu yang ada, tetapi kegiatan tersebut sangat penting bagi anak-
anak seperti kebutuhan anak anak yang lainseperti:makan, minum, perawatan,
cinta kasih dari orang tua. Anak memerlukan berbagai variasi dalam bermain
untuk menjaga kesehatannya baik fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Melalui bermain anak tidak hanya menstimuli otot, otak dan pergaulannya dengan
sesama.
Dalam keadaan sakit dan dirawat di RS, bermain diperlukan untuk
melanjutkan pertumbuhan dan perkembangannya, dengan bermain anak dapat
tetap mengembangkan kreativitas serta supaya anak dapat beradaptasi lebih
efektif terhadap stress.
Untuk memfasilitasi kebutuhan anak tersebut diperlukan peran dari perawat
untuk memberikan aktifitas bermain yang tepat pada anak sesuai dengan tahap
perkembangan dan tetap memperhatikan prinsip-prinsip bermain di rumah sakit.
2. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selama kurang lebih 30 menit diharapkan
kreativitas anak-anak berkembang baik dan dapat membantu mengurangi
tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat
hospitalisasi dengan membuat kreasi dari bahan plastisin buatan sendiri.
3. Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain adalah anak yang sedang
menjalani perawatan di ruang 7B khususnya di kelas III RSSA Malang, dengan
kriteria :
Dimulai dari anak usia prasekolah
Anak laki-laki maupun perempuan
Tidak sedang menjalani bedrest
Tidak menderita penyakit menular
Kondisi cukup baik
4. Metode Bermain
Pelaksanaan terapi bermain ini dilakukan selama kurang lebih 30 menit dan
dibagi dalam 3 fase yaitu :
Fase Perkenalan (5 menit)
Pada fase ini setelah anak-anak terkumpul, terlebih dahulu terapis
memperkenalkan diri pada anggota yang dilanjutkan dengan perkenalan oleh
para anggota.
Fase Kerja (20 menit)
Leader membantu membuka dan menutup terapi kreativitas
Fasilitator memberi pengarahan dan mempraktekkan cara bermain di
depan anak-anak.
Cara Bermain:
Gambar dan peralatan membuat topeng (kertas, tali karet dan pensil
warna) dipersiapkan untuk anak-anak
Tiap fasilitator membawa gunting yang akan digunakan untuk
memberikan lubang mata dan pengikat
Lalu anak dibimbing untuk mewarnai gambar hewan yang sudah dipilih
Jika gambar telah selesai diwarnai, kertas penyangga mulai
ditempelkan pada kertas gambar yang diwarnai
Fasilitator mengecek pemasangan kertas penyangga kemudian
menempelkan isolasi pada bagian terluar untuk lubang tali karet
Fasilitator memberikan lubang pada mata dan tempat masuk tali karet
Fasilitator mengarahkan anak-anak untuk memasukkan tali karet ke
dalam lubang tali karet
Permainan selesai sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
Masing-masing anak diberi reward berupa hadiah.
Fase Terminasi
Pada fase ini terapis menanyakan bagaimana perasaan anak setelah
kegiatan bermain selesai. Kemudian sebagai penghargaan masing – masing
anak baik yang menyelesaikan permainan atau tidak diberikan hadiah yang
sama. Kemudian acara ditutup dengan berjabat tangan antar perserta lalu
dengan terapis. Setelah acara bermain selesai terapis membawa kembali
peserta kepada keluarga dan mengucapkan terima kasih.
5. Media
Celemek plastik
6. Kriteria Evaluasi
Kemampuan untuk memperkenalkan diri dengan terbuka tanpa rasa malu
Kemampuan peserta dalam berinteraksi denga teman sebayanya dan terapis
saat bermain
Kemampuan peserta untuk mengikuti aturan selama permainan berlangsung
Perasaan peserta setelah terapi bermain selesai
F F
F F
Keterangan :
Leader : Mahasiswa Universitas Brawijaya
Fasilitator : Mahasiswa Universitas Brawijaya
Observer : Mahasiswa Universitas Brawijaya
MATERI BERMAIN PLASTISIN
1. Pengertian
Plastisin adalah bahan terbaik yang digunakan untuk belajar dengan anak-
anak karena plastisin dapat digunakan untuk mengajak dan untuk terapi.
Kebanyakan anak-anak menemukan bahwa teksture dari plastisin itu sendiri yang
menyenangkan untuk di sentuh dan di manipulasi atau dirubah. Ini amatlah
mudah untuk membentuk sesuatu dengan plastisin dan merubahnya menjadi
bentuk, ukuran, dan tampilan yang lain. Kebanyakan anak-anak telah siap
memakai plastisin dan mereka asik dalam perasaan, memukul-mukul plastisin,
menekan plastisin, melumpuri plastisin, dan memotong plastisin. Mereka
memperoleh tentang pengalaman yang menyenangkan, memuaskan.
Kebanyakan, plastisin hampir seperti perluasan dari anak-anak, seperti sudah
menjadi bagian dari mereka.
Plastisin memungkinkan anak untuk menjadi kreatif. Selama aktivitas
kreatifnya, dari dalam emosi anak memungkinkan untuk muncul dan mengalami
sesuatu yang jelas dari aktivitas tersebut. Plastisin membolehkan anak untuk
mengekspresikan emosinya : seorang anak mungkin dengan tenang membanting
plastisin, atau dengan agresif memukul plastisin, atau menarik plastisin sehingga
terpisah seperti sedang frustasi. Emosi-emosi demikian yang mana seorang anak
sedang memegang plastisin, mungkin dijelaskan dari sisi terluar, dan dengan efek
pencuci perut. Karena potongan plastisin ini membuat plastisin lebih mudah untuk
mengubah menjadi potongan yang baru, medium ini mengajak anak untuk
melanjutkan belajar mereka dengan mengembangkan tema-tema yang ada dan
menjelajahi atau mengembangkan tema-tema yang baru.
Plastisin adalah bahan tiga dimensi. Ini membolehkan anak untuk memiliki
kebebasan untuk berkreativitas yang lebih daripada ketika mereka dengan dua
dimensi seperti melukis atau ketika menggambar. Dengan plastisin, anak dengan
bebas dapat menciptakan potongan-potongan plastisin menjadi hali yang
realistis, imajinasi atau simbolik. Contohnya misal seperti, seorang anak
menciptakan potongan plastisin tersebut menjadi replica monster. Potongan ini,
mewakili monster, terlihat nyata, dan terlihat seperti binatang, atau dapat terlihat
seperti tokoh fantasi, atau mungkin potongan itu merupakan suatu symbol yang
khusus, atau bahkan mungkin hanya potongan yang dibentuk kasar.
Belajar dengan plastisin bisa mendapatkan balasan yang khusus untuk anak-
anak yang mana mereka merasakan tidak mencukupi tentang kemampuan
kreativitas mereka, karena plastisin merupakan bahan yang dapat digunakan
dengan kemampuan yang kecil ini memiliki kemungkinan kegagalan yang kecil.
Konselor tidak memerlukan untuk membantu harapan-harapan atau peraturan-
peraturan, sehingga anak dapat merasakan kebebasan untuk mengekspresikan
kondisinya saat itu dengan bentuk pengalaman-pengalaman dari dalam tanpa
pengendalian yang tida diperlukan.
Karena plastisin merangsang indera peraba dan kinestetik, ini membolehkan
anak-anak yang tertutup atau pendiam mengenai pengalaman sensorik dan
emosinya dengan cara memainkan plastisin-plastisin itu lagi. Seperti anak-anak
dengan menjadi digunakan sepenuhnya dalam belajar dengan plastisin, dengan
sensitive bertambahnya reaksi kinestetiknya mungkin itu merupakan hasil yang
bermanfaat yaitu ungkapan emosi. Konselor bias mengharapkan untuk melihat
tingkah laku seperti membayangkan proses yang ada dalam diri anak-anak.
Konselor membutuhkan observasi mengenai respon non verbal dan verbal dari
anak-anak, dan juga merespon pada mereka dengan menggunakan sikap atau
cara-cara konseling yang tepat.