BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh:
Myelinda Ariyanti (Ketua/108116047/ 2016)
Desy Nurannisa (Anggota 1/108116059/ 2016)
Rizky Fachrian Ridlo (Anggota 2/108117074/ 2017)
i
ii
RINGKASAN
Penyakit kronik pada anak akhir-akhir ini menjadi perhatian dan merupakan isu
global. Penyakit kronik merupakan salah satu penyebab perawakan pendek
atau yang disebut dengan stunting. Anak yang memiliki perawakan pendek
apabila tinggi badan berada di bawah –2 Standar deviasi (SD) atau di bawah
persentil kurva pertumbuhan sesuai usia dan jenis kelamin. Cilacap merupakan
kabupaten yang berdasarkan data 100 lokasi kabupaten tahun 2018 ditetapkan
pemerintah dalam program penurunan stunting. Data Puskesmas Kawunganten
tahun 2018 menunjukkan dari 25 balita dengan masalah gizi dan 16 balita (64%)
terdetek stunting dengan rincian 2 balita sangat pendek dan 14 balita kategori
pendek berdasarkan perhitungan TB/U. Ada 5 Puskemas di Kabupaten Cilacap
menjadi lokus Balita Stunting. Tujuan Penelitian adalah mengetahui pengaruh
terapi bermain menggunakan peralatan rumah tangga terhadap perkembangan
balita stunting di Cilacap. Sampel 80 Balita stunting di 5 Puskesmas. Desain
penelitian menggunakan kuantitatif dengan pendekatan quasi experiment dengan
rancangan pre dan post test without control group. Analisis Data menggunakan
univariat distribusi frekuensi dan bivariat dengan Chi-Square.
iii
DAFTAR ISI
iv
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah
lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisistunting baru nampak setelah
bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek(severely
stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
menurutumurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS
(Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting
menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balitadengan nilai
z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD
(severelystunted) (e-book TNP2K. 2017).
WHO membatasi masalah stunting di setiap negara, provinsi, dan
kabupaten sebesar 20%, sementara Indonesia baru mencapai 29,6%.
Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) pada 2017, prevalensi Balita
stunting di Indonesia dari 34 provinsi hanya ada 2 provinsi yang berada di
bawah batasan WHO tersebut, yakni Yogyakarta (19,8%) dan Bali (19,1%).
Provinsi lainnya memiliki kasus dominan tinggi dan sangat tinggi sekitar 30%
hingga 40%. (www.depkes.go.id)
Cilacap merupakan kabupaten yang berdasarkan data 100 lokasi
kabupaten tahun 2018 ditetapkan pemerintah dalam program penurunan
stunting. Data Puskesmas Kawunganten tahun 2018 menunjukkan dari 25
balita dengan masalah gizi dan 16 balita (64%) terdetek stunting dengan rincian
2 balita sangat pendek dan 14 balita kategori pendek berdasarkan perhitungan
TB/U. Data yang terkait dengan penyakit kronis pada saluran pernafasan
seperti pneumonia dan TBC Paru di Cilacap juga dalam kategori tinggi (148
kasus) di tahun 2018 (SatelitPost, 2018).
Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan
terhadap anak yang dikenal dengan sebutan terapi bermain (Tedjasaputra,
2007). Adapun tujuan dari terapi bermain bagi anak yang dirawat di rumah
sakit adalah mengurangi perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri. Dalam
proses hospitalisasi, ketakutan dan kecemasan yang dialami anak apabila tidak
mendapat penanganan yang memadai dapat mempengaruhi keberhasilan
pengobatan dan perawatan. Selain itu, kecemasan juga dapat mengakibatkan
dampak buruk pada kehidupan selanjutnya secara menetap. Berdasarkan data
UNICEF jumlah anak usia prasekolah di 3 negara terbesar dunia mencapai 148
juta 958 anak dengan insiden anak yang dirawat di rumah sakit 57 juta anak
setiap tahunnya dimana 75% mengalami trauma berupa ketakutan dan
kecemasan saat menjalani perawatan (James, 2010). Di Indonesia jumlah anak
usia prasekolah (3-5 tahun) berdasarkan Survei Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahun 2011 sebesar 30,82% dari total penduduk Indonesia (Badan
2
d. Perkembangan kreativitas
e. Perkembangan kesadaran diri
f. Fungsi terapi
g. Perkembangan komunikasi
h. Perkembangan sensori motoric
2.4 Alat Bermain
Menurut Soetjiningsih (2017), agar tujuan stimulasi dengan alat
permainan tercapai, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
a. Alat permainan harus sesuai dengan taraf perkembang- anak.
b. Agar kemampuan bermain anak berkembang, orang-tua harus sabar,
memerhatikan kemampuan dan minat anak, janganlah orangtua menuntut
anak di luar ke-mampuannya.
c. Ulangilah suatu cara bermain sehingga anak benar-benar terampil sebelum
meningkat pada ketrampilan yang lebih majemuk.
d. Orangtua selalu menjadi model bagi anak-anaknya. Apabila orangtua
senang dengan suatu alat permainan maka anak cenderung menyukainya
juga.
e. Sebelum orangtua mengajak anak bermain dengan menggunakan alat
permainan, pelajari dulu cara dan tujuan dari alat permainan tersebut.
f. Jangan memaksa anak bermain bila anak sedang tidak ingin bermain,
demikian juga bila orangtua dalam keadaan tidak ingin bermain jangan
memaksakan diri. Bila orangtua merasa terpaksa akan mudah menjadi tidak
sabar.
g. Hentikan kegiatan bermain sebelum anak atau orangtua mulai bosan.
h. Alat permainan untuk anak tidak harus selalu baru.
i. Jangan memberikan alat bermain yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
j. Bila anak terlalu menetap perhatiannya kepada alat ber-main tertentu,
orangtua jangan terlalu khawatir. Usaha-kan tetap memperkenalkan alat
bermain yang lain agar anak mendapat pengalaman yang lebih luas.
k. Bila orangtua menyediakan waktu sedikit untuk ber-main dengan anaknya,
maka jalinlah hubungan yang akrab dengan anak yang sangat bermanfaat
untuk pengembangan kepribadian anak kelak.
l. Melalui bermain bersama, orangtua dan anak akan saling- mengenal satu
sama lainnya dan mengenal dirinya masing-masing.
m. Sekali-sekali beri anak kesempatan untuk bermain sendiri.
7
01 02
Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
http://satelitpost.com/regional/kasus-tbc-di-cilacap-masih-tinggi.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing
11
12
1.5 Biodata Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Rusana, M.Kep, Ns., Sp.Kep.An.
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4. NIPINIK 10310 98 210
5. NIDN 0622097501
6. Tempat dan Tanggal Lahir Cilacap, 22 September 1975
7. e -mail rusanaroficesamail.com
8. Nomor Telepon/ Hp 08121566095/085727079111
9. Alamat Kantor J1. Cerme No.24 Sidangera, Cilacap 53223
10. Nomor Telepon/ Fak:s (0282) 532975
11. Lulusan yang Telah "
Dihasilkan
12. Mata Kuliah yang Diampu 1. Keperawatan Anak: I
2. Keperawatan Anak: II
3. ASKEP Perkemihan (Anak:)
4. ASKEP Pencemaan (Anak:)
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2
Nama Perguruan Universitas Indonesia Universitas Indonesia
Tinggi
Bidang Ilmu S 1 Keperawatan Spesialis Keperawatan
Anak:
Tahun Masuk - Lulus 2001-2003 2011-2014
Judul Skripsi/ Tesisl Hubungan Antara Frekuensi Pengaruh perawatan kulit
Disertasi Dzikir dan Doa Terhadap perineal terhadap risiko
Tingkat Kecemasan Pasien keruskaan integritas kulit
Gagal Ginjal Kronik dengan balita dengan diare
Hemodialisis
Nama Pembimbing! Yulia, M.N. 1. Fajar Triwalujanti,
Promotor M.Kep., Sp.Kep.An.
2. Dr. Besral, SKM
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenamya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan proposal PKM-P
Alokasi
Program Bidang Uraian
Nama waktu(jam/
Studi Ilmu tugas
minggu)
Myelinda Ariyanti S1 Kesehatan 12 jam Ketua
Keperawa
tan
Desy Nur Annisa S1 Kesehatan 10 jam Anggota
Keperawa
tan
Rizky Fachrian S1 Kesehatan 10 jam Anggota
Ridho Keperawa
tan
Pembagian Tugas
No Nama Deskripsi tugas Uraian tugas
1 Myelinda Ariyanti • Survey kebutuhan
bahan Ketua
• Membuat proposal pelaksana
• Pembuatan sediaan
2 Desy Nur Annisa • Menyediakan alat
Anggota
serta bahan baku
pelaksana 1
• Pembuatan sediaan
3 Rizky Fachrian • Menyediakan alat
Anggota
Ridho serta bahan baku
pelaksana 2
• Pembuatan sediaan
19