Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA BERMAIN

TERAPI MENYUSUN PUZZLE


Di Ruang Nusa Indah RSUD Mardi Waluyo Blitar

Disusun Oleh Kelompok 9 :

1. Deni Dwi Kurniawan (P17212195022)


2. Khairunnisa (P17212195018)
3. Yuniarti (P17212195048)

PRODI PROFESI KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Satuan Acara Bermain (Terapi Menyusun Puzzle)

Tempat : Ruang Nusa Indah RSUD Mardi Waluyo Blitar

Kelompok 9 :

1. Deni Dwi Kurniawan (P17212195022)

2. Khairunnisa (P17212195018)

3. Yuniarti (P17212195048)

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( ) ( )

NIP. NIP.
SATUAN ACARA BERMAIN

(TERAPI MENYUSUN PUZZLE)

Pokok bahasan : Terapi Bermain Menyusun Puzzle

Sub pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Sakit yang Dirawat di
Rumah Sakit dengan Cara Stimulasi Motorik dan
Sosial

Waktu : 30 menit

Hari/tanggal : Sabtu, 05 September 2019

Tempat : Ruang Nusa Indah (Anak)

Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah


pasien di Ruang Alexandri yang memenuhi kriteria:

- Anak usia 3 – 5 tahun


- Tidak mempunyai keterbatasan fisik
- Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
- Pasien kooperatif
- Peserta terdiri dari: anak usia pra sekolah dan
didampingi keluarga
-
A. Alasan Dilakukan Terapi Bermain
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan (Whaley, 2001).
Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas,
spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun
dalam aktivitas bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
Oleh karena itu seringkali mainannya dibongkar-pasang, bahkan
dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak
dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan
perlukaan (Kalpan, 2000).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit agar dapat
mencapai tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap
perkembangan walaupun dalam kondisi sakit.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit anak mampu:
a. Bersosialisasi dengan perawat baru
b. Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan
saling bercanda.

C. Metode dan Media


1. Metode
a. Bermain bersama
b. Mendengarkan tanggapan anak/tanya jawab
2. Media
a. Puzzle
b. Hadiah

D. Kegiatan
1. Pengorganisasian
a. Leader :
b. Co leader :
c. Fasilitator :
d. Observer :

Pembagian tugas :

1) Peran Leader
 Mengkoordinasi seluruh kegiatan
 Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga
berakhirnya terapi
 Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
2) Co Leader
 Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
 Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
 Membantu memimpin jalannya kegiatan
 Menggantikan leader jika terhalang tugas
3) Fasilitator
 Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan
yang akan dilakukan
 Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
 Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak
agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
 Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
 Membimbing kelompok selama permainan
4) Observer
 Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya acara
 Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok

2. Setting tempat (gambar/denah ruangan)

Keterangan:

: Leader

: Co leader

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

: Orang tua
3. Kegiatan bermain

No Waktu Terapis Anak


1 5 menit Pembukaan:
1. Co leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan Mendengarkan
pembimbing Mendengarkan dan
4. Memperkenalkan anak satu saling berkenalan
persatu dan anak saling
berkenalan dengan Mendengarkan
temannya Mendengarkan
5. Kontrak waktu dengan
anak
6. Mempersilahkan leader
2 20 Kegiatan bermain:
menit 1. Leader menjelaskan cara Mendengarkan
bermain Menjawab pertanyaan
2. Menanyakan pada anak,
anak mau bermain atau Menerima permainan
tidak Bermain
3. Membagikan permainan
4. Leader, co leader, dan Bermain
fasilitator memotivasi Mengungkapkan
anak perasaan
5. Observer mengobservasi
anak
6. Menanyakan perasaan
anak
3 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan Selesai bermain
permainan Mengungkapkan
2. Menanyakan perasaan perasaan
anak Mendengarkan
3. Menyampaikan hasil Senang
permainan
4. Memberikan hadiah pada Senang
anak yang cepat dalam
menyusun puzzle Mengungkapkan
5. Membagikan hadiah pada perasaan
semua anak yang bermain Mendengarkan
6. Menanyakan perasaan Menjawab salam
anak
7. Co leader menutup acara
8. Mengucapkan salam
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
 Alat-alat yang digunakan lengkap
 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
 Terapi dapat berjalan dengan baik
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya

3. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
 Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menyusun
puzzle kemudian berhasil
 Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
 Anak merasa senang
 Anak tidak takut lagi dengan perawat
 Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai
 Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan
terapi bermain
Lampiran materi:

TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE DENGAN


KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah
adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu:
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi

Bermain dengan cara menyusun pazel pada dasarnya tidak hanya


membantu mengembangkan kemampuan motorik anak saja tetapi juga
berperan penting dalam proses pengembangan kognitif klien dan emosional
klien, serta membantu klien untuk menggunakan kemampuan bahasanya
dengan bertanya sehingga klien akan terbiasa dengan proses sosialisasi
dengan orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun pazel secara lancar
maka dia sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang
lebih lanjut seperti bersosialisasi dengan orang lain seperti mengenalkan diri
B. STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN
Stimulasi yang diperlukan anak usia 3-5 tahun adalah:
1. Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak
melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.
2. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar
menggambar.
3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak
mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue.
4. Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya
bermain ke tetangga (Suherman, 2000)

C. TES SKRINING PERKEMBANGAN MENURUT DENVER (DDST)


DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu
dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini
bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan
yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat
(15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi. Dari
beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-100%
bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambangan
perkembangan (Soetjiningsih, 1998).
Frankenburg dkk (1981) mengemukakan 4 parameter
perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu:
Personal Sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial) yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya; Gerakan Motorik Halus yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubh tertentu saja dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda;
Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan; Perkembangan Motorik Kasar
(Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh.

D. FAKTOR PENYEBAB KETIDAKMAMPUAN MENYUSUN PAZEL


Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas
perkembangan tertentu, seperti bergerak, tumbuh, bicara, ataupun
kecakapan motorik tertentu seperti menyusun, merangkai ataupun
memposisikan benda, dapat menghambat berkembangnya keterampilan
berikutnya. Diwaspadai kemungkinan mengalami keterlambatan.
Faktor penyebabnya yaitu:
1. Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak dengan usia 3-5 tahun perlu dilatih rangsangan motorik halus dan
kasarnya dengan memberinya stimulus pendukung. Umumnya, anak
usia ini berminat pada hal-hal yang berhubungan dengan sebab-akibat,
sehingga ingin mencoba memadukan satu benda dengan benda lain.
2. Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan
kegiatan yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu
memeriksakannya ke dokter sebelum hal ini berlangsung lama.
3. Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila Anda
mendapati si kecil Anda mengalami kelainan pada keterampilan
meraba, Anda perlu waspada. Segera bawa ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Faktor instrinsik sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat
kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada
anak, yaitu:
1. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)
2. Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid,
kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
3. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan
kesulitan dalam pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan
4. Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan
gangguan mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh
tubuh
5. Anemia atau penyakit darah lainnya
6. Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi
atau hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak
terpenuhi

Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang


mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik)
dan faktor lingkungan (ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal
dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor
ini adalah bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku
bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering
diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang
berkembang, gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor
genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh
kembang anak yang optimal.

F. DAMPAK HOSPITALISASI TERHADAP ANAK.


1. Separation ansiety
2. Tergantung pada orang tua
3. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
4. Tahap putus asa: berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan,
main, menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
5. Tahap menolak: Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima
hubungan dengan orang lain dan menyukai lingkungan
G. MANFAAT TERAPI BERMAIN
1. Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan
proses berfikir dan motorik anak
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaan mandiri pada anak
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
5. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
REFERENSI

Immanuel, R. (2006). Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-Smart


Anak.
Terdapat pada:
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01fd/325abfcd
.dir/doc.pdf. Diakses pada 02 September 2019.

Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2000. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan
Perilaku, Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna .
Veltman M,W Browne K.D. 2000. An Evaluation of Favorite Kind of Day Drawing
from Psychially Maltreated Children. Child Abuse and Neglect.
Whaley L.F, Wong D.L. 2001. Nursing Care of infants and children in-ed. St Louis
: Mosby year book
LEMBAR OBSERVASI

NO KEGIATAN ANAK 1 ANAK 2 ANAK 3

1 Mampu menyebutkan
nama lengkap
2 Mampu menyebutkan
nama panggilan
3 Mampu menyebutkan
umur
4 Mampu menyebutkan
alamat
5 Mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
6 Kooperatif dengan terapis,
teman, lingkungan
7 Dapat melakukan
permainan dengan baik
Keterangan:
1. Pada kolom peserta di tulis nama panggilan masing-masing peserta
terapi bermain
2. Setiap poin yang dilakukan anak, di isi dengan tanda ( √ )
3. Poin yang tidak dilakukan di isi dengan ( - ) sesuaidengan kolom
yang telah di sediakan

Kesimpulan :

Evaluasi :

Anda mungkin juga menyukai