Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA BERMAIN

TERAPI MELEMPAR BOLA

Disusun Oleh Kelompok:

1. Maya tri Budiarti


2. Khoerun Nisha
3. Reni Riatiana
4. Lilis Mustagfiroh
5. Ummi Mu’arifah

YAYASAN ISLAM AL-HIRZA KUDUS

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati Km. 5 Jepang Kec. Mejobo, Kudus Telp. (0291) 4248657, 4248656
Fax. (0291) 4248657

www.akperkridahusada.ac.id , Email : akperkridahusada@yahoo.co.id


LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Satuan Acara Bermain (Terapi Melempar Bola)

Tempat : Ruang melati 1

1. Kelompok :
1. Maya tri Budiarti
2. Khoerun Nisha
3. Reni Riatiana
4. Lilis Mustagfiroh
5. Ummi Mu’arifah

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan (CI)

( ) ( )
SATUAN ACARA BERMAIN

(TERAPI MELEMPAR BOLA)

Pokok bahasan : Terapi Bermain Melempar Bola

Sub pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Sakit yang Dirawat di Rumah Sakit
dengan Cara Stimulasi Motorik dan Sosial

Waktu : 30 menit

Hari/tanggal : Kamis, 19 Desember 2019

Tempat : Ruang Melati 1

Peserta :

Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien yang memenuhi kriteria :
1) Anak usia 1-3 tahun
2) Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3) Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4) Pasien kooperatif

A. Alasan Dilakukan Terapi Bermain

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan ,namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti :
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di
lingkungan runah sakit . Dengan demikian dengan melakukan permainan, anak akan
terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan
anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya ( distraksi ) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada
prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal, mengembangkan kreatifitas anak dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pda saat anak sakit
atau anak di rumah sakit ( Wong, 2009 ).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit agar dapat mencapai tugas
perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan walaupun dalam kondisi
sakit.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit anak mampu :
1. Segi kognitif : Anak mampu mengikuti intruksi yang di berikan oleh pemberi
intruksi
2. Segi motorik : Anak mampu melempar bola dengan benar
3. Segi sensorik : Anak dapat membedakan warna keranjang yang sesuai dengan
warna bola, dan anak dapat melempar bola ke keranjang

C. Metode dan Media


1. Metode
Ceramah dan bermain bersama

2. Media
a. Bola berwarna ukuran 5 cm

b. Hadiah
c. Keranjang bola berwarna

D. Kegiatan

1. Pengorganisasian
a. Leader : Maya tri Budiarti
b. Co leader : Ummi mu’arifah
c. Fasilitator : -Khoerun Nisha
- Lilis mustagfiroh

d. Observer :Reni Ristiana

2. Pembagian tugas:

1) Peran Leader
a. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b. Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya
terapi
c. Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
2) Co Leader
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang tugas
3) Fasilitator
a. Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan
dilakukan
b. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
c. Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat
kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
d. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
e. Membimbing kelompok selama permainan
4) Observer
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
dengan evaluasi kelompok

2. Setting tempat (gambar/denah ruangan)

Keterangan:

: Leader

: Co leader

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

: Orang tua
3. Kegiatan bermain

No Waktu Terapis Anak


1 5 menit Pembukaan:
1. Co leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu persatu Mendengarkan dan saling
dan anak saling berkenalan dengan berkenalan
temannya
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6. Mempersilahkan leader Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan
bermain atau tidak
3. Membagikan permainan Menerima permainan
4. Leader, co leader, dan fasilitator Bermain
memotivasi anak
5. Observer mengobservasi anak Bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Memberikan hadiah pada anak yang Senang
paling tinggi dan jauh dalam
melempar bola Senang
5. Membagikan hadiah pada semua
anak yang bermain Mengungkapkan perasaan
6. Menanyakan perasaan anak Mendengarkan
7. Co leader menutup acara Menjawab salam
8. Mengucapkan salam

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
a. Alat-alat yang digunakan lengkap

b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
a) Terapi dapat berjalan dengan baik
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi

d) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

3. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan melempar bola
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
e. Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai
f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan terapi bermain
Lampiran materi:

TERAPI BERMAIN MELEMPAR BOLA DENGAN


KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut
:Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat
sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan
metabolik(retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013)
Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill(kemampuan) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012)

B. TES SKRINING PERKEMBANGAN MENURUT DENVER (DDST)


DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari metode
skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes
IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang
baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukan validitas
yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-
100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambangan perkembangan
(Soetjiningsih, 1998).

Frankenburg dkk (1981) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai


dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial (kepribadian/ tingkah
laku sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya; Gerakan Motorik Halus yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar,
memegang sesuatu benda; Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan; Perkembangan Motorik Kasar
(Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


Faktor instrinsik sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat kegagalan
berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak, yaitu:
1. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)
2. Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan
hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
3. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan dalam
pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
4. Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan gangguan
mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh
5. Anemia atau penyakit darah lainnya

6. Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi atau


hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi

Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi


tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan
(ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal dan patologis,
jenis kelamin, suku bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih
sering diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang berkembang,
gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor genetik juga faktor
lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal.

D. DAMPAK HOSPITALISASI TERHADAP ANAK.


1. Separation ansiety
2. Tergantung pada orang tua
3. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
4. Tahap putus asa: berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main, menarik
diri, sedih, kesepian dan apatis
5. Tahap menolak: Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan
dengan orang lain dan menyukai lingkungan

E. MANFAAT TERAPI BERMAIN


1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak
3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak,
tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,
sedih tegang dan nyeri
4. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.
REFERENSI

Adriana, 2013.Tumbuh kembang & terapi bermain pada anak. Jakarta


: Salemba Medika.

Arifin, Lukman. 2013. Peran Orang tua sebagai Guru Perkembangan

Soetjiningsih, 2012. Tumbuh kembang anak

Wong, dkk. 2009. Buku Ajar keperawatan


Pediatrik. Volume 1. Penerbit. Buku kedokteran EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai