Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA BERMAIN

MELEMPAR BOLA
Di Ruang Saad Bin Abi Waqqash RSI SUNAN KUDUS

Disusun Oleh Kelompok :


1. Novia Pratiwi
2. Nanda Diah S.W
3. Risa Fatmawati
4. Riska Azizah
5. Riski Aprilia P.
6. Sari Setyo R
7. Susanti

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN
2019/2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Satuan Acara Bermain Melempar Bola


Tempat : Ruang Melati II di RSUD Kartini Jepara
Kelompok :

1. Novia Pratiwi
2. Nanda Diah S.W
3. Risa Fatmawati
4. Riska Azizah
5. Riski Aprilia P.
6. Sari Setyo R
7. Susanti

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan (CI)

(……………………….) (………………………..)
SATUAN ACARA BERMAIN
(MELEMPAR BOLA)

Pokok bahasan : Terapi Bermain Melempar Bola


Sub pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Sakit yang Dirawat di Rumah
Sakit dengan Cara Stimulasi Motorik dan Sosial
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal : Jumat, 6 Desember 2019
Tempat : Ruang Saad (Anak)
Peserta :
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang Melati II
yang memenuhi kriteria :
1. Anak usia 1-3 tahun
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari : anak usia toodler sebanyak 5 orang didampingi keluarga.
A. Alasan Dilakukan Terapi Bermain

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.
Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan
dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan
depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan (Whaley, 2010).
Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan,
dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas
bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu
seringkali mainannya dibongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus
diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak memberikan
alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan (Kalpan, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, anak diharapkan
bisa merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi
terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selam dirawat
dirumah sakit.

2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain 1x diharapkan anak mampu :
a. Bisa merasa tenang selama dirawat
b. Anak bisa merasa tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
c. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
d. Anak menjadi koopertif pada perawat dan tindakan keperawatan
e. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
f. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal

C. Metode dan Media


1. Metode
a. Bermain bersama
b. Mendengarkan tanggapan anak/tanya jawab
2. Media
a. Bola warna warni
b. Hadiah

D. Kegiatan
1. Pengorganisasian
a. Leader : Novia Pratiwi
b. Co leader : Nanda Diah S.W
c. Fasilitator :
- Risa Fatmawati
- Sari Setyo R
- Riski Aprilia P.
d. Observer :
- Riska Azizah
- Susanti

Pembagian tugas :
1) Peran Leader
- Mengkoordinasi seluruh kegiatan
- Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya
terapi
- Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
2) Co Leader
- Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
- Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
- Membantu memimpin jalannya kegiatan
- Menggantikan leader jika terhalang tugas
3) Fasilitator
- Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang
akan dilakukan
- Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
- Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar
dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
- Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
- Membimbing kelompok selama permainan
4) Observer
- Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
- Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok.

2. Setting tempat (gambar/denah ruangan)

Keterangan :

: Leader
: Co leader
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
: Orang tua
3. Kegiatan bermain

No Waktu Terapis Anak


1 5 menit Pembukaan:
1. Co leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan Mendengarkan
pembimbing
4. Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan
persatu dan anak saling saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
5. Kontrak waktu dengan anak
6. Mempersilahkan leader Mendengarkan

Mendengarkan
2 20 Kegiatan bermain:
menit 1. Menyebutkan warna-
warna bola
a. Memberi petunjuk a.Anak dan keluarga
kepada anak cara memperhatikan
melakukan permainan penjelasan
b. Memotivasi anak untuk b.Anak mau untuk
mengikuti terapi bermain
permainan selama proses
c. Menginstruksikan anak
menyebutkan warna bola c.Anak
yang ditunjukkan menyebutkan warna
d. Memberikan bola
reinforcement kepada
anak terhadap feedback d.Anak senang
yang diberikan terhadap
reinforcement
2. Menangkap bola dari
terapis
a. memberi petunjuk a.Anak paham
kepada anak tentang terhadap penjelasan
cara menagkap bola
dari terapis
b. memotivasi anak b.Anak mau untuk
untuk mengikuti bermain
terapi bermain selama
proses
c. menginstruksikan c.Anak dapat
anak untuk menagkap bola yang
menangkap bola yang dilempar
dilemparkan oleh
terapis
d. memberikan d.Anak senang
reinforcement kepada terhadap
anak terhadap reinforcement
feedback yang
diberikan
3. Melempar bola dari
terapis
a. Memberi petunjuk a.Anak paham
kepada anak tentang terhadap penjelasan
cara melakukan
melempar bola
b. Memotivasi anak b.Anak mau untuk
untuk mengikuti bermain
terapi selama proses
c. Menginstruksikan c.Anak dapat
anak untuk melempar melempar bola ke
bola ke terapis terapis
d. Memberikan d.Anak senang
reinforcement kepada terhadap
anak terhadap reinforcement
feedback yang
diberikan
4. Melempar bola ke
keranjang
a. Memberi petunjuk a.Anak paham
kepada anak tentang terhadap penjelasan
cara melakukan
melempar bola ke
keranjang bola
b. Memotivasi anak b.Anak mau untuk
untuk mengikuti bermain
terapi bermain selama
proses
c. Menginstruksikan c.Anak dapat
anak untuk melampar melempar bola ke
bola ke dalam dalam keranjang
keranjang
d. Memberikan
reinforcement kepada
anak terhadap d.Anak senang
feedback yang terhadap
diberikan reiforcement
3 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan 1.Anak berhenti
permainan dalam bermain
2. Menanyakan perasaan anak 2.Anak tmenyatakan
setelah bermain melempar perasaannya
bola 3.
3. Menanyakan perasaan dan 3.Orang tua
pendapat orang tua tentang menyatakan
bermain melempar bola perasaan dan
pendapatnya
4. Berpamitan dengan anak dan 4.Anak dan orang
orang tua tua berpamitan
5. Membereskan peralatan 5.Peralatan rapi
6. Mengembalikan alat ke 6.Peralatan rapi
tempat semula
7. Mencuci tangan 7-
8. Mencatat respon anak dan 8.Mencatat hasil
orang tua evaluasi

E. Evaluasi
1. Evaluasi Saran
a. Media yang digunakan berupa macam-macam bola dengan
beberapa warna
b. Tempat bermain disediakan untuk bermain telah disediakan
c. SAB telah dibuat
d. Melakukan koordinasi dengan CI dan dosen pembimbing dalam
mempersiapkan terapi
2. Evaluasi Proses
Anak dapat mengikuti seluruh proses bermain dari awal sampai akhir
selama 30 menit dan kooperatif selama proses berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a. Anak dapat mengikuti instruktur yang diberikan
b. Anak dapat membedakan 2 dari 3 bola yang memiliki warna yang
berbeda
c. Anak dapat melempar 2 dari 3 bola yang diberikan terapis
d. Anak dapat menangkap 2 dari 3 bola yang dilemparkan terapis
e. Anak dapat memasukkan 2 dari 3 bola ke dalam keranjang
Lampiran materi :

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2010).

Perkembangan anak usia 1-3 tahun


Anak dengan usia 1-3 tahun adalah masa krisis dari perkembangan anak-
anak. Dalam masa ini anak mengalami berbagai macam perkembangan dari
berbagai segi yang sangat optimal. Beberapa bagian yang mengalami
perkembangan secara optimal tersebut, anatara lain :
1. Perkembangan fisik
2. Perkembangan emosional
3. Perkembangan intelegensi
4. Perkembangan bahasa

B. STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN

Banyak bergerak dan bereksplorasi akan membuat si Kecil


mengalami berbagai stimulasi berbeda di sekitarnya. Tentu saja, ada
konsekuensi yang timbul; si Kecil butuh pengawasan dan penjagaan lebih
cermat. Lelah? Tentu saja. Karenanya, daripada bolak balik melarang dan
khawatir, sekalian saja Bunda siapkan area bereksplorasi yang aman di
rumah. Dengan begitu, si Kecil akan leluasa mendapatkan stimulasi.

1. Stimulasi kemampuan berjalan

Tahapan perkembangan motorik yang paling ditunggu-tunggu dan


terlihat jelas di usia 1 tahun adalah kemampuan berjalan. Dalam
buku Child Development edisi ke-8 yang ditulis John W. Santrock ditulis,
kemampuan berjalan tanpa bantuan umumnya muncul di usia 12 hingga 13
bulan. Jika belum, Bunda dianjurkan untuk memberikan stimulasi yang
membuat si Kecil mau mencoba melangkah sambil berpegangan dan
kemudian melepaskan pegangannya. Misalnya, berlututlah dengan jarak
kurang lebih 1 meter di hadapan si Kecil, lalu panggil dia agar berjalan ke
pelukan Bunda.

2. Stimulasi kemampuan memegang

Selain belajar berdiri dan berjalan yang merupakan stimulasi motorik


kasar, si Kecil yang berusia satu tahun juga perlu mendapatkan stimulasi
kemampuan motorik halus. Caranya antara lain, biarkan si Kecil meraba
tekstur yang berbeda-beda, seperti kasar dan halus, licin dan kesat, butiran
kecil dan butiran besar, hangat dan dingin, basah dan kering, dan
sebagainya. Di usia ini, si Kecil juga sudah bisa memegang gelas
bertangkainya sendiri, karena jari jemarinya sudah bisa menggenggam
dengan baik.

3. Stimulasi kemampuan berbicara dan bersosialisasi

Di usia 12 bulan, si Kecil sudah bisa mengucapkan 1 kata atau lebih


dan mengetahui artinya. Saat menginjak 18 bulan, ia sudah menguasai 10
kata atau lebih. Kata pertama yang diucapkan setiap anak pastinya
berbeda-beda. Namun, umumnya kata yang sering didengarnya dari Bunda
dan Ayah akan menjadi kata pertamanya. Jika “kata-kata” yang
dituturkannya masih berupa gumaman tanpa makna, berarti ia mengalami
keterlambatan. Keterlambatan bisa terjadi jika anak jarang diajak bicara,
mengalami masalah pada organ pendengaran dan mulut, atau menyandang
autisme. Meski masih belum lancar bicara, si Kecil memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi dengan cara menunjuk bagian-bagian tubuhnya yang
disebutkan, juga bagian-bagian dari mainannya.

C. TES SKRINNING PERKEMBANGAN MENURUT DENVER (DDST)

DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu


dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini
bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan
yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan
cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang
tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara
efektif 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami
keterlambangan perkembangan (Soetjiningsih, 2010).
Frankenburg dkk (2010) mengemukakan 4 parameter
perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu:
Personal Sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya; Gerakan Motorik Halus yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubh tertentu saja dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda.
Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan; Perkembangan Motorik Kasar
(Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh.
D. FAKTOR KETIDAKMAMPUAN MELEMPAR BOLA
Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas
perkembangan tertentu, seperti bergerak, tumbuh, bicara, ataupun
kecakapan motorik tertentu seperti menyusun, merangkai ataupun
memposisikan benda, dapat menghambat berkembangnya keterampilan
berikutnya. Diwaspadai kemungkinan mengalami keterlambatan.
Faktor penyebabnya yaitu:
1. Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak dengan usia 1-3 tahun perlu dilatih rangsangan motorik halus dan
kasarnya dengan memberinya stimulus pendukung. Umumnya, anak
usia ini berminat pada hal-hal yang berhubungan dengan sebab-akibat,
sehingga ingin mencoba memadukan satu benda dengan benda lain.
2. Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan
melakukan kegiatan yang menggunakan benda-benda kecil. Anda
perlu memeriksakannya ke dokter sebelum hal ini berlangsung lama.
3. Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila Anda
mendapati si kecil Anda mengalami kelainan pada keterampilan
meraba, Anda perlu waspada. Segera bawa ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


Faktor instrinsik sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat
kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada
anak, yaitu:
1. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)
2. Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid,
kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
3. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan
kesulitan dalam pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan
4. Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan
gangguan mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh
tubuh
5. Anemia atau penyakit darah lainnya
6. Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi
atau hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak
terpenuhi

Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang


mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik)
dan faktor lingkungan (ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal
dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor
ini adalah bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku
bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering
diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang
berkembang, gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor
genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh
kembang anak yang optimal.

F. DAMPAK HOSPITALISASI TERHADAP ANAK.


1. Separation ansiety
2. Tergantung pada orang tua
3. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
4. Tahap putus asa: berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan,
main, menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
5. Tahap menolak: Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima
hubungan dengan orang lain dan menyukai lingkungan.

G. MANFAAT TERAPI BERMAIN


1. Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan
proses berfikir dan motorik anak
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaan mandiri pada anak
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
5. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
REFERENSI

Immanuel, R. (2010). Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-Smart


Anak.
Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan
Perilaku, Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna .
Veltman M,W Browne K.D. 2010. An Evaluation of Favorite Kind of Day
Drawing from Psychially Maltreated Children. Child Abuse and Neglect.
Whaley L.F, Wong D.L. 2010. Nursing Care of infants and children in-ed. St
Louis : Mosby year book

Anda mungkin juga menyukai