Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH)


DI RUANG PERISTI RSI SUNAN KUDUS

Disusun oleh :
1. Nanda Diah S.W (2018’1410)
2. Risa Fatmawati (2018’1422)
3. Riska Azizah (2018’1423)

Kelas : 2B/ D3 Keperawatan

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


TAHUN AJARAN 2018/2019
Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati Km. 5 Jepang Kec. Mejobo, Kudus Telp. (0291)
4248657, 4248656 Fax. (0291) 4248657
Email : akperkridahusada@yahoo.co.id
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

A. PENGERTIAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gertasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu)
atau bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction).

(Pudjiadi, dkk. 2010.)


BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. (Amru,Sofyan.2012)
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (WHO). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.
(Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013)

B. KLASIFIKASI BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam beberapa macam :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram
2. Bayi Berat lahir Sangat Rendah (BBLRS), berat lahir kurang dari 1500 gram
3. Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), berat lahir kurang dari 1000 gram
(Saifuddin AB, 2010)
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan : bayi yang dilahirkan dengan umur
kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi
itu.
C. ETIOLOGI
Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah yaitu :
1. Premature murni
Neonataus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga neonatus preterm atau
BBLR. Faktor yang emmpengaruhi BBLR :
a. Faktor Ibu
1. Riwayat kelahiran premature sebelumnya
2. Umur kurang 20 tahun, atau diatas 35 tahun
3. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
4. Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
5. Prikigravidarum
b. Faktor kehamilan
1. Hamil dengan hidramnion
2. Hamil ganda
3. Perdarahan ante partum
4. Komplikasi hamil pre -eklampsia/ eklampsia, ketuban pecah dini
c. Faktor janin
1. Cacat bawaan
2. Infeksi dalam rahim
3. Anomaly congenital
d. Faktor kebiasaan
1. Pekerjaan yang melelahkan
2. Dismature
Dismature/Instrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi baru lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Faktor yang mempengaruhi
BBLR pada dismature :
a. Faktor Ibu
1. HT, Gagal ginjal kronis, perokek, DM, toksemia dan hipoksia ibu
b. Faktor Uteri dan plasenta
1. Uterus bicornis
2. Infark plasenta
3. Insersi tali pusat
c. Faktor janin
1. Kelainan kromosom
2. Gamelli
3. Cacat bawaan
4. Infeksi dalam kandugan
d. Penyebab lain
1. Keadaan sosial ekonomi yang rendah

D. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (38 minggu), tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya ,
yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya terjadi karena gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan penyakit ibu seperti kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang mebyebabkan suplai makanan ke bayi
kurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, dan tidak ada gangguan
gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan
lebih sehat daripada ibu dengan kondisi yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan
kematian yang tinggi, terlebih bila ibu menderita anemia.
E. PATHWAY

F. KOMPLIKASI
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani sceepatnya :
1. Sindrom aspirasi mekonium : kesulitan bernapas pada bayi
2. Hipoglikemia sistomatik
3. Penyakit membran hialin : karena surfaktan paru belum sempurna, sehingga alveoli
kelaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,
sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk berikutnya.
4. Asfiksia neonatorum
5. Hiperbilirubinemia. (Mitayanti, 2010)

E. PEMERIKSAAN DiAGNOSTIK
1. Pemeriksaan glukosa darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer forch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar x sesuai kebutuhan = photo thorax
F. PENATALAKSAAN
1. Mempertahankan suhu tubuh
2. Mencegah infeksi
3. Pengawasan nutrisi (ASI)
4. Penimbangan berat badan
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kerin dan bersih.
6. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih
8. Beri minum dengan sonde/ tetes dengan pemberian ASI.
(Rukiyah,2010)

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Poal nafas yang tidak efektif b.d imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan
otot, kelemahan dan ketidak seimbangan metabolik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif dengan kriteria hasil
neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik dan membran mukoda
merah muda.
Intervensi :
1. Kaju frekuensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea dan perubahan
frekuensi jantung
2. Isap jalan napas sesuai kebutuhan
3. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok
dibawah bahu untuk menghasilkan hiperektensi.
4. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan memperberat depresi
pernapasan pada bayu
5. Pantau pemeriksaab laboratorium sesuai indikasi
6. Berikan oksigen sesuai indikasi
7. Berikan obat sesuai indikasi
2. Prrubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan sumpanan
nutrisi, imatunitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan dengan kriteria hasil bayi mendapat kalori
dan nutrient esensial yang adekuat, dan mempertahankan pertumbuhan dan
peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan penambahan berat badan tetap,
sedikitnya 20-30 gr/hari
Intervensi :
1. Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan : menghisap, menelan,
dan batuk.
2. Auskultasu adanya bising usus, kaji status fisik dan status pernapasan.
3. Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari
4. Pantau masukan dan pengeluaran tiap hri
5. Kaji tanda-tanda hipoglikemia : takipnea, aonea, letargi, fruktuasi suhu dan
diaphoresis
6. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : glukos serum, nitrogen, urea
darah, kreatinin. Osmolalitas urine, elektrolite urine
7. Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi misalnya kalsium glykonat 10%
3. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
Tujuan : Pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi dengan kriteria hasil suhu
tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda infeksi, leukosit 5000-10.000
Intervensi :
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
2. Lakukan isolasi bayi lain yang menderita infeksi sesuai kebijakan RS
3. Sebelum dan setelah menangani bayi, lakukan pencucian tangan
4. Pastikan semua peralatan yang kontak dengan bayi bersih dan steril
5. Cegah personal yang mengalamu infeksi menular untuk tidaj kontak langsung
dengan bayi
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan
orang tuaklien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi bayinya dan berharap agar
bayinya cepat sembuh
Tujuan : Keluarga mendapat informasu tentang kemajuan kondisi bayinya, dengan
kriteria hasil orang tua atau keluarga mengekspresikan perasaan dan keprihatinan
mengenai bayi dan prognosis serta memperlihatkan pemahaman dan keterlibatan
dalam asuhan.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pemahaman klien, berikan informasi pada klien maupun keluarga
tentang penyakitnya
2. Jelaskan proses penyakit individu. Dorong keluarga pasien menanyakan
pertanyaan
3. Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi, tujuan pengobatan dan alasan tentang
pemberian obat kepada keluarga
4. Kaji potensial efek samping obat.
DAFTAR PUSTAKA

Doenged, E. Marilyn.2012”Rencana Asuhan Keperawatan”-Edisi 3 Jakarta = EGC


Hendman, T. Heather 2012. “Diagnosis keperawatan= Definisi dan kladifikasi. 2012-
2014.” Jakarta : EGC
Maryunani, Anik.2010.” Ilmu kesehatan Anak Dalam kebidanan.” Jakarta : Tim
Nurarif, Amin huda dan Hardhi Kusuma.2013. “Aplikasi NANDA NIC NOC.”
Yogyakarta = Media Action Publishing
Wilkinson, Judith M.2013. “Buku Saku Diagnosis Keperawatan” Jakarta = EGC.

Anda mungkin juga menyukai