3. Risa Fatmawati
4. Riski Apriliana M
5. Umi Hanik
2B DIII KEPERAWATAN
Intrauteri
Ektopik
Neoplasma tromboplastik gestasional (ex: mola hidatidosa)
- Infeksi (biasanya terkait dengan PRP, Penggunaan AKDR, atau
prosedur lanjutan intrauteri yang berbasiskan instrument)
- Endometriasis
- Salpingitis
- Neoplasma
Kista Ovarium
Fibroid uteri (mioma)
Adenomiosis (jaringan endometrium yang berlokasi dalam
miometrium)
Hiperplasia endometrium
Polip
Karsinoma
- Kelainan koagulasi
Bawaan (ex: penyakit von Willebrand)
Didapat (ex: idiopatihic thrombocytopenia purpura/ITP)
Farmakologis (ex: penggunaan heparin, atau bahkan aspirin)
- Penyakit hati (ex: sirosis)
Hipotiroidisme
Tanda dan Gejala
- Lesu
- Anemia
- Hipo/Hipertiroid
- Obesitas
Pemeriksaan Penunjang
- Uji Lab
Penatalaksanaan
2. Hipomenorea
Etiologi
Sebagian besar penyebab terjadi hipomenorea adalah karena kekurangan
hormone estrogen dan maupun hormon progesterone, tetapi dari beberapa
sumber mengatakan tentang penyebab-penyebab hipomenorea antara lain :
1. Hipomenorea disebabkan oleh pada konstitusi penderita, pada uterus
(misalnya : sesudah miomektomi). Pada gangguan endokrin, dan lain-
lain dan tidak menyebabkan fertilitas. (www.sindrom-pra haid. com)
Penatalaksanaan
Tidak perlu terapi jika siklus ovulatoar subsitusi hormon E&P bila perlu
induksi ovulasi jika siklus anovulatoar dan ingin anak. Tindakan:
1) Menenangkan penderita
2) Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap
3) diberi obat berupa: endometril
3. Polimenorea
Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal
yaitu kurang dari 21 hari. Sering kali sulit membedakan polimenorea dengan
metroragia yang merupakan perdarahan antara dua siklus haid. Penyebab
polimenorea bermacam-macam antara lain gangguan endokrin yang
menyebabkan gangguan ovulasi, fase luteal memendek, dan kongesti ovarium
karena peradangan.
Etiologi
7. Obesitas
Penatalaksanaan
- Haid yang tidak teratur dengan jumlah ayang tidak tentu. Pada
beberapa wanita yang mengalami oligomenorea terkadang juga
mengalami kesulitan untuk hamil.
Penatalaksanaan
5. Amenorea
Pada usia 14 tahun lebih tidak terjadi haid dan pada yang
bersangkutan tidak di temukan adanya perkembangan karakteristik
seksual sekunder seperti penonjolan payudara atau rambut pubis, atau
pada usia 16 tahun tidak terjadi haid (menarche) namun pada yang
bersangkutan terjadi perkembangan karakteristik seksual sekunder.
Etiologi
- Keterbelakangan mental
- Hypothyroidism
- Hiperprolaktenia
Hypergonadotropic Hypogonadism:
- Hymen Inperforata
Androgen Insensitivity
Hemaprodit
Kegagalan ovarium
b. Amenorea sekunder
Proses haid sudah terjadi namun berhenti selama 6 bulan atau dalam
jangka waktu yang setara dengan siklus haid.
Etiologi
- Kerusakan Hypothalamus
- Anoreksia nervosa
- Idhiopatic
- Penyakit kronik
- Anovulation
- Hyper/Hypothyroid
- Andrenal tumor
- Diabetes
- Radiation of chemotheraphy
- Operasi
- Malnutrisi
- Sirosis hepatis
- Vagina kering
Pemeriksaan Penunjang
- Biopsi endometrium
- Progestin withdrawal
- Kadar prolactin
- Tes kehamilan
Penatalaksanaan
Amenorea Primer:
- Pada pasien hypergonadotropic hypogonadal dengan penggantian
estrogen (diawali dengan dosis rendah), dan kombinasi penggantian
hormone lain atau dengan kontrasepsi oral untuk memulai pubertas dan
memelihara perkembangan tulang.
Amenorea Sekunder:
- Penatalaksanaan pada amenorea sekunder tergantung dari etiologinya
dan gangguan reproduksi
Patofisiologi
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian
dari sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab
utama dari amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh
kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer yang diakibatkan oleh
testicular feminization menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai
wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang – kadang
tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina
tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus.
Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis.
Keadaan seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore yang
permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea
menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH
dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan
kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan
progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang
merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas
karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma
pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab
amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana
terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi
ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini
menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap
rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau
prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom
seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang
wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks
sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan
hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-
hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi
mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang
akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi
ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary
syndrome.
6. Disminorea
Disminorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan
terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri hadi dapat terjadi bervariasi
mulai dari yang ringan sampai berat. Keparahan disminorea berhubungan
langsung dengan lama dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid
hampir selalu diikuti dengan rasa mulas atau nyeri. Namun, yang
dimaksud dengan disminorea adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan
perempuan tersebut datang berobat ke dokter atau mengobati dirinya
sendiri dengan obat anti nyeri.
Disminorea dapat dibagi menjadi dua kelompok, disminorea primer
dan disminorea sekunder.
a. Disminorea Primer
Disminorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan
patologi pada panggul. Disminorea berhubungan dengan siklus
ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi meometrium sehingga
terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang di produksi oleh
endometrium fase sekresi.
Molekul yang berperan pada disminorea adalah prostaglandin
F2 yang selalu menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan
prostaglandin E menghambat kontraksi uterus. Terdapat
peningkatan di endometrium saat perubahan dari fase poliferasi ke
fase sekresi. Perempuan dengan disminorea primer didapatkan
kadar prostaglandin lebih tinggi di bandingkan perempuan tanpa
disminorea. Peningkatan kadar prostaglandin tertinggi saat haid
terjadi pada 48 jam pertama. Hal ini sejalan dengan awal muncul
dan besarnya intensitas keluhan nyeri haid. Keluhan mual, muntah,
nyeri kepala, atau diare sering menyertai disminorea yang diduga
karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi sistemik.
Adapun faktor penyebab nyeri menstruasi antara lain:
- Faktor psikis
- Rasa letih
- Diare
- Sakit kepala
Pemeriksaan Penunjang
- Ultrasonografi untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam
anatomi Rahim, misal posisi, ukuran, dan luas ruangan Rahim.
Penatalaksanaan
- Secara umum olah raga dan latihan peragangan otot-otot dan ligament
sekitar rongga panggul, agar aliran darah dirongga panggul lancar.
Selain itu, dengan berolah raga perlu di atasi, misalnya dengan
kebiasaan makan berserat. Bila perlu sekali-sekali boleh diberi obat
pencahar. Penderita dianjurkan tetap melakukan aktivitasnya sehari-
hari. Pemberian obat-obat anti sakit.
Patofisiologi
Pada disminorea primer :
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan
mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar
progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran
lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2.
Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di
membran sel endometrium menghasilkan asam arakhidonat. Adanya
asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan
merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan
disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan
PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium
dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan distrimi uterus.
Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan
mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga
menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa
sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang
fisik dan kimia.
Pada disminorea sekunder :
Adanya kelainan pelvis, misalnya: endometriosis, mioma uteri,
stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan
kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri
7. Sindroma Prahaid
Penatalaksanaan
Pencegahan PMS (sindrom pra haid) dapat dilakukan melalui diet yang
tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Batasi konsumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah
(sapi dan kambing), alcohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
3. Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per
orang).
6. Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan
yang digoreng.
e. Perhatikan pula apakah kita sudah dapat menagatasi PMS pada siklus-
siklus datang bulan berikutnya.
Patofisiologi
8. Metrorhagia
Kehamilan
Intrauteri
Ektopik
Neoplasma trophoblastik gastosional (mis, mola hidatisoda)
Infeksi (biasanya berkaitan dengan PRP, Penggunaan AKDR, atau
prosedur intrauteri yang menggunakan instrument )
Endometrisis
Salpingitis
Penggunaan AKDR
Ovulasi
Penyebab hormone
Kista ovarium
Mioma uteri (fibroid)
Adenomiosis (jaringan endometrium yang berada dalam
miometrium)
Hiperplasia endometrium
Polips
Karsinoma
Kelainan koagulasi, kelainan bawaan
Keterangan :
Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak
sembuh; carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari
haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia);
hormonal.
Perdarahan fungsional :
a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser,
ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi,
metabolik, penyakit akut maupun kronis.
Penatalaksanaan
Terapi : kuretase dan hormonal, pemeriksaan sonografi.
Menstimulasi kelenjar pituitary di otak dan adrenal untuk
menyeimbangkan kadar dan LH FSH dengan pengobatan
hormone.
- Polip endometrium
- Hyperplasia endometrium
- Trauma
b. Lesi Dalam
- Endometriosis
Kelainan
koagulasi
keletihan
Ansietas,
Depoprovera, stress,
Estrogen dan Anovulasi pada remaja
norplant, AKDR penyakit
progesterone
kronis, keletihan
Penggunaan/penghentian meningkat
obat-
kontrasepsi hormone obatan,
Ovulasi
belum lingkungan,
Waktu haid teratur status
lebih cepat penyakit,
Gangguan tumor rahim,
hormone dlm tumor di
tubuh Gangguan infertilitas
nutrisi,
indung telur.
kesuburan olahraga
menopause
berat
nyeri
Penurunan
aliran
menstruasi
oligomenoria
Pohon Masalah Amenorea
Amenorea
-Sebelum - TRH
Menarche Sekunder Primer
-Hamil
Menopause
-Post partum Stres, BB Kelainan kromosom,
menopause ,olahraga agenesis genetalia,
Gangguan
Hormonal: kriptomenorea,himen
=kolestrol citra tubuh
imperforate,dst…
dll -pem
hormone
-prolaktin
Galaktore
Kehamilan
GnRh
-Tanpa obat
-proliferasi Keluhan pd
endometrium dan seluruh bag Rasa letih
meluruh pd siklus haid tubuh Disminorhea
sekunder
Nyeri haid
Disminorhea
Kerusakan primer
Cemas &
jarigan bingung
tegang
Nyeri
Hipoksia meningkat
Nyeri
Intoleransi
aktivitas
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian Keperawatan
1. Keluhan utama
b. Pusing
c. Kelelahan
d. Nyeri yang menjalar dari bawah perut sampai punggung belakang (PQRST)
c. Riwayat obstetric
4. Riwayat abortus
d. HPHT
6. Riwayat kehamilan
7. Riwayat KB
8. Riwayat psikososial
9. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
a. Tekanan darah: 110/70-130/90 mmHg
b. Respiratori: 16-24x/mnit
c. BB
d. Kesadaran
e. Nadi:76-92x/menit
f. Suhu:36-37x/menit
g. TB
h. Mata
- Konjungtiva pucat pada perdarahan banyak (anemis).
i. Dada
j. Respiratori
- Jalan nafas
k. Abdomen
- Nodul/pembesaran tmbulnya mioma
l. Genitalia.
- Perinium
m. Vesika urinaria
n. Extrimitas (Integumen)
a. Warna kulit
a) Lab (Urine,Hb)
b) USG
2. Nyeri akut (haid) b/d kontraktilitas uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri
uterus.
C. Daftar Pustaka