Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGUAN PENYAKIT MENSTRUASI

MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS

Dosen Pengampu : Hirza Aini Nur,S.Kep,Ns,M.Kep.

Disusun oleh : Kelompok 10

1. Nawaf Chilwa musanadah

2. Nur Elvina Rika M

3. Risa Fatmawati

4. Riski Apriliana M

5. Umi Hanik

2B DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS

TAHUN AJARAN 2019


LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN HAID
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Perdarahan haid merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan system
hormone dengan rongga tubuh, yaitu hipotalamus, hipofise, ovarium, dan uterus
serta faktor lain di luar organ reproduksi. Bisa dibayangkan penyebab gangguan
haid pasti sangat bnyak dan bervariasi. Diagnosis banding gangguan haid
menjadi sangat luas sehingga menyebabkan para klinisi mengalami kesulitan saat
menangani keadaan tersebut.
Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus abnormal
merupakan keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan dating berobat
ke dokter atau tempat pertolongan pertama. Keluhan gangguan haid bervariasi
dari ringan sampai berat dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi
penderita maupun dokter yang merawatnya. Data dibeberapa Negara industri
menyebutkan bahwa seperempat penduduk perempuan dilaporkan pernah
mengalami menoragia, 21% mengeluh siklus haid memendek, 17% mengalami
perdarahan antar haid dan 6% mengeluh perdarahan pascasanggama. Selain
menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan haid ternyata berpengaruh pada
aktivitas sehari-hari yaitu 28% dilaporkan merasa terganggu saat bekerja
sehingga berdampak pada bidang ekonomi. Di RSUD Dr.Soetomo pada tahun
2007 dan 2008 didapatkan angka kejadian perdarahan uterus abnormal sebanyak
12,48% dan 8,8 % dari seluruh kunjungan poli kandungan (sifasi kepustakaan).
2. Jenis-Jenis gangguan menstruasi
1. Hipermenorea (Menoragia)

Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak


dan/atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur.
Secara klinis menoragia didefinisikan dengan total jumlah darah haid lebih
dari 80 ml per siklus dan durasi haid lebih lama dari 7 hari. Sulit menemukan
jumlah darah haid secara tepat. Oleh karena itu, bisa disebutkan bahwa bila
ganti pembalut 2-5 kali perhari menunjukkan jumlah darah haid normal.
Menoragia adalah bila ganti pembalut lebih dari 6 kali perhari. WHO
melaporkan 18 juta perempuan usia 30-55 tahun mengalami haid yang
berlebih dan dari jumlah tersebut 10% dalam kategori menoragia.
Penyebab menoragia terletak pada kondisi dalam uterus. Hemostasis di
endometrium pada siklus haid berhubungan erat dengan platelet dan fibrin.
Formasi trobin akan membentuk plugs dan selanjutnya diikuti vasokontriksi
sehingga terjadi hemostasis. Pada penyakit darah tertentu misalnya penyakit
von Willebrands dan trombositopenia terjadi defisiensi kompenen tersebut
sehingga menyebabkan terjadi menoragia. Gangguan anatomi juga akan
menyebabkan terjadi menoragia, termasuk diantaranya adalah mioma uteri,
polip, dan hyperplasia endometrium. Mioma yang terletak pada dinding uterus
akan mengganggu kontraktilitas otot rahim, permukaan endometrium menjadi
lebih luas dan akan menyebabkan pembesaran pembuluh darah serta berisiko
mengalami nekrosis. Proses patologis ini akan menghambat hemostasis
normal.
 Etiologi

Biasanya muncul sebagai kejadian yang biasa hanya sekali:


- Kehamilan

Intrauteri
Ektopik
Neoplasma tromboplastik gestasional (ex: mola hidatidosa)
- Infeksi (biasanya terkait dengan PRP, Penggunaan AKDR, atau
prosedur lanjutan intrauteri yang berbasiskan instrument)

- Endometriasis

- Salpingitis

Biasanya muncul sebagai pola siklis berlanjut:


- Penggunaan AKDR

- Neoplasma

Kista Ovarium
Fibroid uteri (mioma)
Adenomiosis (jaringan endometrium yang berlokasi dalam
miometrium)
Hiperplasia endometrium
Polip
Karsinoma
- Kelainan koagulasi
Bawaan (ex: penyakit von Willebrand)
Didapat (ex: idiopatihic thrombocytopenia purpura/ITP)
Farmakologis (ex: penggunaan heparin, atau bahkan aspirin)
- Penyakit hati (ex: sirosis)

Gangguan metabolism estrogen


Penurunan sintesis fibrinogen dan faktor pembekuan
- Endokrin

Hipotiroidisme
 Tanda dan Gejala

- Adanya gumpalan-gumpalan darah pada perdarahan

- Sakit panggul patologi

- Galaktorea akibat tumor hipofisis

- Perdarahan fase menstruasi yang berlebihan

- Perdarahan diantara dua siklus haid

- Nyeri mengejang pada abdomen

- Ptekie, memar, pupura

- Lesu

- Anemia

- Hipo/Hipertiroid

- Obesitas

 Pemeriksaan Penunjang

- Uji Lab

Mencakup uji hemoglobin dan hematocrit untuk menentukan apakah


perdarahan yang terjadi pada wanita mengarah ke keadaan anemia.
Pemeriksaan hitung darah lengkap juga memungkinkan untuk
mendeteksi jumlah trombosit yang rendah (tromositopenia) yang dapat
menyertai kelainan perdarahan. Uji kadar tyroid-Stimulating hormon
(TSH) untuk menyingkirkan penyakit thyroid, waktu protombin (PT),
waktu paruh tromboplastin (PTT) untuk mengkaji adanya kelainan
darah tertentu.
- Ultrasonografi panggul juga dapat menjadi alat diagnostik yang efektif
untuk menunjukkan adanya hyperplasia atau arsinoma.

- Sonografi mampu mendeteksi mioma serta polip endometrium


(pertumbuhan benign yang dapat mengakibatkan menoragia).

 Penatalaksanaan

Terapi menoragia sangat tergantung usia pasien, keinginan untuk


memiliki anak, ukuran uterus keseluruhan, dan ada tidaknya fibroid atau
polip. Spektrum pengobatannya sangat luas mulai dari pengawasan
sederhana, terapi hormon, operasi invasive minimal seperti pengangkatan
dinding endometrium (endrometrial resection atau EMR), poli
(polipektomi), atau fibroid (miomektomi) dan histerektomi (pada kasus
yang refrakter).
Dapat juga digunakan herbal yarrow, nettle’ purse, agromony,
ramuan cina, dan lain-lain yang diperkirakan dapat memperkuat uterus.
Selain itu dianjurkan juga pemeberian suplemen besi untuk mengganti besi
yang hilang melalui perdarahan. Vitamin diberikan adalah vitamin A
kaarena wanita dengan kehilangan darah hebat biasanya mengalami
penurunan kadar vitamin A dan K yang dibutuhkan untuk pembekuan
darah. Vitamin C, zink dan bioflavonoids dibutuhkan untuk memperkuat
vena dan kapiler.
 Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin
releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan
Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan
folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan
leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan
folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium
agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah.
Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus
luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron
menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan
stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal
dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar
esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.

Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah


menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang.
Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis.

Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya


stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak
terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada
progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat,
ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan
mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung
dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi
endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.

2. Hipomenorea

Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih


sedikit dan/atau durasi lebih pendek dari normal. Hipomenorea adalah siklus
haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, wanita dengan
polimenorea akan mengalami haid hingga dua kali atau lebih dalam sebulan,
sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
Terdapat beberapa penyebab hipomenorea yaitu gangguan organik misalnya
pada uterus pasca operasi miomektomi dan gangguan endokrin. Hipomenorea
menunjukkan bahwa tebal endometrium tipis dan perlu evaluasi lebih lanjut.
 Tanda dan Gejala

- Nyeri saat menstruasi

- Waktu haid yang singkat <3 hari

- Perdarahan haid yang memendek atau singkat < 40 ml

 Etiologi
Sebagian besar penyebab terjadi hipomenorea adalah karena kekurangan
hormone estrogen dan maupun hormon progesterone, tetapi dari beberapa
sumber mengatakan tentang penyebab-penyebab hipomenorea antara lain :
1. Hipomenorea disebabkan oleh pada konstitusi penderita, pada uterus
(misalnya : sesudah miomektomi). Pada gangguan endokrin, dan lain-
lain dan tidak menyebabkan fertilitas. (www.sindrom-pra haid. com)

2. Hipomenorea menyebabkan oleh pada gangguan hormonal (Estrogen


dan progesterone) dan gangguan pada kelainan uterus (terjadi pada
hipoplasia uteri, karena bentuk uterus yang kecil).

3. Hipomenorea disebabkan karena kekurangan estrogen,


progesterone (biasanya pada masa klimakterium), stenosis hymen,
stenosis servik uteri, sinekia uteri (sindroma ashema)

 Penatalaksanaan

Tidak perlu terapi jika siklus ovulatoar subsitusi hormon E&P bila perlu
induksi ovulasi jika siklus anovulatoar dan ingin anak. Tindakan:
1) Menenangkan penderita
2) Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap
3) diberi obat berupa: endometril

Pengobatan hipomenorea adalah bila siklus haid berovulasi tidak perlu


dilakukan pengobatan apapun. Bila ternyata ingin diberikan pengobatan,
maka dapat diberikan kombinasi estrogen. Progesterone yang dimulai hari
ke-16 sampai hari ke-25 siklus haid. (Endikronologi Ginekologi edisi
kedua, Dr. Med. Ali Badziad, SpOG-KFER)

3. Polimenorea

Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal
yaitu kurang dari 21 hari. Sering kali sulit membedakan polimenorea dengan
metroragia yang merupakan perdarahan antara dua siklus haid. Penyebab
polimenorea bermacam-macam antara lain gangguan endokrin yang
menyebabkan gangguan ovulasi, fase luteal memendek, dan kongesti ovarium
karena peradangan.
 Etiologi

Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus


luteum memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa
disebabkan akibat stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek
atau karena keduanya.
Timbulnya haid yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan
kekhawatiran pada wanita yang mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi
akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Ketidak seimbangan hormon tersebut
dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur)
atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu
siklus haid normal sehingga didapatkan haid yang lebih sering. Gangguan
keseimbangan hormon dapat terjadi pada:
1. 3-5 tahun pertama setelah haid pertama

2. Beberapa tahun menjelang menopause

3. Gangguan indung telur

4. Stress dan depresi

5. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa,


bulimia)

6. Penurunan berat badan berlebihan

7. Obesitas

8. Olahraga berlebihan, misal atlit

9. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin,


NSAID, dan lain-lain.

Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh


dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter
jika polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang
berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik
tubuh akibat darah yang keluar terus menerus. Disamping itu,
polimenorea dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan
kesuburan karena gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan
gangguan ovulasi (proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan
ovulasi seringkali mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.

 Penatalaksanaan

Tujuan terapi pada penderita polimenorea adalah mengontrol


perdarahan, mencegah perdarahan berulang, mencegah komplikasi,
mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh, dan menjaga
kesuburan. Untuk polimenorea yang berlangsung dalam jangka waktu
yang lama, terapi yang diberikan tergantung dari status ovulasi pasien,
usia, risiko kesehatan, dan pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi oral
kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien yang menerima terapi
hormonal sebaiknya dievaluasi selama 3 bulan setelah terapi diberikan,
dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi.
 Patofisiologi

Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan


hormone dalam tubuh. Atau bisa juga terjadi karena penyakit di dalam
tubuh organ reproduksi, contohnya tumor Rahim, tumor di indung telur.
Selian itu gangguan haid disebabkan juga karena faktor lainnya seperti
stress, kelelahan, gangguan gizi dan penggunaan kontrasepsi. Siklus haid
yang tidak teratur kebanyakan akibat faktor hormonal. Seorang wanita
yang memiliki hormone estrogen dan progesterone secara berlebihan
memungkinkan terjadinya haid dalam waktu yang lebih cepat. Jika
gangguan haid dikarenakan oleh faktor hormonal maka dapat dipastikan
wanita tersebut mengalami gangguan kesuburan. Dan dapat diatasi dengan
suntikan untuk mempercepat pematangan telur.
4. Oligomenorea

Oligomenorea adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari


normal yaitu lebih dari 35 hari. Sering terjadi pada sindroma ovarium
polikistik yang disebabkan oleh peningkatan hormon androgen sehingga
terjadi gangguan ovulasi. Pada remaja oligomenorea dapat terjadi karena
imanuritas poros hipotalamus hipofisis ovarium endometrium. Penyebab lain
oligomenorea antara lain stress fisik dan emosi, penyakit kronis, serta
gangguan nutrisi. Oligomenorea memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk
mencari penyebab. Perhatian perlu diberikan bila oligomenorea disertai
dengan obesitas dan infertilitas karena mungkin berhubungan dengan
sindroma metabolik.
Pada perkembangan selanjutnya mulai dipikirkan terminologi keluhan
gangguan haid yang gampang dipahami oleh petugas kesehatan dan juga para
penderita sehingga bisa dimengerti kedua belah pihak dengan menggunakan
satu bahasa. Terminologi keluhan gangguan haid tersebut membutuhkan
parameter, karakteristik haid normal yang ditunjukkan oleh frekuensi haid,
keteraturan siklus dalam 12 bulan, durasi haid dan volume darah haid. Haid
yang terjadi lebih besar atau lebih kecil dari persentil ke-5 dan ke-95
dikategorikan sebagai abnormal, demikian juga durasi haid diluar persentil
tersebut dikategorikan sebagai gangguan haid. Rekomendasi terminology
untuk keluhan dan tanda gangguan haid tercantum dalam tabel dibawah ini.

Parameter Haid Definisi Klinis Batasan ( Persentil Ke-5 dan Ke-95)


Frekuensi haid (hari) Normal 24-38
Sering <24
Jarang >38
Keteraturan siklus (hari) Normal Variasi 2-20
dalam 12 bulan Tidak Teratur Variasi >20
Tidak Ada -
Durasi Haid (hari) Normal 4-8
Panjang >8
Pendek <4
Volume darah haid (ml) Normal 5-80
Banyak >80
Sedikit <5

 Tanda dan Gejala


- Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya
didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun.

- Haid yang tidak teratur dengan jumlah ayang tidak tentu. Pada
beberapa wanita yang mengalami oligomenorea terkadang juga
mengalami kesulitan untuk hamil.

- Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin


mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler. Wanita tersebut
juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus.

 Penatalaksanaan

- Pengobatan oligominorea dengan anovolatoir serta pada remaja dan


pada wanita yang mendekati menopause tidak memerlukan terapi.

- Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat


memperbaiki keadaan oligominorea.

- Oligominorea sering di obati dengan pil KB untuk memperbaiki


ketidakseimbangan hormonal.

- Bila gejala terjadi apabila adanya tumor, operasi mungkin diperlukan:


adanya tumor yang mempengaruhi pengeluaran hormone estrogen,
maka tumor ini perlu ditindak lanjuti seperti dengan operasi,
kemoterapi, dan lain-lain.

- Pengobatan alternative lainnya dapat menggunakan akupuntur atau


ramuan herbal.

5. Amenorea

Amenorea adalah tidak terjadi haid pada seorang perempuan dengan


mencakup salah satu tiga tanda sebagai berikut.
1. Tidak terjadi haid pada usia 14 tahun, disertai tidak adanya
pertumbuhan atau perkembangan tanda kelamin sekunder.
2. Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun disertai adanya
pertumbuhan normal dan perkembangan tanda kelamin sekunder.

3. Tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut


pada perempuan yang sebelumnya pernah haid.

Amenorea dibagi menjadi dua golongan yaitu:


a. Amenorea primer

Pada usia 14 tahun lebih tidak terjadi haid dan pada yang
bersangkutan tidak di temukan adanya perkembangan karakteristik
seksual sekunder seperti penonjolan payudara atau rambut pubis, atau
pada usia 16 tahun tidak terjadi haid (menarche) namun pada yang
bersangkutan terjadi perkembangan karakteristik seksual sekunder.
 Etiologi

Dengan kekurangan karakteristik seksual sekunder (hypogonal)


 Hypogonadotropic Hypogonadism:

- Keterbelakangan mental

- Kallaman’s Syndrom (difisiensi GnRH)

- Tumor sistem saraf pusat

- Disfungsi pituitary/ hypothalamic: anoreksia dan kehilangan


berat badan, kegiatan yang berlebihan, penyakit sistemik

- Hypothyroidism

- Hiperprolaktenia

 Hypergonadotropic Hypogonadism:

- Perkembangan abnormal kelamin (Gonadal Dydgnesis);


45XO,46XX, 46XY

- Perkembangan abnormal kelamin murni

- Kelainan kromosom seks (Sex Cromosom Mosaicism)


- Kegagalan ovarium karena radiasi

- Gonadotropin Resitance (Savage or Jones Syndrom)

- Defisiensi enzim galaktosemia

Karena karakteristik keberadaan alat seksual sekunder:


 Bentuk abnormal:

- Hymen Inperforata

- Transverse Vaginal Septum

 Androgen Insensitivity

 Hemaprodit

 Endrometrium tidak terbentuk

 Kegagalan ovarium

b. Amenorea sekunder

Proses haid sudah terjadi namun berhenti selama 6 bulan atau dalam
jangka waktu yang setara dengan siklus haid.
 Etiologi

Penyebab yang biasanya sering terjadi:


- Pregnancy

- Kerusakan Hypothalamus

- Stres atau latihan berlebihan

- Anoreksia nervosa

- Idhiopatic

- Penyakit kronik

- Anovulation

- Polycystic Ovari Syndrom


- Hyperprolactemia

- Hyper/Hypothyroid

Penyebab yang kurang sering terjadi:


- Premature ovarium failure

- Asherman syndrome (penempelan intrauterine)

- Pituitary failure (sheen syndrome)

Penyebab yang jarang terjadi:


- Penyakit chusing

- Andrenal tumor

- Diabetes

- Radiation of chemotheraphy

- Operasi

- Malnutrisi

- Sirosis hepatis

 Tanda dan Gejala Amenorea

Gejala amonorea bervariasi tergantung dari penyebabnya, jika


penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan
ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pemebesaran payudara,
pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak saat perubahan bentuk
tubuh.
Jika penyebabnya kehamilan, akan ditemukan morning sickness
dan pembesaran perut. Jika penyebabnya adalah hormone tiroid yang
tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung cepat, kecemasan, kulit yang
hangat dan lembab.
Gejala lain yang mungkin ditemukan antara lain;
- Sakit kepala
- Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan
tidak menyusui)

- Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)

- Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti

- Vagina kering

- Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti


pola pria), perubahan suara, dan perubahan payudara.

 Pemeriksaan Penunjang

- Biopsi endometrium

- Progestin withdrawal

- Kadar prolactin

- Kadar hormon (misalnya testosterone)

- Tes fungsi tiroid

- Tes kehamilan

- Kadar FSH (follicle stimulating hormone)<LH (luteinizing hormone),


TSH (thyroid stimulating hormone)

- Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom

- CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)

 Penatalaksanaan

Amenorea Primer:
- Pada pasien hypergonadotropic hypogonadal dengan penggantian
estrogen (diawali dengan dosis rendah), dan kombinasi penggantian
hormone lain atau dengan kontrasepsi oral untuk memulai pubertas dan
memelihara perkembangan tulang.

- Untuk dysgenetic gonad dilakukan pembedahan


- Pasien dengan keterbelakangan perkembangan vagina dapat
menormalkan vagina dengan vagina dilator, jika tidak bisa maka
dibutuhkan pembedahan.

- Pasien dengan Hypogonadotropic hypogonadal membutuhkan


pengkajian secara hati-hati dalam diet, latihan , dan faktor stress.

Amenorea Sekunder:
- Penatalaksanaan pada amenorea sekunder tergantung dari etiologinya
dan gangguan reproduksi

- Pasien dengan estrogen normal harus disilkuskan dengan progesterone


agent (medroxyprogesterone acetate 10 mg oral selama 10-12
hari/bulan) atau dengan kontrasepsi oral setiap hari untuk mencegah
hyperplasia endometrium dan karsinoma.

- Pasien hypoestrogen seperti pada hypothalamic amenorea, ovarian


failure atau hyperprolactemia membutuhkan terapi penggantian
hormon.

 Patofisiologi

Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian
dari sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab
utama dari amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh
kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer yang diakibatkan oleh
testicular feminization menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai
wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang – kadang
tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina
tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus.
Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis.
Keadaan seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore yang
permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea
menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH
dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan
kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan
progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang
merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas
karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma
pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab
amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana
terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi
ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini
menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap
rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau
prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom
seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang
wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks
sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan
hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-
hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi
mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang
akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi
ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary
syndrome.
6. Disminorea

Disminorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan
terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri hadi dapat terjadi bervariasi
mulai dari yang ringan sampai berat. Keparahan disminorea berhubungan
langsung dengan lama dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid
hampir selalu diikuti dengan rasa mulas atau nyeri. Namun, yang
dimaksud dengan disminorea adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan
perempuan tersebut datang berobat ke dokter atau mengobati dirinya
sendiri dengan obat anti nyeri.
Disminorea dapat dibagi menjadi dua kelompok, disminorea primer
dan disminorea sekunder.
a. Disminorea Primer
Disminorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan
patologi pada panggul. Disminorea berhubungan dengan siklus
ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi meometrium sehingga
terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang di produksi oleh
endometrium fase sekresi.
Molekul yang berperan pada disminorea adalah prostaglandin
F2 yang selalu menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan
prostaglandin E menghambat kontraksi uterus. Terdapat
peningkatan di endometrium saat perubahan dari fase poliferasi ke
fase sekresi. Perempuan dengan disminorea primer didapatkan
kadar prostaglandin lebih tinggi di bandingkan perempuan tanpa
disminorea. Peningkatan kadar prostaglandin tertinggi saat haid
terjadi pada 48 jam pertama. Hal ini sejalan dengan awal muncul
dan besarnya intensitas keluhan nyeri haid. Keluhan mual, muntah,
nyeri kepala, atau diare sering menyertai disminorea yang diduga
karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi sistemik.
 Adapun faktor penyebab nyeri menstruasi antara lain:

- Faktor psikis

Remaja dan ibu-ibu emosinya tidka stabil sehingga mudah


mengalami nyeri menstruasi
- Faktor endokrin

Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim


uterus yang berlebihan.
- Faktor Prostaglandin

Teori ini menyatakan nyeri menstruasi timbul karena


peningkatan produkai prostaglandin (oleh dinding rahim)
saat menstruasi.
b. Disminorea sekunder

Disminorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan


dengan berbagai keadaan patologis di organ genetalia, misalnya
endrometriosis, adenomiosis, mioma uteri, strenosis serviks,
penyakit radang panggul, perlekatan panggul, atau irritable bowel
syndrome.
 Adapun penyebab nyeri haid ini antara lain:

- Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil

- Posisi rahim yang tidak normal

- Adanya tumor dalam rongga rahim, misalnya mioma uteri

- Adanya tumor dalam panggul, terutama tumor fibroid,


yang letaknya dekat permukaan selaput lendir rahim,
adanya selaput lendir Rahim, adanya selaput lendir rahim
di tempat lain (endometriosis), bisa ditemukan di dalam
selaput usus di jaringan payudara atau di tempat lain.

- Penyakit-penyakit tubuh seperti: TBC, anemia,


konstipasi, postur tubuh terlalu kurus.

- Udara terlalu dingin

- Penyakit rongga panggul

- Polip uterus, uterine fibroids, servikal stenosis

 Tanda dan Gejala pada Disminorea

- Mual dan muntah

- Rasa letih

- Sakit daerah bawah pinggang

- Perasaan cemas dan tegang

- Pusing dan bingung

- Diare

- Sakit kepala

 Pemeriksaan Penunjang
- Ultrasonografi untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam
anatomi Rahim, misal posisi, ukuran, dan luas ruangan Rahim.

- Histerosalphingographi, untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan


dalam rongga rahim, seperti polipendometrium, mioma submukosa,
atau adenomiosis.

- Hestroscopy, untuk membuat gambar dalam rongga rahim, seperti


polip atau tumor lain.

- Laparoscopy, untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis, dan


penyakit-penyakit lain dalam rongga panggul.

 Penatalaksanaan

- Secara umum olah raga dan latihan peragangan otot-otot dan ligament
sekitar rongga panggul, agar aliran darah dirongga panggul lancar.
Selain itu, dengan berolah raga perlu di atasi, misalnya dengan
kebiasaan makan berserat. Bila perlu sekali-sekali boleh diberi obat
pencahar. Penderita dianjurkan tetap melakukan aktivitasnya sehari-
hari. Pemberian obat-obat anti sakit.

- Secara khusus kelainan-kelainan didalam rongga panggul perlu


dibenahi, misalnya lubang salurang leher rahim yang terlalu sempit
bisa dilebarkan, posis rahim yang tidak normal dibenarkan
menggunakan alat yang disebut pessarium. Setelah posisi rahim benar
dan kelihatannya disminore menjadi berkurang/hilang kemudian
dilanjutkan dengan penegangan ligament rahim. Penyakit radang di
daerah rongga panggul memerlukan obat-obatan anti biotik atau
penyinaran/pemanasan daerah panggul.

- Pengobatan secara umum yaitu;

 Obat-obatan analgesic sebaiknya bukan dari golongan narkotik


seperti morpin dan codein.
 Obat-obatan tecolotic, yaitu obat-obatan untuk mengurangi
kontraksi otot rahim, dan memperlancar aliran darah ke dalam
rongga panggul, khususnya Rahim.

 Pengobatan hormonal berupa obat-obatan KB yang kombinasi


untuk menghambat terjadinya pelepasan telur dari kelenjar
ovarium.

 Obat-obat menghambat pengeluaran hormone prostaglandin,


seperti jeni I, aspirin, indometchine, asam mefenamat.

 Operasi seperti curet, dan operasi pemotongan saraf daerah


pinggul.

 Patofisiologi
 Pada disminorea primer :
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan
mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar
progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran
lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2.
Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di
membran sel endometrium menghasilkan asam arakhidonat. Adanya
asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan
merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan
disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan
PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium
dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan distrimi uterus.
Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan
mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga
menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa
sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang
fisik dan kimia.
 Pada disminorea sekunder :
Adanya kelainan pelvis, misalnya: endometriosis, mioma uteri,
stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan
kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri

7. Sindroma Prahaid

Sindroma Prahaid (Pre Menstrual Syndrome/PMS) berbagai keluhan


yang muncul sebelum haid yaitu antara lain cemas, lelah, susah konsentrasi,
susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut, dan sakit pada payudara.
Sindroma prahaid biasanya ditemukan 7-10 hari menjelang haid. Penyebab
pasti belum diketahui, tetapi diduga hormone estrogen, progesterone,
prolactin, dan aldosterone berperan dalam terjadinya sindroma prahaid.
Gangguan keseimbangan hormone estrogen dan progesterone akan
menyebabkan retensi cairan dan natrium sehingga berpotensi menyebabkan
terhjadi keluhan sindroma prahaid. Perempuan yang peka terhadap factor
psikologi, perubahan hormone sering mengalami gangguan prahaid.
 Tanda dan Gejala

Berikut tanda dan gejala yang timbul sesuai tipe PMS:


1. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas,
sensitive, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan bebrapa wanita
mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid.
Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormone estrogen dan
progesterone: hormone estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan
hormone progesterone. Pemberian hormone progesterone kadang
dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti
mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan
magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengonsumsi
makanan berserta dan mengurangi atau membatasi minum kopi.

2. PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (pembengkakan),


perut kembung, nyeri pada payudara, pembengkakan tangan dan kaki,
peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga
dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi
akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena
tingginmya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian
obat diuretic untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium
pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah
terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam
dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.

3. PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi


makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat
sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah
menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia
seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing yang kadang-kadang
sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormonj
insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis
dapat disebabkan oleh stress, tinggi garam dalam diet makanan, tidak
terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya
magnesium.

4. PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin


menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam
mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul
rasa ingin buh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D
berlangsung bersmaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari
seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS tipe D murni
disebabkan oleh ketidakseimbangan hormone progesterone dan
estrogen, dimana hormone progesterone dalam siklus haid terlalu
tinggi dibandingkan dengan hormone estrogennya. Kombinasi PMS
tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stress,
kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal
ditubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6).
Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan
magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang
terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.

 Penatalaksanaan
Pencegahan PMS (sindrom pra haid) dapat dilakukan melalui diet yang
tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Batasi konsumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah
(sapi dan kambing), alcohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.

2. Kurangi rokok atau berhenti merokok.

3. Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per
orang).

4. Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-bijian


sebgai sumber protein.

5. Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim,


dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.

6. Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan
yang digoreng.

7. Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.

8. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak


esensial linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.

9. Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E,


kalsium, magnesium juga omega-6 (asam linoleat gamma GLA).

Disamping diet, perhatikan pula hal-hal berikut ini untuk mencegah


munculnya PMS:
a. Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.

b. Menghindari dan mengatasi stress.

c. Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat


meningkatkan risiko menderita PMS.

d. Catat jadwal siklus haid serta kenali gejala PMS-nya.

e. Perhatikan pula apakah kita sudah dapat menagatasi PMS pada siklus-
siklus datang bulan berikutnya.
 Patofisiologi

Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron


di dalam darah, yang akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya
gangguan mental. Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh
ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitaminanti depresi
karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali
bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang
cukup dapat mengakibatkan depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala
premenstruasi adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar
hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron yang
dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat
mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi
kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi
tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma
linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem
reproduksi (mengatur efek hormon esterogen, progesterone), sistem saraf,
dan sebagai anti peradangan.

8. Metrorhagia

Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan


dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus
sebagai suatu bercak-bercak (spotting) dan dapat lebih diyakinkan dengan
pengukuran suhu basal tubuh.
 Etiologi

 Kehamilan

Intrauteri
Ektopik
Neoplasma trophoblastik gastosional (mis, mola hidatisoda)
 Infeksi (biasanya berkaitan dengan PRP, Penggunaan AKDR, atau
prosedur intrauteri yang menggunakan instrument )

Endometrisis
Salpingitis
 Penggunaan AKDR

 Pasca ligasi tuba (masih kontroversi)

 Ovulasi

 Penyebab hormone

OCP, Depo, Norplant


HRT
Obat-obatan, herbal
Gangguan tiroid
 Neoplasia

Kista ovarium
Mioma uteri (fibroid)
Adenomiosis (jaringan endometrium yang berada dalam
miometrium)
Hiperplasia endometrium
Polips
Karsinoma
 Kelainan koagulasi, kelainan bawaan

 Penyakit organ. misalnya, gagal hati atau gagal ginjal

Keterangan :
Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak
sembuh; carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari
haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia);
hormonal.
Perdarahan fungsional :
a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser,
ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi,
metabolik, penyakit akut maupun kronis.

b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan


pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut
ataupun kronis..

 Tanda dan Gejala


 Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya
dengan haid namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita
sebagai haid walaupun berupa bercak

 Penatalaksanaan
 Terapi : kuretase dan hormonal, pemeriksaan sonografi.
 Menstimulasi kelenjar pituitary di otak dan adrenal untuk
menyeimbangkan kadar dan LH FSH dengan pengobatan
hormone.

 Lebih memperhatikan organ reproduksi : melakukan tes usap bagi


yang sudah menikah 1 tahun sekali termasuk pemeriksaan
menggunakan kontrasepsi IUD setiap tahun sekali.

4. Penyebab Gangguan Menstruasi


Penyebab gangguan menstruasi sangat banyak, dan secara sistematis dibagi
menjadi 3 kategori penyebab utama, yaitu:
1. Keadaan Patologi Panggul

a. Lesi Permukaan pada Traktus Genital

- Mioma uteri, adenomiosis

- Polip endometrium

- Hyperplasia endometrium

- Adenokarsinoma endometrium, sarkoma


- Infeksi pada serviks, endometrium, dan uterus

- Kanker serviks, polip

- Trauma

b. Lesi Dalam

- Adenomeosis difus, mioma uteri, hipertrofi myometrium

- Endometriosis

- Malformasi arteri vena pada uterus

2. Penyakit Medis Sistemik

- Gangguan hemostasis: penyakit von Willebrand, gangguan faktor II,


V, VII,VIII,IX,XIII, Trombositopenia, gangguan platelets.

- Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal, SLE.

- Gangguan hipotalamus hipofisis: adenoma, proklaktinoma, stress, olah


raga berlebihan.

3. Perdarahan Uterus Disfungsi

Merupakan gangguan haid tanpa ditemukan keadaan patologi pada


panggul dan penyakit sistemik pada keputakaan pada tahun 2008, Fraser
dan kawan-kawan menyebut sebagai perdarahan uterus abnormal-
Mecbanisms currently unexplained (MCU) karena masalah ketepatan arti
terminologi perdarahan uterus disfungsi yang masih diperdebatkan.
Selain ketiga faktor penyebab tersebut bila perdarahan uterus abnormal
terjadi pada perempuan usia reproduksi harus dipikirkan gangguan
kehamilan sebagai penyebab. Abortus, kehamilan ektopik, solusio plasenta
perlu dipikirkan karena juga memberikan keluhan perdarahan. Penyebab
iatrogenic seperti penggunaan pil kontrasepsi, alat kontrasepsi dalam
rahim, obat anti koagulansia, antipsikotik, dan preparat hormone bisa juga
menyebabkan perdarahan sehingga harus dipikirkan pula saat evaluasi
perdarahan uterus abnormal.

 Pohon Masalah Hipermenorea (Menoragia)

Kehamilan: Gangguan Endometriosis


Abortus hormonal
Intrauterine Mioma Uteri
ektopik d
hipotiroid infeksi
Gangguan
Lepasnya Keganasan
perdarahan
implantasi hasil Gangguan haid
konsepsi Polip
Medikamentosa
d
Perdarahan
endometrium

Kelainan
koagulasi

Perdarahan fase Menoragia Nyeri abdomen lesu


menstruasi yg bawah
berlebih
Perdarahan di anatara
Ptekie,
dua siklus haid
memar/ Dx Nyeri
ekimosis
,purpura
Anemia

keletihan

Pohon Masalah Oligomenorea

Ansietas,
Depoprovera, stress,
Estrogen dan Anovulasi pada remaja
norplant, AKDR penyakit
progesterone
kronis, keletihan
Penggunaan/penghentian meningkat
obat-
kontrasepsi hormone obatan,
Ovulasi
belum lingkungan,
Waktu haid teratur status
lebih cepat penyakit,
Gangguan tumor rahim,
hormone dlm tumor di
tubuh Gangguan infertilitas
nutrisi,
indung telur.
kesuburan olahraga
menopause
berat

nyeri

Penurunan
aliran
menstruasi

oligomenoria
Pohon Masalah Amenorea
Amenorea

fisiologis hipertiroid patologis

-Sebelum - TRH
Menarche Sekunder Primer

-Hamil
Menopause
-Post partum Stres, BB Kelainan kromosom,
menopause ,olahraga agenesis genetalia,
Gangguan
Hormonal: kriptomenorea,himen
=kolestrol citra tubuh
imperforate,dst…
dll -pem
hormone

-prolaktin
Galaktore
Kehamilan

GnRh
-Tanpa obat

-ANC Factor Faktor hipofise:


Factor ovarium:
endometrium:
-Perawatan post FSH tinggi -FSH & LH rendah
estrogen tinggi
partum
-Kelainan
-prwtan congenital
menopause mual
-tumor hipofise
Gangguan
penglihatan

Kanker endometrium, prdrahan uterus


difungsional, infertilitas,
osteoporosis(krn isufisiensi hormone)
Pohon Masalah Disminorea

Ovulasi Mual dan Dx: -Posisi rahim tdk normal Sakit


muntah resiko daerah
-Ukuran rahim terlalu kecil bwah
kurang
-Peningkatan hormone nutrisi -tumor pinggang
progesterone
-penyakit lain: TBC, anemia
-hormon prostaglandin Disminorhea
meningkat -Udara terlalu dingin

-proliferasi Keluhan pd
endometrium dan seluruh bag Rasa letih
meluruh pd siklus haid tubuh Disminorhea
sekunder

Nyeri haid
Disminorhea
Kerusakan primer
Cemas &
jarigan bingung
tegang

Nyeri

Kontraksi miometrium dan pembuluh darah uterus

Hipoksia meningkat

Nyeri

Intoleransi
aktivitas
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian Keperawatan
1. Keluhan utama

a) Nyeri perut saat haid klien dengan disminore.

b) Keluarnya darah haid berlebihan atau sedikit pada hiperminore dan


hipominore

c) Adanya keluhan haid disiklus menstruasi pada oligominore dan poliminore


dan aminore.

2. Riwayat penyakit sekarang

a. Mual dan Muntah

b. Pusing

c. Kelelahan

d. Nyeri yang menjalar dari bawah perut sampai punggung belakang (PQRST)

3. Riwayat penyakit dahulu

a. Pernah hamil atau belum pernah hamil

b. Pernah melakukan oprasi atau pembedahan,DM dll.

c. Riwayat obstetric

4. Riwayat abortus

5. Riwayat siklus haid

a. Apakah haid teratur


b. Siklus berapa lama

c. Apakah ada masalah dengan haid

d. HPHT

6. Riwayat kehamilan

a. Hamil berapa kali

b. Ada masalah dalam kehamilan

7. Riwayat KB

a. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan.

b. Masalah dengan cara tersebut

c. Jenis kontrasepsi yang telah digunakan setelah persalinan

8. Riwayat psikososial

a. Keadaan yang menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehar-hari klien.

b. Pendapat klien terhadap penyakit saat ini

c. Perubahan yang timbul saat haid

9. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum
a. Tekanan darah: 110/70-130/90 mmHg

b. Respiratori: 16-24x/mnit

c. BB

d. Kesadaran

e. Nadi:76-92x/menit

f. Suhu:36-37x/menit

g. TB
h. Mata
- Konjungtiva pucat pada perdarahan banyak (anemis).

i. Dada

- Mammae pada penderita aminore tidah tumbuh.

j. Respiratori
- Jalan nafas

k. Abdomen
- Nodul/pembesaran tmbulnya mioma

l. Genitalia.
- Perinium

m. Vesika urinaria

n. Extrimitas (Integumen)

o. Turgor kulit (CRT)\

a. Warna kulit

b. Kesulitan dalam pergerakan.

10. Data penunjang

a) Lab (Urine,Hb)

b) USG

2) Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis : perdarahan endometrium

2. Nyeri akut (haid) b/d kontraktilitas uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri
uterus.

3. Keletihan b/d Anemia akibat kehilangan darah berlebih.

4. Mual b/d Kehamilan: Peningkatan estrogen

5. Keletihan berhubungan dengan anemia

6. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik: tumor ovarium


3) Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/NOC NIC


1 Nyeri akut (haid) b/d Tujuan: Aktivitas Keperawatan:
kontraktilitas uterus, Stelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
hipersensitivitas, dan saraf selama 1x24 jam rasa nyeri secara konprehensif
nyeri uterus. haid teratasi meliputi lokasi,
Kriteria Hasil: karakteristik,
Menunjukkan tingkat nyeri, awitan/durasi, frekuensi,
dibuktikan dengan kualitas, intensitas, atau
indicator: keperahan nyeri.
-Ekspresi nyeri lisan atau 2. Berikan informasi tentang
pd wajah (4) nyeri, penyebab nyeri
-posisi tubuh melindungi yaitu menoragia.
(4) 3. Ajarkan penggunaan
-kegelisahan atau teknik nonfarmakologis:
ketegangan otot (4) relaksasi, distraksi,
-perubahan dalam Aktivitas Kolaboratif:
kecepatan pernapasan, 4. Laporkan pada dokter jika
denyut jantung atau tekanan tindakan tidak berhasil.
darah (5) Aktivitas lain:
5. Pastikan pemberian
analgesic ketika nyeri
akibat perdarahan tidak
tertahankan.
2 Keletihan b/d Anemia Tujuan: Aktivitas Perawat:
akibat kehilangan darah Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau bukti adanya
berlebih. dalam waktu 2x24 jam keletihan fisik yang
keletihan teratasi. berlebihan pada pasien.
Kriteria hasil: 2. Tentukan presepsi pasien
Pasien akan menunjukkan tentang penyebab
pengehematan energy, keletihan: menoragia
dibuktikan dengan 3. Ajarkan pasien untuk
indicator: mengenali tanda dan
 Tingkat daya tahan gejala keletihan yang
adekuat untuk memerlukan pengurangan
beraktivitas (4) aktivitas.
 Mempertahankan Aktivitas Kolaboratif:
nutrisi yg adekuat (4) 4. Konsulltasikan dengan
 Keseimbangan aktivitas ahli gizi tentang cara
dan istirahat(4) untuk meningkatkan
 Gunakan teknik asupan makanan berenergi
penghematan energy (4) tinggi (untuk mengatasi
Kriteria lain: anemia)
 Pasien menyatakan Aktivitas lain:
tidak merasa lelah terus 5. Kurangi ketidaknyamanan
menerus fisik pada pasien
 Tidak lesu 6. Batasi stimulus
lingkungan.
 Perdarahan berkurang
7. Cegak perdarahan lebih
lanjut.
3. Mual b/d Kehamilan: Tujuan: Aktivitas Keperawatan:
Peningkatan estrogen Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau status nutrisi
selama 1x24 jam mual pasien
dapat dikurangi 2. Pertahankan kekuatan
pencatatan asupan dan
Kriteria Hasil: haluran cairan; pantau
Menunjukkan status nutrisi makanan/ cairan yang
dengan indicator: diingestikan dan
 Asupan makanan oral perhitungkan asupan
 Asupan cairan kalori setiap hari.
Lain-lain: 3. Ajarkan untuk makan
 Melaporkan terbebas secara berlahan.
dari mual Aktivitas Kolaboratif
 Mengidentifikasi 4. Berikan obat antiemetic
tindakan yang dapat sesuai dengan anjuran
menurunkan mual Aktivitas lain:
5. Perhatikan perubahan
status nutrisi yang
signifikan dan mulai
lakukan penanganan
4. Keletihan berhubungan Tujuan: 1. Bina hubungan saling
dengan anemia Setelah dilakukan tindakan
percaya
selama 1x24 jam keletihan
dapat dikurangi 2. Pantau bukti adanya
keletihan fisik dan emosi
Kriteria hasil
 Pasien akan beradaptasi berlebihan pada pasien
dengan keletihan yang 3. Pantau nutrisi untuk
dibuktikan dengan menjamin keadekuatan
konsentrasi sumber energy
 Pasien dapat 4. Pantau pemberian dan
beradaptasi gaya hidup efek stimulant serta
dengan tingkatan depresan
energy 5. Jelaskan pada keluarga
 Pasien dapat tentang teknik mengatur
menunukkan antara waktu untuk mencegah
aktivitas dan istirahat keletihan

 Pasien dapat memper 6. Kurangi ketidaknyamanan

tahankan nutrisi yang fisik yang dapat

adekuat dipengaruhi oleh fungsi


kognitif dan pemantauan/
pengaturan aktivitas diri

5. Ketakutan berhubungan Tujuan: Pengkajian


Setelah dilakukan tindakan
dengan kondisi fisik: tumor selama 1x24 jam ketakutan 1. Kaji respons takut subjektif
ovarium dapat dikurangi
dan obyektif pasien
Kriteria Hasil:
- Pasien akan Pendidikan Untuk pasien
memperlihatkan
2. Jelaskan semua
pengendalian ketakutan,
dibuktikan dengan pemeriksaan dan
indicator sebagai berikut
pengobatan untuk pasien
(Ketentuan 1-5 : tidak
pernah, jarang, kadang- atau keluarga
kadang, sering, atau
secara konsisten Aktifitas Kolaborasi
menampilkan)
3. Kaji kebutuhan akan
- Mencari information untik
layanan social dan atau
menurunkan ketakutan
intervensi psikiatrik
- Menghindari sumber
4. Dukung diskusi pasien-
ketakutan bila mungkin
dokter tentang ketakutan
- Menggunakan teknik
pasien
relaksasi untuk
Aktifitas Lain
menurunkan ketakutan
5. Sering berikan penguatan
- Mempertahankan control
positif bila pasien
terhadap kehidupan
mendemonstrasikan
- Mempertahankan
Perilaku yang dapat
penampilan peran dan
menurunkan atau
hubungan social.
mengurangi takut.

6. Tetap dengan pasien selama


dalam situasi baru.

C. Daftar Pustaka

Varney,Helen dkk.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Edisi 4. EGC: Jakarta

Duff, Patrick dkk.2005.Obstetrick & Gynecology.International Edition. Mc. Grow


Hill Medical: North America
DTM, Dr Faisal Yatim.2001.Haid Tidak Wajar dan Menopause.Pustaka Populer
Obor:Jakarta

Wilkinson, Judith M. 2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC


dan Kriteria Hasil NOC.EGC: Jakarta

Nanda Internasional.2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-


2011.EGC:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai