Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS “MENOMETRORAGIA”


DI RUANG GSR (GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI)
RSUD LANTO DG PASEWANG JENEPONTO

NUR AZISAH RAMLI RUKKA


D.19.07.049

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

............................................... ................................................

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

MENOMETRORAGIA

A. Defenisi
Menometrorrhagia merupakan perdarahan uterus yang berlebihan yang terjadi
pada dan diantara siklus haid. Ini disebut juga dengan perdarahan disfungsional.
Menometrorrhagia banyak sekali terjadi pada wanita dalam masa pubertas dan masa
menjelang menopause. Beberapa penyebab pada perdarahan ini antara lain karena
kelainan anatomis rahim (seperti adanya polip rahim, mioma uteri), adanya siklus
anovulatoir (ditandai dengan siklus haid yang memanjang), dan karena
ketidakseimbangan hormon yang mempengaruhi siklus haid (Safitri, 2009).
Menometrorrhagia adalah perdarahan uterus berlebihan yang terjadi pada dan
diantara periode haid. Menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada
alat genital atau oleh kelainan fungsional (Dorland, 2016).
Menomethoraghia adalah perdarahan uterus abnormal yang terjadi baik di
dalam maupun di luar siklus haid yang disebabkan oleh gangguan fungsional
mekanisme kerja hormon-hormon tanpa adanya kelainan organik alat reproduksi
(Manuaba, 2011).
Dari beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa menometroragia
adalah keadaan dimana terjadinya perdarahan uterus yang berlebihan yang terjadi baik
didalam maupun diluar siklus haid.
B. Etiologi
Penyebab menometroragia juga belum bisa dipahami dengan baik, tetapi sangat
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
1. Ketidakseimbangan hormon
Memiliki terlalu banyak hormon estrogen dapat menyebabkan lapisan rahim
tumbuh lebih tebal dari yang diharapkan. Ketika lapisan yang lebih tebal itu mulai
luruh, hal itu dapat menyebabkan pengeluaran darah menjadi lebih banyak.
Ketidakseimbangan estrogen dapat terjadi karena berbagai pemicu, termasuk stres
dan obesitas.
2. Pertumbuhan abnormal pada rahim
Tumor, seperti polip uterus dan fibroid, dapat menyebabkan perdarahan
berlebihan karena tekanan yang mereka tempatkan pada rahim. Termasuk pada
pembuluh darah di area tersebut. Jenis tumor ini biasanya jinak (noncancerous).
3. Endometriosis
Endometriosis terjadi ketika lapisan rahim justru tumbuh di luar rahim, biasanya
di saluran tuba, ovarium, dan panggul. Ketika lapisan ini luruh, pendarahan bisa
terjadi lebih banyak.
4. Gangguan pembekuan darah
Ketika darah tidak bisa membeku dengan baik, pendarahan akan terjadi lebih lama
dan lebih banyak.
C. Patofisiologi
Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi
(pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain,
misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten). Sekitar 90% perdarahan
uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10%
terjadi dalam siklus ovulasi.
Pada siklus ovulasi, perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan
menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi
karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap
terbentuk. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation), perdarahan rahim sering terjadi
pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi,
sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah.
Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan
(hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang
memadai. Kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim
yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding
rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya.
Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.
D. Manifestasi Klinis
1. Darah yang tertampung pada tampon atau pembalut benar-benar banyak hanya
dalam waktu hitungan jam saja
2. Pendarahan lebih dari 8 hari
3. Sering pendarahan di luar siklus haid yang biasa
4. Darah yang keluar memiliki bentuk gumpalan besar
5. Mengalami sakit punggung dan perut selama haid
6. Sering merasa lelah dan sesak napas, yang mungkin merupakan tanda bahwa
perdarahan yang berlebihan telah mengurangi jumlah zat besi dalam darah
sehingga memicu anemia
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid, dan kadar HCG, FSH, LH,
Proglatin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan
jika ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)
histeroskopi.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaan pada wanita yang tidak berhasil dalam uji
coba terapeutik.
4. Uji kehamilan : untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan.
5. Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah.
F. Penatalaksanaan
Bila perdarahan sangat banyak, istirahan baring dan transfusi darah. Bila
pemeriksaan gynecologik menunjukkan perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada
abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan
hormon steroid. Dapat diberikan:
1. Estrogen dalam dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat
diberikan secara IM di propionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradi 1,5 mg,
atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat
terjadi lagi.
2. Progesteron
Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium,
dapat diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat
diberikan sehari nirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron (provera)
10 m, yang dapat diulangi berguna dalam masa pubertas.
Terapi hormonal :
Setelah perdarahan teratasi berikan :
a. Conjugated oestrogen 2,5 mg per oral setiap hari selama 25 hari
b. Tambahkan 10 mg medroxyprogesteron acetat untuk 10 hari terakhir
c. Tunggu perdarahan lucut 5-7 hari pasca penghentian terapi
3. Androgen
Propionas testosteron 50 mg IM. Hormon ini memiliki umpan balik positif dari
perdarahan uterus akibat hiperplasia endometrium. Pada pubertas, pengobatan bisa
dilakukan dengan terapi hormonal. Pemberian estrogen dan progesteron dalam
kombinasi dapat di anjurkan. Terapi dapat dilaksanakan pada hari ke-5 perdarahan
uterus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-
21 siklus haid. Kecuali pada pubertas, terapi yang baik dilakukan adalah dilatasi
dan kerokan. Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum
juga berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi.
G. Komplikasi
Pendarahan menstruasi yang berlebihan dapat berdampak signifikan pada
kesehatan dan kualitas hidup penderita. Salah satunya adalah anemia. Hal ini terjadi
akibat adanya kehilangan darah dalam jumlah yang signifikan. Anemia adalah suatu
kondisi di mana darah penderita kekurangan sel darah merah pembawa oksigen.
Tanpa darah kaya oksigen, penderita mungkin akan merasa lemah dan cepat lelah.
Pathway
Gangguan Fungsi Hipotalamus Estrogen diproduksi terus-menerus
Hipofisis-hormonal,Dll
Peningkatan Estrogen

Korpus luteum tidak terbentuk Progesteron rendah

Penurunan sekresi estrogen

Priliferasi endometrium

Stratum kompaktan dan stratum spongisa terlepas

Pembentukan trombosit dan prostaglandin tidak terjadi

Resiko Infeksi Endometrium tebal namun rapuh

Pelepasab jaringan endometrium

Imunitas menurun Menometroragia

Anemia Penurunan jumlah sel darah (Anemia) Nyeri Ansietas

Hb menurun kurangnya pasokan darah dan oksigen kejaringan

Penurunan transport oksigen Penurunan Aliran Perife arteri/vena

Dyspnea (kesulitan bernafas) perfusi perifer tidak efektif

Hipoksia Pola nafas tidak efektif penurunan volume intravaskuler

Resiko Syok Ketidakseimbangan cairan intracaskuler

Risiko ketidakseimbangan cairan


KONSEP KEPARAWATAN

A. Pengkajian
1. Keluhan utama
a. Nyeri perut saat haid klien dengan disminorea
b. Keluarnya darah haid berlebihan atau sedikit pada hiperminore dan
hipominore
c. Adanya keluhan haid disiklus menstruasi pada oligominore dan poliminore
dan aminore.
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Mual dan Muntah
b. Pusing.
c. Kelelahan.
d. Nyeri yang menjalar dari bawah perut sampai punggung belakang (PQRST)
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Pernah hamil atau belum pernah hamil
b. Pernah melakukan oprasi atau pembedahan,DM dll.
4. Riwayat obstetric
a. Riwayat abortus
b. Riwayat siklus haid.
1) Apakah haid teratur
2) Siklus berapa.
3) Apakah ada masalah dengan haid.
4) HPHT
c. Riwayat kehamilan.
1) Hamil berapa kali
2) Ada masalah dalam kehamilan.
d. Riwayat KB
1) Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan.
2) Masalah dengan cara tersebut.
3) Jenis kontrasepsi yang telah digunakan setelah persalinan.
5. Riwayat psikososial
a. Keadaan yang menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehar-hari klien.
b. Pendapat klien terhadap penyakit saat ini.
c. Perubahan yang timbul saat haid
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Tekanan darah: 110/70-130/90 mmH, Respiratori: 16-
24x/mnit, Nadi:76 92x/menit, Suhu:36-37x/mnit.
2) BB
3) Kesadaran.
4) TB
5) Mata : Conjungtiva pucat pada perdarahan banyak (anemis).
6) Dada : Mammae pada penderita aminore tidah tumbuh
7) Respiratori : Jalan nafas.
8) Abdomen : Nodul/pembesaran tmbulnya mioma.
9) Genitalia : Perinium, Vesika urinaria.
10) Extrimitas (Integumen)
a) Turgor kulit (CRT)
b) Warna kulit.
c) Kesulitan dalam pergerakan.
e. Data penunjang.
1) Lab (Urine,Hb)
2) USG
3) TerapiS
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisiologis (Menometroragia)
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif Berhubungan Dengan Penurunan Aliran Arteri/Vena
3. Resiko Syok Berhubungan Dengan Ketidakseimbangan Cairan Intravaskuler
4. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Penurunan Hemoglobin
5. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hambatan Upaya Nafas
6. Resiko ketidakseimbangan cairan
7. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisiologis (Menometroragia)
Intervensi Keperawatan : Manajemen Nyeri
Obeservasi :
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
b. Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
c. Berikan tehnik nonfarmakologi utuk mengurangi rasa nyeri (mis : terapi
music, terapi pijat, tehnik imanijasi terbimbing, konpres hangat/dingin.)
d. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan
dan kebinsingan).
e. Fasilitas istirahat tidur.
Edukasi :
f. Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
Kolaborasi :
g. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri/vena
Intervensi keperawatan : Manajemen Hipovolemik
Obeservasi :
a. Periksa tandadan gejala hipovolemia (Frekuensi nadi meningkta, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, membrane mukosa
mulut menurun)
Terapeutik :
b. Berikan posisi trendelemberg
c. Berikan asupan cairan
Edukasi
d. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi :
e. Kolaborasi pemberian cairan iv isotonis (RL, NaCl)
f. Kolborasi pemberian produk darah
g. Kolaborasi pemberian cairan colloid (albimun, plasmanate)
3. Resiko Syok berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan intravaskuler
Intervensi Keperawatan : Manajemen Syok
Observasi :
a. Monitor status kardiopolmunal (telkanan darah, frekuensi dan kekakuan nadi,
frekuensi nafas)
b. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Terapeutik :
c. Pertahankan kepatenan jalan nafas
d. Pasang jalur Iv
Kolaborasi :
e. Kolaborasi pemberian infuse cairan kristaloid 1-2 liter pada dewasa
f. Kolaborasi pemberian transfuse darah.
4. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hambatan Upaya Nafas
Intervensi Keperawatan: Dukungan Ventilasi
Observasi :
a. Identifikasi adanya kelemahan otot bantu napas
b. Monitor status respirasi dan oksigenasi
Terapeutik :
c. Pertahankan kepatenan jalan nafas
d. Berikan posisi semifowler atau fowler
e. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
f. Berikan oksigeneasi sesuain kebutuhan
Edukasi :
g. Ajarkan melakukan tehnik relaksasi napas dalam
h. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Dorland. 2016. Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Bagus. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Safitri, Yunita (2009) http://missluthan.blogspot.com/2009/02/menometrorrhagia_05.html.


diakses tanggal 17 November 2011.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. PPNI
2017
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keparawatan Edisi 1.
PPNI 2017
Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1
Cetakan II. PPNI 2017

Anda mungkin juga menyukai