Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM REPRODUKSI (MENOPAUSE)

Untuk memenuhi Praktik


Keperawatan Dasar
Yang dibina oleh Ibu Sri Mudayatiningsih,SKp,MKes

Disusun Oleh :

Istifar Eka Pradita P17210191001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG
AGUSTUS 2021
KONSEP DASAR PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM REPRODUKSI (MENOPAUSE)
A. PENGERTIAN
Kesehatan reproduksi adalah suatu cara untuk pencegahan dan penyelesaian
masalah kesehatan reproduksi meliputi kesehatan fisik, mental, sosial, dan bukan sekedar
tidak hanya konsultasi dan keperawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seks (Hariyati, 2014).

Menopause dalam bahasa Yunani “ menos” artinya bulan dan “pause” berarti berhenti,
secara keseluruhan dapat diartikan sebagai berhentinya siklus datang bulan (Rosenthal, 2010,
p. 23). Menopause diartikan sebagai suatu masa ketika secara fisiologis siklus menstruasi
berhenti, hal ini berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan, (HARIANJA, n.d.).
 Menopause merupakan salah satu fase dari kehidupan normal seorang wanita. Pada masa
menopause kapasitas reproduksi wanita berhenti. Menopause adalah ketika wanita tidak lagi
menstruasi selama satu tahun dan secara umum terjadi pada usia 50- an tahun. Lebih kurang
70% wanita premenopause mengalami keluhan vasomotorik, depresi, keluhan psikis, dan
somatik lainnya, (Pitaloka, 2019). Bagi wanita yang menganggap wanita sebagai suatu
ketentuan Allah yang dihadapi semua wanita, maka dia tidak akan mengalami stress atau
kemungkinan stress wanita tidak sebrat dibanding wanita yang mempersepsikan menopause
sebagai “momok” atau “kiamat” (Khalid, 2012).
B. PATOFISIOLOGI MENOPAUSE
Jumlah folikel yang mengalami atresia semakin meningkat. Hingga pada suatu ketika
tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen berkurang dan haid tidak terjadi lagi.
Yang berakhir dengan terjadinya menopause. Setelah memasuki usia menopause selalu
ditemukan kadar FSH yang tinggi (>35 mIU/ml). Perubahan dan keluhan psikologi baik fisik
makin menonjol. Terjadi pada usia 56-60 tahun. Gejala fisik yangdapat terjadi seperti :
ketidakteraturan siklus haid, kekeringan vagina, gejolak panas disertai perubahan kulit,
keringat dimalam hari, sulit tidur, perubahan pada mulut, kerapuhan tulang, penyakit mulai
muncul. Gejala psikologis yang timbul antara lain seperti mudah tersinggung, ingatan
menurun, kecemasan, stress, depresi. Terjadi pada usia 56- 60 tahun. Tanda terjadinya
menopause antara lain rasa panas dan keringat malam, gangguan berkemih, gejala-gejala
emosional, (Sulistyawati, E, 2010).
C. TANDA DAN GEJALA MENOPAUSE
Tanda gejala menopause meliputi, (indarti, 2010) :
a. Gejala fisik Pada umumnya antara lain: ketidakteraturan siklus haid. Setiap wanita
mulai mengalami siklus haid yang tidak teratur, dapat menjadi lebih panjang atau
lebih pendek sampai akhirnya berhenti. Terjadi perdarahan yang datangnya tidak
teratur dalam rentang beberapa bulan kemudian berhenti sama sekali. Gejala fisik
lainnya seperti gejolak rasa panas (hot flushes), terdapat sekitar 40% perempuan
mengeluh bahwa siklus haidnya tidak teratur, keadaan ini meningkat 60% pada waktu
1-2 tahun menjelang haid berhenti total. Rasa panas sering disertai dengan warna
kemerahan pada kulit dan berkeringat. Gejala fisik lain yang terjadi pada lansia yang
menopause, kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan
lendir Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporoses
(kerapuhan tulang). Osteoporoses merupakan penyakit kerangka yang paling umum
dan merupakan persoalan bagi yang berumur, paling banyak menyerang wanita yang
telah menopause. Biasanya kita kehilangan 1% tulang dalam setahun akibat proses
penuaan.
b. Gejala psikologis ditandai dengan kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan
adanya kekawatiran pada ibu-ibu menopause yang bersifat relatif, artinya ada orang
yang kembali cemas dan dapat kembali tenang, setelah mendapat semangat atau
dukungan dari orang sekitarnya. Akan tetapi banyak juga wanita mengalami
menopause namun tidak mengalami perubahan yang tidak berarti dalam
kehidupannya. Sikap yang mudah tersinggung, depresi, suasana hati (mood) yang
tidak menentu, sering lupa, dan susah berkonsentrasi, sulit tidur
c. Gejala seksual ditandai dengan kekeringan vagina, mengakibatkan rasa tidak nyaman
selama berhubungan seksual dan menurunnya libido.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain, (indarti, 2010) :

a. Pap smear

b. Feses untuk melihat adanya darah samar

c. Pemeriksaan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan tingkat estrogen dengan tes
darah

d. Biopsi endomentrium: menyingkirkan dugaan hiperplasia dan kanker endomentrium


pada wanita pascamenopause yang mengalami perdarahan uterus
e. USG transvagina : mengevaluasi massa panggul dan perdarahan.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS MENOPAUSE

Penatalaksanaan diberikan, bila mengalami keluhan saja, anatara laia sebagai berikut,
(Sulistyawati, E, 2010).

a. Sedatif, psikofarma, sesuai kebutuhan

b. Psikoterapi

c. Hormonal Sindrom Klimakterium terjadi akibat kekurangan estrogen maka


pengobatan yang tepat adalah pemberian estrogen.

F. PHATWAY

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM REPRODUKSI (MENOPAUSE)
A. PENGKAJIAN

1. Data Subyektif

a. Identitas pasien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku bangsa, diagnose medis

b. Keluhan utama: mengetahui masalah kesehatan lansia yang berkaitan dengan


menopause, hal yang dirasakan selama mengalami menopause

c. Riwayat kesehatan: Riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan riwayat keluarga

d. Riwayat Obsterti: riwayat haid: makin dini menarche terjadi, makin lambat menarche
terjadi. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.

e. Riwayat perkawinan: oaring yang menikah pada umumnya terus melanjutkan


aktivitas seksual sampai masa tuanya. Bagi mereka yang tidak memiliki pasangan
atau bercerai kurang memiliki dorongan seksual yang cukup kuat.

f. Riwayat KB: biasannya terdiri dari pengkajian seperti cara kontrasepsi yang pernah
digunakan dan lama pemakaian

g. Pola kebutuhan sehari hari, seperti: nutrisi, eliminasi, aktivitas, istirahat, pola seksual.
Dari pola tersebut dapat mengalami masalah yang masing-masing dialami lansia,
mulai dari kurang istirahat, cemas menghadapi menopause, nutrisi tidak terpenuhi
dengan baik, eliminasi yang terganggu, aktivitas yang menurun.

h. Data Psikososial, spiritual, kultural Data objektif dapat ditemukan dari:

a. Keadaan umum: untuk mengetahui status kesehatan pasien

b. Tingkat kesadaran dan vital sign

c. Pemeriksaan fisik: dilakuan pemeriksaan secara head to toe Terutama bagian


abdomen dikaji untuk mengetahui bentuk abdomen, adanya retraksi, benjolan serta
ketidaksimetrisan, sedangkan genetalia bertujuan untuk mengetahui vagina akan
terasa kering. Gatal, mudah luka, sering terjadi keputihan nyeri pada senggama atau
perdarahan pasca senggama.

B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


Diagnosa keperawatan merupakan suatu keputuan klinis tentang suatu respon penyakit
pada individu, keluarga maupun masyarakat melalui proses pengumpulan data dapat
berupa tanda dan gejala patofisiologis yang sedang di alami, (Ainun, 2019).

1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi seksual

2. Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidak terpenuhi pada fase awal menopouse.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan salah satu tahap dalam proses keperawatan, yang
merupakan suatu perencanaan yang dilakukan oleh perawat terhadap diagnosa keperawatan
dan diagnosa pasti yang sudah didapat agar pasien dapat memiliki status kesehatan yang baik,
(Lingga, 2019).

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
SIKI
SLKI

1. Disfungsi Setelah dilakukan Edukasi Seksualitas - Untuk


tindakan keperawatan 1.12447 mrengetahui
seksual
selama 3x24 jam masalah tingkat
berhubungan Observasi pengetahuan
disfungsi seksual dapat
membaik klien tentang
dengan - Identifikasi
konsep
kesiapan dan
perubahan Kriteria hasil: Fungsi seksualitas
kemampuan
struktur/fungsi Seksual L.07055 menerima - Untuk
informasi memudahkan
seksual - Kepuasan
memberi materi
hubungan Terapeutik
seksual - Menetapkan
meningkat - Sediakan materi
jadwal sesuai
dan media
kesepakatan
- Mencari pendidikan
informasi untuk kesehatan - Agar pasien
mencapai lebih memahami
kepuasan - Jadwalkan
seksual pendidikan - Agar pasien
meningkat kesehatan sesuai lebih memahami
kesepakatan dan sadar
- Verbalisasi
aktivitas - Berikan - Agar klien
seksual berubah kesempatan mengetahui
menurun untuk bertanya anatomi dan
fisiologi sistem
- Verbalisasi - Fasilitasi
reproduksi
eksitasi seksual kesadaran
berubah keluarga - Agar pasien
menurun terhadap anak mengetahui
- Verbalisasi dan remaja serta perkembangan
peran seksual pengaruh media sesualitas
berubah sepanjang siklus
menurun Edukasi kehidupan
- Verbalisasi - Jelaskan anatomi - Agar pasien
fungsi seksual dan fisiologi mengetahui
berubah sistem emosi masa anak
menurun reproduksi laki- dan remaja
laki dan
- Keluhan nyeri perempuan - Agar pasien
saat mengetahui
berhubungan - Jelaskan pengaruh
seksual perkembangan tekanan
menurun sesualitas kelompok dan
sepanjang siklus social terhadap
- Keluhan kehidupan aktivitas seksual
hubungan
seksual terbatas - Jelaskan - Agar pasien
menurun perkembangan mengetahui
emosi masa anak konsekuensi
- Keluhan sulit dan remaja negatif
melakukan mengasuh anak
aktivitas - Jelaskan
pada usia dini
seksual pengaruh
(mis.
menurun tekanan
Kemisikinan,
kelompok dan
kehilangan karir
- Verbalisasi social terhadap
dan pendidikan
aktivitas aktivitas seksual
seksual berubah - Agar pasien
menurun - Jelaskan
mengetahui
konsekuensi
risiko tertular
- Verbalisasi negatif
penyakit menular
perilaku seksual mengasuh anak
seksual dan
berubah pada usia dini
AIDS akibat seks
menurun (mis.
bebas
Kemisikinan,
- Konflik nilai kehilangan karir - Agar anak lebih
menurun dan pendidikan ) diatasi oleh
- Hasrat seksual orang tuannya
- Jelaskan risiko
membaik tertular penyakit - Agar tidar terjadi
menular seksual hal yang tidak
- Orientasi
dan AIDS akibat baik dan tertular
seksual
seks bebas penyakit
membaik
- Anjurkan orang - Agar pasien
- Ketertarikan
tua menjadi mengetahui
pada pasangan
educator keterampilan
membaik
seksualitas bagi komunikasi
anak-anaknya asertif untuk
menolak tekanan
- Anjurkan teman sebaya
anak/remaja dan social dalam
tidak melakukan aktivitas seksual
aktivitas seksual
di luar nikah
- Ajarkan
keterampilan
komunikasi
asertif untuk
menolak tekanan
teman sebaya
dan social dalam
aktivitas seksual

2. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas - Untuk


berhubungan tindakan keperawatan 1.09314 mengetahui
selama 2x24 jam masalah Tingkat
dengan ansietas dapat menurun Observasi kecemasan klien
kebutuhan
Kriteria hasil: Tingkat dan reaksi fisik
tidak terpenuhi - Identifikasi saat
ansietas L.09093 tergantung dari
pada fase awal tingkat ansietas
tingkat
berubah
menopouse. - Verbalisasi kecemasan yang
kebingungan - Identifikasi dialami
menurun kemampuan
- Untuk
mengambil
- Verbalisasi mengetahui
keputusan
khawatir akibat kemampuan
kondisi yang - Monitor tanda- klien mengambil
dihadapi tanda ansietas keputusan
menurun
Terapeutik - Untuk
- Perilaku gelisah mengetahui
menurun - Ciptakan tingkat ansietas
suasana
- Perilaku tegang terapuetik untuk - Agar klien
menurun menumbuhkan mampu
kepercayaan mengungkapkan
- Keluhan pusing masalah yang
menurun - Temani pasien ada serta
untuk memudahkan
- Anoreksia
mengurangi perawat
menurun
kecemasan, jika melakukan
- Palpitasi intervensi
- Pahami situasi
menurun
yang membuat - Untuk
- Frekuensi ansietas menenangkan
pernapasan dengarkan pasien
menurun dengan penuh
- Agar klien
- Frekuensi nadi perhatian merasa lega
menurun
- Gunakan - Agar klien
- Tekanan darah pendekatan yang merasa nyaman
menurun tenang dan
meyakinkan - Memudahkan
- Diaphoresis pasien merasa
menurun - Tempatkan tenang dan
barang pribadi nyaman
- Tremor yang
menurun memberikan - Untuk
kenyamanan memudahkan
- Pucat menurun mengetahui
- Motivasi situasi yang
- Konsentrasi
mengidentifikasi memicu
membaik
situasi yang kecemasan
- Pola tidur memicu
kecemasan - Memudahkan
membaik
menentukan
- Perasaan - Diskusikan perencanaan
keberdayaan perencanaan
realistis tentang - Agar pasien
membaik
peristiwa yang tidak cemas
- Kontak mata akan datang
- Agar pasien
membaik
Edukasi mengetahi
- Pola berkemih pengobatan
membaik - Jelaskan
prosedur, - Agar pasien
- Orientasi termasuk sensasi tidak merasa
membaik yang mungkin kesepian
dialami
- Agar pasien
- Informasikan mudah
secara factual melakukan dan
mengenai nyaman
diagnosis,
- Agar pasien
pengobatan, dan
merasa lega
prognosis
- Untuk
- Anjurkan
mengurangi
keluarga untuk
ketegangan
tetap bersama
pasien
pasien, jika perlu
- Agar pasien
- Anjurkan
mampu
melakukan
pertahanan diri
kegiatan yang
yang tepat
tidak kompetitif,
sendiri
sesuai kebutuhan
- Untuk
- Anjurkan
mengurangi
mengungkapkan
perasaan dan kecemasan
persepsi pasien
- Latih kegiatan - Untuk
pengalihan untuk meredakan
mengurangi kecemasan
ketegangan pasien
- Latih
penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
- Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
antlansietas, jika
perlu

DAFTAR PUSTAKA

Ainun, I. N. (2019). Dasar–Dasar Penentuan Diagnosa Dalam Asuhan Keperawatan.


HARIANJA, L. R. M. (n.d.). ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA GANGGUAN

SISTEM REPRODUKSI “MENOPAUSE” DENGAN INTERVENSI SENAM BUGAR

LANSIA DI ERA PANDEMI COVID 19.

indarti, Indarti. (2010). Panduan Kesehatan Wanita. Pustaka Pembangunan Swadaya.

Lingga, B. Y. S. U. (2019). MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN SEBAGAI ACUAN

KEBERHASILAN INTERVENSI KEPERAWATAN.

Pitaloka, A. (2019). UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN MELALUI PENDIDIKAN

KESEHATAN TENTANG MENOPAUSE PADA ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK.

Sulistyawati, E, P., A. ,. (2010). Menopause dan Sindrom Premanopause. Yogjakarta:

Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai