oleh :
Kelas D / Kelompok 8
oleh :
Kelompok 8/Kelas D
1. Nani Miladela Anasta 172310101175
2. Ayu Putriyas Ningsih 172310101210
3. Nekiles Yigibalom 172310101220
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Penanggung jawab mata kuliah Dosen Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
1. Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Muhammad SAW atas segala
rahmat-Nya
2. Ns. Dini Kurniawati, M.Kep., Sp.Kep.Mat., selaku Dosen Penanggung
Jawab Mata Kuliah Keperawatan Maternitas.
3. Ns. Nuning Merina, S.Kep. M.Kep., selaku Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Keperawatan Maternitas Semester Genap kelas D 2017.
4. Dan segala pihak yang berperan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa didalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan meskipun penulis juga telah berusaha semaksimal mungkin
dalam penyusunan laporan ini. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun guna mendapatkan hasil yag lebih sempurna dan bermanfaat
untuk masa yang akan datang. Besar harapan dari penulis agar makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... v
v
4.2.2 Bagi Masyarakat ....................................................................................... 32
4.2.3 Bagi Mahasiswa ........................................................................................ 33
4.2.4 Bagi Pelayanan Kesehatan ........................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 34
vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ibu hamil ganda (Gemelli).
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui dan memahami pengertian dari Kehamilan Ganda (Gemelli).
2) Mengetahui dan memahami apa saja penyebab dan manifestasi klinis dari
Kehamilan Ganda (Gemelli).
3) Mengetahui dan memahami cara penatalaksanaan Kehamilan Ganda
(Gemelli).
4) Mengetahui dan memahami patologis pada Kehamilan Ganda (Gemelli).
5) Mengkaji Kehamilan Ganda (Gemelli).
6) Melakukan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul.
7) Mengintervensi masalah dari diagnosa Kehamilan Ganda (Gemelli).
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat
mengaplikasikan dalam tindakan asuhan keperawatan ibu hamil ganda (gemelli).
1.3.2 Bagi Perawat
Meningkatkan kualitas pemberian tindakan asuhan keperawatan pada ibu
hamil ganda (gemelli).
1.3.3 Bagi Masyarakat
1) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang ibu hamil ganda
(gemelli).
2) Ibu hamil dan keluarga memahami cara menjaga dan meningkatkan
kesehatan pada masa kehamilan.
3) Ibu hamil dan keluarga mengetahui cara mencegah dan mengatasi
masalah-masalah yang dapat terjadi selama masa kehamilan.
4) Angka kematian pada ibu hamil dan bayi dapat diminimalisir
2
BAB 2 PEMBAHASAN
(sumber : http://staff.ui.ac.id/system/files/users/tutinfik/material/e-
bookbioteknologipdsistemreproduksi.pdf)
3
berfungsi untuk menghasilkan sel telur (ovum)dan hormon-hormon kelamin
wanita seperti progesterone, estrogen dan relaksin.
b. Saluran uterin (fallopian)
Saluran uterin (fallopian) merupakan saluran yang berfungsi mengangkut sel
telur ke bagianuterus.
c. Uterus
Uterus merupakan tempat implatansi sel telur yang telah dibuahi yang terletak
diantara kantung kemih dan rektum. Secara anatomi uterus dibedakan menjdi
3 bagian yaitu fundus (bagian atas) , badan (bagian utama), dan cervix
(bagian paling bawah). Selain itu uterus juga memiliki tiga lapisan jaringan
yaitu:
1) Perimetrium
2) Myometrium
3) Endometrium
d. Fimbriae
Fimbriae merupakan silia lembut yang terdapat di bagian pngkal ovrium yang
berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah matang yang dikeluarkan
oleh ovarium.
e. Fundibulum
Fundibulum merupakan bagian ujung oviduct yang berfungsi menmapung
sel ovum yang telah ditangkap oleh fimbriae.
4
Gambar 2: Spermatogenesis (Guyton & Hall, 2011)
Seluruh proses spermatogenesis, dari spermatogonia menjadi
spermatozoa membutuhkan waktu sekitar 74 hari (Guyton & Hall, 2011).
Pematangan dan pembuahan ovum. Ketika masih didalam ovarium,
ovum dalam stadium oosit primer. Sesaat sebelum dilepaskan dari folikel
ovarium, nukleusnya membelah dengan cara meiosis dan dari nukleus oosit
tersebut dilepaskan badan polar pertama. Oosit primer kemudian menjadi oosit
sekunder. Pada saat inilah ovum yang masih dalam stadium oosit sekunder di
ovulasikan kedalam rongga perut. Lalu, dengan segera, ovum tersebut masuk
keujung berfimbria salah satu tuba fallopi (Guyton & Hall, 2011).
5
Masuknya ovum kedalam tuba fallopi. Ketika terjadi ovulasi, ovum
bersama ratusan juta lebih sel granulosa yang melekat padanya, yang membentuk
korona radiata, dilepaskan langsung kedalam rongga peritonium dan selanjutnya
harus masuk kedalam salah satu tuba fallopi (dinamakan juga tuba uteri) untuk
mencapai kavum uteri. Terdapat arus cairan yang lambat mengalir ke arah ostium.
Dengan cara ini ovum memasuki salah satu tuba fallopi (Guyton & Hall, 2011).
Pembuahan ovum. Setelah laki-laki mengejakulasi semen kedalam
vagina saat hubungan seks, beberapa sperma ditranspor dalam 5 sampai 10 menit
ke arah atas, dari vagina melalui uterus dan tuba fallopi, ke ampula tuba fallopi di
dekat ujung ovarium tuba (Guyton & Hall, 2011).
Pembuahan ovum umumnya terjadi di ampula dari salah satu tuba fallopi,
segera setelah sperma dan ovum memasuki ampula. Namun, sebelum sperma
dapat memasuki ovum, mula-mula sperma harus menembus lapisan ganda sel
granulosa yang melekat disisi luar ovum (korona radiata) lalu berikatan dengan
dan menembus zona pelusida yang menyelubungi ovum (Guyton & Hall, 2011).
Segera setelah sperma telah masuk ke dalam ovum (yang masih dalam stadium
perkembangan oosit sekunder), oosit membelah kembali untuk membentuk ovum
matang dan badan polar kedua yang kemudian dilepaskan. Ovum matang telah
dibuahi (Guyton & Hall, 2011).
6
Transpor ovum yang dibuahi didalam Tuba Fallopi. Setelah
pembuahan terjadi biasanya dibutuhkan 3-5 hari lagi untuk mentransfer ovum
yang telah dibuahi melalui sisa Tuba Fallopi kedalam kavum uteri. Disamping itu,
isthmus tuba falopi (2cm terakhir sebelum masuk ke uterus) tetap berkontraksi
secara spastik selama 3 hari pertama setelah ovulasi. Setelah itu peningkatan cepat
progesteron yang disekresi oleh korpus luteum ovarium mula-mula mengacu
peningkatan reseptor progeseron pada sel-sel otot polos tuba falopi, kemudian
progesteron mengaktifkan reseptor-reseptor, menghasilkan efek relaksasi tuba
yang memungkinkan masuknya ovum ke dalam uterus. Ovum terbuahi melalui
tuba fallopi memungkinkan terjadinya beberapa tahap pembelahan sel disebut
blastokista, mengandung kira-kira 100 sel yang memasuki uterus (Guyton & Hall,
2011).
Implantasi Blastokista dalam Uterus. Setelah mencapai uterus,
blastokista yang sudah berkembang biasanya menetap dalam kavum uteri selama
1-3 hari lagi sebelum berimplantasi di endometrium, jadi implantasi biasanya
terjadi kira-kira pada hari ke 5-7 setelah ovulasi. Blastokista tahap awal
implantasi, terdapat sebuah embrio kecil. Segera setelah terjadi implantasi, sel-sel
trofoblas dan sel-sel yang lain berdekatan (dari blastokista dan endometrium
uterus) bepoliferasi dengan cepat, membentuk plasenta dan berbagai membran
kehamilan (Guyton & Hall, 2011).
7
kehamilan Gemelli (ganda) (Lubis, 2010). Kehamilan ganda dapat terjadi jika dua
atau lebih sel ovum dibuahi (Nugroho, 2010).
Menurut Rustam (2012), kehamilan gemeli adalah kehamilan dengan dua
jenis janin atau lebih. Kehamilan gemeli memiliki risiko yang lebih tinggi bagi
ibu dan bayi, sehingga perlu pengawasan khusus. Morbiditas dan mortalitas
mengalami peningkatan yang nyata pada kehamilan dengan janin ganda, oleh
karena itu mempertimbangkan kehamilan ganda sebagai kehamilan dengan
komplikasi bukanlah hal yang berlebihan.
8
Merupakan kehamilan gemeli yang berasal dari satu ovum tunggal yang
dibuahi kemudian membagi menjadi dua struktur yang sama, masing-masing
dengan potensi untuk berkembang menajdi satu individu yang terpisah. Sehingga
disebut juga kehamilan kembar identik atau kembar homolog atau kembar
uniovuler. Anak yang dihasilkan sama, rupanya atau bayangan cermin sama,
mata, telinga, gigi, rambut, kulit dan ukuran antropologik sama. Sidik jari sama
dan telapak sama atau terbalik satu sama lainnya. Kira-kira 1/3 kehamilan gemeli
monozigotik mempunyai 2 amnion, 2 korion dan 2 plasenta, tetapi kadang-kadang
2 plasenta menjadi satu, 2/3 mempunyai 1 plasenta, 1 korion, dan 1 atau 2
amnion.
Hasil akhir proses pengembaran monozigotik tergantung pada kapan
pembelahan terjadi yakni sebagai berikut :
a. Bila terjadi dalam 72 jam pertama : Apabila pembelahan terjadi sebelum
terbentuknya morula setelah fertilisasi yang terjadi pada 1/3 kembar
monozigotik, 2 embrio dan 2 chorion (dikorionik diamnotik), kemungkinan 2
plasenta berbeda atau satu plasenta tunggal menyatu.
b. Bila terjadi antara hari ke-4 dan ke-8 : Apabila embrio membelah setelah 3
hari dari fertilisasi dan keadaan morula sudah terbentuk. 2 embrio, masing-
masing dalam kantong terpisah dengan chorion bersama (diamnotik
monokorionik).
c. Bila terjadi 8-13 hari dengan amnion telah terbentuk : apabila ovum
membelah setelah proses fertilisasi, 2 embrio, 1 amnion dan 1 chorion
(monokorionik monoamniotik).
d. Apabila sel ovum membelah lebih dari 13 hari setelah fertilisasi ketika
lempeng embrionik telah terbentuk : akan mengalami segmentasi yang
terhambat dan primitive streak pun terbentuk. Akibatnya akan terjadi kembar
siam yakni pembelahan tidak lengkap dan kembar yang menyatu.
Pada kehamilan gemeli monoamniotik kematian bayi sangat tinggi
karena lilitan tali pusat. Terdapat hambatan pada tingkat segmentasi. Hambatan
setelah amnion terbentuk, tetapi sebelum premitif streak. Conjoined twins, adalah
gemeli atau kembar dimana janin melekat satu dengan yang lainnya, semisal:
1.) Torakofagus (dada dengan dada)
9
2.) Abdominofagus (perlekatan keduan abdomen)
3.) Kraniofagus (kedua kepala)
10
Gambar 7: Plasenta dan selaput janin kembar dizigotik. (A): 2 plasenta, 2 korion,
2 amnion. (B): 2 plasenta jadi satu, 2 korion, 2 amnion (Wikrojosastro, 1999).
11
Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh
terhadap kehamilan gemeli yang berasal dari 2 telur, juga hormon gonadotropin
yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi menyebabkan kehamilan
dizigotik. Mungkin ada faktor lain dengan mekanisme tertentu menyebabkan
matangnya 2 atau lebih folikel de Graaf atau terbentuknya 2 ovum atau lebih
dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan dan ditemukan 21 korpus
luteum pada kehamilan gemeli. Pada fertilisasi in vitro dapat pula terjadi
kehamilan gemeli, jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu,
jika semua embrio kemudian dimasukan ke dalam rongga rahim ibu tumbuh
berkembang lebih dari satu. Pada gemeli yang berasal dari satu telur, faktor
bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau sedikit sekali mempengaruhi
kehamilan gemeli itu. Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi
sebelum blastula terbentuk menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2
korion dan 2 plasenta seperti pada kehamilan kembar dizigotik.
1) Ras/ bangsa
Ras Afrika-Amerika memiliki kecenderungan untuk kehamilan kembar paling
besar dibandingkan ras lain. Beberapa penelitian mengatakan bahwa pada
wanita kulit putih terdapat 1 kehamilan kembar dari 100 kehamilan, dan 1
banding 80 pada wanita kulit hitam. Kehamilan gemeli di Asia lebih sedikit.
2) Usia
Kejadian kehamilan gemeli mulai dari pubertas di mana aktivitas ovarium
minimal, dan mencapai puncaknya pada usia 37 tahun. Dari beberapa
penelitian disimpulkan bahwa wanita berusia lebih dari 30 tahun mempunyai
kesempatan lebih besar mendapatkan hasil konsepsi ganda. Setelah usia 40
tahun frekuensi kehamilan gemeli menurun kembali.
3) Paritas
Wanita yang telah hamil satu kali atau lebih sebelumnya, terutama kehamilan
kembar meningkatkan risiko hamil kembar kembali.
4) Hereditas
Riwayat kehamilan gemeli pada keluarga meningkatkan kemungkinan untuk
kehamilan gemeli, genotip ibu jauh lebih penting daripada ayah dan pada
umumnya terbatas pada kehamilan dizigotik.
12
5) Faktor-faktor lain
Induksi ovulasi dengan mengunakan preparat gonadotropin (FSH dan HCG
(hormon chorionic gonadotropin)) atau klomifen, akan meningkatkan secara
nyata kemungkinan ovulasi ovum yang jumlahnya lebih dari satu, yang jika
dibuahi akan menghasilkan janin gemeli. Obat klomid dan hormon
gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan
menyebabkan kehamilan dizigotik. Teknologi reproduksi yang berkembang
seperti fertilisasi in vitro dan teknik-teknik lain menghasilkan telur multipel
yang kemudian dibuahi dan dikembalikan ke dalam uterus memiliki
kemungkinan kehamilan gemeli yang tinggi.
13
f. Palpasi abdomen mendapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar.
g. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan berbeda
(nonmaternal) lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat jika
keluarga memiliki riwayat kehamilan gemeli.
h. Penggunaan stimulator ovulasi.
i. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan
gemeli daripada kehamilan tunggal.
j. Solusio plasenta dapat terjadi kemudian seperti sesak nafas, sering kencing,
edema, varises pada tungkai bawah dan vulva.
14
1) Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai cukup
bulan.
2) Janin yang mati dapat diresorbsi (kalau pada kehamilan muda) atau pada
kehamilan agak tua janin jadi gepeng disebut fetus papyraseus atau
kompresus.
Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi bisa terjadi dan paling
sering dijumpai adalah (Rustam, 2012) :
a) Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala (44-47 %).
b) Letak membujur, presentasi kepala bokong (37-38 %).
c) Keduanya presentasi bokong (8-10 %).
d) Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3 %).
e) Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2 %).
f) Keduanya letak lintang (0,2-0,6 %).
g) Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya karena dapat terjadi
interlocking (kunci-mengunci).
Gambar 1.4 Jenis dan frekuensi letak serta presentasi kehamilan gemeli
(Wikrojosastro, 1999).
15
2.5 Patofisiologi (Web Of Causation)
Bayi kembar terjadi ketika sel sperma bertemu di tuba fallopi sehingga
terjadilah fertilisasi. Kembar tidak identik terjadi karena sel telur dan sel sperma
yang terpisah. Pada kembar tak identik janin memiliki plasenta dan kantong
amnion masing-masing. Sedangkan pada kembar identik, sel telur yang telah
dibuahi oleh sel sperma membelah diri dan berkembang menjadi 2 janin. Pada
kembar identik plasenta berjumlah 1 namun amnion berjumlah dua (Lubis, 2010).
Masa pembelahan sel telur terbagi menjadi empat, yaitu 0-72 jam, 4-8
hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan terjadi
diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim
punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap
dua, tapi hanya satu plasenta. Kondisi ini bisa terjadi salah satu bayi mendapat
banyak makanan, sementara bayi satunya tidak. Akibatnya, perkembangan bayi
bisa terhambat. Lalu pada pembelahan ketiga, selaput ketuban dan plasenta
masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih membelah dengan baik (Manuaba,
Bagus, & Gede, 2007).
Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu
selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar.
Pasalnya waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur menjadi
berdempet. Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja yang terbaik adalah
pembelahan pertama karena dapat membelah dengan sempurna. Keempat
pembelahan ini dipengaruhi oleh adanya infeksi, kurang gizi dan masalah
lingkungan (Manuaba, Bagus, & Gede, 2007).
16
1 sel sperma Bangsa, umur, peritas,
membuahi 1 Genetik genetik, obat
ovum (1 zigot) penginduksi ovum, dll.
Ansietas Kurang
Informasi
Risiko Kekurangan mual
Infeksi volume cairan
Defisit
Pengetahuan Tarikan Tekanan Diafragma
pada abdomen Tertekan
otot
vertebra Tekananan Ekspansi
ta vesika paru
Nyeri urinaria
Pola napas
Nyeri Sering tidak
Kronik kemih efektif
Perubahan
eliminasi urin
17
kehamilan ketuban pecah dini, presentasi janin abnormal, dan prolaps tali pusat.
Secara umum komplikasi tersebut dapat dicegah dengan perawatan antenatal yang
baik.
a. Komplikasi pada ibu
1) Anemia
2) Hipertensi
3) Partus prematurus
4) Atonia uteri (uteri gagal kontraksi setelah melahirkan menyebabkan
perdarahan)
5) Perdarahan pasca persalinan (HPP)
b. Komplikasi pada janin
1) Prematuritas
Sekitar 50% kelahiran gemeli terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Lamanya kehamilan akan semakin pendek dengan bertambahnya jumlah
janin di dalam uterus. Sekitar 20% bayi dari kehamilan miltipel
merupakan bayi dengan berat badan lahir rendah.
2) Hyalin Membran Disease (HMD)
HMD sering dikenal juga dengan respiratory distress syndrome (RDS)
yang merupakan kegagalan bernafas pada bayi baru lahir. Bayi gemeli
yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35 minggu dua kali lebih sering
menderita HMD dibandingkan dengan bayi tunggal yang dilahirkan usia
kehamilan yang sama.
3) Asfiksia atau depresi napas perinatal
Bayi dari kehamilan multipel memiliki peningkatan frekuensi untuk
mengalami asfiksia saat kelahiran atau depresi napas perinatal dengan
berbagai sebab. Prolaps tali pusat, plasenta previa, dan rupture uteri dapat
terjadi sehingga menyebabkan asfiksia janin.
4) Infeksi Streptococcus group β
Infeksi onset cepat Streptococcus group β pada bayi lahir rendah adalah 5
kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dengan berat
badan yang sama,
18
5) Kelainan kongenital/Akardia/Rangkaian perfusi balik arteri pada janin
gemeli (Twin Reverse Arterial Perfusion (TRAP))
Pada TRAP, terjadi pirau dari arteri ke arteri plasenta, yang bisanya
diikuti dengan pirau vena ke vena. Tekanan perfusi pada salah satu gemeli
mengalahkan yang lain, yang kemudian mengalami pembalikan aliran
darah dari kembarannya. Darah arteri yang sudah terpakai dan mencapai
kembar resipien cenderung mengalirkan ke pembuluh-pembuluh iliaka
sehingga hanya memberi perfusi bagian bawah tubuh dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan tubuh bagian atas.
6) Vanishing Twin Syndrome
Pada 21-63 % konsepsi gemeli meninggal atau sirna (vanish) pada
trimester kedua. Kelainan ini dapat menyebabkan kelainan genetik atau
kelainan neurologik atau defek neural tube pada janin yang tetap bertahan
hidup.
7) Twin-to-Twin Transfusion Syndrome
Darah di transfusikan dari satu kembaran (donor) ke dalam vena
kembaran lainnya (resepien) sedemikian rupa sehingga donor menjadi
anemik dan pertumbuhannya terganggu, sementara resepien menjadi
polisitemik dan mungkin mengalami kelebihan beban sirkulasi yang
bermanifestasi sebagai hidrops fetalis. Menurut ketentuan ada perbedaan
hemoglobin 5 gr/dl dan 20% berat badan pada sindrom ini.
8) Kembar siam
Apabila pembentukan dimulai setelah cakram mudigah DNA kantung
amnion rudimeter sudah terbentuk dan apabila pemisahan cakram
mudigah tidak sempurna, akan terbentuk kembar siam/ kembar dempet.
9) Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
Pada kehamilan gemeli, pertumbuhan dan perkembangan salah satu atau
kedua janin dapat terhambat. Semakin banyak jumlah janin yang
terbentuk, maka kemungkinan terjadinya IUGR semakin besar.
19
anemia. Sang ibu perlu melakukan pemeriksaan antenatal lebih sering, sehingga
tanda-tanda pre-eklamsia dapat diketahui secara dini dan penanganan dapat
dikerjakan dengan segera. Pemeriksaan antenatal yang dapat dilakukan antara
lain:
1) Pemeriksaan kehamilan setiap 2 minggu pada usia kehamilan 34-36 minggu.
2) Pemeriksaan kehamilan setiap minggu pada usia kehamilan >36 minggu.
3) Pertumbuhan janin dipantau dengan USG setiap 3-4 minggu yang dimulai
pada usia kehamilan 20 minggu.
4) Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran
darah ke plasenta meningkat, sehingga pertumbuhan janin lebih baik.
Menurut Mochtar (2012), penanganan dalam kehamilan gemeli antara
lain :
a) Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan gemeli dan
mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan
pemeriksaan ulangan harus lebih sering (sekali seminggu pada kehamilan >32
minggu).
b) Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh sebaiknya
dihindari, karena akan merangsang partus prematurus.
c) Pemaikaian korset gurita pada perut yang tidak terlalu ketat diperbolehkan,
supaya terasa lebih ringan.
d) Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.
20
klien, posture tubuh, bahasa tubuh, warna kulit dan tanda-tanda fisik
yang dijumpai. Hal-hal yang dianamnesa saat wawancara meliputi:
1) Identitas pasien yang terdiri dari: nama, umur, pekerjaan, nama suami,
agama, tingkat pendidikan dan alamat.
2) Riwayat kesehatan sekarang:
a. Keluhan utama.
b. Sejak kapan keluhan tersebut mulai dirasakan
3) Riwayat haid.
a. Kapan menarche
b. Teratur atau tidak haid, serta siklusnya
c. Lamanya haid
d. Banyaknya darah
e. Sifat darah: cair atau bekuan, warna serta baunya
f. Haid nyeri atau tidak
g. Kapan haid terakhir
4) Riwayat perkawinan
a. Menikah atau tidak
b. Berapa kali menikah
c. Berapa lama menikah
5) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu serta KB (Obstetri
Ginekologi)
a. Kehamilan yang lalu: adakah gangguan perdarahan, hiperemesis,
toksemia gravidarum serta gangguan yang lainnya
b. Persalinan spontan atau caesar (SC), bayi aterm atau prematur,
terjadi perdarahan atau tidak, ditolong oleh siapa (bidan, dokter,
perawat atau dukun)
c. Nifas: adakah nifas atau perdarahan dan bagaimana laktasinya
d. Anak: Jenis kelamin, hidup atau tidak, kalau meninggal umur berapa
dan tempat meninggalnya dan sebab meninggalnya, berat badan
waktu lahir
e. KB: jenis kontrasepsi yang digunakan, alasan penggunaannya serta
keluhan yang dirasakan selama ber KB
21
6) Riwayat Psikososial
a. Perasaan ibu terhadap kehamilan ini
b. Apakah kehamilan direncanakan atau tidak
c. Bagaimana konsep dirinya akibat kehamilan
d. Bagaimana peran ibu hamil atau keluarga dengan kehamilannya
tersebut
e. Bagaimana tanggapan keluarga terhadap kehamilan (suami dan
keluarga lain)
f. Koping yang digunakan dalam menghadapi permasalahan akibat
kehamilan
7) Pola hubungan seksual pada kehamilan
a. Pengetahuan tentang seks selama kehamilan
b. Kebiasaan melakukan hubungan seks (berapa kali dalam seminggu)
c. Masalah-masalah yang dialami selama berhubungan seks saat
kehamilan
8) Anamnesa keluarga
a. Penyakit keturunan
b. Anak kembar
c. Penyakit menular dalam lingkungan keluarga
d. Integritas struktur dan fungsi keluarga
9) Kebiasaan sehari-hari:
a. Makan minum (frekuensi, jenis, pantangan dan kesukaan)
b. Eliminasi BAK, BAB: ada gangguan atau perubahan, frekuensi, dan
konsistensi
c. Aktivitas: Bagaimana aktivitas sehari-hari, ada gangguan atau tidak
d. Istirahat tidur: pola tidur siang dan malam, lamanya dan gangguan
tidu
e. Kebiasaan lain seperti merokok, minum alkohol, jamu dan obat-
obatan bebas.
22
menjelang kelahiran. Teknik pengkajian meliputi: inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik ibu hamil adalah serangkaian metode pemeriksaan ibu
hamil, yang meliputi tekhnik pemeriksaan: inspeksi, palpasi dan
auskultasi.
1) Muka: adakah kloasma gravidarum, keadaan selaput mata, adakah edema
dan bagaimanakah keadaan mulut dan gigi
2) Leher: bagaimana keadaan pembendungan vena, apakah ada pembesaran
kelenjar gondok dan pembengkakan kelenjar limfe
3) Dada: bentuk buah dada, pigmentasi puting susu dan aerola,
keadaan puting susu serta adanya kolustrum.
4) Pigmentasi terjadi karena pengumpulan pigmen pada kulit payudara,
muka dan midline abdomen Pigmentasi ini akan terlihat jelas pada
wanita berkulit gelap yang muncul bersamaan dengan tanda
kehamilan yang lainnya.
5) Perut: adanya pembesaran perut kesimetrisan baik kedepan atau
kesamping, keadaan pusar atau umbilikus, adanya pigmentasi,
dilatasi vena, gerakan janin serta ada tidaknya kontraksi rahim, adanya
striae gravidarum dan bekas luka.Strie Gravidarum terjadi akibat
regangan kulit .Mungkin terjadi regangan garis-garis tak teratur
pada kulit abdomen. Strie akan nampak sangat jelas pada wanita berkulit
kuning. Kulit yang teregang bisa terjadi kapan saja, tidak hanya saat
kehamilan.
6) Vulva: keadaan perineum, adanya varises, tanda Chadwick’s, fluor albus
dan kebersihannya Tanda Chadwick’s merupakan perubahan mukosa
vagina yang menjadi ungu kebiruan karena meningkatnya suplai
darah. Peningkatan sekresi agina disebabkan oleh eekm stimulasi
hormn pada kelenjar dan peningkatan suplai suplai darah ke pelvi
yang terjadi pada awal kehamilan.Setiap keluaran yang berlebihan ,
kuning kehijauan atau setiap perdarahan yang terjadi selama kehamilan
adalah tidak normal dan harus diperiksa secara teliti.
23
2.8.2 Pemeriksaan Abdomen Ibu Hamil
Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk menetapkan dan memastikan
bahwa pertumbuhan janin konsisten dengan usia gestasi selama perjalanan
kehamilan. Diperlukan komunikasi yang terapeutik serta pemberitahuan
terlebih dahulu mengenai prosedur yang akan dilakukan, karena pemeriksaan ini
menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi ibu hamil.Selama trimester kedua
uterus menjadi organ abdomen dan diperlukan pengkajian khusus untuk
memperkirakan ukuran dari pembesaran uetrus tersebut. Ukuran uterus dikaji
dengan menggunakan metode observasi.Namun, kandung kemih (vesika urinaria)
yang penuh, kolon distensi atau obesitas dapat memberi kesan yang salah
mengenai ukuran janin.
24
auskultasi. Pada tekhnik pemeriksaan inspeksi: akan ditemukan
bahwa ukuran uterus akan lebih panjang daripada lenbarnya jika posisi
janin longitudinal. Posisi uterus akan terlihat lebih rendah dan lebar,
jika janin dalam posisi tranversal. Perawat juga dapat mengobservasi
gerakan janin yang juga bisa dirasakan oleh ibu, sehingga dapat
membantu perawat dalam menetapkan posisi janin.
Pemeriksaan Leopold dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu: Leopold 1,
Leopold II, dan Leopold III. Masing-masing fase dalam leopold
memiliki maksud dan tujuan sendiri-sendiri, namun semuanya dapat
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan janin.
Leopold 1 digunakan untuk mengukur tinggi fundus uteri yang
sekaligus dapat digunakan sebagai pemeriksaan untuk menentukan
bagian apa yang terdapat dalam fundus Pemeriksaan ini dapat
membantu mengidentifikasi faktor-faktor resiko tinggi: Tinggi
Fundus Uteri (TFU) yang stabil atau menurun dapat
mengindikasikan adanya retardasi pertumbuhan uterin, demikian juga
apabila terjadi TFU tidak sesuai dengan usia gestasi dalam hal ini
melebihi usia, maka hal ini dapat menunjukkan adanya kehamilan
kembar atau hidramnion. Pemeriksaan TFU bisa menggunakn 2 cara,
yaitu:menggunakan metode palpasi dan menggunakan metode
pengukuran meteran kertas atau Midline. Metode Midline dilakukan
dengan cara mengukur jarak antara fundus uteri dengan simfisis pubis.
Namun, menurut hasil riset terakhir menunjukkan bahwa masih kurang
bukti untuk mengevaluasi metode ini secara penuh (Neilson, 2001).
Leopold II digunakan untuk melokalisasi punggung janin dalam
upaya menemukan posisi. Saat dilakukan pemeriksaan pastikan
perbedaan antara punggung yang keras dengan cairan amniotik yang
berfluktuasi.Setelah bisa dipastikan letak punggung kanan atau
punggung kiri, maka bisa dilanjutkan dengan melakukjan pemeriksaan
auskultasi DJJ.
Leopold III adalah pemeriksaan palpasi pada ibu hamil.Pemeriksaan
ini digunakan untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah,
25
apakah bokong atau kepala. Informasi ini akan membantu diagnosis
kedudukan dan presentasi janin.
Leopold IV adalah pemeriksaan palpasi pada ibu hamil.Pemeriksaan
ini digunakan untuk menentukan apa yang terdapat di bagian
terbawah dan berapa jauh sudah masuk panggul.Informasi ini akan
membantu menentukan status klien apakah sudah masuk dalam fase
persalinan dan berada di kala berapa, selain diperlukannya
pemeriksaan dalam.
INTERPRETASI HASIL:
Leopold I
a. Bila teraba keras, bundar dan melenting berarti kepala, bila teraba lunak,
Berbenjol-benjol dan tidak melenting berarti bokong, sedangkan bila
terasakosong berarti melintang
b. Tuanya kehamilan:
1) Sebelum bulan ketiga fundus uteri belum dapat diraba dari luar
2) akhir bulan ketiga (12 minggu) fundus uteri 1-2 jari diatas simpibis
3) Akhir bulan ke empat (16 minggu) TFU pada pertengahan antara
simpibis pubis dengan pusat.
4) Akhir bulan kelima (20 minggu) TFU 3 jari dibawah pusat
5) Akhir bulan ke enam (24 minggu) TFU setinggi pusat
6) Akhir bulan ke tujuh (28 minggu) TFU 3 jari diatas pusat
7) Akhir bulan ke delapan (32 minggu) TFU pada pertengahan PX dengan
pusat
8) Akhir bulan ke sembilan (26 minggu) TFU 3 jari dibawah PX
9) akhir bulan ke sepuluh (40 minggu) TFU pada pertengahan PX dengan
pusat
26
5) 34 mg TFU 31 cm diatas simfisis
6) 36 mg TFU 32 cm diatas simfisis
7) 38 mg TFU 33 cm diatas simfisis
8) 40 mg TFU 37,7 cm diatas simfisis
c. Fundus uteri paling tinggi pada akhir bulan kesembilan karena setelah
bulan kesembilan fundus uteri pada primi gravida turun lagi karena kepala
mulai masuk kedalam rongga panggul. Sedangkan pada multi gravida
yang berbaring fundus uteri tetap setinggi 3 jari dibawah PX dan menonjol
kedepan
Leopold II
a. Punggung anak terdapat di bagian yang memberikan kesan keras seperti
papan dan mendatar.
b. Bagian kaki ditunjukkan dengan perabaan yang berbenjol-benjol.
c. Kadang-kadang disamping teedapat kepala atau bokong pada letak lintang
Leopold III
a. bagian kepala teraba keras sedangkan bagian bokong lunak
b. Jika masih dapat digoyangkan berarti belum masuk pintu atas panggul
sedangkan jika sulit digoyangkan berarti sudah masuk pintu atas panggul
Leopold IV
Jika kedua tangan yang kita rapatkan pada permukaan dari bagian
terbawah kepala janin menunjukkan:
a. konvergen berarti hanya bagian kecil dari kepala turun kedalam rongga
panggul
b. sejajar berarti separuh dari kepala masuk kealam rongga panggul
c. divergen berarti bagian terbesar dari kepala masuk kedalam rongga
panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah melewati pintu atas
panggul
27
BAB 3 ANALISIS KASUS
28
3.2 Diagnosa dan Asuhan Keperawatan
Diagnosa keperawatan :
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif d.d mual muntah dan perasaan lemas
2. Ansietas b.d ancaman pada status terkini d.d perasaan cemas karena takut anaknya memiliki berat badan yang kurang
29
stimulasi visual) mengatasi masalah
2. Monitor keseimbangan mual dan muntah
cairan dan elektrolit yang dialami
3. Dorong istirahat
4. Ajarkan teknik non
farmakologi (relaksasi,
distraksi)
2 Ansietas b.d ancaman Setelah dilakukan tindakan Pengurangan kecemasan 1. Agar pasien mau
pada status terkini d.d keperawatan 3 x 24 jam cemas (5820) : bercerita mengenai
perasaan cemas karena dapat berkurang atau hilang 1. Gunakan pendekatan yang cemas yang
takut anaknya memiliki tenang dan meyakinkan dialaminya
berat badan yang kurang 2. Kaji tanda verbal dan non 2. Untuk mengetahui
Kriteria hasil : verbal kecemasan tingkat kecemasan
1. Perasaan gelisah 3. Dorong keluarga untuk pasien
ditingkat dari skala 1 mendampingi klien 3. Agar pasien merasa
(Berat) ke skala 4 4. Dengarkan klien lebih tenang
(ringan) Terapi relaksasi 4. Agar saat pasien
2. Wajah tegang 1. Dorong pasien mengambil bercerita, pasien
30
ditingkatkan dari skala 1 posisi yang nyaman merasa ada yang
(berat) ke skala 4 2. Minta klien untuk rileks mengertinya dan
(ringan) 3. Ajarkan teknik relaksasi sedikit merasa lebih
3. Rasa cemas yang Peningkatan koping (5230) baik
disampaikan secara lisan 1. Dukung verbalisasi 5. Posisi yang nyaman
ditingkatkan dari skala 1 perasaan, persepsi dan mengurangi
(berat) ke skala 4 rasa takut kecemasan pasien
(ringan) 2. Dukung pasien untuk 6. Suasana yang tenang
mengatasi situasi secara membuat pasien lebih
berangsur-angsur merasa nyaman
7. Agar pasien
terdistraksi dari rasa
cemasnya
8. Agar mengetahui apa
yang dirasakan pasien
9. Agar kecemasan
pasien tidak terus
berlanjut
31
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a) Kehamilan gemeli adalah kehamilan dengan dua jenis janin.
b) Kehamilan Gemili terbagi menjadi dua jenis berdasarkan berdasarkan
penyebab kehamilan, yaitu monozigot dan dizigot. Faktor yang
mempengaruhi kehamilan dizigotik adalah bangsa, hereditary, umur paritas,
obat idomid serta hormon gonadotropin. Sedangkan kehamilan monozigotik
adalah keturunan, umur, nutrisi, terapi infertilitas serta faktor assisted
reproductive technology (ART) (Nuraeni, 2016). Tanda dan gejala pada
kehamilan gemeli antara lain sebagai berikut : Uterus terdiri dari tiga bagian
besar janin, Berat badan ibu lebih besar dari hamil tunggal biasanya, Uterus
lebih besar (>4cm) dibandingkan usia kehamilannya, Teraba dua kepala,
dua bokong, dua punggung atau lebih dan lain sebagainya.
c) Kehamilan gemelli merupakan salah satu jenis kehamilan yang bisa
dikatakan normal. Namun, selama kehamilan dan proses persalinan dapat
memunculkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu maupun bayi yang
dikandung.
d) Untuk pencegahan pre-eklamsia dan eklamsia, partus prematurus dan
anemia, ibu dengan kehamilan gemelli perlu melakukan pemeriksaan
antenatal lebih sering, sehingga tanda-tanda pre-eklamsia dapat diketahui
secara dini dan penanganan dapat dikerjakan dengan segera.
e) Pengkajian pada ibu hamil gemelli dapat dilakukan secara umum dengan
head to toe dan pemeriksaan abdomen dengan auskultasi DJJ serta leopold.
4.2 Saran
4.2.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat khususnya keluarga dengan ibu hamil gemelli harus lebih
perhatian terhadap kondisi dan kesehatan tubuh serta kandungannya. Melakukan
pengecekan kesehatan yang rutin untuk memantau keadaan kehamilannya. Serta
perhatikan pola hidup sehat sehari-hari.
32
4.2.3 Bagi Mahasiswa
Mempelajari lebih lanjut terkait masalah-masalah kehamilan gemelli
yang mungkin terjadi disekitar lingkungannya. Terus memperbanyak ilmu dengan
memperluas pengetahuan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, karena
semakin berkembang ilmu pengetahuan maka kondisi dan masaalah kesehatan
terkait kehamilan gemelli yang ada disekitar mahasiswa semakin banyak dan
kompleks.
4.2.4 Bagi Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
optimal dan memuaskan bagi klien khususnya ibu dengan kehamilan gemelli.
Terus berenovasi dan mengembangkan segala keperluan kesehatan bagi klien.
33
DAFTAR PUSTAKA
Firnanda, N., & Sulastri, S. (2019). Identifikasi Penyakit Penyerta Pada Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura . Surakarta: Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Guyton, A., & Hall, J. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (12th ed.).
Singapura: Elsevier Inc.
Manuaba, I., Bagus, I., & Gede, I. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
EGC.
Martin, J., Brady, E., & Michelle, J. (2012). Three Decades of Twin Birth in the
United States, 1980-2009. US Department of Health and Human Services.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (5th ed.). (I. Nurjannah, & R. D.
Tumanggor, Penyunt.) Yogyakarta: CV. Mocomedia.
34
Tasikmalaya. Ciamis: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Ciamis.
Tuange, A., Tendean, H., & Wagey, F. (2012). Profil Persalinan Kehamilan
Kembar di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 01
Januari 2010 - 31 Desember 2011. Manado: Fakultas Kedokteran Unsrat
Manado.
35
LEMBAR BIMBINGAN
MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS
Nilai
36