Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Trombositopenia atau defisiensi trombosit, merupakan keadaan
dimana trombosit dalam sistim sirkulasi jumlahnya dibawah normal (150.000-
350.000/µl darah) (Guyton dan Hall, 2007). Trombositopenia biasanya dijumpai pada
penderita anemia, leukemia, infeksi virus dan protozoa yang diperantarai oleh sistem
imun (Human Infection Virus, demam berdarah dan malaria
. Trombositopenia disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah kegagalan
produksi trombosit, peningkatan konsumsi trombosit, distribusi trombosit abnormal,
dan kehilangan akibat dilusi. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit,
yaitu sel yang sangat besar dalam susunan hemopoietik dalam sumsum tulang
belakang yang memecah menjadi trombosit, baik dalam sumsum tulang atau segera
setelah memasuki darah, khususnya ketika mencoba untuk memasuki kapiler paru.
Konsentrasi normal trombosit dalam darah adalah antara 150.000-350.000/µL
(Guyton dan Hall, 2007).
Darah terdiri dari beberapa komponen" yaitu sel darah merah eritrosit
seldarah putih leukosit, keping darah trombosite dan plasma. Kadang-kadang tidak
semua komponen darah tersebut dibutuhkan oleh pasien. Misalnya pasien yang
terkena demam berdarah hanya membutuhkan trombosit saja. selain it volume
transfusi juga harus diperhatikan. pasien yang masih anak-anak volume
transfusi yang diberikan tidak sama dengan volume transfusi yang diberikan kepada
orang dewasa, oleh karena itu darah utuh lebih baik dipisahkan menjadi komponen-
komponen darah
Beberapa macam transfusi trombosit yang kita ketahui adalah transfusi
trombosit konsentrat (TC) dari whole blood yang sering juga disebut sebagai random
donor platelets (RDP) dan transfusi trombosit apheresis yang disebut juga single
donor platelets (SDP) atau platelets apheresis (Cable dkk., 2007; Sherrill dkk., 2007).
Transfusi trombosit random donor merupakan pilihan transfusi trombosit yang sudah
umum dilakukan di pusat pelayanan kesehatan, dan transfusi ini mengandung 0,5 -
0,75 x 1011 sel trombosit per unit (Schiffer dkk., 2001)
Angka kejadian trombositopeni bervariasi anatara 1-5% dan dilaporkan lebih
banyak terjadi pada neonatus yang dirawat diruang perawatan intensif yaitu antara 22-
35%. Von linderg Dkk melaporkan angka kejadian trombositopeni pada neonates
mencapai 27%. Berbagai kondisi ibu dan neonatus berkaitan dengan terjadinya
trombositopenia,yang paling sering yaitu sepsis dan prematuritas. Resiko terjadinya
perdarahan merupakan hal yang penting diperhatikan pada keadaan trombositopenia.
Dirumah sakit Anak Bunda Harapan kita diruang nicu angka kejadian
trombositopenia dengan tranfusi trombosit pada neonatus dari bulan mei sampai bulan
agustus 2019 sebanyak 8 bayi.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah agar dapat memperoleh informasi

dan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada bayi dengan penyakit trombositopeni

2. Tujuan khusus

a) Mengetahui konsep dasar teori trombositopeni, meliputi definisi, etiologi,

patofisiologi, klasifikasi, dan komplikasi

b) Mengetahui konsep dasar penyaki ttrombositopeni pada bayi, meliputi definisi,

etiologi, patofisioligi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic,

komplikasi, dan penatalaksanaan

c) Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada bayi dengan trombositopeni

Mampu menerapkan di lapangan asuhan keperawatan pada bayi dengan

trombositopeni

C. Ruang Lingkup Penulisan

Asuhan keperawatan pada By. Ny. I dengan penyakit trombositopeni di ruang

Kemuning RSAB Harapan Kita Jakarta yang dilakukan pada tanggal 22-24 juli 2015.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini menggunakan

metode diskriptif, dimana menggambarkan kasus yang merupakan pengalaman nyata

dalam merawat pasien dengan masalah trombositopeni. Dengan cara memperoleh data dan

informasi melalui wawancara dengan keluarga, observasi, pengkajian dengan melakukan

penmeriksaan fisik, serta studi dokumentasi dengan melihat data status bayi yang berupa

catatan medis dan pemeriksaan diagnostik serta catatan perkembangan pengawasan

terintegrasi.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan laporan ini dimulai dengan kata pengantar

diikuti dengan BAB I yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup

penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II berisikan tentang tinjauan

teoritis yang terdiri dari konsep dasar medis, yaitu defenisi, etiologi, manifestasi klinis,

patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan, serta konsep

dasar asuhan keperawatan. BAB III terdiri dari tinjauan kasus, BAB IV berisikan tentang

pembahasan kasus, serta BAB V yang terdiri dari kesimpulan dan saran, daftar pustaka,

dan lampiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
1) Defrnisi Trombosit

Kepingan darah (trombosit) adalah sel tak berinti, berbentuk cakram


dengan diameter 2-4 µm. Keping darah berasal suatu megakariosit yang terdapat
dalam sumsum tulang (Junqueira dan Carneiro, 1995). Trombosit dibentuk di
sumsum tulang dari megakariosit, yaitu sel yang sangat besar dalam susunan
hemopoietik dalam sumsum tulang belakang yang memecah menjadi trombosit,
baik dalam sumsum tulang atau segera setelah memasuki darah, khususnya ketika
mencoba untuk memasuki kapiler paru. Konsentrasi normal trombosit dalam
darah adalah antara 150.000-350.000/µL (Guyton dan Hall, 2007).

Prekursor megakariosit-megakarioblas, timbul dengan proses diferensiasi dari


sel asal hemopoitik. Megakariosit matang dengan proses replikasi endomitotik inti
secara sinkron, yang memperbesar volume sitoplasma saat jumlah inti bertambah
dua kali lipat. Pada tingkat bervariasi pada perkembangan, terbanyak pada
stadium 8 inti, replikasi inti lebih lanjut dan pertumbuhan sel berhenti, sitoplasma
menjadi granular dan selanjutnya trombosit dibebaskan. Setiap megakariosit
menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval waktu dari deferensiasi sel asal
(stem cell) sampai dihasilkan trombosit sekitar 10 hari pada manusia (Hoffbrand,
dkk., 2007).

Salah satu komponen darah trombocyte concentrate (TC) memiliki


peranan penting dalam terapi perdarahan akibat trombositopenia,kerusakan fungsi
trombosit, dan pencegahan perdarahan trombositopeni akibat kegagalan sumsung
tulang.( The clinical Use of Blood,2001)
2) Sirkulasi trombosit

Volume rata-rata trombosit 5,8fl. Volume berkurang saat matang di


dalam sirkulasi. Trombosit muda mempunyai waktu 24 sampai 36 jam di
dalam limfa setelah dibebaskan dari sumsum tulang. Sepertiga dari
pengeluaran trombosit oleh sumsum tulang dapat dijerat dalam satu waktu
dalam satu limfa normal (Hoffbrand, dkk., 2007). Trombosit merupakan
struktur yang aktif. Waktu paruh hidupnya di dalam darah 8-12 hari, setelah
itu proses fungsionalnya berakhir. Setelah waktu 4 paruh trombosit berakhir,
trombosit kemudian diambil dari dalam sirkulasi (Guyton dan Hall, 2007).

3) Struktur trombosit

Trombosit mempunyai banyak ciri khas yang fungsional sebagai


sebuah sel, walaupun tidak mempunyai inti dan tidak dapat berproduksi. Di
dalam sitoplasma terdapat factor-faktor aktif seperti (1) molekul aktif dan
myosin, sama seperti yang terdapat dalam sel-sel otot, juga protein kontraktil
lainnya, yaitu trombostenin yang dapat menyebabkan trombosit berkontraksi;
(2) sisa-sisa retikulum endoplasma dan apparatus golgi yang mensintesis
berbagai enzim dan menyimpan sejumlah besar ion kalsium; (3) mitokondria
dan sistem enzim yang mampu membentuk adenosine trifosfat (ATP) dan
adenosine difosfat (ADP); (4) sistem enzim yang mensintesis prostaglandin,
yang merupakan hormon setempat yang menyebabkan berbagai jenis reaksi
pembuluh darah dan reaksi jaringan setempat lainnya; (5) suatu protein
penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin; (6) faktor pertumbuhan yang
dapat menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh
darah dan fibroblast, sehingga dapat menimbulkan pertumbuhan seluler yang
akhirnya memperbaiki dinding pembuluh yang rusak (Guyton dan Hall, 2007).
Pada permukaan membran sel trombosit terdapat lapisan glikoprotein yang
menyebabkan trombosit menghindari perlekatan pada endotel normal dan
melekat pada daerah dinding pembuluh darah yang terluka, terutama sel-sel
endotel yang rusak, dan bahkan melekat pada jaringan kolagen yang terbuka di
bagian pembuluh darah. Selain itu membran mengandung banyak fosfolipid
yang berperan dalam mengaktifkan berbagai hal dalam proses pembekuan
darah (Guyton dan Hall, 2007).

4) Fungsi trombosit

Trombosit berperan penting dalam usaha tubuh untuk mempertahankan


jaringan bila terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam menutup luka, sehingga
tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindungi dari penyusupan benda 5
dan sel asing (Sadikin, 2001).

Pada waktu bersinggungan dengan permukaan pembuluh yang rusak, maka


sifat-sifat trombosit segera berubah secara drastis yaitu trombosit mulai
membengkak, bentuknya menjadi irregular dengan tonjolan-tonjolan yang
mencuat dari permukaannya; protein kontraktilnya berkontraksi dengan kuat dan
menyebabkan pelepasan granula yang mengandung berbagai faktor aktif;
trombosit menjadi lengket sehingga melekat pada serat kolagen; mensekresi
sejumlah besar ADP; dan enzim-enzimnya membentuk tromboksan A2, yang juga
disekresikan ke dalam darah. ADP dan tromboksan kemudian mengaktifkan
trombosit yang berdekatan, dank arena sifat lengket dari trombosit tambahan ini
maka akan menyebabkan melekat pada trombosit semula yang sudah aktif
sehingga membentuk sumbat trombosit. Sumbat ini mulanya longgar, namun
biasanya dapat berhasil menghalangi hilangnya darah bila luka di pembuluh darah
yang berukuran kecil. Setelah itu, selama proses pembekuan darah, benang-
benang fibrin terbentuk dan melekat pada trombosit, sehingga terbentuklah
sumbat yang rapat dan kuat (Guyton dan Hall, 2007).

5) Cara menghitung trombosit


Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar dibedakan
dari sel-sel darah yang lain. Trombosit cenderung melekat pada permukaan asing
(bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal (Gandasoebrata, 2004).

Metode yang lazim digunakan untuk menghitung trombosit adalah metode


manual dan metode otomatis. Metode manual menggunakan larutan Rees Ecker.
Metode manual dilakukan dengan perhitungan jumlah trombosit melelui
pengamatan di bawah mikroskop. Automated Hematology Analyzer merupakan
alat yang dapat menghitung profil lengkap darah secara otomatis. Keuntungan
metode ini adalah dapat menghitung profil darah lengkap dengan cepat dan hasil
yang di dapatkan lebih akurat daripada metode manual, sehingga pada penelitian
ini menggunakan metode otomatis. Tabung yang berisi EDTA didekatkan dengan
jarum penghisap sampel, ditekan tombol penghisap sampel selanjutnya tes akan
berjalan secara otomatis. Hasil tes tampak pada kertas print out (Afida, 2005).

6.Trombositopenia

6.1 Definisi

Trombositopenia atau defisiensi trombosit, merupakan keadaan dimana


trombosit dalam sirkulasi jumlahnya di bawah normal (150.000-350.000/µL
darah).

Penderita trombositopenia cenderung mengalami pendarahan yang biasanya


berasal dari venula-venula atau kapiler-kapiler kecil. Akibatnya, timbul bintik-
bintik perdarahan di jaringan tubuh. Pada kulit penderita menampakkan bercak-
bercak kecil berwarna ungu, sehingga disebut dengan trombositopenia purpura
(Guyton dan Hall, 2007).

Trombositepenia neonatal merupakan penyakit yang di dapat atau diturunkan


dan kemungkinan primer akibat peningkatan penghancuran trombosit dan
gangguan produksi. Hal ini penting diketahui karena berhubungan dengan
timbulnya perdarahan dan penatalksanaan (Lubis,2010)

a. Purpura trombositopenia autoimun

Perjalanan klinik purpura yang disertai trombositopenia autoimun


(Immune Trombocytopheni Purpura, ITP) dapat bersifat akut atau kronik.
Bentuk akut biasanya ditemukan pada anak-anak. Insiden pada pria dan wanita
adalah sama. Riwayat infeksi virus 1-3 minggu sebelumnya. Gejala
perdarahan bersifat mendadak dan remisi spontan pada 80% kasus. Bentuk
yang kronis paling sering terjadi pada oaring dewasa, jarang ada riwayat
infeksi sebelumnya, wanita lebih sering terkena daripada pria. ITP orang
dewasa bermula secara perlahan-lahan dan jarang mereda secara spontan
(Handayani dan Sulistyo, 2008). Penyebab tampaknya adalah suatu antibodi
yang diarahkan terhadap antigen yang berhubungan dengan trombosit
(Woodley dan Whelan, 1995).

b. Trombositopenia yang berhubungan dengan heparin


Kelainan ini terjadi pada 10% pasien penerima heparin. Kelainan ini
sering ditemukan pada pasien hitung trombosit rutin dan jarang menyebabkan
perdarahan yang bermakna. Trombositopenia yang berkaitan dengan heparin
biasanya terjadi dalam minggu pertama terapi, pada pasien yang sebelumnya
memekai heparin. Trombositopenia ini dapat terjadi setelah pemberian heparin
intravena atau subkutan.

c. Purpura trombositopenik trombotik


Purpura trombositopenik trombotik (TTP) jarang dijumpai dan
ditandai dengan trombositopenia, anemia hemolitik mikroangiopati,
kelainan neurologi yang berfluktuasi, sering ditandai dengan demam dan
gangguan ginjal. Penyebabnya tidak dikenal, tetapi sekitar setengah
jumlah pasien mempunyai riwayat penyakit virus yang belum lama
terjadi. Kelainan ini menyerang semua kelompok usia, dan insiden antara
pria dan wanita adalah sama (Woodley dan Whelan, 1995).
d. Trombositopenia akibat pengaruh obat
Penyakit ini didiagnosis dengan mencatat hubungan waktu antara
pemberian obat dan mulai timbulnya trombositopenia. Pengurangan
produksi trombosit dikaitkan dengan penggunaan diuretik tiazid, etanol,
esterogen, trimetropim-sulfamethoxazol, dan agensia kemoterapi.
Peningkatan perusakan trombosit diduga terjadi pada pasien yang diberi
obat quinine, quinidine, heparin, garam-garam emas, rifampin dan
sulfonamida (William, et al., 1990).
e. Kelainan lain yang berhubungan dengan trombositopenia
Penyebab-penyebab trombositopenia yang lain meliputi DIC
(disseminated intravascular coagulation), defisiensi asam folat, infiltrasi
sumsum tulang akibat penyakit myelophthisic (misalnya tuberkulosis,
karsinoma metastatik, myelofibrosis), penyakit-penyakit hematopoitik
primer misalnya leukemia, anemia aplastika dan berbagai macam infeksi
virus dan bakteri (Guyton dan Hall, 2007)

7) Tranfusi darah
7.a Pengertian
Penggantian darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah
lengkap ataukomponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan atau
trombosit melalui IV. Meskipun tranfusi darah penting untuk mengembalikan
homeostasis, tranfusi darah dapat membahayakan. Banyak komplikasi dapat
ditimbulkan oleh terapi komponen darah,contohnya reaksi hemolitik akut yang
kemungkinan mematikan, penularan penyakitinfeksi dan reaksi demam.
Kebanyakan reaksi tranfusi yang mengancam hidup diakibatkan oleh
identifikasi pasien yang tidak benar atau pembuatan label darah atau
komponen darah yang tidak akurat, menyebabkan pemberian darah yang
inkompatibel.
Pemantauan pasien yang menerima darah dan komponen darah dan
pemberian produk-produk ini adalah tanggung jawab keperawatan. Perawat
bertanggung jawab untuk mengkali sebelum dan selama tranfusi yang
dilakukan. Apabila klien sudah terpasang selang IV, perawat harus mengkaji
tempat insersi untuk melihat tanda infeksi atau infilrasi. Transfusi darah
adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darahdari satu orang ke
sistem peredaran orang lainnya.
Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan
darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi,syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Seaksi transfuse adalah reaksi
yang terjadi selama tranfusi darah yang tidak diinginkan berkaitan dengan
tranfusi itu. sejak dilakukannya tes komatibilitas untuk menentukan adanya
antibody terhadapantigen sel darah merah, efek samping transfusi umumnya
disebabkan oleh leokosit ,trombosit dan protein plasma. Gejala bervariasi
mungkin tidak terdapat gejala atau gejalanya tidak jelas, ringan samapi berat.
Saat transfusi darah dilakukan, pembuluh darah vena ditusuk dengan sebuah
jarum kecil terbuat dari bahan elastis. Jarum tersebu tterhubung dengan infus
set. Melalui infus set dan jarum tersebut, darah disalurkan kedalam tubuh.
Prosedur transfusi darah biasanya memakan waktu sampai beberapa
jam,tergantung berapa banyak darah yang mesti ditransfusikan.
B. ETIOLOGI
Penyebab trombositopeni pada neonatus sangat berfariasi, Pada sebagian besar
kasus penyebab dasar di tentukan oleh pola tromositopeni(waktu terjadinya,derajat
berat, lama berlangsung,dan respon terhadap tranfusi) dan gejala klinis yg terjadi.

Tabel 3.1 Penyebab trombositopeni pada neonatus


Kategori Subtipe diagnosis banding derajat Onset
keparahan
Imun Aloimun trombositopeni aloimun berat dini
neonatus

Autoimun purpura trombositopeni sedang-berat dini


imun maternal,lupus,
kelainan vascular kolagen

Infeksi Bakteri Streptokokus grub B Bervariasi Bervariasi


batang gram negative,

Virus CMV,HSV,HIV, Bervariasi Umumnya


Enterovirus, dini

Jamur Candida Berat Umumnya


lambat

Parasit Toxoplasma Bervariasi Lambat


Insufisiensi Pre eklamsi,eklamsi
plasenta hipertensi kronik Ringan Dini
sedang
DIC(Dissaminated Afiksia , Berat Dini
Intravascullar Sepsis Berat Bervariasi
Coagulation)

Kelainan Kromosom Trisomi 13,15,18 Bervariasi Dini


genetic familial Makrotrombositopenia Bervariasi DIni
Syndrom wiskott Aldrich
Metabolik Methilmalonic Ringan Bervariasi
academia proprionic Sedang
aciduria

Induksi obat beberapa Penisilin,Vancomicin Bervariasi Lambat


Jenis Metronodazol
antibiotik
Antikonvulsan Bervariasi Lambat
Heparin Bervariasi Lamba
H2 reseptor
Antagonis Bervariasi Lambat

Lainnya Trombosis Hepatic Sedang Bervariasi


tumor
Hemangioendothelioma Sedang Bervariasi
C. Patofisiologi

D. Tanda dan gejala trombositopenia


1. adanya ptekie pada ekstremitas dan tubuh
2. Perdarahan pada mukosa,mulut, hidung dan gusi
3. Perdarahan gastrointestinal
4. Adanya darah dalam urin dan feses
5. Perdarahan serebral ( terjadi 1-5% pasa ITP)

E. KOmplikasi Trombositopenia
a. syok hipovolemik
b. Perdarahan
c. purpura,ekimosis, dan ptekie

F.Pemeriksaan Penunjang
a. Test diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah
1 ) Darah rutin (hematologi rutin seperti)
- Eritrosit (RBC) : Mengetahui kelainan sel darah merah yang
berfungsi dalam transport oksigen keseluruh tubuh. Normal : 4,5-6,5 x
10^12/L
- Hemoglobin (HB) : Menentukan konsentrasi hb (protein dalam
eritrosit yang berfungsi membawa oksigen ke tubuh) pada komponen darah.
Normal 12-14 x10^ 9/L
- Leukosit (WBC) : Mengetahui kelainan sel darah putih . Normal :
5000 - 15000/UL
- Trombosit (PLT) : Melihat bagaimana keping keping darah
apakah mengalamai gangguan pembekuan darah atau tidak, pemantauan dan
evaluasi perdarahan. Normal : 150.000 - 450.000/UL
- Hematokrit (HCT) : Berguna menentukan anemia.kehilangam
darah. Normal : 32-42 %
- Laju endap darah (LED) : mengukur laju pengendapan (dalam
mm/jam) dari eritrosit pada suatu kolom darah yang diberi antikoagulan. LED
meningkat yaitu menunjukkan meningkatnya kadar imunoglobulin atau
protein akut dan merupakan penanda nomspesifik dari adanya radang atau
infeksi.
- Bleeding time memanjang dengan waktu pembekuan normal
2. BMP
Biopsi Bone Marrow (BMP) dapat dilakukan jika berbagai macam cara telah
dilakukan sampai pemberian obat dan pemeriksaan sarah tidak menunjukkam
efek kebaikan pada pasien, jadi untuk mengetahui penyakit di dalam tubuhnya
yaitu memeriksa bone marrow (pengambilan cairan sumsung tulang belakanag
) karena dicurigai penyakit lain

G. Tatalaksana

1. Medis

Penatalaksanaan trombositopeneni biasanya adalah mengobati penyakit yang


mendasarinya. Apabila terjadi gangguan produksi trombosit ,maka transfusi trlmbosit dapat
menaikkan angka trombosit dan menghentikan perdarahan atau mencegah perdarahan
intrakranial Apabila terjadi penghancuran trombosit yang eksesif,trombosit yang
ditranfusikan juga akan dihancurkan tidak akan menaikkan angka trombosit.

2. KEPERAWATAN

Pengkajian

Pengkajian adalah suatu kegiatan pemeriksaan dan peninjauan terhadap

situasi yang dihadapi oleh klien untuk tujuan perumusan masalah. Ruang
lingkup pengkajian terdiri dari :

1. Identitas data

Biodata klien : umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

suku bangsa, alamat, no MR, tanggal masuk, diagnosa

medis

Biodata orang tua penanggung jawab : nama, umur,

pekerjaan, alamat, suku bangsa, agama

Riwayat antenatal : apakah pada riwayat kehamilan ibu

klien terdapat kelainan atau keluhan yang dapat

memperberat keadaan ibu dan proses persalinan serta

mengetahui tempat dan jumlah frekuensi pemeriksaan

kehamilan yang dilakukan.

Apakah ibu mempunyai penyakit-penyakit yang merupakan

faktor pencetus terjadinya kejang seperti kehamilan ganda,

toksemia, riwayat hipertensi, apakah ibu ada riwayat DM,

peminum alcohol, perokok atau pengguna obat-obatan

tertentu.

Riwayat kelahiran

Proses persalinan ditolong oleh siapa, apakah berlangsung

secara normal atau memerlukan bantuan alat atau operasi.

Perlu juga diperhatikan apgar scor, warna ketuban, dan

tindakan yang sudah dilakukan seperti tindakan resusitasi,

pemberian Vit K dan obat tetes mata.


Riwayat penyakit sebelumnya

Merupakan gambaran sebelum bayi masuk kedalam

ruangan, apabila bayi langsung masuk keruangan, dan

sebelumnya tidak pernah masuk keruangan atau rs lain juga

perlu didokumentasikan.

Diantaranya hal-hal yang perlu ditanyakan tentang riwayat

sebelum masuk keruangan, apakah rujukan dari suatu

poliklinik, rumah bersalin, puekesmas atau rs. Pernah

masuk ke ruang intensif berapa lama dan bagaimana

keadaan saat masuk juga saat keluar intensif.

Riwayat penyakit sekarang

a. Sistem respirasi

Pernafasan takipnue

Pola nafas tidak teratur

Retraksi interkostal, substernal

Pernafasan cuping hidung

Grunting

Adakah ronchi

Bentuk dada simetris atau tidak

Adanya periode apnue

b. Sistem kardiovaskuler dan sirkulasi

Bradikardi atau takikardi

Tekanan darah rendah


Sianosis sentral atau perifer

Adakah perdarahan atau oedem

Denyut nadi pemoralis kiri dan kanan teraba

Pemeriksaan CRT

Pemeriksaan auskultasi didapatkan bunyi

jantung s2 lebih kuat dibanding s1

Terdengar atau tidak adanya bunyi murmur

Saturasi oksigen beriksar antara 88-92%

c. Sistem termoregulasi

Kulit bayi teraba dingin

Akral dingin

Suhu badan mencapai suhu normal

Adakah kebiruan pada ujung-ujung ekstremitas

bayi

d. Sistem gastrointestinal

Pantau bentuk dan tekstur abdomen

Kaji adanya bising usus yang lemah

Reflex hisap dan reflex menelan lemah

Adakah muntah atau residu

Kaji kebutuhan nutrisi

e. Sisten neurosensorik

Kesadaran bayi
Respon bayi terhadap nyeri

Pergerakan motorik

Reflex pupil

Adakah kejang

f. Sisten integument

Adakah sianosis

Warna kulit

Turgor

Integritas

g. Sistem eliminasi

Warna urin

Jumlah

h. Sistem reproduksi

Pada laki-laki kelamin tampak pigmentasi dan

rugae pada skrotum banyak, testis sudah turun

ke dalam skrotum

Pada wanita klitoris tidak menonjol, labia

minora sudah tertutup labia mayora

i. Psikososial

Persepsi orang tua bayi terhadap kesehatan

bayinya saat ini biasanya orang tua tampak


cemas

Harapan orang tua terhadap kesehatan anaknya

saat ini

Mekanisme dan koping digunakan, dan tingkat

pengetahuan orang tua terhadap penyakit yang

diderita anaknya.

B. Diagnosa Keperawatan

Pola nafas tidak efektif

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Resiko Perdarahan

Resiko infeksi

Intervensi

Pola nafas tidak efektif

Tujuan: Manajemen pola nafas

Intervensinya:

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

Pasang oroparingeal airway bila perlu

Monitor respirasi dengan status O2

Kolaborasi pemberian oksigen


Kolaborasi pemasangan ETT dan ventilator mekanik

Berihan jalan nafas tidak efektif

Tujuan: Manajemen jalan nafas

Intervensinya:

Buka jalan nafas gunakan teknik chinlift bila perlu

Pastikan kebutuhan oral atau trakheal suctioning auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
suction

Informasikan pada keluarga tentang suction

Melakukan pengisapan lendir dari mulut dan hidung

Monitor saturasi oksigen

Kolaborasi melakukan inhalasi

Resiko Perdarahan

Tujuan : Manajemen cairan

Intervensinya :

Mengkaji penyebab perdarahan

Memonitor tanda-tanda vital

Mengukur CRT

Memonitir tanda-tanda syok

Melakukan kolaborasi pemberian cairan parental

Melakukan kolaborasi pemberian oksigen

Melakukan kolaborasi ptranfusi darah

Melakukan kolaborasi pemeriksaan laboratorium(hb,ht,trombosit)


Implementasi

Rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik, pelaksanaan tindakaN


keperawatan meliputi :

1.Tindakan independen

Merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk atau


perintah dari tenaga kesehatan lain

Tindakan interdependen

Meruapakan tindakan yang dilaksanakan oleh perawat yang memerlukan kerja


sama dengan tenaga kesehatan lainnya, seperti dokter, petugas laboratorium,
petugas radiologi dll.

Tindakan yang pelaksanaannya berhubungan dengan rencana tindakan medis

Evaluasi

Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana diagnosa keperawatan, perencanaan dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai.Ada dua komponen untuk mengevaluasi
tindakan keperawatan yaitu :

1. Proses

Merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi

dengan respon segera

2. Hasil

Meruapakan perubahan perilaku atau status kesehatan pasien pada


akhir tindakan keperawatan.

Pada bayi trombositopenia evaluasi akhir diharapkan adalah Tidak


terjadi perdarahan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Nama : By. Ny.I


2. Jenis kelamin : perempuan
3. Usia : 3 hari
4. No. MR : 01609431
5. Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 17 juli 2019
6. Diagnosa medis : Ompalocel, Trombositopeni
7. Riwayat Kehamilan : G4P1A2H1 gestasi 37 minggu
8. Riwayat persalinan : bayi lahir Sc a/i plasenta acreta ,janin ompalocel ditolong
oleh dokter, lahir tidak langsung menangis, A/S = 6/8, sisa ketuban jernih, BBL =
3541 gram, BBS = 3365 gram
9. Riwayat penyakit : Ibu bayi mengatakan selama kehamilan tidak ada mengalami
sakit hipertensi, DM, demam, keputihan, dan penyakit lainnya.
10. Pemeriksaan fisik :
 Sistem pernafasan : bentuk dada simetris, pernafasan sesak, ada
penggunaan otot bantu pernafasan, irama irreguler, RR = 60-80x/i ,terpasang O2
ventilator mode simv+VG Pmax 20/6,rr 50x/i fio2 35%, slem putih kental
 Sistem kardiovaskuler : tidak ada mur mur, frekuensi jantung normal, HR =
135-160x/i
 Sistem gastrointes: terdapat masa pada abomen, BAB ada warna hijau
lendir,abdomen supel,kembung tidak ada,muntah ada berwarna coklat.
 Sistem musculoskeletal : ekstremitas atas dan bawah simetris, tidak ada fraktur,
jumlah jari lengkap
 Sistem neuro sensori : refleks moro (+), rooting (+), Suching (+)
 Sistem integumen : turgor kulit elastis, tidak ada terdapat ptikea,ada edema
pada ektremitas, tidak ada luka pada bagian ekstremitas
 Eliminasi : BAK ada, BAB ada warna hijau,
 Psikososial : bapak bayi sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta, dan
ibu bayi sebagai ibu rumah tangga (IRT), ibu bayi mengatakan cemas terhadap
kondisi anaknya, raut wajah tampak bingung, dan banyak bertanya pada perawat.

 Pemeriksaan penunjang :
 Hasil laboraturium
No Tanggal Hasil laboraturium
1. 22 juli 2019 Hb = 13,8 mg/dl
Ht = 41,%
Leukosit = 26.000
Trombosit = 17.000
CRP = 149,7
Differensial = 02/11/00/00/91/00
2. 23 juli 2019 Na=137
K=4,0
Cl=110
Ca=92

3. 24 juli 2019 Lcs prot=75,2


Glukosa =51
Clorida=112
Sel=23

 Hasil echo
Tgl 17 juli 2019=truncus arteriocus
 Hasil foto radiologi
Kesan =sesuai ompalocel

11. Penatalaksanaan
Tanggal 22 juli 2019
 Parenteral: Total volum 180ml/kgbb/hr,inf N2D10+kcl 74% 2ml+ca
glukonas 10% 4 ml :16,3 ml/jam,aminosteril 10%
4gr/kgbb/hr:5,8cc/jam,smoflipid 20% 3gr/kgbb/hr:2.1cc/jam,nacl 3%
50cc:2.1cc/jam
 Enteral Minum asi/sf 4x3cc dan 4x4cc personde gravitasi
 Rawat omfalokel dengan lomatul dtutup menggunakan kassa steril dan
duk steril dilakukan /2hr
 tranfusi trombosit 1 40cc
 antibiotik meropenem 70mg/8 jam

Tanggal 23 juli 2019

 Parenteral : total volum 180ml/kgbb/hr,inf N2D10+kcl 74% 2ml+ca


glukonas 10% 4 ml :16,6 ml/jam,aminosteril 10%
4gr/kgbb/hr:5,8cc/jam,smoflipid 20% 3gr/kgbb/hr:2.1cc/jam
 Enteral : Minum asi/sf 8x1c personde gravitasi
 Rawat omfalokel dengan lomatul dtutup menggunakan kassa steril dan
duk steril dilakukan/2hr
 tranfusi trombosit ke 2 40cc
 antibiotik meropenem 70mg/8 jam

Tanggal 24 juli 2019


 Parenteral : Total volum 130cc/kgbb/hr,N2D10%+ca glukonas 10%
4ml+kcl 7,4% 2 ml=12 ml/jam,AA 10% 4 gr =5,8ml/jam,Lasix
(10mg/ml)3 cc+d5% 11cc=0,5cc/jam,albumin(20%) 14cc=0,6cc/jam
 Enteral : Minum asi/pregistimil 10x1cc/sonde tutup 1 jam(bilas
lambung dengan aquades sampai bersih)
 Transfusi trombosit 3= 40 cc FFP 2x35cc
 Antibiotik meropenem 140mg/8jam

12. Analisa Data


No Data Masalah
1. Data objektif : Pola nafas tidak efektif
- Nafas sesak rr 60-80 x/i. Terpasang
Terpasang venti ncpap simv+vg
pmax 25/6 rr 40 vt:17,5 fio2:40%

Data subjektif : -

2. Data objektif : Bersihan jalan nafas tidak efektif


- Secret dijalan nafas,syanosis, rr 60-
80x/i

Data subjektif : -

3 Data objektif Resiko infeksi


Bayi terpasang infus dan bayi
mendapatkan transfusi trombosit 3
kali.

13. Diagnosa keperawatan


1) Pola nafas tidak efektif
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif
3) Resiko infeksi

14. Tujuan dan intervensi


No Tujuan Intervensi
1 Manajemen - Atur posisi untuk memaksimalkan
pernafasan ventilasi
- Identifikasi perlunya pemasangan
alat bantu nafas
- Monitoring respirasi dan SaO2
- Monitoring suara nafas paru kanan
dan kiri
- Kolaborasi pemberian o2
- Kolaborasi pemasangan ETT dan
bantuan ventilasi mekanik

2 Manajemen -Lakukan pengisapan lendir


bersihan jalan -Pertahankan kepatenan jalan nafas
nafas -Auskultasi sebelum dan sesudah
suction
-Monitor SaO2
- Lakukan fisioterapi dada
-Kolaborasi pemberian inhalasi
-kolaborasi pemberian teraphy

3 Manajemen -Kaji tanda-tanada infeksi;suhu tubuh


pengendalian nyri,perdarahan dan pemeriksaan
infeksi laboratorium dan radiologi
-Monitor tanda dan gejala infeksi
-Menaikkan asupan gizi yang cukup
dan cairan yang sesuai
-Pertahankan teknik aseptik
-Mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
-kolaborasi dalam pemberian
antibiotik

15. Implementasi, dan evaluasi


N Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi T.tangan
o
1 Senin, 22 Juli
2019 - Mengatur posisi untuk S:-
memaksimalkan ventilasi O : k/u bayi sadar, ,
desaturasi ada, sa O2 62%
- Monitoring respirasi dan A : Masalah belum
SaO2 teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
- Memantau TTV
- Monitoring suara nafas
paru kanan dan kiri
- Kolaborasi pemberian o2
ventilator on ventilator Simv +
vg, Pmax 20/6, rr:50 x/i Fi02
35%

2 Selasa 23 Juli S:-


-Melakukan pengisapan lendir
2019 O : K/u bayi sadar, slem
-Mempertahankan kepatenan ada putih kental. Suara
jalan nafas nafas mengi
A : Masalah belum
-Melakukan Auskultasi teratasi
sebelum dan sesudah suction P: Intervensi di lanjutkan

-Memonitor SaO2

-
3 Rabu 24 Juli
-Mengkaji tanda-tanada S: -
. 2019
O: on ventilator Simv +
infeksi;suhu tubuh vg, Pmax 20/6, rr:50 x/i
nyri,perdarahan dan Fi02 35% , desaturasi
tidak ada,
pemeriksaan laboratorium dan 02/11/00/00/9 . Suhu 36,7
radiologi
-Memonitor tanda dan gejala
infeksi
-Menaikkan asupan gizi yang
cukup dan cairan yang sesuai
-mempertahankan teknik
aseptik
-Mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
-kolaborasi dalam pemberian
antibiotik

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini saya akan melakukam pembahasan terhadap asuhan keperawatan pada bayi Ny,I
diruangan Kemuning RSAB Harapan Kita yg akan dilaksanankan pada tanggal 22 juli 2019 –
24 juli 2019 dimulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa kepeawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan .

A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian secara teoritis pengumpulan data, didapat melalui wawancara
dengan orang tua bayi,Observasi keadaan bayi,status bayi yang terdiri dari catatan
medis dan catatan keperawatan. Dalam kasus ini,pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara dengan orang tua bayi,observasi keadaan bayi,status bayi yng terdiri dari
catatan medis dan catatan keperawatan. Hal ini sesusai dengan teori yang ada.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan kasus pada bayi Ny.I dengan trombositopeni diagnosa keperawatan yang
muncul adalah :
- Pola nafas tidak efektif
- Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Resiko Infeksi
- Resiko perdarahan

Pada kasus ini saya mendapat data objektif diantaranya bayi tidak stabil,bayi
nafas dengan bantuan on ventilator Simv + vg, Pmax 20/6, rr:50 x/i Fi02 35% ,
desaturasi ada, slem putih kental.

C. Intervensi Keperawatan
Pada tahap intervensi keperawatan, kelompok menentukan dan menetapkan rencana
yang di sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien pada saat itu. Intervensi yang
dilakukan berdasarkan dengan masalah yang ada dan mendokumentasikan dengan
catatan terintegrasi.

D. Implementasi
Implementasi terhadap bayi Ny.I disesuaikan dengan intervensi yg telah ditetapkan
dan semua intervensi dapat diimplementasikan pada by.Ny.I. Adapun
pendokumentasian setiap tindakan keperawatan yang dilakukan,dicatat dalam rencana
asuhan keperawatan.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap penentuan keberhasilan dari semua rencana dan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan mliputi evaluasi tindakan dan valuasi akhir.
Evaluasi tindakan dilakukan tiap 24 jam. Pada kasus ini,setiap tindakan dilakukan
pada setiap shift selama 24 jam. Pada kasus ini setiap tindakan dilakukan pada setiap
shift selama 24 jam yang dapat dilihat dari respon yang di tunjukan oleh
pasien.Asuhan keperawatan selanjutnya dapat diteruskan oleh perawat ruangan.

BAB V
PENUTUP
TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN By. Ny. D


DENGAN MASALAH BBLR DI RUANGAN SERUNI RSAB
HARAPAN KITA JAKARTA

DISUSUN OLEH :
RENY AFWINASYAH,AMK

PEMBIMBING :
Ns. WIDAYATI, S. Kep
PELATIHAN KEPERAWATAN NEONATAL INTENSIVE
CARE UNIT ( NICU) ANGKATAN KE XIV
RSAB HARAPAN KITA
2015

Anda mungkin juga menyukai