Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


AKTIVITAS DAN LATIHAN
Di Ruang Kenanga
RSUD Kraton Pekalongan

Disusun Oleh
1.
2.
3.
4.
5.

Dini Permatasari
Diksi Puspita Dewa
Nur Lela Fitriani
Viki Nisa Fuqoha
Nur Baiti

PAKTIK KETERAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKLUTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

I.

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN


A. PENGERTIAN
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia

memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu tanda kesehatan


adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan
sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metablisme tubuh dapat optimal.
Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan
dan muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan
berbagai gangguan pada system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi
kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.Latihan dapat
memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan
kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi
gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan
orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat
melakukan aktifitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot
abdomen menjadi lemah sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif
pada seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan
terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada
seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah
individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut
pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi
aktifitas harus diprioritaskan.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kesehatannya.Imobilitas atau imobilisasi
merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena

kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya mengalami trauma tulang


belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.
B. FISIOLOGI AKTIVITAS DAN LATIHAN (MUSKULOSKELETAL
DAN METABOLISME ENERGI)
Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan, maka
diperlukan serangkaian proses fisiologis yang kompleks yang melibatkan
metabolism dari sel-sel tubuh dan terutama sistem lokomotorik yaitu sistem otot
dan sistem rangka.
Aktivitas dan pergerakan memerlukan energy.Energi untuk sel-sel tubuh
manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang diperoleh dari
katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi energy
dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai oksigen. Ketika oksigen terpenuhi
maka glukosa akan melalui katabolisme aerobic di sitoplasma dan mitokondria sel
melalui 4 proses : glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, siklus asam
sitrat, dan transport elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida , dan uap air.
Jika oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme energy akan dilakukan secara
anaerobic dengan produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. Namun produksi
ATP dari metabolism anaerobic jauh lebih sedikit dibanding metabolism aerobic,
yaitu sekitar 1/18 kalinya (36 ATP berbanding 12 ATP).Karena oksigen amat
penting bagi konservasi energy tubuh, maka aktivitas dan latihan pada manusia
terkait erat dengan kerja sistem kardiovaskuler, respirasi, dan hematologi untuk
penyediaan oksigen dan pembuangan karbondioksida dan uap air.Beberapa
kondisi seperti anemia, syok hipovolemik, hipertensi, penyakit jantung, dan
penyakit pernapasan dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia.
Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang
melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan sebagai alat
gerak pasif, memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan memberi bentuk
tubuh.Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif dimana tendon-tendon otot
melekat pada tulang dan berkontraksi untuk menggerakkan tulang. Tulang
merupakan jaringan ikat yang tersusun oleh matriks organik dan anorganik.Tulang
secara histologist dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu jaringan tulang keras

(osteon) dan jaringan tulang rawan (kartilago).Yang membedakan osteon dan


kartilago adalah bahwa kartilago lebih elastic dan lebih tahan terhadap adanya
tekanan sehingga cenderung lebih tidak mudah patah, dan osteon cenderung lebih
eras tapi mudah patah.Jaringan tulang rawan dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
kartilago hialin, kartilago fibrosa, dan kartilago elastic. Tiap-tiap tipe tulang rawan
membentuk bagian tubuh yang berbeda.Tulang rawan hialin terutama menyusun
bagian persendian tulang sebagai sistem bantalan untuk melindungi dari friksi jika
terjadi

pergerakan.Kartilago

fibrosa

terutama

menyusun

bagian

diskus

intervertebralis, sedangkan kartilago elastic menyusun daun telinga.Matriks


organik terdiri atas sel-sel tulang osteoblast, osteosit, kondroblast, kondrosit, dan
osteoklas yang tersimpan pada sistem haverst.Sistem haverst adalah suatu saluran
yang didalamnya terdapat pembuluh darah, limfa, dan urat saraf untuk fisiologi
tulang.Matriks anorganik tulang tersusun oleh mineral-mineral terutama kalsium
dan phospat. Matrisk anorganik inilah yang memberikan massa dan kekuatan pada
tulang, sehingga kondisi yang mengganggu kandungan kalsium dan fosfor dalam
jaringan tulang akan menyebabkan tulang kehilangan kepadatannya dan mudah
patah. Faktor lain yang mempengaruhi kepadatan tulang adalah sistem endokrin
terutama hormone kalsitonin dan paratirohormon, serta metabolisme vitamin D.
Hormon kalsitonin dan paratirohormon bekerja saling berlawanan dan
bekerjasama untuk mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Kalsitonin atau
disebut juga tirokalsitonin dihasilkan oelh sel parafolikular kelenjar tiroid dan
bekerja untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan
meningkatkan penyimpanan kalsium dalam matriks anorganik jaringan tulang,
menghambat aktivitas osteoklas dalam meresorpsi kalsium tulang, menghambat
reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal, menghambat absorpsi kalisum dari saluran
cerna. Sedangkan paratirohormon dihasilkan oleh kelenjar paratiroid dan bekerja
dengan meningkatkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan meningkatkan
absorpsi kalsium dalam saluran cerna, dan meningkatkan resorbsi kalsium dari
tulang melalui jalur aktivasi osteoklas, dan meningkatkan reabsorpsi kalsium pada
ginjal.

Vitamin D sangat penting sebagai kofaktor dalam proses absorpsi kalsium


dalam saluran cerna. proses aktivasi vitamin D dijaringan kulit. Vitamin D adalah
vitamin larut lemak yang memiliki struktur molekul steroid. Vitamin ini dibentuk
di kulit dari precursor kolesterol (7,8-dehydrocholesterol) atau precursor Vitamin
D3. Pajanan ultraviolet dari sinar matahari terhadap epidermis kulit akan
menyebabkan transformasi 7,8-dehydrocholesterol ke vitamin D3 (cholecalciferol).
Vitamin D3 yang terbentuk dikulit selanjutnya akan dimetabolisme di hepar
menjadi 25-hydroxyvitamin D (calcidiol) dan di ginjal menjadi bentuk hormone
aktif yaitu 1,25-(OH)2D (calcitriol). Reaksi ini terjadi pada paparan radiasi
ultraviolet dengan panjang gelombang 290-300 nm atau disebut UVB.Vitamin D
yang terbentuk berperan penting dalam berbagai fungsi fisiologis tubuh yang
salah satunya untuk membantu penyerapan kalsium di intestinal. Adanya
gangguan dalam membentuk vitamin D ataupun kondisi defisiensi vitamin D akan
mengganggu proses mineralisasi tulang sehingga pada akhirnya berdampak pada
sistem pergerakan tubuh.
Jaringan otot merpakan sistem yang berperan sebagai alat gerak aktif.Hal
ini karena kemampuan jaringan otot untuk berontraksi dan relaksasi. Di balik
mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanikitu,
terjadilah

beberapa

proses

kimiawi

dasar

yang

berseri

demi

kelangsungankontraksi otot. Otot pengisi atau otot yangmenempel pada sebagian


besar tulangkita (=skeletal) tampak bergaris-garisatau berlurik-lurik jika dilihat
melalui

mikroskop. Otot tersebut terdiri daribanyak kumpulan (bundel)

serabutparalel panjang dengan diameterpenampang 20-100m yang disebutserat


otot. Panjang serat otot ini mampumencapai panjang otot itu sendiri dan
merupakan sel-sel berinti jamak(=multinucleated cells). Serat ototsendiri tersusun
dari kumpulankumpulanparalel seribu myofibril yang berdiameter 1-2m
danmemanjang sepanjang sebuahserat otot. Dalam tiap-tiap myofibril, tersusun
oleh protein-protein kontraktil otot yang terdiri dar 4 jenis :aktin, myosin,
tropomin, dan tropomiosin. Mekanisme kontraksi otot memerlukan peran aktivitas
dari keempat tipe protein. Mekanisme kontraksi otot dijelaskan melalui proses
pergeseran aktomiosin dimana aktin berperan sebagai rel kereta dan myosin

berperan sebagai kereta. Ketika terjadi kontraksi otot, maka myosin akan bergeser
di sepanjang aktin sehingga terjadilah pemendekat myofibril. Agar terjadi
pergeseran ini maka ikatan troponin pada aktin dan myosin harus hlang dan hal ini
memerlukan peran aktomiosin.Aktivitas aktomiosin ini dpengaruhi oleh adanya
ion kalisum dan neurottansmitter asetilkolin. Adanya kekurangan kalsium dalam
tubuh akan berdampak pada gangguan kontraksi otot. Begitu juga adanya
gangguan trasnmiss kolinergik pada pertatan neuromuscular akan berdampak pada
gangguan kontraksi otot.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS DAN
LATIHAN
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan latihan antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Usia
Jenis Kelamin
Status nutrisi
Budaya
Penyakit terutama

yang

menyerang

Sistema

nervosa,

sistema

musculoskeletal
6. Penyakit kardsiovaskuler dan pulmonary
7. Kondisi psikologis
D. DAMPAK IMOBILISASI
Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobolisasi yang
berkepanjangan dan bedrest akan menyebabkan serangkaian komplikasi pada
berbagai sistem tubuh antara lain :
Kontraktur : Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan
digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan
menyebabkan kekakuan pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk
sintesis kolagen diperlukan rangsangan pergerakan
Disuse Atrofi : Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena
berkurangnya lapisan aktin dan myosin pada myofibril.
Konstipasi : Imobilisasi menyebabkan peristaltik menurun sehingga
menyebabkan absopsi cairan berlebihan pada intestinum.
Pressure Ulcer : Pasien imobilisasi berisiko untuk mengalami luka tekan
sebagai akibat adanya penekanan pada tulang menonjol (bony prominen),
keringat, lembab, deficit self care, dan friksi dengan tempat tidur.

Gastritis : Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga


meningkatkan keasaman pada lambung
Ketidakseimbangan mineral dan elektrolit : Imobilisasi dan bedrest yang
laka erhubungan dengan duresis dan kehilangan sodium, potassium, zinc,
phosphor, sulfur, dan magnesium. Hal ini berhubungan dengan penurunan
sekresi antidiuretik hormone selama bedrest
Kehilangan mineral tulang : Immobilisasi dan bedrest berhubungan
dengan demineralisasi tulang akibat aktivasi osteoklas dan peningkatan
kadar kalsium darah.
E. NILAI-NILAI NORMAL
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat aktivitas /

Kategori

mobilitas
Tingkat 0

Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1

Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2

Memerlukan bantuan atau pengawasan


orang lain

Tingkat 3

Memerlukan bantuan, pengawasan orang


lain dan peralatan

Tingkat 4

Sangat tergantung dan tidak dapat


melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu


dengan sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban,
maksimal 57 %.
Nilai Kekuatan Otot adalah sebagai berikut :
No

Nilai

.
1.

Otot

Kekuatan Keterangan
0 (0%)

Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama

2.

1 (10%)

sekali
Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot

3.

2 (25%)

tetapi tidak ada gerak sama sekali


Dapat menggerakan anggota gerak tanpa

4.

3 (50%)

gravitasi
Dapat menggerakkan

5.

4 (75%)

untuk menahan berat (gravitasi)


Dapat menggerakkan sendi dengan aktif

5 (100%)

dan melawan tahanan


Kekuatan normal

6.

anggota

gerak

F. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG


MENGALAMI GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN
LATIHAN
1.

Tingkat aktivitas sehari-hari


Pola aktivitas sehari-hari
Jenis, frekuensi dan lamanya latihan fisik
2. Kemampuan melakukan ADL (Mandi, Keramas, Oral Care,
Berpakaian, Makan, Toileting)
3.

Tingkat kelelahan
Aktivitas yang membuat lelah
Riwayat sesak napas

4.

Gangguan pergerakan
Penyebab gangguan pergerakan
Tanda dan gejala
Efek dari gangguan pergerakan

5.

Pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran
Pemeriksaan kekuatan otot
Postur/bentuk tubuh (Skoliosis, Kiposis, Lordosis, Cara berjalan)
Ekstremitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot, Atropi,
Tremor, Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan jalan,

Kemampuan duduk, Kemampuan berdiri, Nyeri sendi, Kekakuan


sendi)
II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.

Intoleransi aktivitas

2.

Gangguan mobilitas fisik

3.

Keletihan

4.

Nyeri akut

5. Risiko kerusakan integritas


kulit

6.
III.
1.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
2. Intole
ransi
aktivi
tas
3.

10. NOC :

13. NIC :

Energy

14. Energ
y

conservation

Mana

Self Care : ADLs

gemen

11. Kriteria

4. Defini
si :

Hasil :
Berpartisipasi

Observasi

Ketida

dalam aktivitas

adanyapembatasa

kcuku

fisik tanpa disertai

n klien dalam

pan

peningkatan

melakukan

energ

tekanan darah, nadi

aktivitas

ui

dan RR

Kaji adanya

secara

Mampu melakukan

fisiolo

aktivitas sehari hari

menyebabkan

gis

(ADLs) secara

kelelahan

maup

mandiri

Monitor nutrisi

12.

dan sumber

un

factor yang

psikol

energi

ogis

tangadekuat

untuk

Monitor pasien

mener

akan adanya

uskan

kelelahan fisik

atau

dan emosi secara

menye

berlebihan

lesaik

Monitor respon

an

kardiovaskuler

aktifit

terhadap aktivitas

as
yang

Monitor pola
tidur dan

dimint

lamanya

a atau

tidur/istirahat

aktifit

pasien

as

15.

sehari

16. Activi

hari.

ty

5.

Thera

6. Batasa

py

Kolaborasikan

karakt

dengan Tenaga

eristik

Rehabilitasi

Medik

a. melaporkan

dalammerencana

secara verbal

kan progran

adanya

terapi yang tepat.

kelelahan atau

Bantu klien

kelemahan.

untuk

b. Respon

mengidentifikasi

abnormal dari

aktivitas yang

tekanan darah

mampu

atau nadi

dilakukan

terhadap

17.

aktifitas
c. Adanya dyspneu
atau
ketidaknyamana
n saat
beraktivitas.
7.
8. Faktor
faktor

yang
berhu
bunga
n:

Tirah Baring
atau imobilisasi

Kelemahan
menyeluruh

9.
18.

19. Hamb

29. NOC :

32.

NIC :
Exerci

atan

Mobility Level

33.

Mobil

Self care : ADLs

se therapy :

itas

Transfer

ambulation

Fisik

performance

sign

30. Kriteria

20.

si :
22. Keter
batasa
n

sebelum/sesudah

Hasil :

21. Defini

Monitoring vital

latihan dan lihat

Klien meningkat
dalam aktivitas

respon pasien

fisik

saat latihan

Mengerti tujuan

Ajarkan pasien

dalam

dari peningkatan

atau tenaga

kebeb

mobilitas

kesehatan lain
tentang teknik

asan

Memverbalisasikan

untuk

perasaan dalam

perger

meningkatkan

akan

kekuatan dan

pasien dalam

fisik

kemampuan

mobilisasi

tertent

berpindah

u pada
bagian

Memperagakan

ambulasi

Kaji kemampuan

Latih pasien
dalam

penggunaan alat

pemenuhan

Bantu untuk

kebutuhan ADLs

tubuh
atau

mobilisasi (walker)

secara mandiri

31.

sesuai

satu
atau
ekstre

mobilisasi dan

mitas

bantu penuhi

secara

kebutuhan ADLs

mandi

ps.

Berikan alat

terara

Bantu jika klien

memerlukan.

Ajarkan pasien

bagaimana

karakt

merubah posisi

eristik

dan berikan

bantuan jika

Postur tubuh
yang tidak
stabil selama
melakukan
kegiatan rutin
harian
Keterbatasan
kemampuan
untuk
melakukan
keterampilan
motorik kasar

Dampingi dan
Bantu pasien saat

23. Batasa

lebih

ri dan

kemampuan

Keterbatasan
kemampuan

diperlukan

untuk
melakukan
keterampilan
motorik halus
-

Keterbatasan
ROM

Usaha yang
kuat untuk
perubahan
gerak

24.
25.
26. Faktor
yang
berhu
bunga
n:
-

Kurang
pengetahuan
tentang
kegunaan
pergerakan
fisik

Tidak
nyaman,
nyeri

Kerusakan
muskuloskele
tal dan
neuromuskule
r

Intoleransi
aktivitas/penu
runan
kekuatan dan
stamina
27.

34.

28.
35. Keleti
han

36. NOC :

40. NIC :

Energy conservation

41. Energ
y

Nutritional status :

Mana

energy

gemen

37. Kriteria

Hasil :
Memverbalisasikan
peningkatan energi dan
merasa lebih baik
Menjelaskan
penggunaan energi
untuk mengatasi
kelelahan
38.
39.

Observasi adanya
pembatasan klien
dalam melakukan
aktivitas
Dorong anal
untuk
mengungkapkan
perasaan
terhadap
keterbatasan
Kaji adanya
factor yang
menyebabkan
kelelahan
Monitor nutrisi
dan sumber
energi

tangadekuat
Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Monitor pola
tidur dan
lamanya
tidur/istirahat
pasien
42.

43. Nyeri
akut

53. NOC :

56. NIC :

Pain Level,

57. Pain

44.

Pain control,

Mana

45. Defini

Comfort level

gemen

si :
46. Senso
ri
yang
tidak
menye
nangk
an dan
pengal
aman
emosi
onal
yang
munc
ul
secara

54. Kriteria
Hasil :

Lakukan
pengkajian nyeri

Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab

secara

nyeri, mampu

komprehensif

menggunakan tehnik

termasuk lokasi,

nonfarmakologi

karakteristik,

untuk mengurangi

durasi, frekuensi,

nyeri, mencari

kualitas dan

bantuan)

faktor presipitasi

Melaporkan bahwa

Observasi reaksi

nyeri berkurang

nonverbal dari

dengan

ketidaknyamanan

menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali

Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk

aktual

nyeri (skala,

mengetahui

atau

intensitas, frekuensi

pengalaman

potens

dan tanda nyeri)

nyeri pasien

ial

Menyatakan rasa

Evaluasi

kerusa

nyaman setelah nyeri

pengalaman

kan

berkurang

nyeri

jaring
an
atau

Tanda

vital

rentang normal

dalam

masa

lampau

55.

Evaluasi bersama
pasien dan tim

meng

kesehatan lain

gamba

tentang

rkan

ketidakefektifan

adany

kontrol nyeri

masa lampau

kerusa

Bantu pasien dan

kan

keluarga untuk

(Asosi

mencari dan

asi

menemukan

Studi

dukungan

Nyeri

Intern
asiona

Kurangi faktor
presipitasi nyeri

Ajarkan tentang

l):

teknik non

serang

farmakologi

an

menda

keefektifan

dak
atau

kontrol nyeri

pelan
intensi
tasnya

Evaluasi

Tingkatkan
istirahat

Kolaborasikan

dari

dengan dokter

ringan

jika ada keluhan

sampa

dan tindakan

i berat

nyeri tidak

yang

berhasil

dapat

Monitor

diantis

penerimaan

ipasi

pasien

denga

manajemen nyeri

n
akhir
yang
dapat
dipred
iksi
dan
denga
n
durasi
kuran
g dari
6
bulan.
47.
48. Batasa
n
karakt
eristik
:
-

Laporan secara
verbal atau non

tentang

verbal
-

Fakta dari
observasi

Gerakan
melindungi

Tingkah laku
berhati-hati

Gangguan tidur
(mata sayu,
tampak capek,
sulit atau
gerakan kacau,
menyeringai)

Fokus
menyempit
(penurunan
persepsi waktu,
kerusakan proses
berpikir,
penurunan
interaksi dengan
orang dan
lingkungan)

Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum

49.
50. Faktor
yang
berhu
bunga

n:
51. Agen
injuri
(biolo
gi,
kimia,
fisik,
psikol
ogis)
52.
58.59.

Risik

60. NOC : Risk

62. Pressu

Control

re

o kerusakan
integritas kulit b.d

61. Dengan

Mana

immobilisasi fisik.

kriteria

gemen

hasil :

Pasien

mengerti

tentang faktor risiko

an pasien untuk

yang

menggunakan

dapat

menyebabkan

pakaian yang

kerusakan integritas

longgar.

kulit

Tanda-tanda

vital

Memodifikasi

Memonitor
status nutrisi

dalam batas normal.

Memberitahuk

pasien.

Memonitor

lingkungan

untuk

area kulit yang

mengurangi

faktor

dapat terjadi

risiko.

kemerahan dan
luka.

Melakukan
perubahan posisi
pada pasien,

minimal setiap 2
jam.

Mengajari
pasien ROM aktif
dan pasif.

Mengajari
pasien tentang
faktor yang dapat
menyebabkan
terjadinya
kerusakan

63.64.

Kerus

67. NOC : Risk

akan integritas

Control

jaringan
65.

Mana

kriteria

gemen

hasil :

si : kerusakan

re

68. Dengan
Defini

membran mukosa,

integritas kulit.
69. Pressu

Pasien

mengerti

Memberitahuk

kornea,

tentang faktor risiko

an pasien untuk

integumenter, atau

yang

menggunakan

jaringan subkutan

menyebabkan

pakaian yang

66.

kerusakan integritas

longgar.

Batas

an Karakteristik :

dapat

kulit

Memonitor

Gangguan

sirkulasi
Iritasi kimia
Kurang volume

lingkungan

untuk

area kulit yang

cairan
Kurang

mengurangi

faktor

dapat terjadi

pengetahuan
Kelebihan cairan

risiko.

tubuh
Gangguan

Tanda-tanda

vital

status nutrisi

dalam batas normal.

Memodifikasi

pasien.

Memonitor

kemerahan dan
luka.

Melakukan

mobilitas fisik
Faktor mekanis

perubahan posisi
pada pasien,

(tekanan,

minimal setiap 2

regangan,
-

gesekan)
Faktor nutrisi

jam.

Mengajari

(kekurangan atau

pasien ROM aktif

kelebihan)
Radiasi
Temperatur

dan pasif.

ekstrem

Mengajari
pasien tentang
faktor yang dapat
menyebabkan
terjadinya
kerusakan
integritas kulit.

70.
71.

72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
92.
93.
94.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep &


Proses Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Elis J.R, Nowlis E.A. 1985.Nursing a Human Needs Approach.
Third Edition. Houghton Mefflin Company. Boston.
Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008.Nursing Outcomes
Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention
Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia: Teori dan Aplikasi dalam praktik. EGC: Jakarta
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing
Diagnoses : Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan
Keperawatan.Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta.

Dasar

&

Prose

Wilkinson, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta.
Knight, john; Nigam, Yamni; Jones, Aled. Effects of bedrest 2:
gastrointestinal, endocrine, renal, reproductive and nervous systems.
Nursing Times; (2009), 105; 22
Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
20. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
91.
Guyton, AC; Hall, JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Volume 11. Jakarta : EGC
Gunawan, Adi. Mekanisme dan
Otot.INTEGRAL, vol. 6, no. 2, Oktober 2001

95.
96.
97.
98.

Mekanika

Pergerakan

Anda mungkin juga menyukai