Anda di halaman 1dari 10

Studi Kasus

APLIKASI PENERAPAN KOMPRES ES PADA PASIEN NYERI AKUT YANG TERPASANG WATER

A. Arif Budianto1, Desi Ariana R2

Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
1,2

Muhammadiyah Semarang

Informasi Artikel Abstrak


Riwayat Artikel: Latar belakang : Adapun penatalaksanaan pada efusi pleura untuk
Diterima 17 Agustus 2020 mencegah penumpukan kembali cairan, menghilangkan ketidaknyamanan
serta dispnea. Jika torakosentesis tidak berhasil maka dilakukan Water
Kata kunci: Seal Drainage (WSD). Tindakan pemasangan Water seal Drainage sering
Nyeri Dada; ACS; IGD menimbulkan rasa nyeri. Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan baik
sensori maupun emosional yang berhubungan dengan resiko atau
aktualnya kerusakan jaringan tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak
dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa
nyeri. Metode : Metode yang digunakan studi kasus ini yaitu deskriptif
dengan pendekatan proses asuhan keperawatan. Studi kasus ini dimulai
dari pengkajian, merumuskan masalah, membuat perencanaan, melakukan
implementasi dan evaluasi. Penerapan studi kasus ini dengan
menggunakan kompres dingin pada pasien nyeri akut yang terpasang
Water Seal Drainage Di Ruang Rajawali 1 B Di Rsup Dr. Kariadi Semarang
dan dievaluasi dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Hasil
Penelitian selama 3 hari di lakukan asuhan keperawatan dan 2 hari
dilakukan intervensi kompres dingin selama 15 menit, sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi di ukur menggunakan instrumen VAS dan
didapatkan analisis pada grafik 1.1, subjek studi kasus 1 dan 2 nyeri akut
hari pertama skala 5 & 4, dan di lanjutkan hari ke 2 di lakukan intervensi
turun sesudah dilakukan kompres dingin skala nyeri 4 & 3. Dan dilakukan
intervensi lagi pada hari ke 3 terjadi penurunan menjadi skala 3 & 2.
Pembahasan Kompres dingin memiliki manfaat sebagai berikut:
Meringankan rasa sakit dengan membuat mati rasa pada area yang diberi
kompres dingin Mampu mengurangi bengkak Mengurangi perdarahan
Kompres dingin bisa menolong luka atau rasa sakit akut karena bekerja
dengan cara mengecilkan pembuluh darah. kesimpulan Perawat
diharapkan dapat mengaplikasikan pemberian kompres dingin pada pasien
yang mengalami nyeri akut. Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan
pada kedua responden dapat disimpulkan bahwa terapi pemberian
kompres dingin efektif dalam menurunkan nyeri. Rekomendasi :
kompres dingin efektif dilakukan sesuai standar operasional
prosedur (SOP) pada pasien nyeri akut

Korespondensi
Nama : A.Arif Budianto
Email :

PENDAHULUAN

Efusi pleura merupakan penumpukan cairan pada pleura terjadi apabila produksi
meningkat minimal 30 kali normal atau adanya gangguan pada absorbsinya (Harjanto et al.,
2018). Cairan pleura berupa eksudat, transudat dan chylus. Pada cairan pleura eksudat
protein rasionya >0,60. Sedangkan chylus warnanya putih seperti susu dan mengandung
lemak. Eksudat disebabkan oleh karena adanya kerusakan pada capillary bed di paru, pleura
dan jaringan sekitarnya. Transudat disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang meningkat atau
tekanan osmotik yang menurun. Sedangkan pada absorbsi terhambat disebabkan adanya
gangguan kemampuan kontraksi saluran lymphe, infiltrasi pada kelenjar getah bening dan
kenaikan tekanan vena sentral tempat masuknya saluran lymphe (Jasaputra et al., 2019).
Adapun penatalaksanaan pada efusi pleura untuk mencegah penumpukan kembali
cairan, menghilangkan ketidaknyamanan serta dispnea. Jika torakosentesis tidak berhasil
maka dilakukan Water Seal Drainage (WSD) (Bahrudin, 2018). Tindakan pemasangan Water
seal Drainage sering menimbulkan rasa nyeri. Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan
baik sensori maupun emosional yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan
jaringan tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri (Adam, 2017).
Salah satu metode pengobatan non-farmakologis digunakan untuk manajemen nyeri
adalah kompres es. Kompres es merupakan salah satu metode non-farmakologi tertua yang
diketahui. Ini diterapkan untuk menghilangkan rasa sakit dengan memberikan efek lokal atau
sistemik pada tubuh, Efek tidak langsung dari terapi dingin pada rasa sakit adalah
mengurangi edema, kejang otot, dan peradangan dengan mengurangi tekanan pada ujung
saraf (Levent Kıy et al., 2022). Kompres es digunakan untuk mengurangi penggunaan
analgesik dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan membantu mereka mengatasi rasa
sakit. Aplikasi kompres es pada area insisi setelah operasi hernia inguinalis, dan pasien
episiotomi mengurangi rasa sakit (Kü çü kakça Çelik & Ö zer, 2021). Aplikasi kompres es
merupakan metode nonfarmakologis yang sederhana, efektif, aman, dan murah yang
digunakan untuk pengendalian nyeri karena dapat mengurangi suhu kulit dan memperlambat
aktivitas di serabut saraf dan reseptor,sehingga dapat mengubah persepsi nyeri. baik dalam
perawatan bedah maupun medis.Efek terapi dingin pada kulit manusia terjadi dalam empat
tahap.selama menit 1-3,kulit pasien merasa dingin dan berubah menjadi seperti terbakar dan
nyeri selama menit 2-7,pada tahap ke tiga pada 5-12 menit kulit akan merasa mati rasa atau
nyeri berkurang,transmisi saraf menurun.dan selama menit 12-15 laju metabolisme
meningkat,dan reflek jaringan dalam vasodilatasi terjadi,memungkinkan perfusi jaringan
yang tepat karena kompres dingin menurunkan suhu kulit sebesar 10-15°C dalam waktu 15
menit,konduksi saraf melambat Ketika suhu kulit menurun hingga 27°C,dan efek analgesik
tercatat pada 13,6°C. Aplikasi dingin mengurangi penggunaan obat analgesik dan anti
inflamasi,dan mempersingkat masa tinggal di rumah sakit (Ozkan & Cavdar, 2021).
Aplikasi kompres dingin menciptakan efek anestesi setelah menit ke-12 dan
mengurangi edema dan nyeri dengan meningkatkan metabolisme dan vasodilatasi
refleks di jaringan dalam antara 12 dan 15 menit. Pasien dapat ditanya bagaimana
perasaan mereka tentang aplikasi ini 5 menit setelah CGP diterapkan. Studi sebelumnya
telah menekankan bahwa interval harus minimal 2 jam untuk memastikan bahwa data
tidak dipengaruhi oleh faktor selain aplikasi dingin (Levent Kıy et al., 2022). Penelitian
yang dilakukan oleh (Levent Kıy et al., 2022) kompres es saat didinginkan, mereka tidak
mengeras atau kehilangan kemampuannya untuk terbentuk. Mereka dapat didinginkan
hingga 0°C.Paket dingin dapat diterapkan untuk sementara waktu sebelum kehilangan rasa
dinginnya, tetapi peningkatan suhu di area yang diterapkan diamati mulai dari menit kelima
belas aplikasi. Aplikasi dingin dengan metode kompres dingin harus dilakukan selama
minimal 12-15 menit.Pada penelitian ini, terapi dingin dilakukan selama 15 menit. Penelitian
yang dilakukan (Ozkan & Cavdar, 2021). Terapi dingin diterapkan selama 20 menit, karena
aplikasi yang lebih lama dengan bahan pembalut tipis akan meningkatkan risiko
komplikasi. Terapi dingin diterapkan pada jam pertama, kedua, dan kedelapan pasca
operasi. Aplikasi pertama (seperti yang diterapkan dalam satu jam pertama setelah
operasi selesai, itu disebut aplikasi jam pertama) diterapkan di ruang operasi dan unit
perawatan pasca anestesi, sedangkan aplikasi jam kedua dan kedelapan terjadi di ruang
operasi. klinik bedah. Sebelum dan sesudah terapi dingin, tanda-tanda vital diukur, dan
VAS digunakan untuk mengukur tingkat nyeri. Metode, bahan, dan alat yang sama (cold gel
pack, sphygomanometer, stetoskop, dan termometer) digunakan oleh peneliti untuk
mengevaluasi nyeri dan tanda-tanda vital pada pasien dalam kelompok eksperimen dan
kontrol. Semua luka dibalut dengan kain kasa dan selotip dua lapis standar. Penilaian pasca
operasi Setelah hari pertama pasca operasi, aplikasi terapi dingin terjadi atas permintaan
pasien.
Pasien diminta untuk mengulangi aplikasi segera setelah mereka merasa sakit, dan
untuk memberi tahu peneliti tentang waktu dan interval terapi dingin. Protokol penerapan
terapi dingin termasuk terapi dingin selama 3 hari pertama setelah operasi. Pasien yang
dipulangkan di dalam periode ini diminta untuk menghubungi peneliti dengan perincian
penggunaan terapi dingin setelah keluar dari rumah sakit. Tidak ada intervensi yang
dilakukan pada kelompok kontrol. Dan penelitian yang dilakukan (Kü çü kakça Çelik & Ö zer,
2021). Penelitian ini mengevaluasi efek penerapan dingin pada lokasi sayatan pada
karakteristik sensorik, emosional, dan nyeri total, tingkat keparahan nyeri saat ini, dan tingkat
keparahan nyeri secara keseluruhan melalui pengukuran berulang yang dilakukan pada titik
waktu yang berbeda pada pasien yang menjalani operasi CABG Para pasien juga menerima
oksigen melalui kanula hidung. CGP dan kelompok kontrol terdiri dari pasien yang memiliki
karakteristik serupa terkait perawatan medis, dan efek perawatan medis pada temuan
penelitian diminimalkan sebanyak mungkin. Memastikan kesamaan karakteristik sampel
antara CGP dan kelompok kontrol juga penting dalam meminimalkan pengaruhnya terhadap
hasil. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa aplikasi dingin menurunkan nyeri insisi
sensorik dan afektif serta tingkat keparahan nyeri insisional setelah operasi CABG (Elvira,
2018). Setelah dilakukan intervensi kompres dingin pada pasien nyeri akut yang terpasang
water seal drainage dilakukan pengukuran mengunakan Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale (VAS) merupakan cara menghitung skala nyeri yang paling banyak
digunakan oleh praktisi medis. VAS merupakan skala linier yang akan memvisualisasikan
gradasi tingkatan nyeri yang diderita oleh pasien. Pada metode VAS, visualisasinya berupa
rentang garis sepanjang kurang lebih 10 cm, di mana pada ujung garis kiri tidak
mengindikasikan nyeri, sementara ujung satunya lagi mengindikasikan rasa atau intensitas
nyeri terparah yang mungkin terjadi. Selain dua indicator tersebut, VAS bisa diisi dengan
indikator redanya rasa nyeri. VAS adalah prosedur penghitungan yang mudah untuk
digunakan (Manurung & Nuraeni, 2020).
Kompres dingin membantu menurunkan suhu di bagian tubuh tertentu sekaligus
mengurangi rasa sakit dan bengkak. Menerapkan es pada cedera akan membatasi aliran darah
ke area tersebut, yang bisa menyebabkan memperlambat atau menghentikan pendarahan,
mengurangi pembengkakan dan peradangan mencegah atau membatasi memar meredakan
nyeri (Seingo et al., 2019).
Dari hasil penelitian (Kü çü kakça Çelik & Ö zer, 2021). didaptkan hasil ditemukan
bahwa aplikasi kompres dingin menurunkan nyeri insisi sensori dan afektif serta tingkat
keparahan nyeri insisional setelah operasi CABG. Temuan penting pertama dari penelitian ini
adalah bahwa pada kelompok CGP, nyeri insisi sensorik lebih rendah dibandingkan pada
kelompok kontrol pada titik waktu pertama dan ketiga saat aplikasi kompres dingin
dilakukan. Temuan penting kedua dari penelitian ini adalah bahwa dalam evaluasi pertama
dari titik waktu pertama ketika aplikasi kompres dingin dilakukan, karakteristik nyeri insisi
afektif serupa pada kelompok CGP dan kontrol (p> 0,05). Namun, dalam evaluasi akhir titik
waktu kedua lebih rendah pada kelompok CABG di bandingkan kelompok kontrol (p<0,001).
Dari hasil penelitian (Ozkan & Cavdar, 2021). Pada penelitian ini, meskipun tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok yang menunjukkan bahwa terapi dingin
mengurangi nyeri, namun terdapat penurunan skor VAS yang signifikan dari sebelum hingga
sesudah aplikasi pada kelompok eksperimen. Diamati bahwa baik kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol mengalami penurunan tingkat nyeri, dan penurunan pada
kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Terapi dingin yang diterapkan
pada daerah insisi setelah operasi perut menurunkan keparahan nyeri dalam 8 jam pertama
pasca operasi pada kelompok eksperimen tetapi tidak memiliki efek yang signifikan secara
statistik pada jumlah penggunaan analgesik. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang lebih
luas untuk mengetahui efek terapi dingin. Dan hasil penelitian (Levent Kıy et al., 2022).
Didapatkan hasil Perbedaan yang signifikan secara statistik ditemukan antara kelompok
intervensi dan kontrol dalam hal tingkat nyeri sebelum dan sesudah latihan pernapasan
dalam dan batuk. Dalam literatur, efek terapi dingin pada nyeri yang disebabkan oleh latihan
pernapasan dalam dan batuk yang dilakukan pada kelompok pasien yang berbeda, seperti
pasien yang selang dadanya dilepas atau yang baru saja menjalani operasi jantung terbuka,
serupa dengan hasil penelitian kami. Tingkat nyeri anggota kelompok yang menerima terapi
dingin ditemukan lebih rendah dari pada mereka yang tidak. Dalam studi yang menghasilkan
temuan berbeda, ditemukan bahwa efek terapi dingin terhadap nyeri pelepasan selang dada
hanyalah efek plasebo,dan terapi dingin tidak mempengaruhi rasa sakit selama pelepasan
selang dada.terapi dingin dibatasi hingga 10 menit,sedangkan itu diberikan selama 15 menit
dalam penelitian kami. . Kami percaya bahwa alasan untuk hasil yang berbeda mungkin
karena durasi terapi dingin yang lebih singkat. Selain itu, efek terapi dingin pada nyeri yang
disebabkan oleh pelepasan selang dada diselidiki dalam literatur, dan ditemukan bahwa
terapi dingin memiliki efek mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh pelepasan selang
dada. Hasil ini mendukung temuan kami bahwa terapi dingin mengurangi rasa sakit.

METODE

Metode yang digunakan studi kasus ini yaitu deskriptif dengan pendekatan proses
asuhan keperawatan. Studi kasus ini dimulai dari pengkajian, merumuskan masalah,
membuat perencanaan, melakukan implementasi dan evaluasi. Penerapan studi kasus ini
dengan menerapkan kompres dingin pada pasien nyeri akut yang terpasang Water Seal
Drainage Di Ruang Rajawali 1 B Di Rsup Dr. Kariadi Semarang dan dievaluasi dengan
menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Subyek studi kasus ini adalah pasien yang di rawat
dengan nyeri akut yang terpasang WSD. Untuk populasi pasien nyeri akut yang terpasang
Water Seal Drainage Di Ruang Rajawali 1 B Di Rsup Dr. Kariadi Semarang dalam 1 bulan
terakhir berjumlah 11 orang. Sampel Subjek studi kasus ini berjumlah 2 pasien yang masuk
kriteria inklusi untuk studi kasus. Dan analisis menggunakan asuhan keperawatan dengan 5
tahapan: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implmentasi dan evaluasi.

HASIL / REPORT

Dari hasil pengkajian di dapatkan Subyek I adalah laki-laki berusia 47 tahun, berprofesi
sebagai wiraswasta, dengan diagnosa medis hidropnemotoraks kiri pasca pemasangan WSD.
Peneliti melakukan pengukuran skala nyeri dan didapatkan hasil skala nyeri 5. Subyek I Klien
mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri. Pengkajian nyeri PQRST didapatkan hasil : P : Nyeri
bertambah jika digerakan dan duduk. Q : Nyeri seperti tertusuk – tusuk R : dada bagian kiri S :
5 T : Kadang-kadang, Tampak meringis menahan sakit saat bergerak, Bersikap protektif,
Terpasang chest tube dada sebelah kiri.
Subyek II adalah laki-laki berusia 19 tahun, berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa,
dengan diagnosa medis efusi pleura kanan pasca pemasangan WSD. Peneliti melakukan
pengukuran skala nyeri dan didapatkan hasil skala nyeri 4. Subyek II mengatakan mengeluh
Klien mengatakan nyeri pada dada sebelah kanan Pengkajian nyeri PQRST didapatkan hasil :
P : Nyeri bertambah jika beraktifitas, Q : Nyeri seperti tusukan dan mencengkram, R : dada
sebelah kanan, S : 4, T : Hilang timbul, Tampak meringis menahan sakit saat bergerak,
Bersikap protektif, Terpasang chest tube dada sebelah kanan
Dari hasil pengkajian yang telah di dapatkan, maka diagnosa keperawatan pada kedua
studi kasus ini adalah nyeri akut dengan Agen pencedera fisik (D. 0077) (PPNI, 2019).
diagnosa tersebut di rumuskan berdasarkan kriteria mayor yaitu dibuktikan dengan adanya
tanda dan gejala pada kedua subjek studi kasus seperti mengeluh nyeri,tampak meringis dan
bersikap protektif, Subjek studi kasus 1 dilakukan pengukuran menggunakan instrumen VAS
didapatkan skala nyeri 5. Sementara itu pada subjek studi kasus 2 didapatkan skala nyeri 4.
Nyeri akut jika tidak segera di tangani dapat mengakibatkan ansietas
Rencana intervensi keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi) adalah managemen nyeri dengan kompres dingin (1.09281) (PPNI, 2019).
dengan kriteria hasil setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam tingkat nyeri
menurun di tandai dengan frekuensi nadi membaik,pola napas membaik,meringis menurun
dan gelisah menurun. Rencana intervensi keperawatannya identifikasi
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kulitas dan intensitas nyeri,identifikasi skala
nyeri,berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (kompres dingin),pilih
metode kompres yang nyaman dan mudah di dapat (kemasan gel silica),lakukan kompres
dingin pada daerah yang nyeri.
Pada hari pertama dilakukan pengakajian nyeri menggunakan VAS pada klien 1 dan 2 dan
didapatkan hasil skala nyeri 5 & 4. di lanjut hari ke 2 melakukan terapi kompres dingin
selama 15 menit kemudian di lanjutkan napas dalam dan batuk,dan di ukur menggunakan
VAS didapatkan hasil nyeri berkurang skala nyeri 4 & 3. hari ketiga di lanjutkan lagi terapi
kompres dingin dan di lanjutkan napas dalam dan batuk karena klien merasa nyeri berkurang
setelah di kompres dan dilakukan pengukuran didapatkan hasil skala nyeri 3 & 2
Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari selama 15 menit diharapkan tingkat
nyeri menurun (L.08066) (PPNI, 2019). Tindakan keperawatan pada subjek studi kasus 1 & 2
dilakukan dengan durasi 15 menit. Pada pertemuan pertama dilakukan tanggal 20 & 23 Des
2022 dilakukan pengkajian skala nyeri mengguanakan VAS didapatkan hasil skala nyeri 5 & 4.
Dan dilanjut hari ke dua tanggal 21 & 24 Des 2022 dilakukan terapi kompres dingin selama 15
menit kemudian di lanjutkan napas dalam dan batuk dan di lanjutkan pengukuran skala nyeri
didapatkan hasil skala nyeri 4 & 3. Kemudian pasien mengatakan nyeri berkurang setelah di
berikan kompres dingin dan dilanjutkan hari ke tiga tanggal 22 & 25 Des 2022 dilakukan
kompres dingin selama 15 menit kemudian di lanjutkan napas dalam dan batuk dan dilakukan
pengukuran skala nyeri menggunakan VAS dan didapatkan hasil skala nyeri 3 & 2.
Evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan kompres dingin klien 1 Data
subyektif : Klien mengatakan nyeri mulai berkurang dan merasa nyaman di lakukan kompres
dingin Pengkajian nyeri PQRST didapatkan hasil : P : Nyeri terasa berkurang saat di kompres
dingin di area dada yang biasanya nyeri bila buat bergerak. Q : Nyeri seperti senut-senut R :
dada kiri S : 3 T : Kadang-kadang. Klien mengatakan masih bersedia bila di lakukan kompres
dingin lagi O : Pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 120/88 mmHg, Nadi 80x/mnt.
Area dada kiri bersih tidak ada kemerahan,tidak ada tanda iritasi Klien tampak kooperatif dan
rileks A: Nyeri teratasi sebagian P: Lanjutkan Intervensi, dan klien 2 Data Subyektif : Klien
mengatakan nyeri mulai berkurang dan merasa nyaman di lakukan kompres dingin
Pengkajian nyeri PQRST didapatkan hasil : P : Nyeri berkurang di sekitar dada yang terpasang
selang setelah di lakukan kompres dingin. Q : Nyeri senut-senut R : dada kanan S : 2 T :
Kadang-kadang. Klien mengatakan sangat nyaman saat di lakukan kompres dingin dan
bersedia di lakukan kompres lagi. O : Pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 110/70
mmHg, Nadi 80x/mnt Area dada kanan bersih tidak ada kemerahan,tidak ada tanda iritasi
Klien tampak kooperatif. A : Nyeri Berkurang P : lanjutkan Intervensi
Setelah dilakukan implementasi kompres dingin selama 2 hari dengan durasi waktu 15
menit. terdapat penurunan skala nyeri pada kedua subjek studi kasus. Perubahan skala nyeri
pada kedua subjek studi dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 1
6

3 Responden I
Responden II

0
Hari 1 Hari 2 Post Hari 3 Post

Berdasarkan hasil evaluasi selama 3 hari di lakukan asuhan keperawatan dan 2 hari
dilakukan intervensi kompres dingin selama 15 menit, sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi di ukur menggunakan instrumen VAS dan didapatkan analisis pada grafik 1, subjek
studi kasus 1 dan 2 nyeri akut hari pertama skala 5 & 4, dan di lanjutkan hari ke 2 di lakukan
intervensi turun sesudah dilakukan kompres dingin skala nyeri 4 & 3. Dan dilakukan
intervensi lagi pada hari ke 3 terjadi penurunan menjadi skala 3 & 2.

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian didapatkan kedua responden berjenis kelamin laki-laki.


Sejalan dengan penelitian (Indriyani et al., 2019). Di Indonesia berdasarkan hasil pengolahan
data Susenas (2010) bahwa persentase laki-laki usia mempunyai keluhan kesehatan dan
terganggu dalam aktivitas sehari harinya lebih banyak yaitu sebesar 17,54% dari pada
perempuan yang sebesar 17,13%. Fenomena ini mendukung bahwa pada penelitian ini jenis
kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Penelitian
(Kartika et al., 2020) Jenis kelamin responden yang terbanyak yang dirawat di ruang bedah
Cendrawasih I yaitu jenis kelamin laki-laki berjumlah 26 responden (59,1%). Menurut
Rustika (2000) angka harapan hidup waktu lahir perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Namun
pada laki-laki peranan hormon estrogen sangat sedikit dan juga laki-laki mempunyai beban
kerja fisik yang lebih berat, selain itu perilaku merokok dan kebiasaan makan yang kurang
berimbang menyebabkan laki-laki lebih mudah terserang penyakit. Dan juga penelitian Hasil
(Yuningsih, 2019). penelitian ini menunjukkan jenis kelamin laki-laki sebesar 80% dan
perempuan 20%. Hal ini sesuai dengan pendapat (Alsagaff, 2010) penderita efusi pleura lebih
sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Hal ini dikarenakan gaya hidup seperti sering
merokok tembakau dan minum alkohol. Sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan
tubuh, sehingga mudah terpapar dengan agent efusi pleura.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan Agen
pencedera fisik (D. 0077) (PPNI, 2019) . Hal ini dibuktikan dengan adanya tanda dan gejala
pada kedua subjek studi kasus seperti nyeri. Subjek studi kasus 1 dilakukan pengukuran
menggunakan instrumen VAS didapatkan skala nyeri 5. Sementara itu pada subjek studi kasus
2 didapatkan skala nyeri 4. Nyeri akut jika tidak segera di tangani dapat mengakibatkan
ansietas.
Intervensi yang diberikan adalah kompres dingin (1.09281) (PPNI, 2019). dengan Pilih
metode kompres yang nyaman dan mudah didapat (kemasan gel silika), Pilih lokasi kompres,
Balut alat kompres dingin dengan kain pelindung, Lakukan kompres dingin pada daerah yang
nyeri, Hindari penggunaan kompres pada jaringan yang terpapar terapi radiasi. Intervensi
keperawatan pada kedua studi kasus kompres dingin untuk menurunkan skala nyeri dan
mengurangi ansietas. Penyebab nyeri akut disebabkan karena agen pencedera fisik. Sejalan
dengan penelitian (Syamsiah & Muslihat, 2022). Penyebab paling umum dari nyeri akut
adalah kerusakan jaringan tubuh. Terdapat tiga macam rangsangan pemicu kerusakan
jaringan, yakni fisik, biologi, dan kimia. Nyeri akut juga mungkin terkait dengan penyebab
psikologis atau kondisi medis yang sedang dialami pasien. Rangsangan biologis: bakteri, virus,
dan jamur yang membahayakan tubuh dan menyebabkan rasa sakit. Rangsangan kimia:
biasanya bersifat kaustik atau terjadi karena peristiwa kimiawi pada tubuh. Rangsangan fisik:
rasa nyeri yang terjadi saat seseorang terluka atau menjalani prosedur/tindakan medis,
misalnya operasi (Kurniyawan, 2020).
Pasien pasca operasi sering mengalami nyeri akibat diskontinuitas jaringan atau luka
operasi serta akibat posisi yang dipertahankan selama prosedur pasca operasi sendiri. Dari
segi penderita, timbulnya dan beratnya rasa nyeri pasca operasi dapat dipengaruhi oleh fisik,
psikis atau emosi, karakter individu dan sosial kultural maupun pengalaman masa lalu
terhadap rasa nyeri. Nyeri akut adalah rasa nyeri normal yang memperingatkan bahwa Anda
telah terluka. Misalnya saat Anda terkena luka bakar, atau ibu jari yang terpukul palu secara
tidak sengaja. Nyeri akut biasanya datang secara tiba-tiba atau mendadak, dan berlangsung
dalam waktu yang relatif singkat (Tanra, 2020). Kompres dingin memiliki manfaat sebagai
berikut Meringankan rasa sakit dengan membuat mati rasa pada area yang diberi kompres
dingin Mampu mengurangi bengkak Mengurangi perdarahan Kompres dingin bisa menolong
luka atau rasa sakit akut karena bekerja dengan cara mengecilkan pembuluh darah. Proses ini
bisa membantu mengurangi rasa sakit dan meminimalisir radang dan nyeri, terutama pada
kasus akut. Contoh kasus yang baik digunakan kompres dingin adalah serangan asam urat
dan sakit kepala.
Kompres dingin memiliki manfaat sebagai berikut: Meringankan rasa sakit dengan
membuat mati rasa pada area yang diberi kompres dingin Mampu mengurangi bengkak
Mengurangi perdarahan Kompres dingin bisa menolong luka atau rasa sakit akut karena
bekerja dengan cara mengecilkan pembuluh darah (Saputri, 2021).
Kompres dingin bekerja dengan cara mempersempit diameter pembuluh darah sehingga
aliran darah yang menuju lokasi cedera menjadi lambat. Pada saat cedera terjadi proses
peradangan dan kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan pendarahan, sebaiknya kita
lakukan kompres dengan es atau air dingin untuk menurunkan resiko perdarahan. Selain itu,
suhu dingin yang menyebabkan penurunan aliran darah berefek terhadap penurunan jumlah
zat perangsang radang yang bergerak menuju lokasi cedera sehingga dapat mengurangi
bengkak dan nyeri (Saleng & M, 2020).
Kompres dingin memiliki manfaat untuk mengurangi nyeri akut dan bisa menolong pada
orang yang terjadi luka atau rasa sakit akut karena bekerja dengan cara mengecilkan
pembuluh darah. Proses ini bisa membantu mengurangi rasa sakit dan meminimalisir radang
dan nyeri, terutama pada kasus akut (Pratama, 2021).
Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari selama 15 menit diharapkan tingkat
nyeri menurun (L.08066) (PPNI, 2019). Tindakan keperawatan pada subjek studi kasus 1 & 2
dilakukan durasi 15 menit. Pada pertemuan pertama dilakukan tanggal 20 & 23 Des 2022
dilakukan pengkajian skala nyeri mengguanakan VAS didapatkan hasil skala nyeri 5 & 4. Dan
dilanjut hari ke dua tanggal 21 & 24 Des 2022 dilakukan terapi kompres dingin selama 15
menit kemudian di lanjutkan napas dalam dan batuk dan di lanjutkan pengukuran skala nyeri
didapatkan hasil skala nyeri 4 & 3. Kemudian pasien mengatakan nyeri berkurang setelah di
berikan kompres dingin dan dilanjutkan hari ke tiga tanggal 22 & 25 Des 2022 dilakukan
kompres dingin selama 15 menit kemudian di lanjutkan napas dalam dan batuk dan dilakukan
pengukuran skala nyeri menggunakan VAS dan didapatkan hasil skala nyeri 3 & 2.
Evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan kompres dingin klien 1 S: S : Klien
mengatakan nyeri mulai berkurang dan merasa nyaman di lakukan kompres dingin
Pengkajian nyeri PQRST didapatkan hasil : P : Nyeri terasa berkurang saat di kompres dingin
di area dada yang biasanya nyeri bila buat bergerak. Q : Nyeri seperti senut-senut R : dada kiri
S : 3 T : Kadang-kadang. Klien mengatakan masih bersedia bila di lakukan kompres dingin
lagi O : Pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 120/88 mmHg, Nadi 80x/mnt. Area
dada kiri bersih tidak ada kemerahan,tidak ada tanda iritasi Klien tampak kooperatif dan
rileks A: Nyeri teratasi sebagian P: Lanjutkan Intervensi, dan klien 2 Data Subyektif : Klien
mengatakan nyeri mulai berkurang dan merasa nyaman di lakukan kompres dingin
Pengkajian nyeri PQRST didapatkan hasil : P : Nyeri berkurang di sekitar dada yang terpasang
selang setelah di lakukan kompres dingin. Q : Nyeri senut-senut R : dada kanan S : 2 T :
Kadang-kadang. Klien mengatakan sangat nyaman saat di lakukan kompres dingin dan
bersedia di lakukan kompres lagi. O : Pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 110/70
mmHg, Nadi 80x/mnt Area dada kanan bersih tidak ada kemerahan,tidak ada tanda iritasi
Klien tampak kooperatif. A : Nyeri Berkurang P : lanjutkan Intervensi.

SIMPULAN

Terapi non farmakologi kompres dingin sebelum napas dalam dan batuk dilakukan
selama 2 hari dengan durasi waktu 15 menit diperoleh hasil adanya penurunan skala nyeri
sebelum dan sesudah diberikan kompres dingin sebelum nafas dalam dan batuk selama 2 hari
dengan durasi 15 menit dengan pasien 1 dan 2 hari pertama skala 5 & 4, hari ke kedua skala 4
& 3 dan hari ke ketiga skala 3 & 2. Perawat diharapkan dapat mengaplikasikan pemberian
kompres dingin sebelum nafas dalam dan batuk pada pasien yang mengalami nyeri akut.
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan pada kedua responden dapat disimpulkan bahwa
terapi pemberian kompres dingin efektif dalam menurunkan nyeri.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan untuk semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaiakan karya ilmiah akhir ners terkhusus untuk pembimbing,
penguji dan rekan-rekan satu profesi serta pihak Rsup Dr. Kariadi Semarang yang sudah
memberikan kesempatan untuk belajar dan terus belajar sehingga penyusunan karya ilmiah
ini berhasil sesuai dengan target yang ditetapkan.

REFERENSI

Adam, N. (2017). Penilaian Nyeri. Academia, 133–163.


http://www.academia.edu/download/49499859/pemeriksan-dan-penilaian-nyeri.pdf

Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika, 13(1), 7.


https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449

Elvira, M. (2018). Pengaruh Pijat Endorphine Terhadap Skala Nyeri Pada Siswi SMA Yang Mengalami DIsminore.
Jurnal Ipteks Terapan, 12(2), 155. https://doi.org/10.22216/jit.2018.v12i2.1542

Harjanto, A. R., Nurdin, F., & Rahmanoe, M. (2018). Efusi Pleura Sinistra Masif Et Causa TB pada Anak. Majority,
7(3), 152–157.

Indriyani, P., Hayati, H., & Chodidjah, S. (2019). Kompres Dingin Dapat Menurunkan Nyeri Anak Usia Sekolah Saat
Pemasangan Infus. Jurnal Keperawatan Indonesia, 16(2), 93–100. https://doi.org/10.7454/jki.v16i2.7

Jasaputra, D. K., Widjaja, J. T., & Liliana, T. (2019). Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Teknik PCR pada
Cairan Efusi Pleura Penderita Tuberkulosis Paru. Jkm, August 2016, 86–92.

Kartika, D., Erwin, & Lestari, W. (2020). Analisa Jam Perawatan Langsung Pada Pasien Bedah Di Ruang
Cendrawasih I. 1–8.

Kü çü kakça Çelik, G., & Ö zer, N. (2021). Effect of Cold Application on Chest Incision Pain Due to Deep Breathing
and Cough Exercises. Pain Management Nursing, 22(2), 225–231.
https://doi.org/10.1016/j.pmn.2020.02.002

Kurniyawan, H. E. (2020). Terapi Komplementer Alternatif Akupresur dalam Menurunkan Tingkat Nyeri.
NurseLine Journal, 1(2), 246–256. https://media.neliti.com/media/publications/197137-ID-acupressure-
as-complementary-and-alterna.pdf

Levent Kıy, B., Demiray, A., & Boran, M. (2022). The effect of cold application on pain in patients with chest tubes
before deep breathing and coughing exercises: A randomized controlled study. Heart and Lung, 55, 102–
107. https://doi.org/10.1016/j.hrtlng.2022.04.014

Manurung, S., & Nuraeni, A. (2020). Pengaruh Tehnik Pemberian Kompres Hangat Terhadap Perubahan Skala
Nyeri Persalinan Pada Klien Primigravida. Journal Health Quality, 4(1), 1–76.

Ozkan, B., & Cavdar, I. (2021). The Effect of Cold Therapy Applied to the Incision Area After Abdominal Surgery
on Postoperative Pain and Analgesic Use. Pain Management Nursing, 22(6), 775–782.
https://doi.org/10.1016/j.pmn.2021.03.007

PPNI. (n.d.). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 2019.

PPNI. (2019a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

PPNI. (2019b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Pratama, R. N. (2021). Pemberian Kompres Dingin Untuk Mengurangi Nyeri Persalinan. 13(2), 126.
https://jurnal.stikes-aisyiyah-palembang.ac.id/index.php/Kep/article/view/

Saleng, H., & M, S. A. (2020). Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka Perineum Ibu Post Partun di
RSKDIA Pertiwi. Madu : Jurnal Kesehatan, 9(1), 1. https://doi.org/10.31314/mjk.9.1.1-7.2020

Saputri, I. N. (2021). Sosialisasi Kompres Dingin Daun Kubis Dalam Menurunkan Intensitas Nyeri Payudara. 1(2),
399–402. https://doi.org/10.35451/jpk.v1i2.916

Seingo, F., Sudiwati, N. L. P. E., & Dewi, N. (2019). Pengaruh kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri
pada wanita yang mengalami dismenore di Rayon Ikabe Tlogomas. Nursing News, 3(1), 153–163.

Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2022). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat Nyeri Akut Pada
Pasien Abdominal Pain di IGD RSUD Karawang. Australian Family Physician, 17(6), 467.

Tanra, A. H. (2020). Nyeri Akut Summary. Kesehatan, 6.

Yuningsih. (2019). Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Klien Terpasang
Water Seal Drainage (Wsd) Di Rsud Kabupaten Tangerang. Jurnal Keperawatan Komprehensif
(Comprehensive Nursing Journal), 3(2), 72–77. https://doi.org/10.33755/jkk.v3i2.87

Anda mungkin juga menyukai