Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KEGIATAN

PELATIHAN KADER DESA SIAGA SEHAT JIWA (DSSJ)

DI KELURAHAN MRANGGEN RW 5 KECAMATAN

MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah terganggunya kesehatan mental tentu tidak dapat dibiarkan
begitu saja, sebab akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelangsungan
kehidupan itu sendiri. Mulai dari hilangnya produktifitas individu,
terganggunya sistem keluarga hingga ketidakharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat. Ketika dalam masa perawatan intensif di unit perawatan,
individu gangguan jiwa akan mendapatkan perawatan dan bimbingan yang
baik, namun saat kembali ke masyarakat kadangkala mengalami kesulitan
karena masih kuatnya stigma dan pandangan masyarakat terhadap mantan
gangguan jiwa. Untuk itu penanggulangan masalah kesehatan jiwa ini tidak
akan efektif apabila hanya dilakukan di rumah sakit jiwa atau kesehatan rumah
sakit umum. Strategi penanganan yang langsung menyentuh masyarakat sangat
diperlukan sehingga cakupan (coverage) pelayanan menjadi lebih menyeluruh.
Penanganan yang dilakukan tidak akan optimal jika hanya berfokus pada upaya
kuratif dan rehabilitatif saja tetapi harus mencakup upaya preventif dan
promotif.
Upaya penanganan gangguan jiwa dengan strategi langsung ke
masyarakat telah dimulai dengan dilakukannya coaching di beberapa wilayah
yang lebih dulu untuk membantu menangani masalah psikologis yang
terganggu. Kegiatan tersebut mendapatkan respon yang positif dari masyarakat
yang mendapatkan terapi perawatan. Berawal dari hal ini maka dirasakan
bahwa program tersebut telah memberikan kemanfaatan yang nyata bagi
masyarakat. Untuk itu maka akan lebih sempurna dan luas kemanfaatnnya
apabila kegiatan ini diintegrasikan dan dilaksanakan pada unit kesehatan yang
lebih dekat dan menjadi ujung tombak program kesehatan yang paling mudah
dijangkau masyarakat yaitu Puskesmas. Diharapkan jika para petugas dan staf
yang berada di lingkungan Puskesmas ini memiliki pengetahuan dan skill yang
memadai dalam mengelola kasus gangguan jiwa maka akan menekan
terjadinya angka gangguan jiwa. Untuk itu perlu dilakukan pendidikan
tambahan bagi staf atau pelatihan tentang kesehatan jiwa, hingga mampu
melakukan deteksi dini keluarga gangguan, bagaimana mengelola kasus
gangguan jiwa bahkan melakukan kegiatan promotif atau rehabilitatif yang
membuat masyarakat menjadi bagian keberlangsungan kesembuhan pasien
atau masyarakat mandiri.
Upaya dalam membentuk masyarakat yang mandiri dalam kesehatan jiwa
merupakan salah satu solusi. Masyarakat mandiri adalah masyarakat yang
sadar, mau, dan mampu melakukan upaya-upaya dalam kesehatan jiwa. Upaya
nyata program promotif dan prefentiv adalah implementasinya bukan di rumah
sakit tetapi di lingkungan masyarakat (community-based psychiatric service)
dalam bentuk pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat. Salah satu bentuk
pelayanan yang dapat membantu masyarakat untuk menangani masalah ini
adalah melalui Pengembangan Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas dengan
membentuk rintisan Desa Siaga Sehat Jiwa. Kelurahan mranggen RW 5
merupakan salah satu rintisan awal Desa Siaga Sehat Jiwa.
Untuk mewujudkan harapan tersebut dibutuhkan langkah-langkah yang
diawali dengan mempersiapkan SDM khususnya staf petugas dari tingkat
Dinas Kesehatan Kabupaten, Puskesmas hingga kader di desa. Sasaran SDM
meliputi Dokter, Perawat, dan Kader Sehat Jiwa. Diharapkan melalui program
ini, masyarakat dengan kasus gangguan jiwa dapat memperoleh pelayanan
kesehatan di Puskesmas baik yang bersifat farmakologik maupun yang bersifat
pendidikan, penyuluhan, atau berbagai kegiatan yang bertujuan pada
bertambahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penanganan
gangguan jiwa secara kognitif, afektif hingga psikomotor.
B. Rumusan Masalah
RW 5 kelurahan mranggen belum terbentuk kader kader sehat jiwa
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terciptanya kader DSSJ di RW 5 kelurahan mranggen yang mau, dan
mampu melakukan upaya-upaya dalam kesehatan jiwa.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan kemampuan Kader DSSJ dalam memahami kesehatan
jiwa di masyarakat
b. Meningkatkan kemampuan kader DSSJ dalam memahami masalah
psikososial di masyarakat
c. Meningkatkan kemampuan kader DSSJ dalam memahami gangguan jiwa
di masyarakat
d. Memotivasi kader DSSJ untuk mempertahankan semangat melaksanakan
pendampingan pada masyarakat dengan masalahmasalah psikososial
e. Memotivasi kader DSSJ untuk mempertahankan semangat melaksanakan
pendampingan pada masyarakat yang mengalami gangguan jiwa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Desa Siaga Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana
dan kegawatdaruratan kesehatan) di desanya (Depkes RI, 2006 dalam Efendi,
2009). Desa Siaga adalah desa yang pendudukny amemiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri.
Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki
sekurang- kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa. Desa Siaga yang telah
dicanangkan pemerintah, merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau
dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk didalamnya
gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong,
menuju Desa Siaga.
Desa Siaga Sehat Jiwa Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program,
yang mengajak masyarakat untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi
penyakit serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat
(Apsari, 2010). Rochana mengungkapkan, desa siaga sehat jiwa merupakan
gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi
berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi,
bencana, serta masalah gangguan kejiwaan, dengan memanfaatkan potensi
setempat secara gotong royong. Beberapa tahapan yang akan dilaksanakan di
desa siaga sehat jiwa diantaranya, meliputi persiapan, sosialisasi, pelatihan
kader, pendampingan, monitoring, dan pelaporan. dengan dibentuknya desa
siaga sehat jiwa, diharapkan dapat mengurangi dampak dan kerugian akibat
dari adanya penderita gangguan jiwa yang tidak dirawat (Apsari, 2010).
Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) merupakan pengembangan kesehatan
mental berbasis masyarakat bertujuan agar masyarakat di desa binaan tanggap
terhadap masalah kesehatan jiwa masyarakat, dapat mencegah timbulnya
masalah kesehatan jiwa serta dapat menanggulangi masalah kesehatan jiwa di
masyarakat (Yuni, 2010). Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program,
yang mengajak masyarakat untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi
penyakit serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat
(Jogyatv, 2010).
Desa Siaga Sehat jiwa merupakan salah satu program CMHN
(Community Mental Health Nursing) yang bertujuan untuk (Meru, 2011) :
1. Pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat sehat.
2. Pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial.
3. Resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa.
4. Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
5. Rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
B. Askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa
Tujuan Desa Siaga Tujuan utama pengembangan Desa Siaga adalah untuk
memeratakan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Untuk itu perlu
adanya upaya kesehatan yang berbasis masyarakat agar upaya kesehatan lebih
tercapai (accessible), lebih terjangkau (affordable) serta lebih berkualitas
(quality). Tujuan pembentukan desa siaga menurut Efendi (2009) adalah:
1. Tujuan umum
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap
terhadap masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawat daruratan)
didesanya.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat.
b. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk
menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan.
c. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap
resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
(bencana, wabah penyakit, dan lainnya).
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa
C. Sasaran dalam Pengembangan Desa Siaga
Menurut Efendi (2009), sasaran dalam pengembangan desa siaga:
1. Pihak yang dapat memengaruhi individu dan keluarga, yaitu tokoh
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), kader dan media massa.
2. Pihak-pihak yang dapat memberi dukungan atau bantuan, yaitu pejabat atau
dunia usaha.
3. Semua individu dan keluarga didesa. Semua sasaran diatas diharapkan dapat
lebih mandiri dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan.

Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran dibedakan menjadi tiga


kelompok, yang dalam pendekatannya harus dilakukan secara simultan, ketiga
kelompok tersebut adalah (Pahlevi, 2012):

1. Sasaran Primer
Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayah desanya.
2. Sasaran Sekunder
Pihak - pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan
keluarga di desa atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
perubahan perilaku tersebut yaitu tokoh - tokoh pemerintahan, masyarakat,
agama, perempuan, pemuda, PKK, dan lain – lain.
3. Sasaran Tersier
Pihak - pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan
perundang - undangan, tenaga, sarana, dana, dan lain - lain yaitu Camat,
Kepala Desa, pejabat pemerintahan lainnya, dunia usaha, donatur, dan
stakeholders lain.
D. Kriteria Desa Siaga
Agar sebuah desa menjadi Desa Siaga maka desa tersebut harus memiliki
forum desa / lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana / akses
pelayanan kesehatan dasar. Dalam pengembangannya Desa Siaga akan
meningkat dengan membagi menjadi 4 Kriteria Desa Siaga (Pahlevi, 2012) :
1. Tahap Bina
Pada tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, namun telah
ada forum / lembaga masyarakat desa yang telah berfungsi dalam bentuk
apa saja, misalnya kelompok rembug desa, kelompok yasinan atau
persekutuan doa, dan sebagainya. Demikian juga Posyandu dan Polindesnya
mungkin masih pada tahap pertama. Pembinaan intensif dari petugas
kesehatan dan petugas sektor lainnya sangat diperlukan, misalnya dalam
bentuk pendampingan saat ada pertemuan forum desa untuk meningkatkan
kinerja forum dengan pendekatan PKMD.
2. Tahap Tumbuh
Pada tahap ini forum masyarakat desa telah aktif lamdari anggota forum
untuk mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat selain
posyandu , Demikian juga Polindes dan Posyandu sedikitnya sudah pada
tahap madya. Pendampingan dari tim Kecamatan atau petugas dari
sektor/LSM masih sangat diperlukan untuk pengembangan kualitas
Posyandu atau pengembangan UKBM lainnya. Hal penting lain yang
diperhatikan adalah pembinaan dari Puskesmas PONED sehingga semua
hamil bersalin nifas serta bayi baru lahir yang risiko tinggi dan mengalami
komplikasi dapat ditangani dengan baik. Disamping itu sistem surveilans
berbasis masyarakat juga sudah sudah dapat berjalan, artinya masyarakat
mampu mengamati penyakit ( menular dan tidak menular ) serta faktor
risiko di lingkungannya secara terus menerus dan melaporkan serta
memberikan informasi pada petugas kesehatan / yang terkait.
3. Tahap Kembang
Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan
mampu mengembangkan UKBM-UKBM sesuai kebutuhan masyarakat
dengan biaya berbasis masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini masyarakat
menghadapi bencana dan kejadian luar biasa telah dilaksanakan dengan
baik, demikian juga dengan sistem pembiyaan kesehatan berbasis
masyarakat. Jika selama ini pembiayaan kesehatan oleh masyarakat sempat
terhenti karena kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan, masyarakat
didorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem
yang sederhana dan jelas dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya tabulin.
Pembinaan masih diperlukan meskipun tidak terlalu intensif.
4. Tahap Paripurna
Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah terpenuhi.
Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup
bersih dan sehat. Masyarakatnya sudah mandiri dan siaga tidak hanya
terhadap masalah kesehatan yang mengancam , namun juga terhadap
kemungkinan musibah / bencana non kesehatan. . Pendampingan dari Tim
Kecamatan sudah tidak diperlukan lagi.
E. Pengelolaan dalam Desa Siaga Sehat Jiwa
1. Kemitraan
Kemitraan dalam pelayanan kesehatan di komunitas merupakan bentuk
strategi kemitraan lintas program dan lintas sector yang terintegrasi atas
prinsip kesetaraan, keterpaduan, kesepakatan dan keterbukaan (Depkes RI.,
2000). Bentuk kemitraan antara masyarakat dan professional dilakukan
melalui keputusan yang diambil secara bersama-sama dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Hasil yang diharapkan dari upaya
pengembangan kemitraan adalah semua sektor baik pemerintah, swasta
maupun masyarakat mampu menyelenggarakan pelayanan dan pembinaan
sesuai bidang, peran, kemampuan dan kesepakatan bersama. Dalam
pelaksanaan kemitraan diperlukan komunikasi sebagai media informasi
yang diperlukan oleh semua sektor agar terjadi koordinasi dan kerjasama
yang efektif dalam mencapai tujuan. Koordinasi dapat dilakukan di setiap
jenjang administrasi dengan melaksanakan pembentukan tim di Tingkat
Kabupaten, Tingkat Kecamatan dan Tingkat Desa/Kelurahan. Kemitraan di
bagi menjadi 2 ,yaitu :
a. Kemitraan Lintas Sektor
Kemitraan lintas sektor adalah bentuk kerjasama yang dibangun antara
tenaga kesehatan, khususnya perawat CMHN dengan sektor terkait baik
pemerintah maupun non pemerintah dalam memberikan pelayanan
kesehatan jiwa di masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan
bersama tentang peran dan tanggung jawab nasing-masing. Pelaksanaan
kemitraan lintas sektor dapat dilakukan di Tingkat Kabupaten, Tingkat
Kecamatan maupun di Tingkat Desa dengan cara menggalang kerjasama
dengan berbagai sektor baik pemerintah maupun swasta dalam mencari
dukungan (dana, sarana dan prasarana, kebijakan pemerintah setempat)
dalam mendukung pelaksanaan program CMHN.
b. Kemitraan Lintas Program
Kemitraan lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dibangun
antar tenaga kesehatan (multidisiplin) yaitu tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas termasuk GP+, maupun di luar Puskesmas seperti praktik
tenaga kesehatan : dokter, bidan, psikolog klinik, psikiater dalam
memberikan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat yang dilakukan
melalui kesepakatan bersama tentang peran dan tanggung jawab masing-
masing.
2. Pemberdayaan
Dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa perlu adanya keterlibatan
masyarakat desa setempat dalam upaya mencapai tujuan yaitu meningkatnya
derajat kesehatan masyarakat. Strategi pemberdayaan masyarakat
bermanfaat untuk mengidentifikasi, mengatasi masalah kesehatan jiwa dan
mempertahankan kesehatan jiwa di wilayahnya. Pemberdayaan masyarakat
merupakan proses pengembangan potensi baik pengetahuan maupun
keterampilan masyarakat sehingga mereka mampu mengontrol diri dan
terlibat dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kader merupakan
sumber daya masyarakat yang perlu di kembangkan dalam pengembangan
Desa Siaga Sehat Jiwa. Pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai tenaga
potensial yang ada di masyarakat diharapkan mampu mendukung program
CMHN yang diterapkan di masyarakat. Seorang kader akan mampu
melakukan kegiatan apabila kader tersebut sejak awal diberikan
pembekalan. Metoda dalam mengembangkan kader kesehatan jiwa
sebaiknya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan
jumlah kader.
a. Proses Rekruitmen Kader
Rekruitmen kader adalah suatu proses pencarian dan pemikatan para
calon kader yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan Desa
Siaga Sehat Jiwa.. Proses awal dalam merekruit kader adalah dengan
melakukan sosialisasi tentang pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa
disertai dengan kriteria kader yang dibutuhkan. Adapun kriteria kader
sebagai berikut :
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Mampu membaca dan menulis dengan lancar menggunakan Bahasa
Indonesia.
3) Bersedia menjadi kader kesehatan jiwa sebagai tenaga sukarela.
4) Mempunyai komitmen untuk melaksanakan program kesehatan jiwa
masyarakat.
5) Meluangkan waktu untuk kegiatan CMHN.
6) Mendapat ijin dari suami atau istri atau keluarga.

Proses rekruitmen kader dilakukan dengan cara :

1) Perawat CMHN mengadakan pertemuan dengan kepala desa dan


tokoh masyarakat setempat dengan menjelaskan tentang pembentukan
Desa Siaga Sehat Jiwa dan kebutuhan kader kesehatan jiwa.
2) Perawat CMHN menjelaskan tentang kriteria kader dan jumlah kader
yang dibutuhkan untuk tiap desa dan dusun.
3) Tokoh masyarakat melakukan pencarían calon kader berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan.
4) Kader yang telah direkruit mengisi biodata dalam formulir yang telah
disediakan untuk proses seleksi selanjutnya.

Proses seleksi calon kader di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah :


1) Perawat CMHN melakukan koordinasi dengan tokoh
masyarakat/tokoh agama atau organisasi masyarakat yang ada di
masyarakat dalam menentukan calon kader yang memenuhi syarat
2) Kader terpilih mengisi surat pernyataan bersedia sebagai kader
kesehatan jiwa dan bersedia menjalankan program CMHN
3) Kader terpilih diwajibkan mengikuti pelatihan kader kesehatan jiwa.
b. Proses orientasi Kader
Setiap kader yang akan melaksanakan program kesehatan jiwa akan
melalui masa orientasi yaitu mengikuti sosialisasi program CMHN dan
pelatihan kader kesehatan jiwa . Orientasi yang dilakukan juga mencakup
informasi budaya kerja Desa Siaga Sehat Jiwa dan informasi umum
tentang visi, misi, program, kebijakan dan peraturan. Kegiatan orientasi
menggunakan metode klasikal selama 2 hari, praktik lapangan selama 3
hari, dan praktik kerja (implementasi Desa Siaga Sehat Jiwa ). Materi
pelatihan kader mencakup :
1) Program Desa Siaga Sehat Jiwa
2) Deteksi dini kasus di masyarakat ( kelompok keluarga sehat,
kelompok keluarga dengan masalah psikososial, dan kelompok
keluarga dengan gangguan jiwa )
3) Peran serta dalam mengerakkan masyarakat pada :
a) Pendidikan kesehatan kelompok keluarga sehat jiwa
b) Pendidikan kesehatan kelompok risiko masalah psikososial
c) Pendidikan kesehatan kelompok dengan gangguan jiwa
d) Terapi aktivitas kelompok pasien gangguan jiwa
4) Supervisi keluarga dan pasien yang telah mandiri
5) Rujukan kasus
6) Pelaporan kegiatan kader kesehatan jiwa Selama masa orientasi,
dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja kader dalam
melaksanakan program CMHN di Desa Siaga Sehat Jiwa. Penilaian
kader meliputi penilaian selama pelatihan di kelas (pre dan post test)
serta penilaian penampilan di lapangan.
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Kerangka pemecahan masalah
RW 5 kelurahan mranggen belum terbentuk kader kader sehat jiwa.
Adanya permasalahan tersebut maka kerangka pemecahan masalah yang
dapat dilakukan diantaranya yaitu :
1. Menganalisis masalah
2. Melakukan pendataan jumlah KK di RW 5
3. Melakukan pendekatan kepada kader masyarakat yang sudah ada
4. Pembentukan kader baru tiap RT
5. Orientasi kepada para kader dalam pelaksanaan DSSJ
6. Memberikan penyuluhan dan motivasi kepada para kader.
7. Mengevaluasi kemampuan kader dalam deteksi dini keluarga sehat,
resiko dan gangguan
8. Realisasi pemecahan masalah
a. Kader RW 5 kelurahan mranggen belum mengerti program desa
siaga sehat jiwa. Kader yang ada di RW 5 adalah kader posyandu
balita. Diskusi yang dilakukan oleh mahasiswa Unimus beserta ketua
RW dan kader ditemui mufakat akan dilakukan penyuluhan kepada
kader sehat jiwa.
B. Tahap Kegiatan
1. Persiapan
Melakukan persiapan administrasi seperti surat menyurat, penentuan
waktu pelaksanaan, koordinasi dengan pihak terkait (Lurah/desa
Mranggen, Ketua RW 05, Ketua RT, dan Kader balita yang sudah
terbentuk sebelumnya
2. Waktu pelaksanaan
Waktu dan tempat pelaksanaan program adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal : Jumat, 12 Agustus 2022
Waktu : 09.00 – 11.00 WIB
Tempat : Mushola RT04/RW05
3. Sasaran
Peserta yang dilibatkan dalam kegiatan ini adalah masyarakat yang
dipilih untuk menjadi kader sebanyak 14 orang
4. Media /Alat
Alat yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan yaitu Laptop/komputer,
printer, kertas HVS, LCD, Modul, Alat tulis, , buku kerja kader,
soundsystem
5. Narasumber
Mahasiswa UNIMUS yang dipilih oleh tim pengembang program
kesehatan jiwa yang terdiri dari Tenaga kesehatan dari Institusi
Pendidikan (UNIMUS).
6. Kepanitiaan
Penanggung Jawab : Ns. Eni Hidayati, S.Kep, M.Kep. Sp. Kep.
Jiwa
Ketua Panitia : Kuswanto, S.Kep
Sekretaris : Suramadan, S.Kep
Minarti Dian Utami , S.Kep
Bendahara : Ernawati, S.kep
Perlengkapan : Ari mirza, S.kep
Fadillah , S.Kep
Dokumentasi : Selly, S.kep
Humas : Rani, S.kep
Konsumsi : Miftakhul Jannah S.Kep
Acara : Retno Puji Astuti, S.kep
7. Susunan Acara
Waktu Kegiatan Pembicara Penanggung
Jawab
Jumat,
12 Agustus 2022
09.00 Registrasi Sek. Acara

09.10 Pembukaan Master Of Ceremoni

09.15 sambutan Tri widodo, S.Kep

09.25 Materi 1 Dien Avianie, S.Kep


1. Program Desa Siaga Sehat
Jiwa
2. Deteksi dini kasus di
masyarakat ( kelompok
keluarga sehat, kelompok
keluarga dengan masalah
psikososial, dan kelompok
keluarga dengan gangguan
jiwa )
3. Peran serta dalam
mengerakkan masyarakat
pada :
a. Pendidikan kesehatan
kelompok keluarga
sehat jiwa
b. Pendidikan kesehatan
kelompok risiko
masalah psikososial
c. Pendidikan kesehatan
kelompok dengan
gangguan jiwa
d. Terapi aktivitas
kelompok pasien
gangguan jiwa
8. Pelaksanaan
Kegiatan Pelaksanaan kegiatan diawali dengan registrasi peserta
kemudian dilaksanakan pembukaan pelatihan kader oleh master of
ceremony, sambutan oleh ketua panitia pelatihan kader desa siaga
sehat jiwa. Selanjutnya pemaparan materi dari narasumber dan tanya
jawab antara peserta dan narasumber, latihan pengisian buku kader,
terakhir penutup diisi dengan doa bersama
9. Kendala
Tidak terdapat kendala yang berarti dalam penyuluhan yang dilakukan
10. Penilaian keberhasilan
Respon timbal balik dari kader bagus, banyak pertanyaan yang
mengarah pada perawatan orang dengan gangguan jiwa di masyarakat
dan kader mengatakan akan ikut memberikan sarana bagi penderita
gangguan jiwa agar dapat dirawat di pelayanan kesehatan. Kader 80 %
bisa mengisi buku kader dan mendeteksi keluarga sehat jiwa, keluarga
dengan resiko dan keluarga dengan gangguan jiwa.
Lampiran

DOKUMENTASI KEGIATAN

Penyerahan Surat Izin Kegiatan Di Kelurahan


Penyerahan Surat Izin dan Koordinasi Ketua RW05

Koordinasi di masing-masing Ketua RT


Koordinasi Dengan Kader balita RW 05
Kegiatan Pelatihan Kader Desa Siaga Sehat

Anda mungkin juga menyukai