Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

MASYARAKAT SIAGA SEHAT JIWA

KERJASAMA :

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO DINAS KESEHATAN


UPT PUSKESMAS WATES DENGAN STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2016
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Departemen kesehatan menggunakan strategi Menggerakkan dan Memberdayakan
Masyarakat Untuk Hidup Sehat dalam mencapai visi Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup
Sehat. Sejalan dengan strategi Depkes tersebut, paradigma kesehatan di Indonesia berfokus
pada peningkatan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Kemandirian masyarakat
dalam menangani masalah kesehatannya menjadi tujuan utama perawatan kesehatan di
komunitas, yang sejalan pula dengan tema hari kesehatan sedunia Bekerja bersama untuk
kesehatan (Working together for health). Pemberdayaan keluarga dan komunitas adalah
salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
menjaga kesehatannya (Depkes RI, 2008).
Pada langkah lebih lanjut dalam meningkatkan kemandirian masyarakat, Departemen
Kesehatan telah merumuskan suatu visi dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Visinya
adalah Departemen Kesehatan Itu Adalah Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat,
dengan Misi Membuat Masyarakat Sehat. Strateginya antara lain menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan yang berkualitas, meingkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi
kesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan. Dengan demikian, sasaran terpenting
adalah Pada Akhir Tahun 2015, Seluruh Masyarakat Telah Menjadi Masyarakat Siaga
(Depkes RI, 2008).
Masyarakat Siagamerupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang
gizi, kejadian bencana, termasuk didalamnya gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi
setempat secara gotong royong, menuju Masyarakat Siaga. Masyarakat Siaga Sehat Jiwa
merupakan satu bentuk pengembangan dari pencanangan Masyarakat Siagayang bertujuan
agar masyarakat ikut berperan serta dalam mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum
terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit, serta siaga
terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008;
CMHN, 2005).
Piramida pelayanan kesehatan jiwa yang ditetapkan oleh direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Jiwa Depkes menjabarkan bahwa pelayanan kesehatan jiwa berkesinambungan
dari komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya. Pelayanan kesehatan jiwa dimulai di masyarakat
dalam bentuk pelayanan kemandirian individu dan keluarganya, pelayanan oleh tokoh
masyarakat formal dan nonformal diluar sektor kesehatan, pelayanan oleh Puskesmas dan
pelayanan kesehatan utama, pelayanan di tingkat kabupaten/kota dalam bentuk kunjungan ke
masyarakat, pelayanan di rumah sakit umum dalam bentuk unit rawat jalan dan inap serta
pelayanan rumah sakit jiwa.
Masalah kesehatan terutama gangguan jiwa saat ini angka insidennya masih tinggi.
Berdasarkan hasil survey kesehatan mental rumah tangga (SKMRT) tahun 1995 menemukan
bahwa 185 dari 1000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan
kesehatan jiwa. Hasil SKRT 1995 menunjukkan, gangguan mental emosional pada usia 15
tahun ke atas adalah 140 per 1.000 penduduk dan 5-14 tahun sebanyak 104 per 1.000
penduduk (Maramis, 2006).
Masyarakat yang mampu mengatasi masalah kesehatan jiwa tersebut menjadi salah satu
jawaban untuk mencegah timbulnya kejadian gangguan jiwa. Masyarakat diharapkan mampu
merawat anggota keluarga yang sudah sakit ( menderita gangguan jiwa ), dan mampu
mencegah terjadinya gangguan jiwa baru dari masyarakat yang beresiko terjadi gangguan jiwa.
Penanganan yang tepat terhadap penderita gangguan jiwa dan masyarakat yang beresiko akan
dapat menekan terjadinya kejadian gangguan jiwa (CMHN, 2005).
Puskesmas Wates Kota Mojokertomerupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten Malang yang berada di Kecamatan Bantur. Jumlah penduduk wilayah kerja
Puskesmas Wates Kota Mojokertopada tahun 2012 tercatat : 32.469 jiwa yang tersebar di 5
Masyarakat yaitu Masyarakat Bantur, Wonorejo, Srigonco, Sumberbening, dan Bandungrejo.
Dimana Masyarakat Bantur terdiri dari 5 dusun, 73 RT, dan jumlah penduduk 11.917.
Masyarakat Wonorejo terdiri dari 1 Dusun, 11 RT, dan jumlah penduduk 1408. Masyarakat
Srigonco terdiri 3 Dusun, 39 RT, dan jumlah penduduk 4352. Masyarakat Sumberbening terdiri
dari 3 Dusun, 25 RT dan jumlah penduduk 5538. Masyarakat Bandungrejo terdiri dari 3 Dusun,
54 RT, dan jumlah penduduk 9254 (Puskesmas Bantur, 2011)
Menurut hasil survey yang dilakukan oleh mahasiswa Keperawatan Brawijaya program A
bekerja sama dengan kader kader posyandu mulai bulan Juni Desember 2012 didapat data
track record pasien gangguan dan pasien resiko. Untuk Masyarakat Srigonco jumlah pasien
gangguan jiwa sebanyak 28 orang, Masyarakat Sumberbening sebanyak 15 orang, dan
Masyarakat Wonorejo sebanyak 5 orang. Sementara untuk dua Masyarakat lainnya yaitu
Masyarakat Bantur dan Masyarakat Bandungrejo masih dalam proses pelaksanaan pada bulan
Februari-Maret 2013.
Perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan dengan spesialisasi masalah jiwa yang bekerja
di masyarakat dan bersama masyarakat, harus mempunyai kemampuan melibatkan peran serta
masyarakat; terutama tokoh masyarakat, dengan cara melatih para tokoh masyarakat untuk
menjadi kader kesehatan jiwa. Hal ini diperlukan agar masyarakat dekat dengan pelayanan
kesehatan jiwa sehingga individu yang sehat jiwa tetap sehat, individu yang berisiko dapat
dicegah tidak mengalami gangguan jiwa dan yang mengalami gangguan jiwa dapat sembuh
atau mandiri (minimal 50%) dan dapat dilanjutkan perawatannya oleh kader kesehatan jiwa.
Untuk dapat mendata keluarga sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa
diperlukan bantuan kader kesehatan jiwa. Dengan cara ini diharapkan seluruh masalah
kesehatan jiwa dapat diselesaikan. Strategi yang digunakan adalah Masyarakat Siaga Sehat
Jiwa dengan memberdayakan kader kesehatan jiwa. Kader kesehatan jiwa berperan penting di
masyarakat karena kader dapat membantu masyarakat mencapai kesehatan mental yang
optimal melalui penggerakan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
mental serta pemantauan kondisi kesehatan penderita gangguan jiwa di lingkungannya.
Penderita gangguan jiwa sebenarnya tidak serta merta kehilangan produktifitasnya. Apabila
mendapatkan perawatan dengan baik, penderita gangguan jiwa tersebut dapat menjalankan
kegiatan sehari hari dan berpenghasilan ( produktif ) seperti anggota masyarakat yang lain. Hal
tersebut berbeda apabila penderita tersebut tidak mendapatkan perawatan yang memadai
sehingga harus dirawat di Rumah Sakit dan kelhilangan produktifitasnya. Kegiatan kesehatan
jiwa masyarakat ( keswamas ) merupakan kegiatan yang tepat untuk dapat memberdayakan
masyarakat sehingga masyarakat tersebut dapat merawat penderita gangguan jiwa tetap
berada di masyakarat tanpa kehilangan produktifitasnya.
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, sekiranya perlu penatalaksanaan lebih
lanjut terkait masalah kesehatan jiwa di Kecamatan Bantur khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Bantur, karena hal ini terkait juga dengan proses rujukan pasien ke Rumah Sakit
Jiwa Menur, Program Pengawasan Minum Obat Pasien, dan Poli Jiwa yang masih dalam
tahapan perencanaan lebih lanjut. Oleh karena itu program Masyarakat Siaga Sehat Jiwa patut
untuk diajukan sebagai salah satu program Puskesmas di wilayah kerja Kecamatan Bantur.

1.2 Tujuan Kegiatan


I. Tujuan Umum
Tujuan dari kegiatan pembentukan Masyarakat Siaga Sehat Jiwa di Kelurahan Wates
adalah Terbentuknya Masyarakat Siaga Sehat jiwa yang anggota masyarakatnya
mampu merawat anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa secara mandiri
melalui penerapan konsep dan prinsip manajemen keperawatan kesehatan jiwa

II. Tujuan Khusus


Tujuan khusus dalam kegiatan pembentukan Masyarakat Siaga Sehat Jiwa di Kelurahan
Wates adalah :
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan jiwa yang terkait
dengan manajemen keperawatan kesehatan jiwa komunitas di Kelurahan Wates
b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah masalah pelayanan kesehatan jiwa
yang terkait dengan manajemen keperawatan kesehatan jiwa komunitas di
Kelurahan Wates
c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian
masalah Keswa yang telah ditetapkan
d. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah Keswa
yang bersifat teknis operasional bagi komunitas di Kelurahan Wates.

1.3 Manfaat Kegiatan


1. Bagi Puskesmas, manfaat dari pembentukan Masyarakat Siaga Sehat jiwa ini adalah
membantu menyelesaikan masalah khususnya terkait dengan kesehatan jiwa secara
operasional dari aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu, sehingga
diharapkan dapat membantu puskesmas untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan jiwa masyarakat, yang akhirnya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2. Bagi Rumah Sakit Menur, manfaat dari pembentukan Masyarakat Siaga Sehat jiwa ini
adalah sebagai salah satu implementasi dari visi dan misi Rumah Sakit Menur melalui
program kerja di Unit Kesehatan Jiwa Masyarakat.
3. Bagi Kelurahan Wates pembentukan Masyarakat Siaga Sehat jiwa ini adalah membantu
menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat, khususnya kesehatan jiwa sehingga
dapat mendukung terbentuknya Masyarakat Siaga Sehat Jiwa.
4. Bagi masyarakat, manfaat dari pembentukan Masyarakat Siaga Sehat Jiwa ini adalah
menambah wawasan dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan jiwa. Masyarakat
menjadi siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masyarakat Siaga


Masyarakat yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemauan untuk
mencegah dan mengatasi masalah masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri ( Depkes RI, 2006)
Menurut Bambang Hartono (Kepala Pusat Promosi Kesehatan) Masyarakat Siagaadalah
Masyarakat yang memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan mencegah serta mengatasi
masalah masalah kesehatan

2.2 Masyarakat Siaga Sehat Jiwa


Masyarakat yang memiliki kesiapan di bidang kesehatan , di mana Masyarakat yang
penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan
secara mandiri. Masyarakat Siagamerupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan
mampu untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Masyarakat
Siagamerupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan
mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian
bencana, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong menuju
Masyarakat Sehat. Masyarakat Siaga Sehat Jiwa adalah bagian terintegrasi dari
Masyarakat Siaga, yang penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi
masalah kesehatan jiwa secara mandiri (Keliat dkk, 2007 )

2.3 Tujuan Masyarakat Siaga


1. Tujuan umum : terwujudnya Masyarakat dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan
tanggap terhadap masalah masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan) di Masyarakatnya
2. Tujuan khusus :
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat Masyarakat tentang
pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat
b. Meningkatnya kemampuan dan kemuan masyarakat Masyarakat untuk menolong
diri sendiri di bidang kesehatan
c. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat Masyarakat terhadap
resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah
penyakit, dan lainnya)
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di Masyarakat
e. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat
f. Meningkatnya kemandirian masyarakat dea dalam pembiayaan kesehatan
g. Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pemangku kepentingan dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat Masyarakat.
(Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008)

2.4 Kriteria Masyarakat Siaga


a. Ada forum masyarakat Masyarakat (FMD)
b. Adanya pelayanan kesehatan dasar (Polindes, Pustu, Bidan, Praktek Swasta, dokter
praktek)
c. Adanya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu
dan Ponkesdes
d. Adanya pengamatan kesehatan yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat
seperti masalah kesehatan penyakit menular, keluarga keluarga yang gangguan
jiwa.
e. Ada pembinaan dari puskesmas yang mampu memberikan pelayanan kegawat
daruratan bagi ibu dan bayi
f. Ada sistem siaga bencana oleh masyarakat
g. Ada pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat
h. Mempunyai lingkungan yang sehat
i. Masyarakat berperilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS)
(Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008)

2.5 Indikator Keberhasilan Masyarakat Siaga


1. Indikator masukan (input)
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah
diberikan dalam rangka pengembangan Masyarakat Siagayaitu ada/tidaknya Forum
Masyarakat Masyarakat; ada/tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta
perlengkapannya; ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat; ada/tidaknya
tenaga kesehatan (minimal bidan)

2. Indikator proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu Masyarakat dalam rangka pengembangan Masyarakat
Siagayaitu frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Masyarakat, berfungsi/tidaknya
Poskesdes, berfungsi/tidaknya UKBM yang ada, berfungsi/tidaknya sistem
kegawatdaruratan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana; berfungsi/
tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat

3. Indikator keluaran (output)


Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan
yang dicapai di suatu Masyarakat dalam rangka pengembanagn Masyarakat
Siagayaitu cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes, cakupan pelayanan
UKBM UKBM lain, jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
4. Indikator dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan
hasil kegiatan di Masyarakat dalama rangka pengembangan Masyarakat Siagayaitu
jumlah penduduk yang menderita sakit, jumlah penduduk yang menderita gangguan
jiwa
(Depkes RI, 2006)

2.6 Program Masyarakat Siaga Sehat Jiwa


Departemen Kesehatan berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat
kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap-
siagaan di tingkat Masyarakat. Masyarakat-Masyarakat yang memiliki kesiapan di
bidang kesehatan diberi nama Masyarakat Siaga. Masyarakat Siagamerupakan
gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi
berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian
bencana, termasuk juga gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi setempat
secara gotong royong, menuju Masyarakat sehat.

1. Visi
Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan
Sehat 2015. Kecamatan sehat 2015 merupakan gambaran kesehatan masyarakat
kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yang
ditandai lingkungan sehat dengan penduduknya yang perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Masyarakat Siaga Sehat Jiwa yang merupakan suatu pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas yang mempunyai visi memelihara kesehatan jiwa
masyarakat dan mengoptimalkan kemampuan hidup pasien gangguan jiwa yang ada
di masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan memberdayakan keluarga
dan masyarakat.

2. Misi pelayanan
Misi pelayanan keperawatan kesehatan di Masyarakat Siaga Sehat Jiwa adalah
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai masyarakat sehat
jiwa melalui pengembangan program CMHN dan pembentukan kader kesehatan
jiwa.

3. Strategi pelayanan
Untuk mencapai visi dan misi Masyarakat Siaga Sehat jiwa maka strategi yang
disiapkan adalah penyusunan dan pelaksanaan beberapa program/kegiatan
kesehatan jiwa (CMHN) di Masyarakat Siaga Sehat jiwa. Fokus utama program
CMHN di Masyarakat Siagaadalah
a. Kegiatan perawat CMHN.
1) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok masyarakat yang sehat :
Keluarga dengan bayi
Keluarga dengan kanak-kanak
Keluarga dengan usia pra sekolah
Keluarga dengan usia sekolah
Keluarga dengan remaja
Keluarga dengan dewasa muda
Keluarga dengan dewasa
Keluarga dengan lanjut usia
2) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang risiko masalah
psikososial :
Kehilangan bentuk, struktur, fungs tubuh
Kehilangan/perpisahan dengan orang dicintai, pekerjaan, tempat
tinggal, sekolah, harta benda
3) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang mengalami
gangguan jiwa :
Pasien dengan Perilaku kekerasan
Pasien dengan Isolasi sosial
Pasien dengan Harga diri rendah
Pasien dengan Halusinasi
Pasien dengan Kurang Perawatan Diri
4) Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) bagi pasien gangguan jiwa
mandiri
5) Kegiatan rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri
6) Asuhan keperawatan untuk keluarga pasien gangguan jiwa
.
b. Kegiatan Kader Kesehatan Jiwa :
1) Mendeteksi keluarga di Masyarakat Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko
masalah psikososial dan gangguan jiwa
2) Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai
dengan usia
3) Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah
psikososial
4) Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat
5) Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas
Kelompok dan Rehabilitasi
6) Melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah
mandiri
7) Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN
8) Mendokumentasikan semua kegiatan
2.7 Deteksi Keluarga Di Masyarakat Siaga Sehat Jiwa
Salah satu peran dan fungsi kader kesehatan jiwa adalah mendeteksi seluruh keluarga
yang ada di Masyarakat Siaga Sehat jiwa.
1) Pengertian
Deteksi adalah kemampuan kader kesehatan jiwa untuk mengetahui kondisi
kesehatan jiwa keluarga yang tinggal di Masyarakat Siaga Sehat jiwa. Hasil deteksi
adalah sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa.
2) Tujuan
Melalui deteksi diperoleh gambaran tentang kesehatan jiwa satu wilayah yang
ditunjukkan melalui :
a. Jumlah keluarga yang sehat jiwa
b. Jumlah keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial
c. Jumlah keluarga yang mempunyai pasien gangguan jiwa
3) Pelaksanaan kegiatan
a. Persiapan
1) Kader mempelajari buku pedoman deteksi keluarga
2) Kader mempelajari tandatanda orang/keluarga yang berisiko mengalami
masalah psikososial atau orang/keluarga yang mengalami gangguan jiwa
3) Kader mengidentifikasi orang/keluarga yang diduga mengalami risiko
masalah psikososial atau gangguan jiwa
4) Melakukan kontrak/janji untuk bertemu dengan pasien dan keluarga
b. Pelaksanaan
1) Setiap dusun memiliki 2 orang kader kesehatan jiwa
2) Setiap kader mengelola setengah dari jumlah keluarga di dusun (kader
membagi habis jumlah keluarga di dusun untuk di kelola bersama)
3) Kader menilai kesehatan jiwa tiap keluarga yang tinggal di wilayahnya dengan
cara wawancara dan pengamatan sesuai dengan petunjuk pada buku
pedoman deteksi keluarga
Untuk menilai perilaku yang menunjukkan adanya risiko masalah psikososial
atau gangguan jiwa maka kader kesehatan perlu mengetahui tanda
tanda/perilaku yang menunjukkan individu tersebut risiko masalah psikososial
atau gangguan jiwa (tabel 3.1 dan tabel 3.2)
4) Berdasarkan penilaian yang dilakukan kader mengelompokkan keluarga yang
tinggal diwilayahnya menjadi 3 kelompok :
a) Kelompok keluarga sehat adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja
kader dan tidak menunjukkan perilaku menyimpang; baik risiko masalah
psikososial (lihat tabel 1) maupun gangguan jiwa (lihat tabel 2)
b) Kelompok keluarga yang berisiko masalah psikososial adalah keluarga
yang tinggal di wilayah kerja kader yang mempunyai kondisi sesuai tabel
1
c) Kelompok keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa
adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader dan mempunyai
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (perilaku seperti pada
tabel 2)

c. Pelaporan
1) Kader mencatat nama seluruh keluarga yang tinggal di wilayahnya
2) Kader mencatat data data keluarga yang mempunyai risiko masalah
psikososial
3) Kader mencatat data data keluarga yang mengalami gangguan jiwa
4) Hasil penghitungan jumlah keluarga untuk masing masing kelompok
dicatat
5) Hasil pencatatan disampaikan pada perawat CMHN yang
bertanggungjawab
(Keliat dkk, 2011)

2.8 Karakteristik keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial, gangguan


jiwa dan sehat jiwa
a. Risiko terjadinya masalah psikososial
Tabel 1
Risiko masalah psikososial
NO FAKTOR RISIKO
1 Kehilangan anggota keluarga, atau orang yang dicintai
2 Kehilangan pekerjaan,
3 Kehilangan harta benda,
4 Kehilangan anggota tubuh
5 Penyakit fisik kronis : Hipertensi , TBC, DM, Jantung, Ginjal, Rhematik
Hamil dan postpartum
6

b. Gangguan jiwa
Gangguan jiwa adalah kelainan perilaku yang disebabkan oleh rusaknya fungsi
jiwa (ingatan, pikiran, penilaian/persepsi, komunikasi, aktivitas, motivasi, belajar)
sehingga menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan fungsi sosial
(interaksi/bergaul). Penyebab gangguan jiwa adalah ketidakmampuan seseorang
beradaptasi dengan masalah. Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan
dimana saja. Perilaku yang menunjukkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah
sangat beragam (lihat table 2).
(Keliat dkk, 2011).
Tabel 2
Perilaku yang menunjukkan tanda gangguan jiwa
NO CIRI PERILAKU
1 Sedih berkepanjangan dalam waktu lama
2 Kemampuan melakukan kegiatan sehari hari (kebersihan, makan,
minum, aktivitas) berkurang
3 Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas)
4 Marah marah tanpa sebab
5 Bicara atau tertawa sendiri
6 Mengamuk
7 Menyendiri
8 Tidak mau bergaul
9 Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri
10 Mengatakan atau mencoba bunuh diri

c. Sehat Jiwa
Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada
gangguan jiwa atau risiko masalah psikososial.
Semua hasil deteksi dimasukkan dalam buku deteksi keluarga, kemudian
dimasukkan di buku penyuluhan, dimana kelompok sehat jiwa dibagi dalam kelompok,
demikian pula risiko dan gangguan jiwa.
(Keliat dkk, 2011)

2.9 Menggerakkan Kelompok Keluarga Sehat Untuk Penyuluhan Kesehatan


1. Pengertian
Penggerakkan kelompok keluarga sehat adalah kegiatan memobilisasi keluarga yang
sehat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa oleh perawat CMHN yang
dilakukan dua minggu sekali.
2. Tujuan
Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga sehat agar
menghadiri penyuluhan kesehatan yang akan dilaksanakan
3. Pelaksanaan kegiatan
a. Persiapan
1) Kader mengidentifikasi keluarga sehat jiwa yang akan mengikuti penyuluhan;
sesuai dengan topik penyuluhan (misalnya keluarga dengan anak bayi)
2) Kader menyampaikan/mengundang keluarga yang menjadi sasaran
penyuluhan 1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan
3) Kader mengingatkan peserta penyuluhan satu hari sebelumnya untuk hadir
penyuluhan
4) Kader mengingatkan peserta penyuluhan untuk hadir satu jam sebelum
penyuluhan
5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan
6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan

b. Pelaksanaan
1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan
2) Mengumpulkan peserta penyuluhan
3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan
4) Memotivasi peserta untuk bertanya
c. Pelaporan
1) Membuat laporan topik/judul penyuluhan dan kehadiran peserta (lihat buku
pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa)
(Keliat dkk, 2011)

2.10 Penggerakan Kelompok Keluarga Yang Berisiko Mengalami Masalah Psikososial


Untuk Penyuluhan Kesehatan
1. Pengertian
Penggerakkan kelompok keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial
adalah kegiatan memobilisasi keluarga yang mengalami risiko maslah psikososial
untuk mengikuti penyuluhan kesehatan oleh perawat CMHN yang dilakukan dua
minggu sekali.
2. Tujuan
Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga yang risiko
masalah psikososial untuk menghadiri penyuluhan kesehatan yang akan dilaksanakan
3. Pelaksanaan kegiatan
a. Persiapan
1) Kader mengidentifikasi keluarga berisiko masalah psikososial (lihat tabel 1)
untuk mengikuti penyuluhan
2) Kader menyampaikan/mengundang keluarga yang menjadi sasaran
penyuluhan 1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan
3) Kader mengingatkan peserta penyuluhan 1 hari sebelumnya untuk hadir
penyuluhan
4) Kader mengingatkan peserta penyuluhan untuk hadir 1 jam sebelum
penyuluhan
5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan
6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan
b. Pelaksanaan
1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan
2) Mengumpulkan peserta penyuluhan
3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan
4) Memotivasi peserta untuk bertanya

c. Pelaporan
1) Membuat laporan topik/judul penyuluhan dan kehadiran peserta (lihat buku
pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa) (Keliat dkk, 2011).
2.11 Penggerakan Kelompok Keluarga Gangguan Jiwa Untuk Penyuluhan Kesehatan,
TAK Dan Rehabilitasi
1. Pengertian
Penggerakkan kelompok keluarga yang mempunyai gangguan jiwa adalah kegiatan
memobilisasi keluarga untuk mengikuti kegiatan penyuluhan oleh perawat CMHN yang
dilakukan dua minggu sekali.
2. Tujuan
Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga yang
mempunyai gangguan jiwa untuk menghadiri penyuluhan kesehatan jiwa.
3. Pelaksanaan kegiatan
a. Persiapan
1) Kader mengidentifikasi keluarga yang mempunyai gangguan jiwa yang akan
mengikuti penyuluhan
2) Kader menyampaikan/mengundang keluarga yang menjadi sasaran
penyuluhan1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan
3) Kader satu hari sebelumnya mengingatkan keluarga yang menjadi sasaran
penyuluhan untuk hadir
4) Kader mengingatkan keluarga untuk hadir 1 jam sebelum penyuluhan
5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan,
6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan,
b. Pelaksanaan
1. Mengingatkan keluarga untuk mengikuti penyuluhan
2. Mengumpulkan peserta penyuluhan
3. Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan
4. Memotivasi peserta untuk aktif mengikuti penyuluhan dan mengajukan
pertanyaan
c. Pelaporan
Membuat laporan kegiatan penyuluhan serta kehadiran peserta (lihat buku
pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa)
2.12 Penggerakan Kelompok Pasien Gangguan Jiwa Untuk Terapi Aktifitas Kelompok
(Tak) Dan Rehabilitasi
1. Pengertian
Penggerakkan kelompok pasien gangguan jiwa adalah kegiatan memobilisasi pasien
untuk mengikuti kegiatan TAK dan Rehabilitasi oleh perawat CMHN yang dilakukan dua
minggu sekali.
2. Tujuan
Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong pasien gangguan jiwa
untuk mengikuti TAK dan Rehabilitasi.

3. Pelaksanaan kegiatan
a. Persiapan
1) Kader bersama perawat CMHN mengidentifikasi pasien gangguan yang akan
mengikuti TAK dan rehabilitasi
2) Kader bersama perawat CMHN menyampaikan rencana TAK dan Rehabilitasi
3) Kader bersama keluarga memfasilitasi kebutuhan (alat dan bahan) rehabilitasi
4) Kader mengundang pasien dan keluarga yang akan mengikuti TAK untuk hadir
5) Kader mengundang pasien yang akan mengikuti TAK untuk hadir
6) Kader mengingatkan pasien dan keluarga untuk hadir pada kegiatanTAK dan
rehabilitasi yang akan dilaksanakan
7) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta kegiatan (TAK dan rehabilitasi)
8) Kader mempersiapkan tempat pelaksanaan kegiatan TAK dan rehabilitasi
b. Pelaksanaan
1) Mengumpulkan peserta TAK dan rehabilitasi
2) Mendampingi perawat CMHN yang melakukan kegiatan (TAK dan rehabilitasi)
3) Kader memotivasi peserta untuk aktif mengikuti kegiatan (TAK dan rehabilitasi)
c. Pelaporan
Membuat laporan kegiatan TAK dan rehabilitasi serta kehadiran peserta (lihat buku
pegangan kader :TAK dan Rehabilitasi)
(Keliat dkk, 2011)

2.13 Kunjungan Rumah


1. Pengertian
Kunjungan rumah adalah kunjungan kader kesehatan jiwa ke keluarga yang anggota
keluarganya mengalami gangguan jiwa dan telah dirawat oleh perawat CMHN dan
telah mandiri. Kunjungan dilakukan 2 minggu sekali. Saat melakukan kunjungan
rumah, kader melakukan penilaian terhadap kemampuan pasien gangguan jiwa dan
keluarga dalam perawatan pasien (lihat buku panduan supervisi kader).
2. Tujuan
Melalui kunjungan rumah diperoleh informasi terkini tentang kemampuan pasien
mengatasi masalahnya dan keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien dirumah
3. Sasaran
Sasaran kunjungan rumah kader adalah pasien dan keluarga yang mempunyai
masalah harga diri rendah, menyendiri, mendengar suara-suara (halusinasi),
mengamuk dan kurang merawat diri (lihat buku panduan supervisi kader), yang telah
mandiri.
4. Pelaksanaan kegiatan
a. Persiapan
Persiapan yang harus dilakukan adalah :
1) Menyiapkan buku supervisi kader
2) Mempelajari isi buku
3) Melakukan perjanjian/kontrak dengan keluarga
b. Pelaksanaan
1) Memberikan salam terapeutik
2) Melakukan perjanjian/kontrak
3) Mengobservasi perilaku pasien dan melakukan wawancara dengan pasien dan
keluarga tentang kemampuan pasien
4) Menyampaikan pujian terhadap kemampuan pasien dan keluarga,
5) Membuat perjanjian untuk kunjungan pada minggu berikutnya dengan tujuan
tertentu
c. Pelaporan
Tuliskan hasil observasi bp/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan kasus
pasiennya (lihat buku pegangan kader : supervisi kader)
2.14 Rujukan Kasus
1. Pengertian
Rujukan adalah mengirimkan pasien kepada perawat CMHN yang bertanggungjawab.
Rujukan dilakukan jika saat supervisi/kunjungan rumah/deteksi keluarga kader
menemukan :
Pasien mengalami kemunduran perilaku; berdasarkan penilaian terhadap perilaku
pasien saat kunjungan rumah (lihat buku pegangan kader : supervisi pasien)
Pasien baru yang ditemukan
2. Tujuan
Melalui rujukan, pasien gangguan jiwa mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi
3. Pelaksanaan kegiatan
a. Persiapan
1) Kader menyiapkan laporan kunjungan rumah/supervisi yang menunjukkan
kemunduran perilaku pasien atau adanya masalah kesehatan baru
2) Kader mengisi format rujukan kasus
b. Pelaksanaan
1) Kader menyampaikan laporan hasil kunjungan rumah pada perawat CMHN
2) Kader memberikan surat rujukan pada perawat CMHN
c. Pelaporan
Tuliskan hasil observasi bp/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan kasus
pasiennya (lihat buku pegangan kader : supervisi kader)

2.15 Pendokumentasian
Pengertian
Pendokumentasian adalah menuliskan seluruh tindakan yang dilakukan kader (deteksi,
penggerakkan, kunjungan rumah dan rujukan kasus) dengan menggunakan panduan
pelaporan yang tersedia (buku pegangan kader kesehatan jiwa).
Tujuan
Melalui pendokumentasian yang dilakukan kader, diharapkan perkembangan kondisi
kesehatan pasien dan keluarga serta seluruh kegiatan yang telah dilakukan di
Masyarakat Siaga Sehat jiwa tercatat dengan baik
Bentuk dokumentasi
Bentuk dokumentasi laporan kader adalah :
Buku pegangan kader : deteksi keluarga
Buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa
Buku pegangan kader : supervisi pasien gangguan jiwa
Surat rujukan (Keliat dkk, 2011)
BAB 3
KERANGKA KEGIATAN

Adanya potensi terjadinya Koping individu Warga


bencana alam, kehilangan tidak efektif yang
pekerjaan, anggota keluarga, Kurangnya mengalami
musibah lainnya di masyarakat dukungan social gangguan
terhadap kondisi jiwa
kejiwaan Warga
yang
mempunyai
KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN resiko
Melalui Puskesmas KECAMATAN SEHAT 2015 psikososial

DESA SIAGA SEHAT JIWA


2013
DINKES LSM MASYARAKAT PERANGKAT DESA
PROVINSI
PUSKESMAS
DINKES
KABUPATEN Posyandu Pondkesdes Poli Jiwa PEMBENTUKAN
sds KADER SEHAT JIWA

Perawat CMHN
Pelatihan
Kompetensi Kader
Sehat Jiwa (Deteksi
1. Terbentuknya kader Dini, TAK,
sehat jiwa per posyandu Pendkes, Rujukan,
yang memiliki skill Dokumentasi
terlatih di bidang
kesehatan jiwa : Buku pegangan
2. Setiap dusun memiliki kader : deteksi
Kegiatan Kader keluarga
kader kesehatan jiwa
Kesehatan Jiwa dengan rasio 1 kader Buku pegangan
terhadap 15-20 keluarga kader :
yang ada disekitar penyuluhan
tempat tinggalnya kesehatan jiwa
3. Seluruh keluarga di Buku pegangan
Desa Siaga Sehat Jiwa kader : supervisi
memiliki kader pasien
kesehatan jiwa gangguan jiwa
Surat rujukan

ALUR PEMERIKSAAN PASIEN DI POLI JIWA


ALUR PEMERIKSAAN PASIEN DI POLI JIWA

Kader Siaga Sehat Jiwa Pencatatan Pelaporan


Deteksi Dini Keluarga Data Pasien Keluarga Sehat, Penyampaian data
Sehat Jiwa Resiko, dan pasien gangguan pasien gangguan dan
resiko ke perawat
CMHN di ponkesdes

Perawat CMHN
PEMERIKSAAN
memfasilitasi
DI POLI JIWA
untuk pemeriksaan
PUSKESMAS
lebih lanjut ke poli
jiwa puskesmas

Pendaftaran 1. Anamnesa dan


Loket Pasien Resiko Rawat Jalan
pemeriksaan mental
Poli Jiwa
health oleh tenaga medis
(dokter & perawat CMHN Pasien Gangguan

2. Konseling Kesehatan
Jiwa dan kondisi Rencana Rujukan ke
kesehatan jiwa pasien RSJ di
kabupaten/provinsi
terkait

Inform consent keluarga


& pasien

setuju menolak

Perawat Kontrol
Memenuhi kelengkapan CMHN ke poli
RSJ dokumentasi rekam medis puskesmas jiwa
dan asuhan keperawatan merujuk ke
RSJ di
jiwa pasien
kabupaten/pro
vinsi terkait
Pasien Pulang

Kontrol Monitoring dan evaluasi


ke poli perkembangan kondisi
jiwa kesehatan jiwa pasien
BAB 4
RENCANA KEGIATAN

A. Rancangan Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa


a. Tujuan
Setelah mengikuti pelatihan, kader kesehatan jiwa dapat :
a. Melaksanakan program Masyarakat Siaga Sehat jiwa
b. Melakukan deteksi keluarga sehat, keluarga berisiko masalah psikososial dan
kelompok keluarga dengan gangguan jiwa di masyarakat
c. Menggerakkan individu, keluarga dan kelompok sehat jiwa untuk mengikuti
pendidikan kesehatan jiwa
d. Menggerakkan keluarga dan kelompok yang mempunyai risiko masalah psikososial
untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa
e. Menggerakkan keluarga dan kelompok yang mempunyai gangguan jiwa untuk
mengikuti pendidikan kesehatan jiwa
f. Melakukan kunjungan rumah pada pasien yang telah mandiri
g. Melakukan rujukan kasus masalah psikososial atau gangguan jiwa pada perawat
CMHN atau ke Puskesmas
h. Membuat dokumentasi kegiatan kader kesehatan jiwa
b. Strategi Pelaksanaan
Pelaksanaan berlangsung selama 10 bulan dengan jadwal terlampir.
c. Materi pelatihan
Secara garis besar materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut :
a. Konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas
b. Konsep Masyarakat Siaga Sehat jiwa
c. Deteksi masalah masalah psikososial dan gangguan jiwa
d. Kunjungan rumah untuk pasien mandiri
e. Pendokumentasian/pelaporan
(Rincian materi ada pada buku pegangan kader : materi pelatihan)

d. Metode pelatihan
Beberapa metode yang dapat saudara gunakan saat melakukanpelatihan kader; sesuai
dengan tujuan adalah sebagai berikut :
h. Ceramah interaktif
Penyampaian materi diberikan secara lisan/verbal oleh pelatih. Metode ini efektif jika
menggunakan alat bantu yang tepat seperti transparansi, slide, video. Ceramah
interaktif dilakukan untuk memotivasi peserta pelatihan terlibat aktif mengikuti materi
yang disampaikan dengan cara menyampaikan pendapatnya. Awal ceramah adalah
pembukaan 10 15 menit kemudian penyampaian informasi yang diikuti dengan
diskusi dan tanya jawab.
i. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok dilakukan bila materi yang dipelajari perlu dibahas lebih mendalam
atau dipraktekkan. Dalam diskusi kelompok perlu dipilih ketua dan sekretaris
kelompok yang akan memimpin diskusi. Hasil diskusi dicatat dan disampaikan pada
seluruh anggota agar terjadi kesepahaman atau kesamaan persepsi antar anggota
kelompok.
j. Demonstrasi atau simulasi
Demonstrasi dilakukan jika materi yang dibahas memerlukan aktivitas motorik atau
penampilan sikap yang sesuai sehingga perlu diperagakan untuk memperoleh
gambaran materi yang utuh. Lakukan demonstrasi tahap demi tahap agar mudah
diingat dan di pahami oleh peserta. Setelah diperagakan peserta melakukan
simulasi. Selama atau setelah demonstrasi peserta dapat mengajukan pertanyaan
untuk hal-hal yang belum dimengerti dan pelatih mengamati atau memperbaiki
kemampuan peserta.
k. Bermain peran
Bermain peran adalah melakukan simulasi dengan berakting secara spontan.
Peserta diberi tugas untuk memperagakanperilaku tertentu secara total. Misalnya
seorang peserta berperan sebagai pasien/keluarga dan peserta lainnya berperan
sebagai kader keswa yang memberi penyuluhan.
l. Studi kasus
Metode ini digunakan dalam kelompok kecil dan mempergunakan kasus nyata
maupun fiktif yang berfokus pada isyu, problem, tujuan atau topik yang spesifik.
Peserta mempelajari dan memberikan tanggapan terhadap kasus secara tertulis
atau lisan. Metode ini dapat digabungkan dengan bermain peran bila pelatih
menginginkan hasil yang lebih efektif.
m. Praktek dan supervisi
Metode praktek dilakukan bila peserta harus melakukan serangkaian aktivitas
tertentu di situasinyata untuk mencapai kemampuan yang ditetapkan. Melalui
praktek di tatanan nyata diharapkan peserta akan lebih mudah mengingat dan
mempunyai pengalaman tersendiri dalam melakukan aktivitasnya. Hasil belajar yang
optimal dicapai bila saat praktek dilakukan supervisi yang berfungsi untuk
memperbaiki kinerja dan memotivasi peserta untuk lebih giat melakukan tindakan.

e. Evaluasi
a. Fokus : Gabungan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif
b. Metode : Pre dan post tes (soal tertulis)
Penampilan kinerja (performance)
c. Waktu : Selama dan setelah selesai pelatihan
DAFTAR PUSTAKA

Riskesdas 2013, Depkes RI


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
PUBLIKASI KEGIATAN
KEGIATAN PEMBENTUKAN MASYARAKAT SIAGA SEHAT JIWA

NO WAKTU KEGIATAN SASARAN


1 JANUARI, 2016 SOSIALISASI MASYARAKAT SIAGA SEHAT KADES + RW +TOMA + KKJ (50 ORANG)
MINGGU KE-4, JIWA KEPADA STAKEHOLDER DAN KKJ
HARI RABU

JANUARI, SCANNING KASUS DI MASYARAKAT MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT)


2 FEBRUARI SCANNING KASUS DI MASYARAKAT MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT)
3 MARET SCANNING KASUS DI MASYARAKAT MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT)
APRIL, 2016 PENYULUHAN PADA KELOMPOK KELUARGA PASIEN DENGAN GANNGUAN JIWA BERAT +
MINGGU KE-4 GANGGUAN JIWA KKJ (50 ORANG)
HARI RABU
4 APRIL SCANNING KASUS DI MASYARAKAT MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT)
5 MEI SCANNING KASUS DI MASYARAKAT MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT)
6 JUNI SCANNING KASUS DI MASYARAKAT MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT)
7 JULI SCANNING KASUS DI MASYARAKAT MASYARAKAT KELURAHAN WATES (MIN 1 RT)
JULI, 2016 PENYULUHAN PADA KELOMPOK RESIKO KELUARGA PASIEN DENGAN GANNGUAN JIWA BERAT +
MINGGU KE-4 GANGGUAN JIWA KKJ (50 ORANG)
HARI RABU
8 AGUSTUS SOSIALISASI MSSJ DI RW WARGA RW, TOGA, TOMA

9 SEPTEMBER SOSIALISASI MSSJ DI RW WARGA RW, TOGA, TOMA


10 OKTOBER SOSIALISASI MSSJ DI RW WARGA RW, TOGA, TOMA
OKTOBER, 2016 PENYULUHAN PADA KELOMPOK KELUARGA PASIEN DENGAN GANNGUAN JIWA BERAT +
MINGGU KE-4 GANGGUAN JIWA KKJ (50 ORANG)
HARI RABU
11 NOVEMBER
12 DESEMBER

Anda mungkin juga menyukai