Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KLB (KEJADIAN LUAR BIASA)

RUANG UGD (UNIT GAWAT DARURAT)

RSUD dr. R. GOETENG TARUNADIBRATA

STASE KEPERAWATAN GADAR KRITIS

SEMESTER I

NAMA : LITA ERLINA

NIM : I4B017028

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVRSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN (PROFESI NERS)

PURWOKERTO

2017
A. Gambaran Kasus
Pasien An. K usia 7 bulan datang ke UGD RSGT karena mengalami diare
sudah 2 minggu belum kunjung sembuh, kondisi umum pasien: tangisan nampak lemah
dan air mata tak keluar, nampak pucat pada konjungtiva, pasien masih mendapatkan asi
dari ibunya, dan sudah diberikan Mpasi, pasien mempunyai orang tua yang menderita
penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV), riwayat pekerjaan ayah pasien yaitu
pegawai buruh bangunan di luar kota. saat dilakukan pengkajian, ibu pasien berusia 19
tahun, menyatakan bahwa ia di diagnosa HIV sudah sejak 2 tahun, namun nampaknya
ibu pasien tidak begitu mengerti dengan penyakit HIV tersebut, dan ibu pasien tidak
menjalani pengobatan rutin HIV. Pemeriksaan tanda-tanda vital pasien: Nadi 78
(lemah), suhu 38,3°c, RR: 18 kali permenit, selanjutnya An. K diberikan terapi infuse
Kaen 3A 20 tetes/menit, dan Pasien An. K dilakukan pemeriksaan Voluntary Conseling
and Testing (VCT) dengan pengambilan spesimen darah. Beberapa jam kemudian hasil
pemeriksaan VCT di dapati hasil bahwa pasien An. K mengalami HIV aktif.
Selanjutnya pasien ditegakkan diagnosa medis Suspek HIV aktif dan Observasi diare.
B. Hasil observasi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, respon keluarga pada kasus
tersebut keluarga (Ibu pasien) nampak biasa-biasa saja, hal ini mungkin karena Ibu
pasien tidak begitu mengetahui mengenai penyakit tersebut.
Respon dari petugas yang merawat An. K di UGD yaitu, petugas nampak
berhati-hati dengan pasien, petugas tidak membeda-bedakan pasien dan petugas
memberikan terapi serta perawatan pada An. K dengan baik.
C. Analisa permasalahan
Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada bayi usia 7 bulan ini
sangat jarang ditemukan, menurut Nurs dan Kurniawan (2013) bila ibu baru terinfeksi
HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% SAMPAI
35%, sedangkan jika sudah ada gejala pada ibu kemungkinan mencapai 50%.
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui transfusi fetomaternal atau
kontak antara kulit atau membran mucosa bayi dengan darah atau sekresi maternal
saat melahirkan. Transmisi lain juga terjadi selama periode postpartum melalui ASI,
risiko bayi tertular melaui ASI dari ibu yang positif sekitar 10%.
Analisa permasalahan selanjutnya pada perawatan pasien An. K di UGD,
petugas tidak memberitahukan hasil dari pemeriksaan VCT tersebut, dan ibu pasien
tidak menanyakan hal tersebut kepada petugas, dokter hanya menyampaikan bahwa
diagnosa medis dari penyakit An. K yaitu diare, selanjutnya petugas dalam
pengambilan sampel darah pada pasien An. K tidak melakukan orientasi dengan baik,
seperti menyampaikan tujuan pengambilan spesimen darah dan menjelaskan mengenai
pemeriksaan VCT yang akan dilakukan, petugas hanya menyampaikan jika pasien akan
diambil spesimen darah untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium, dan ibu pasien
setuju dengan tidakan tersebut. Tindakan ini merupakan pelanggaran prinsip autonomi.
D. Analisa terulang kejadian dimasa yang akan datang
Analisa permasalahan yang terjadi ini, jika petuga tidak melakukan edukasi
kesehatan dan melanggar prinsip autonomi pasien, maka permasalah ini akan berisiko
untuk menimbulkan defisit pengetahuan pada pasien dan bisa menyebabkan hal yang
tak diinginkan, misalnya penularan pada beberapa orang terdekat yang mungkin sama-
sama defisit pengetahuan mengenai penyakit HIV tersebut, dan yang terahir petugas
tidak menyarankan Ibu pasien dan pasien An. K untuk melakukan pengobatan rutin dan
konsultasi VCT.
E. Reflektif bagi diri-sendiri
Berdasarkan kejadian luar biasa yang ditemukan pada kasus An. K yang baru
berusia 7 tahun namun harus mengalami positif HIV aktif, sangat memberikan
pembelajaran bagi kami sebagai mahasiswa dan sebagai calon perawat yang seharusnya
dan semestinya harus melakukan tugas nya dengan sebaik-baiknya, yaitu kita harus
melakukan edukasi kesehatan agar meningkatkan pengetahuan pasien mengenai
penyakit tersebut, apalagi penyakit ini di derita oleh kategori bayi, dan sebagai petugas
medis seharusnya menyarankan untuk melakukan pengobatan rutin yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup pasien, dan yang terahir pembelajaran yang saya ambil
dari kasus tersebut yaitu, apapun kondisi kesehatan yang dialami pasien kita harus
menyampaikan dengan jujur dan terbuka dan memberikan, serta dalam melakukan hal
apapun pada pasien kita wajib melakukan orientasi dengan baik dan tidak melanggar
autonomi pasien sesuai teori yang kita dapatkan pada pendidikan keperawatan.

Daftar Pustaka

Nurs, Dan Kurnia ,N., 2013, Asuhan Keperawatan pada Pasien terinfeksi HIV/AIDS,
Jakarta, Salemba Medika.
LAPORAN PORTOFOLIO

RUANG UGD (UNIT GAWAT DARURAT) DAN

RUANG ICU (INTENSIF CARE UNITE)

RSUD dr. R. GOETENG TARUNADIBRATA

STASE KEPERAWATAN GADAR KRITIS

SEMESTER I

NAMA : LITA ERLINA

NIM : I4B017028

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVRSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN (PROFESI NERS)

PURWOKERTO

2017
A. Target yang ingin dicapai pada stase Gadar-kritis
Stase gawat darurat-kritis pada salah satu rangkaian stase pada program profesi
keperawatan ini, tentunya sangat memberikan tantangan tersendiri bagi saya yang telah
menjalani 1 stase ini. Adapun target-target yang ingin dicapai pada stase keperawatan
gawat darurat-kritis ini yaitu, melakukan EKG dengan waktu yang efektif dan
menginterpretasikan EKG dengan tepat, memasang infus minimal 5 kali dalam 1 sift
selama di unit gawat darurat dengan tepat dan berhasil 1 kali tusukan, melakukan RJP
pada pasien dengan henti nafas minimal 5 kali dalam 1 stase, mengetahui dan
memahami fungsi obat-obatan emergensi, dan melakukan hekting dan dressing luka.
B. Proses reflektif/ proses pencapaian target
1. Proses pencapaian target pada target pemasangan EKG yaitu :
Target pemasangan EKG di ICU khususnya pada sift pagi, kegiatan yang
dilakukan adalah melakukan EKG, dan pada UGD setiap sift dan setiap ada pasien
baru datang dan usia sekitar >40 tahun pasti dilakukan EKG, dari proses ini, saya
bisa melakukan EKG dengan lancar dan lama-lama terbisa dan hafal tanpa
mengecek ICS pasien. karena target ini sangat sering dilakukan di UGD dan pada
1 sift bisa 10-15 kali EKG pasien, maka dapat diambil kesimpulan bahwa target
pemasangan EKG dengan waktu yang efisien tercapai.
Sedangkan pada interpretasi EKG sendiri, belum terlalu tercapai sempurna,
karena kendala target interpretasi EKG pada ruang ICU pernah diberikan
pembelajaran mengenai interpretasi EKG bersama CI ICU, namun karena proses
pembelajaran tidak berlanjut continue maka target interpretasi EKG belum tercapai
maksimal. Pada ruang UGD sangat tidak memungkinkan untuk terlalu sering
belajar dengan petugas, terkait kendala terlalu sibuk untuk tindakan.
2. Memasang infus minimal 5 kali dalam 1 sift selama di unit gawat darurat dengan
tepat dan berhasil 1 kali tusukan
proses pencapaian target pada pemasangan infuse ini, sudah tercapai dengan
maksimal, target ini tercapai pada ruang UGD, karena setiap pasien datang, kita
diberikan tanggung jawab untuk mengelola 1 pasien sampai dengan pasien
dipindahkan. awal dari keberhasilan pemasangan infuse dalam 1 kali tusukan ini,
tercapai pada hari ke 3 di UGD dan selanjutnya menjadi terbiasa dan target ini selalu
sesuai target minimal 5 dalam 1 sift.
3. Melakukan RJP pada pasien dengan henti nafas minimal 5 kali dalam 1 stase
Target ini tercapai pada minggu terahir di UGD, dan target ini hanya
tercapai 2x tindakan karena terkait kesempatan mendapatkan tindakan RJP dengan
anak institusi lain dan tergantung petugas yang memperbolehkan mahasiswa untuk
RJP. Target RJP ini yang tertama dilakukan pada anak usia 4 tahun post kecelakaan
dan setelah 4 jam dirawat di UGD ruang OKA Minor pasien tiba-tiba mengalami
henti jantung dan henti nafas dan salah satu petugas memberikan kesempatan untuk
RJP, setelah dilakukan pada 2 siklus ternyata pasien ada respon nadi nya muncul
lagi, selanjutnya dipasang Endotrakheal tube dan diberikan ventilasi melalui ETT
dengan ampubek, namun 2 jam mendatang nadi hilang dan pasien meninggal.
Kesempatan RJP yang ke 2 yaitu dilakukan pada ibu-ibu usia 62 di UGD
pada ruang observasi, pasien ini di dignosa STEMI, pertama keluarga melaporkan
bahwa ibu ini mengalami henti nafas dan oksigen Non rebreating mask tidak
mengalami kembang kempis, selanjutnya dokter menginstruksikan untuk RJP
selanjutnya saya diberikan kesempatan untuk melakukan RJP, namun tidak ada
respon sama sekali, dan pasien di nyatakan meninggal.
4. Mengetahui dan memahami fungsi obat-obatan emergensi
Target ini dicapai dengan melihat dan membuka troli emergensi dan
seaching fungsi obat, selanjutnya dengan pengetahuan yang didapat menanyakan
fengsi obat-obat emergensi pada petugas agar terdapat gambaran dan klarifikasi
kebenaran. pada target ini tercapai karena pada ruang ICU sering sekali diberikan
kesempatan oleh petugas untuk memberikan obat-obat emergensi pada kondisi-
kondisi gawat, namun hal ini tetap dibawah pengawasan petugas.
5. Melakukan hekting dan dressing luka
Kesempatan melakukan hekting luka hampir setiap sift berkesempatan melakukan
hekting tindakan ini dilakukan di ICU di ruang OKA Minor. namun adapun kendala
pada kegiatan hekting ini yaitu tangan masih tremor terkait dengan ketidaktegaan
pada pasien. Namun kedepannya semoga kegiatan ini menjadi pembelajaran yang
sangat bermanfaat.
C. Evaluasi target selama stase Gadar-kritis
Evaluasi target-target pencapaian yang didapat selama di ICU dan di UGD
bisa dipastikan tercapai sebagian besar, dan target yang sudah terccapai ini semoga bisa
bermanfaat nantinya untuk bekal pengetahuan dan skill.
Kesan pada stase keperawatan gawat darurat-kritis ini: saya bisa belajar
mengenai kegawatan dan penanganan cepat dan tepat pada pasien, dan dengan adanya
stase keperawatan gawat darurat kritis ini banyak hal yang sulit dicapai pada ruangan
rawat inap, namun bisa dicapai pada stase gadar kritis.
Stase keperawatan gawat darurat-kritis, terimakasih dari stase ini saya dapat
mengambil self reminder bahwa kita semua pantas bersyukur setiap detik yang kita
jalani pada kehidupan kita, untuk diberikan kesehatan, terutama pada hal yang sering
kita lupa yaitu selama ini kita bisa bernafas dengan gratis dan lancar tanpa ada
gangguan Airway Bearthing, Circulation, dan Disability.

Anda mungkin juga menyukai