Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

STASE KEPERAWATAN JIWA


SEMESTER II

OLEH:
LITA ERLINA
I4B017028

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2018
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan
diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi,
berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000).
Tanda dan Gejala :
 Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
 Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-
laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.
 Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada
tempatnya
 Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air
besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihakan
diri dengan baik setelah BAB/BAK
B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a) Fisik
 Badan bau, pakaian kotor.
 Rambut dan kulit kotor.
 Kuku panjang dan kotor
 Gigi kotor disertai mulut bau
 Penampilan tidak rapi
b) Psikologis
 Malas, tidak ada inisiatif.
 Menarik diri, isolasi diri.
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c) Sosial
 Interaksi kurang
 Kegiatan kurang
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
 Cara makan tidak teratur
 BAK dan BAB di sembarang tempat

D. Pohon masala
Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan minum dan

Defisit perawatan diri

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi sosial
E. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri
Jika seseorang tidak mampu melakukan semua perawatan diri,situasi ini digambarkan
sebagai defisit perawatan diri total. Namun menurut batasan karakteristiknya defisit
perawatan diri dapat dibedakan jenisnya, yaitu:
a. Defisit Perawatan Diri Mandi
Adalah gangguan kemampuan dalam melakukan aktivitas mandi atau kebersihan
diri. Batasan karakteristik:
1. Tidak mampu untuk mengeringkan badan
2. Tidak mampu mengambil perlengkapan mandi
3. Tidak mampu keluar dan masuk kamar mandi
4. Tidak mampu mendapatkan atau menyediakan air
5. Tidak mampu mengatur suhu dan aliran air
6. Tidak mampu membersihkan tubuh atau anggota tubuh
b. Defisit Perawatan Diri Berhias
Adalah gangguan kemampuan dalam memakai pakaian dan berhias sendiri.
Batasan karakteristik:
1. Hambatan untuk mengenakan dan melepaskan pakaian
2. Hambatan untuk mengambil atau mengganti pakaian

c. Defisit Perawatan Diri Makan


Adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas makan sendiri. Batasan
karakteristik:
1. Ketidakmampuan untuk menyuap makanan dari piring ke mulut
2. Ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
3. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan makan
4. Ketidakmampuan untuk meletakkan makanan ke piring
5. Ketidakmampuan untuk memegang alat makan
6. Ketidakmampuan untuk menelan makanan
7. Ketidakmampuan untuk menggunakan alat bantu, dll
d. Defisit Perawatan Diri Toileting
Adalah gangguan kemampuan untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas
toileting sendiri. Batasan karakteristik:
1. Ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan eliminasi atau ke kamar kecil
2. Ketidakmampuan untuk duduk atau bangun dari toilet atau kamar kecil
3. Ketidakmampuan untuk melepas atau mengenakan pakaian
4. Ketidakmampuan untuk membersihkan diri sehabis eliminasi
5. Ketidakmampuan untuk menyiram toilet atau commode
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
a. Body Image
b. Praktik social
c. Status sosial ekonomi
d. Pengetahuan
e. Budaya
f. Kebiasaan seseorang
g. Kondisi fisik atau psikis
G. Manifestasi Klinis
a. Fisik:
- Badan bau, pakaian kotor
- Rambut dan kulit kotor
- Kuku panjang dan kotor
- Gigi kotor disertai mulut yang bau
- Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
- Malas, tidak ada inisiatif
- Menarik diri, isolasi diri
- Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa hina
c. Social
- Interaksi kurang
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berprilaku sesuai norma
- Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat , gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri

H. Penatalaksanaan
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
- Bina hubungan saling percaya
- Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
- Kuatkan kemampuan klien merawat diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
- Bantu klien merawat diri
- Ajarkan keterampilan secara bertahap
- Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
- Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan diri
- Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien
- Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk
memperoleh informasi dan data yang nantinya akan dipergunakan sebagai dasar dalam
pembuatan rencana asuhan keperawatan klien. Dari wawancara akan diperoleh informasi
tentang identitas klien, riwayat kesehatan klien, kebutuhan bio-psiko-sosial- spiritual
klien, sementara dari hasil pemeriksaan fisik klien didapatkan data sebagai berikut:
a. Keadaan umum, meliputi:
- Kesadaran pasien
- Bangun tubuh
- Postur tubuh
- Cara berjalan
- Gerak motorik
- GCS
- Keadaan kulit
- Tanda-tanda vital
- Ukuran lain-lain
b. Kepala, meliputi:
kulit kepala, keadaan rambut, dan adanya luka
c. Mata, meliputi:
konjungtiva, sclera, adanya pengeluaran, dan adanya luka
d. Hidung, meliputi:
Adanya secret, kebersihan, adanya alat yang terpasang
e. Telinga, meliputi:
Kesimetrisan, adanya nyeri tekan, pendengaran, dan adanya luka
f. Mulut, meliputi:
Mukosa, keadaan gusi, lidah dan gigi
g. Leher, meliputi:
Adanya pembesaran kelenjar
h. Thorax, meliputi:
Kesimetrisan, dan adanya luka
i. Abdomen, meliputi:
Kesimetrisan, adanya luka, bising usus, adanya distensi atau asites
j. Genetalia, meliputi:
Kebersihan dan pengeluaran
k. Anus, meliputi:
Kebersihan dan kekuatan otot spingter
l. Ekstremitas, meliputi:
Kesimetrisan, adanya edema, dan adanya luka
m. Kekuatan otot
2. Data Subjektif
a. Pasien mengatakan badannya terasa lemah
b. Pasien mengatakan tidak berdaya
c. Pasien mengatakan malas untuk beraktivitas
3. Data Objektif
a. Rambut pasien kotor dan acak-acakan
b. Badan dan pakaian pasien kotor dan bau,
c. Mulut dan gigi pasien kotor dan bau
d. Kulit pasien kotor dan kusam
e. Kuku pasien panjang dan tidak terawatt
4. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri berhubungan dengan
kelemahan dan kelelahan ditandai dengan pasien mengeluh malas dan lemah,
rambut, badan serta mulut pasien tampak kotor dan bau
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan ketahanan otot ditandai
dengan pasien lemah dan tidak berdaya, serta rambut, badan serta mulut pasien
tampak kotor dan bau
5. Perencanaan
a. Diagnosa Keperawatan : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan ditandai dengan pasien mengeluh
malas dan lemah, rambut, badan serta mulut pasien tampak kotor dan bau
- Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat meningkatkan
minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri
- kriteria hasil:
1. tidak malas untuk merawat diri
2. rambut tidak kotor dan bau
3. badan tidak kotor dan bau
4. mulut tidak kotor dan bau
- Intervensi
1. Diskusi bersama pasien tentang pentingnya kebersihan diri
Rasional: memberikan pengertian pada pasien agar pasien mempunyai
keinginan untuk melakukan perawatan diri
2. Bantu pasien untuk melakukan perawatan diri
Rasional: mempermudah pasien yang lemah sehingga mampu melakukan
perawatan diri
3. Ingatkan pasien untuk selalu memelihara kebersihan diri baik mandi,
mencuci rambut dan menggosok gigi
Rasional: mendorong pasien untuk melakukan perawatan diri secara rutin
4. Sediakan segala peralatan perawatan diri dan bila perlu juga sediakan alat
bantu
Rasional: mempermudah pasien untuk mandi, keramas, ataupun
menggosok gigi dalam kondisi yang lemah
5. Berikan pujian pada setiap hasil tindakan
Rasionalnya: membuat pasien puas dan senang sehingga mau dan ingin
terus melakukan perawatan diri dengan teratur
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan ketahanan otot ditandai
dengan pasien lemah dan tidak berdaya, serta rambut, badan serta mulut pasien
tampak kotor dan bau
- Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan perawatan diri pasien dapat
teratasi
- Kriteria hasil
1. Ketahanan otot meningkat
2. Rambut tidak kotor dan bau
3. Badan tidak kotor dan bau
4. Mulut tidak kotor dan bau
- Intervensi
1. Latih kekuatan otot pasien dengan cara menggerak-gerakkan otot tangan,
kaki, dan yang lainnya
Rasional: membiasakan otot untuk bergerak sehingga kembali ke keadaan
awal
2. Hindari membantu pasien jika pasien memungkinkan melakukan
aktivitasnya sendiri
Rasional: membiasakan pasien untuk melakukan segala aktivitas sendiri
3. Beri pasien waktu yang cukup dalam melakukan perawatan diri
Rasional: melatih peningkatan fungsi otot secara bertahap dan tidak
terburu-buru
4. Berikan alat bantu tempat duduk
Rasional; member rasa nyaman dan menghindari kelelahan saat mandi dan
mencuci rambut
5. Berikan gelas berbahan plastik dan ember kecil
Rasional: mempermudah pasien menggosok gigi tanpa harus turun dari
bed.

Referensi
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis
Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta :
Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri.
Edisi 3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai