Anda di halaman 1dari 23

PRESENTASI SEMINAR JURNAL

“Development of an Individualized Occupational Therapy


Programme and its Effects on the Neurocognition, Symptoms and
Social Functioning of Patients with Schizophrenia “

Anggota Kelompok:

Kamaluddin Djalil LukySetianingtyas

Lita Erlina
AjengShintabella
Putri Septiana
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Riskesdas (2013)
Gangguan Jiwa di Tak mampu melakukan hal sederhana
Indonesia 1,7 per mil : SKIZOFRENIA dan membatasi diri dalam berperan
Ratio Dunia 1 mil. secara normal.

± 2,4 juta jiwa


mengalami Skizofrenia
(Prabowo, 2010) Terapi Okupasi

“Development of an Individualized Occupational Therapy Programme and


its Effects on the Neurocognition, Symptoms and Social Functioning of
Patients with Schizophrenia”
RESUME JURNAL

Development of an Individualized Occupational


Therapy Programme and its Effects on the
Neurocognition, Symptoms and Social Functioning
of Patients with Schizophrenia
LATAR BELAKANG
• Perawatan antipsikotik mengurangi gejala-gejala skizofrenia tetapi tidak banyak
berpengaruh dalam perbaikan ketidakselarasan kognitif (Keefe & Harvey,
2012). Dikarenakan hal tersebut maka perawatan psikososial menjadi hal yang
penting untuk memperbaiki ketidakselarasan kognitif tersebut (Su dkk, 2011;
Keefe & Harvey, 2012).
• Terapi okupasi digunakan sebagai perawatan psikososial karena menggunakan
intervensi tingkat lanjut dalam mengobati pasien skizofrenia.
• Efek terapi okupasi pada pasien skizofrenia yang dikombinasikan dengan
intervensi-intervensi lainnya dan perawatan farmakologis dapat mengurangi
gejala-gejala dibandingkan dengan perawatan secara farmakologis sendirian
(Foruzandeh & Parvin, 2013; Hoshii et al., 2013).
TINJAUAN TOERI

• Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada
kepribadian, proses pikir, waham yang kadang aneh, gangguan persepsi, afek
abnormal yang terpadu dengan situasi nyata dan autisme. Meskipun demikian,
kesadaran dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu (Mansjoer, 2010).
KLASIFIKASI
1. Skizofrenia Paramoid
2. Skizofrenia Hebefrenik
3. Skizofrenia Katatonik
4. Skizofrenia Residual
5. Skizofrenia Simpleks

ETIOLOGI

• Faktor Genetik
• Faktor Biokimia
• Faktor Psikologis dan sosial
TANDA DAN GEJALA

• Pasien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan


• emosi secara berlanjut seperti adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan
berdosa
• pasien mulai menarik diri
• Fungsi sensori mulai terganggu
• Pengalaman sensorinya terganggu, pasien mulai merasa terancam dengan
datangnya halusinasi.
TERAPI OKUPASI
• Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu. Terapi ini berfokus
pada kemampuan seseorang, pemeliharaan dan peningkatan agar mandiri,
tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2011).
Fungsi
• Pasien dapat menggembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan
dengan orang lain dan masyarakat sekitar
• Mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan
otot, dan koordinasi gerakan.
• Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya.
KARAKTERISTIK AKTIVITAS

• Setiap gerakan arus memiliki tujaun dan alasan


• Setiap pasien mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut
• Harus dapat melibatkan pasien secara aktif
• Mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi fisik yang kurang.
• Sesuai dengan minat pasien dan memberi dorongan agar mau berlatih.
• Harus dapat di modifikasi untuk tujuan peningkatan atau penyesuaian dengan kemampuan
pasien.
INDIKASI TERAPI OKUPASI

• Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya


• Kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain
• Kegagalan tumbuh kembang
• Lebih mudah menekpresikan perasanan dengan kegiatan daripada
percakapan
• Pasien cacat yang mengalami kegagalan.
Metode
• Desain studi menggunakan percobaan quasi-ekperimen yang
menggunakan metode non acak untuk mengevaluasi efek IOT
dan GOT terhadap neurokognitif, gejala, dan funsi sosial pasien
skizofrenia.
• Studi bertempat di Mental Support Soyokaze Hospital di Nagano,
Jepang, yang sama-sama menerapkan terapi okupasi. Studi
berjalan dari Januari 2010 hingga November 2011
Peserta
• Kriteria inklusi peserta adalah usia 20 sampai 65 tahun, baru
masuk rumah sakit psikiatrik, dan memiliki diagnosa skizofrenia
berdasarkan Structured Clinical Interview for DSM-IV-TR
(American Psychiatric Association, 2000). Kriteria eksklusi adalah
keterbelakangan mental, pengaruh alkohol dan narkoba, atau
kelainan neurologis apapun sebelumnya termasuk luka di kepala,
kelainan cerebral vascular, epilepsi atau dementia, dan kebutuhan
khusus dalam disfungsi psikis.
Intervensi Program IOT
Program Penjelasan
Wawancara motivasi  Implementasi reguler wawancara motivasi
 Intervensi terhadap penurunan motivasi
 Promosi kemandirian untuk terapi okupasi dengan menunjukan tantangan-tantangan
individu selama dan sesudah keluar rumah sakit
Monitoring diri  Latihan fisik pada tatap muka dengan terapis okupasi
 Memberi timbal balik positif terhadap penurunan pengalaman subjektif
 Pelatihan metakognitif

Kunjungan individu  Strategi dukungan untuk menjalani keseharian di luar ruang rumah sakit
 Dukungan diberikan, jika dibutuhkan, untuk jalan-jalan, memanfaatkan sumberdaya sosial,
dan kunjungan rumah mendekati pelepasan

Aktivitas kerajinan  Pemberdayaan aktivitas konstruktif


 Menyediakan panduan dengan menanyakan peserta untuk ikut, mengambil konsen, dan
menggunakan instrumen dan material
 Menjembatani perbaikan ketidakselarasan kognitif dengan fungsi keseharian
Edukasi psikis individu  Program manajemen rasa sakit
 Program pencegahan relapse
 Pemngembangan rencana kritis
Perencanaan pelepasan  Penjadwalan aktivitas keseharian
 Pengembangan rencana perawatan setelah pelepasan
 Pelatihan kemampuan
Intervensi Program GOT
GOT mencakup program-program sebagai berikut:
a. Kelompok latihan fisik (perenggangan, relaksasi, pernafasan).
b. Kelompok aktivitas kerajinan.
c. Kelompok memasak.
d. Kelompok music (apresiasi music, menyanyi).
e. Rekreasi.
f. Kelompok edukasi psikis.
Hasil

Peserta GOT+IOT menunjukan peningkatan memori lisan yang signifikan


(F=15,67, df=1,50, p<.01);
memori kerja (F=17,11, df=1,50, p<.01);
kelancaran verbal (F=14,58, df=1,50, p<.01);
perhatian (F=10,84, df=1,50, p<.01)
Pasien yang berpartisipasi dalam GOT+IOT menunjukan
peningkatan yang signifikan dalam beberapa fungsi kognitif yaitu
memori verbal, memori kerja, kelancaran verbal, perhatian.

Peserta program ini juga menunjukan perbaikan gejala-gejala


seperti skor positif, psikopatologis, dan gejala-gejala secara
meyeluruh dibanding dengan kelompok GOT sendiri
Jurnal Pendukung 1 Analisis Data
“A multicenter, randomized controlled trial of individualized occupational therapy for
patients with schizophrenia in Japan”
Terapi Okupasi Kelompok
(TOK) = 63 responden VS Terapi Okupasi Kelompok (TOK) + Terapi
Okupasi Individu (TOI) = 66 responden

Peningkatan fungsi kognitif: memori verbal (p


Shimada, et al., 2018 <0,01), memori kerja (p = 0,02), kefasihan
lisan (p <0,01), perhatian (p <0,01), dan skor
komposit (p <0,01)
Jurnal Pendukung 2
“The Effects of Occupational Therapy and Psychosocial Interventions on Interpersonal Functioning
and Personal and Social Performance Levels of Corresponding Patients”

pasien psikotik (skizofrenia, bipolar/mania) dan non-


psikotik (depresi, OCD, kecanduan alkohol)

48 pasien (intervensi) 43 pasien(kontrol)

Berpartisipasi ke dalam Tidak berpartisipasi ke dalam


aktivitas terapi okupasi aktivitas terapi okupasi

Evaluasi Personal and Social Performance Scale (PSP) terapi okupasi, menunjukan
peningkatan yang signifikan pada pasien non-psikotik (p=0,002) dibandingkan
dengan psikotik
Jurnal Pendukung 3

“The Assessment, Benefits and Delivery of Physical Activity in People with Schizophrenia: A
Survey of Members of the International Organization of Physical Therapists in Mental Health”
 151 ahli terapi fisik dari 31 negara yang merespon survei online
 (92,1%) setuju bahwa aktivitas fisik membantu orang dengan skizofrenia
 Aktivitas fisik bermanfaat bagi kesehatan fisik dan efek biopsikososial seperti
peningkatan kesehatan mental, sosialisasi dan kualitas hidup
 Aktifitas fisik yang direkomendasikan yaitu berjalan selama 30 menit yang dilakukan
lima kali perminggu, latihan aerobik (berlari, bersepeda, senam aerobik), olahraga
tim (sepak bola, bola basket dan olahraga raket), terapi relaksasi, dan yoga.
Implikasi Keperawatan
• Program terapi okupasi dapat menjadi terapi yang dapat dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas hidup para penderia skizofrenia
• Semua pasien skizofrenia yang mampu mengikuti terapi harus dimotivasi dan
difasilitasi dalam program terapi okupasi
• Perawat dapat memilah kegiatan terapi okupasi yang dapat diterapkan di
ruangan
Kesimpulan
Program terapi okupasi efektif untuk pasien skizofrenia dalam peningkatan
kualitas hidup dan hubungan sosial.
Berpotensi mempengaruhi perbaikan sistem perawatan untuk terapi okupasi
psikiatrik dan mendorong pertumbuhan IOT bagi rumah sakit psikiatrik.
Saran
Program terapi okupasi dalam program rehabilitasi pasien menjadi terapi yang
dapat dikembangkan lebih luas dalam meningkatkan kualitas hidup dan
perbaikan diri pada pasien dengan gangguan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai