SKRIPSI
Disusun oleh:
Fatmatun zuhroh
N1A118054
2022
HALAMAN JUDUL
Skripsi
Disusun oleh:
Fatmatun Zuhroh
N1A118054
2022
i
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan berbagai pihak,
maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
vi
7. Ibu Arnild Augina Mekarisce, S.K.M., M.K.M sebagai Anggota Tim Penguji
atas segala motivasi, bimbingan, dan membantu memberikan saran
8. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
yang telah memberikan ilmu, nasehat, dan pelajaran selama penulis
menempuh perkuliahan.
9. Kepada orang tua tersayang (Ayah Ramli, Ibu Eva zuraida, serta Keluarga
besar) yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang dan memberikan
dukungan baik moral maupun material untuk terus semangat dan berjuang
sampai pada titik saat ini.
10. Teman saya yaitu Dewifani (Urmi, Desi, nia) serta Mutia, Ani, Zelpa, kak
Ros, sebagai sahabat yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
proses penulisan dari awal proposal penelitian sampai penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman sekelas Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK 18) yang
saling memberikan motivasi serta dukungan satu sama lain.
12. Kepada diri saya sendiri karena sudah bertahan dan berusaha semampu untuk
bisa sampai ke tahap ini dan bisa menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya dalam
inovasi pembelajaran
Fatmatun zuhroh
vii
DAFTAR ISI
viii
4.10 Jalannya Penelitian .......................................................................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 41
4.1 Hasil Penelitian.................................................................................................. 41
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 41
4.1.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden ......................................... 43
4.1.3 Analisis Univariat ................................................................................. 44
4.1.4 Analisis Bivariat ................................................................................... 47
4.1.5 Analisis Multivariat .............................................................................. 52
4.2 Pembahasan ....................................................................................................... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 94
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 94
5.2 Saran .................................................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 97
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Sampel dalam Penelitian ............................................ 24
Tabel 3.2 Definisi Operasional ................................................................................... 26
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner ..................................................................... 33
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Jumlah KK dan RT di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal X Kota Jambi Tahun 2021 ....................................... 41
Tabel 4.2 Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Paal X Kota Jambi
Tahun 2021 ................................................................................................................. 42
Tabel 4.3 Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Paal X Kota Jambi
Tahun 2021 ................................................................................................................. 42
Tabel 4.4 Data Ketenagaan Puskesmas Paal X Tahun 2021 ....................................... 42
Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Responden di Puskesmas Paal X .......................... 43
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Paal X ........ 44
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi faktor yang memengaruhi pemberian ASI Ekslusif ... 45
Tabel 4.8 Hasil tabulasi Silang karakteristik Ibu, dukungan suami, dukungan keluarga
dan dukungan tenaga kesehatan dengan faktor yang memengaruhi pemberian ASI
Eksklusif...................................................................................................................... 48
Tabel 4.9 Variabel Kandidat Multivariat .................................................................... 52
Tabel 4.10 Model awal analisis Multivariat pada pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Paal X ....................................................................................................... 53
Tabel 4.11 Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum dan Sesudah Paritas
Dikeluarkan ................................................................................................................. 54
Tabel 4.12 Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum dan Sesudah Pekerjaan
Dikeluarkan ................................................................................................................. 54
Tabel 4.13 Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum dan Sesudah
Pendidikan Dikeluarkan ............................................................................................. 55
Tabel 4.14 Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum dan Sesudah Dukungan
Keluarga Dikeluarkan ................................................................................................. 55
Tabel 4.15 Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum dan Sesudah Dukungan
Tenaga Kesehatan Dikeluarkan................................................................................... 56
Tabel 4.16 Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum dan Sesudah Usia
Dikeluarkan ................................................................................................................. 56
Tabel 4.17 Model akhir analisis Multivariat pada pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Paal X ....................................................................................................... 57
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent ................................................................................ 109
Lampiran 2. Kuesioner ............................................................................................. 111
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian............................................................................. 121
Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian ....................................................................... 122
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .............................................. 123
Lampiran 6. Hasil Analisis Univariat....................................................................... 135
Lampiran 7. Hasil Analisis Bivariat ......................................................................... 138
Lampiran 8 Hasil Analisis Multivariat..................................................................... 147
Lampiran 9. Dokumentasi ........................................................................................ 153
xii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Riwayat Pendidikan :
xiii
ABSTRAK
Latar Belakang: Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Jambi Tahun 2020
pencapaian ASI Eksklusif di Puskesmas Paal X belum mencapai target yang
ditetapkan nasional sebanyak 40%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
bagaimana pemberian ASI Eksklusif dan faktor-faktor yang memengaruhinya di
wilayah kerja Puskesmas Paal X Tahun 2022.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-
sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi
berusia 6 – 24 bulan, sebanyak 90 sampel menggunakan rumus Lemesshow. Teknik
pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data penelitian ini
adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan uji statistic chi-square dan
uji regresi logistik ganda.
Hasil: Hasil penelitian ini didapatkan proporsi pemberian ASI Eksklusif di wilayah
Puskesmas Paal X sebesar 36 orang (40%). Faktor yang berhubungan dengan
pemberian ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Paal X adalah usia (p-value=0,014),
paritas (p-value=0,098), pekerjaan (p-value=0,448), pendidikan (p-value=0,249),
pengetahuan (p-value=0,009), sikap (p-value=0,001), dukungan suami (p-
value=0,000), dukungan keluarga (p-value=0,000) dan dukungan tenaga kesehatan
(p-value=0,115). Faktor dominan terhadap pemberian ASI Eksklusif ialah
pengetahuan, dengan nilai POR : 9,851 95% CI 2,647 – 36,667 setelah dikontrol
variabel umur, pekerjaan, pendidikan, sikap, dukungan suami, dukungan keluarga dan
dukungan tenaga kesehatan.
Kesimpulan: Terdapatnya hubungan antara usia, pengetahuan, sikap, dukungan
suami dan dukungan keluarga. Tidak terdapat hubungan antara paritas, pekerjaan,
pendidikan dan dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Penelitian ini menyadarkan kepada ibu hamil ataupun ibu menyusui untuk bisa
mendalami pengetahuan tentang ASI Eksklusif .
Kata Kunci: Faktor, ASI Eksklusif, Pengetahuan, Cross sectional
xiv
ABSTRACK
Background: Based on data from the Jambi City Health Office in 2020, exclusive
breastfeeding at the Paal X Health Center has not reached the national target of 40%.
The purpose of this study is to find out how exclusive breastfeeding is given and the
factors that influence it in the working area of the Paal X Health Center in 2022.
Methods: This study used a quantitative method with a cross-sectional design. The
population of this study were all breastfeeding mothers who had babies aged 6-24
months, with a total of 90 samples using the Lemesshow formula. The sampling
technique uses Accidental Sampling. Data collection was carried out by interviewing
using a questionnaire. Analysis of the research data is univariate, bivariate and
multivariate analysis with statistical chi-square test and multiple logistic regression
test.
Results: The results of this study showed that the proportion of exclusive
breastfeeding in the Paal X Health Center area was 36 people (40%). Factors related
to exclusive breastfeeding in the Paal X Health Center area were age (p-value=0.014),
parity (p-value=0.098), occupation (p-value=0.448), education (p-value=0.249),
knowledge (p-value=0.009), attitude (p-value=0.001), husband's support (p-
value=0.000), family support (p-value=0.000) and support from health workers (p-
value=0.115). The dominant factor for exclusive breastfeeding is knowledge, with a
POR value of: 9.851 95% CI 2.647 – 36.667 after controlling for the variables of age,
occupation, education, attitude, husband's support, family support and health worker
support.
Conclusion: There is a correlation between age, knowledge, attitude, husband's
support and family support. There is no correlation between parity, employment,
education and support from health workers with exclusive breastfeeding. This
research makes pregnant women or breastfeeding mothers aware to be able to deepen
their knowledge about exclusive breastfeeding.
Keywords: Factors, Exclusive breastfeeding, Knowledge, Cross sectional
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberian ASI eksklusif merupakan memberi makan bayi baru lahir hanya
dengan ASI selama enam bulan pertama kehidupan mereka, tanpa memberikan
tambahan makanan lainnya kecuali obat dan vitamin. Bayi tidak diberikan cairan
tambahan atau makanan pendamping seperti susu formula, jus jeruk, air teh, air gula,
madu, air, pisang, pepaya, bubur, susu, cookies, bubur nasi, atau tim selama periode
tersebut. Saat bayi berusia 6 bulan, diperkenalkanlah makanan pendamping ASI
(MPASI). ASI dapat diberikan kepada anak sampai mereka berusia dua tahun atau
lebih.2
1
2
warga dibutuhkan supaya pemberian ASI eksklusif bisa terlaksana.4 ASI Eksklusif
merupakan salah satu ciri program pemerintah dalam pelaksanaan gerakan nasional
(gerakan 1000 HPK) yang mempercepat perbaikan gizi pada seribu hari pertama
kehidupan, yakni semenjak hamil hingga anak umur dua tahun.5
Angka pemberian ASI eksklusif secara nasional menurun 56,9% pada tahun
2021 dari 66,06% pada tahun 2020, dengan provinsi Maluku (13%) sebagai yang
terendah dan Nusa Tenggara Barat (82,4%) sebagai yang tertinggi.8 9
Di sisi lain,
pemberian ASI eksklusif di Provinsi Jambi sebesar 56,01% pada tahun 2019, cakupan
ini masih di bawah target target 62%.10 Kemudian menurun pada tahun 2020, dengan
angka pemberian ASI sebesar 50,9%. 11
3
100 100
100
90 85.9 85.9
76.6 80.4
80 73.3
69.4
68.9 69.7
70 61.3 64.3
65.9 60.9 63.265.3 69.6
60
59.1
51.6
55.4 55.858.8
50 43.8 44.9
43.2 39.7
40 36.9 36.3
32.3
30 23.7
23 21.9 23.224.9
16.7 19.1
20 15.8 13.4
10 6
0
2019
2020
Pemberian ASI Eksklusif terhadap bayi yang pertama lahir dapat mengurangi
angka kematian bayi yang cukup tinggi. Dalam hal ini kematian neonatal merupakan
kematian bayi terbesar di Indonesia, dua pertiga dari kematian neonatal ialah satu
minggu pertama bayi sedangkan pada saat itu daya imun bayi masih sangat rendah.13
ASI Eksklusif mampu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. ASI Ekslusif
berpengaruh terhadap status gizi anak.14 Salah satu tugas Program Kesehatan Ibu dan
Anak adalah memberikan ASI Eksklusif (ASI) kepada bayi di bawah usia enam
bulan. Setiap bayi berhak mendapatkan ASI dari ibunya. Anak memiliki hak untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya dan ibu memiliki
kewajiban atas itu. Kurangnya pemberian ASI Eksklusif salah satu penyebab
malnutrisi, pemberian nutrisi pada masa awal kelahiran bayi dan merupakan hal yang
sangat penting untuk kesehatan dan tumbuh kembang bayi.15
Menurut hasil penelitian Satria, Hasnah & Fadli (2019) menyatakan bahwa
pemberian ASI Eksklusif sangat mempengaruhi 30,1% pencegahan risiko kejadian
Stunting pada balita, sehingga cakupan gizi pada balita harus terpenuhi.16 Hal ini
yang menjadikan alasan kenapa ibu itu harus memberikan ASI eksklusif, karena
kenyataan saat ini pemberian ASI Eksklusif itu masih belum berjalan optimal karena
ibu, keluarga, dan warga masyarakat masih minim informasi tentang pentingnya ASI
bagi bayi.
unsur-unsur yang terkait dengan pemberian ASI eksklusif. Dari hasil riset tersebut
menampilkan jika variabel peran suami, pendidikan serta pekerjaaan memiliki
hubungan searah dengan faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
Eksklusif.19
Berdasarkan temuan data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi menyatakan jika
Puskesmas Paal X mengalami trend data yang menurun secara signifikan serta
merupakan Puskesmas yang paling rendah dalam pemberian ASI Eksklusifnya.
Pemerintah telah menetapkan aturan untuk setiap instansi memiliki ruang pojok
ASI/ruang laktasi yang memadai sementara Puskesmas Paal X ini mempunyai ruang
pojok ASI nya tidak memadai disebabkan ruangan nya yang sangat kecil sehingga
tidak dipergunakan dengan baik. Program yang dilakukan di Puskesmas Paal x untuk
meningkatkan pemberian ASI eksklusif dengan melakukan penyuluhan atau
6
konseling kesehatan pada saat pelayanan di Puskesmas. Berbeda dengan keadaan saat
sebelum pandemi Covid-19 mereka melakukan konseling di posyandu, semenjak
Covid-19 ini mereka tidak lagi melakukan kegiatan tersebut.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana pemberian ASI eksklusif dan faktor yang
memengaruhinya di wilayah kerja Puskesmas Paal X Tahun 2022.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Paal X tahun 2022
2. Untuk mengetahui hubungan karakteristik individu dengan pemberian ASI
Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Paal X tahun 2022
3. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan pemberian
ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Paal X tahun 2022
4. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Paal X pada tahun 2022
5. Mengetahui hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Paal X tahun 2022
6. Mengetahui faktor yang paling dominan memengaruhi pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Paal X pada tahun 2022
1. 4 Manfaat
1. Bagi Ibu Menyusui
Meningkatkan pengetahuan ibu terkait ASI eksklusif terutama yang
mengamalkannya, untuk mendorong mereka terus memberikan ASI sampai
anak mencapai usia dua tahun.
2. Bagi Puskesmas
Menjadi masukan bagi Puskesmas dalam upaya meningkatkan pelayanan
kesehatan dan efektifitas penyelenggaraan program ASI Eksklusif.
8
9
10
struktur gula atau glukosa dan galaktosa yang merupakan makanan utama pada
bayi. Selain itu laktosa juga diperlukan untuk pembentukan tulang sehingga
tubuh dan tukang pada bayi akan kuat.
3. Bahan larut
Secara umumnya, protein merupakan bahan utama untuk proses
pertumbuhan. Susu sapi dan ASI kedua-duanya mengandung 2 macam protein
utama, yaitu whey dan casein. Sumber Protein dari ASI yang halus, lembut dan
mudah dicerna di sebut Whey. Sedangkan casein adalah protein yang bentuknya
kasar, bergumpal dan sukar dicerna oleh usus bayi. Protein yang utama dalam
ASI adalah whey dan protein yang utama dalam susu sapi adalah casein. Hal ini
ditunjukkan perbandingan kandungan whey dan casein pada ASI adalah
sebanyak 63:40. Sementara susu sapi memiliki perbandingan antara whey dan
casein yaitu 20:80 kasein lebih banyak di bandigkan dengan whey ini
menyebabkan susu sapi tidak mudah diserap oleh tubuh bayi.
4. Taurin, DHA, dan AA
Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak dalam asi serta
berfungsi sebagai proses pematangan sel otak pada bayi. Kekurangan taurin
menyebabkan retina pada mata.
Decosahexoid acid ( DHA ) dan arachidonid acid ( AA ) adalah asama
lemak tak jenuh berantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel
otak secara optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk
menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Asam-asam lemak ini berguna untuk pembentukan selaput khusus dalam
saraf otak yang mempercepat kinerja saraf. Jika pembentukan saraf ini
berhasil, maka saraf bayi bekerja dengan lancar dan baik sehingga sinyal
tubuh yang dikendalikannnya dengan otak akan bekerja secara baik.
5. Zat kekebalan tubuh
ASI memiliki banyak zat kekebalan tubuh (imun) yaitu immunoglobulin
dan sel-sel darah putih yeng bekerja sebagai membantuh sistem kekebalan
11
tubuh pada bayi. ASI memiliki bakteri yaitu Lactobacillus bifidus yang
merupakan bakteri untuk melindungi usus bayi dari peradangan atau penyakit
akibat infeksi bakteri yang merugikan seperti e.coli.
6. Laktoferin dan lisosom
ASI mengandung penyuplai zat besi dalam darah yaitu Laktoferin,
membiarkan bakteri usus baik bekerja dalam tubuh dan memusnahkan
bakteri jahat (pembawa penyakit). Zat Lisosom merupakan sumber antibiotik
alami dalam ASI yang dapat menghancurkan bakteri berbahaya. Zat-zat ini
membuat sistem kekebalan tubuh akan semakin meningkat pada tubuh bayi.
2.1.3 Produksi ASI
Produksi air susu ibu bisa meningkat atau menurun bergantung dari stimulasi
pada kelenjar payudara. Berikut mekanisme dalam pembentukan dan produksi ASI
antara lain :23
1) Hormon Prolaktin
Ketika bayi menyusui, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak
kemudian bereaksi mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam
aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-
sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi susu. Sel-sel pembuat susu
sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusui.
Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang
lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusui selesai,
barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai di payudara dan merangsang
sel-sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon Prolaktin bekerja untuk
produksi susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap bayi saat ini, sudah
tersedia dalam payudara, di saluran ASI.
2) Hormon Oksitosin
Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan
hormon Oksitosin selain hormon Prolaktin. Hormon Oksitosin diproduksi
12
lebih cepat daripada Prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah
menuju payudara. Di payudara, hormon Oksitosin ini merangsang sel-sel otot
untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel
pembuat susu terdorong mengalir melalui saluran ASI menuju puting.
Kadang-kadang, bahkan ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi
sedang tidak menyusu. Proses mengalirnya ASI ini disebut sebagai refleks
pelepasan ASI.
Produksi Hormon Oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan
dari payudara. Hormon Oksitosin juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan
ibu. Jadi ketika ibu mendengar suara bayi, meskipun mungkin bukan bayinya,
ASI dapat menetes keluar. Suara tangis bayi, sentuhan bayi, atau ketika ibu
berpikir akan menyusui bayinya, atau bahkan ketika ibu memikirkan betapa
sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluar. Itulah kenapa hormon
Oksitosin ada yang menyebut dengan istilah hormon cinta.
Bayi akan mengalami kesulitan memperoleh ASI jika pelepasan air susu
ibu (ASI) tidak bekerja dengan baik karena harus mengandalkan hanya pada
kekuatan sedotan menyusunya. Akibatnya, bayi akan kelelahan dan
memperoleh sedikit ASI. Kadang-kadang hal ini membuatnya frustasi, dan
kemudian menangis. Dari kejadian ini mungkin terlihat bahwa payudara tidak
lagi memproduksi ASI, namun kenyataannya tidak demikian. Meskipun ASI
tidak mengalir dari payudara, payudara terus memproduksinya. Oleh karena
itu, bagi bayi refleks pelepasan ASI ini sangat penting.
2.1.4 Manfaat ASI Eksklusif
Pemberian air susu ibu (ASI) ini disarankan sampai 6 bulan. Saat menginjak
umur lebih dari 6 bulan bayi mesti diperkenalkan makanan lain ataupun dengan
sebutan MPASI (Makanan Pendamping ASI), sebaiknya air susu ibu (ASI) terus
diberikan sampai berumur 2 tahun.24 Beberapa khasiat ASI Eksklusif untuk bayi:25
13
diberikan ASI hingga usia lebih dari 9 bulan, diakibatkan ASI memiliki DHA
serta ARA.
f) Senantiasa siap serta tersedia
ASI senantiasa siap serta ada kapanpun bila bayi menginginkannya.
Tidak butuh mempersiapkan botol ataupun gelas serta setelah itu
membersihkannya. Perihal ini lebih mengirit waktu. ASI tidak sempat basi
apalagi senantiasa nyaman untuk bayi serta bersih.
g) Memacu pertumbuhan bayi prematur
Kandungan gizi ASI untuk bayi prematur berbeda dengan kandungan
gizi bayi non- prematur. Maksudnya, ASI bisa membiasakan kebutuhan bayi
prematur serta membuat organ-organ badan mereka lebih segera tumbuh.
Dengan kerap berikan ASI mengakibatkan bayi prematur bakal semakin
membaik sebab menemukan asupan nutrisi berbentuk kalori yang baik guna
perkembangannya.
Berikut ini manfaat bagi ibu Menurut Maryunani (2018) sebagai berikut :26
a) Mengurangi pendarahan saat melahirkan
Pada ibu menyusui, terjadi peningkatan hormon oksitosin yang berguna
untuk menutup pembuluh darah, sehingga pendarahan akan cepat berhenti.
Sebagaian besar kematian post natal pada ibu terjadi karena pendarahan. Oleh
karena itu, menyusui dapat menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan.
b) ASI eksklusif adalah diet alami bagi ibu
Tubuh mengubah lemak yang tertimbun selama hamil menjadi energi.
Saat menyusui dibutuhkan energi yang cukup. Dengan demikian berat badan
ibu menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.
c) Mengurangi risiko terjadinya anemia
Aktivitas menyusui menyebabkan kontraksi pada otot polos yang
menyebabkan uterus mengecil dan kembali ke bentuk normal. Gerakan
mengecilnya uterus akan mengurangi risiko pendarahan. Pendarahan yang
15
Hasil studi Efriani Rolita dan Astuti Dhesi Ari (2020) menemukan bahwa
p-value 0,007 < 0,05 artinya hubungan antara usia ibu dengan pemberian ASI
eksklusif memiliki keterkaitan dengan nilai p-value 0,007 < 0,05.28 Nilai
tersebut tidak sejalan dengan studi Ulfah Hana Rosiana dan Nugroho Farid
Setyo (2020) menyebutkan p-value sebesar 0,413. Dengan ini membuktikan
jika usia tidak ada hubungan dalam pemberian ASI.29
b) Paritas
Paritas mengacu pada jumlah total kelahiran hidup dan lahir mati yang
dialami ibu.30 Menurut Prawirohardjo paritas bisa dibagikan jadi:31
a. Primipara merupakan seorang wanita yang hanya memiliki satu anak
b. Multipara merupakan seorang wanita yang telah memiliki dua
sampai empat anak
Dalam segi keselamatan, paritas dua sampai tiga adalah yang paling
aman. Karena ibu multipara telah memiliki anak di masa lalu, mereka lebih
terlibat dan berkomitmen untuk menyusui bayi mereka.30 Menurut penelitian
Rini Herdiani dan Nabila Ulfa (2019) menunjukkan nilai p value sebesar
0,037 hal ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara paritas dan
pemberian ASI eksklusif.32 Hasil yang sama juga ditunjukkan penelitian yang
dilakukan oleh Sukma Sutama Luh Putu dkk (2020) dimana terdapat
hubungan yang signifikan antara paritas dengan pemberian ASI eksklusif
dengan nilai p value 0,005.33
c) Pendidikan
Pendidikan di Indonesia pada dasarnya merupakan kewajiban Pemerintah
Republik Indonesia. Semua warga negara diharapkan mengikuti kurikulum
pendidikan jangka panjang, yang meliputi enam tahun di sekolah dasar
(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan tiga tahun sekolah menengah pertama
(SMP)/Madrasah Tsanawiyyah (MTS). Setelah menyelesaikan sekolah
menengah, ia menghabiskan tiga tahun di SMA/sederajat sebelum mulai
17
mendapatkan nilai p value 0,019 < 0,05 sehingga disimpulkan bahwa variabel
sikap berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.44
2. Faktor pendukung
a) Aspek sarana dan prasarana
Jarak dan keterjangkauan lokasi pelayanan yang jarak pelayanannya jauh
dapat membuat masyarakat enggan untuk pergi. Jarak ke lokasi layanan dapat
menyebabkan fakta bahwa akomodasi untuk layanan akan membengkak,
karena anggaran medis serta anggaran tambahan, atau biaya transportasi.
Mereka yang hanya berpikir dapat memilih untuk tidak datang ke fasilitas
medis, dalam hal ini adalah ketidakmampuan warga untuk mengakses fasilitas
kesehatan.45 Hasil studi Septiani Hanulan dkk (2017) mendapatkan nilai p-
value 0,001 > 0,05 dikatakan jika pemberian ASI Eksklusif dengan memiliki
hubungan terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan.46
3. Faktor penguat
a) Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah dukungan untuk memotivasi ibu memberikan
ASI saja kepada bayinya sampai usia 6 bulan, memberikan dukungan
psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang seimbang kepada ibu.
Fungsi dasar keluarga lain adalah fungsi afektif, yaitu fungsi internal keluarga
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh, dan memberikan
cinta kasih serta saling menerima dan mendukung.47 Penelitian Lindawati Refi
(2019) mendapatkan p-value 0,005 > 0,05 secara statistik diasumsikan
dukungan keluarga memiliki keterikatan pada pemberian ASI eksklusif.35
Perihal ini searah dengan studi Susanti Ika Yuni dan Hety Dyah Siwi (2021)
Ibu dengan dukungan keluarga lebih memungkinkan untuk menyusui daripada
tanpa dukungan keluarga. Dapat diasumsikan dukungan keluarga memiliki
hubungan terhadap pemberian ASI dengan nilai p-value : 0,05.48
20
b) Dukungan suami
Dukungan suami merupakan bentuk interaksi yang dilakukan suami
terhadap istrinya dengan kepribadian dan dorongan yang tulus. Dorongan
yang diberikan dalam bentuk interaksi sosial, dorongan untuk berbagi cinta,
perhatian, atau keterikatan dengan keluarga, sosial dan teman.19 Studi Astuti
Mulyani Sri dan Astuti Marya (2018) diketahui memiliki p-value 0,022 < 0,05
diasumsikan terdapat keterikatan dukungan suami terhadap pemberian ASI.18
Penelitian yang dilakukan Pratiwi Krisna Mega dkk (2021) juga menunjukkan
hasil yang sama diperoleh nilai p-value 0,021 < 0,05 artinya peran suami juga
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.19
c) Dukungan tenaga kesehatan
Dorongan dari tenaga kesehatan sangat membantu dalam memberi
semangat kepada ibu untuk menyusui bayinya hingga berusia lebih dari 6
bulan, karena salah satu alasan keberhasilan menyusui ialah dorongan dari
petugas kesehatan. Jika ibu dan petugas kesehatan tidak peka dengan
permasalahan yang ada ditakutkan produksi ASI kurang akibatnya
memotivasi ibu untuk memberikan susu formula kepada bayi.19
Studi yang dilakukan oleh Mulyani Sri dan Astuti Marya (2018)
didapatkan p-value 0,000 < 0,05 maka diasumsikan dukungan tenaga
kesehatan berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.18 hasil yang sama
juga ditunjukkan oleh Rini Herdiani dan Nabila Ulfa (2019) yang menemukan
bahwa variabel dukungan tenaga kesehatan berpengaruh terhadap pemberian
ASI Eksklusif dengan nilai p-value 0,023 < 0,05.32
21
Faktor Predisposing
1. Usia
2. Paritas
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Pengetahuan
6. Sikap
Perilaku
Faktor Pendukung
Pemberian ASI
Eksklusif
1. Fasilitas dan
sarana prasarana
Faktor Penguat
1. Dukungan suami
2. Dukungan
keluarga
3. Dukungan tenaga
kesehatan
Dukungan Suami
Dukungan Keluarga
3.3.2 Sampel
Sampel ialah salah satu bagian dari jumlah dan karakteristik populasi. Dari
sampel dapat memberikan kesimpulan kepada populasi, karena sampel dari populasi
merupakan representatif (mewakili).49 Ukuran sampel untuk penelitian ini ditentukan
dengan menggunakan rumus sampel dari Lemesshow (1997).
23
24
Keterangan :
n : Besar sampel
Z1- α/2 : nilai Z pada derajat kemaknaan (95% = 1,96)
Z1- β : nilai Z pada kekuatan uji power (80% = 0,84)
P1 : Kelompok yang berisiko pemberian ASI Eksklusif
P2 : Kelompok yang tidak berisiko pemberian ASI Eksklusif
P : Rata-rata P1 dan P2 (P1 + P2)/2 (0,66-0,35)/2 = 0,505
Hasil perhitungan besar sampel :
{ √ √ }
n=
{ √ √ }
=
{ √ √ }
=
{ }
=
n = 40
= 40 + 10% = 44
= 44 x 2 = 90
25
1. Kuesioner Identitas
Pertanyaan yang terdapat berupa data personal responden, meliputi
identitas diri yaitu nama/inisial, umur, jumlah anak, usia anak, pendidikan
terakhir serta pekerjaan.
2. Kuesioner Pemberian ASI Eksklusif
Untuk menilai praktik ASI eksklusif, kuesioner yang digunakan
menggambarkan bagaimana responden menanggapi pertanyaan yang
diberikan berdasarkan apa yang sebenarnya mereka lakukan. Jika bayi
hanya diberi ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman lainnya
maka responden dikategorikan sebagai pemberi ASI eksklusif. Kuesioner
terdiri dari 2 pertanyaan mengenai pemberian ASI secara Eksklusif
dengan nilai Ya (1) atau Tidak (0)
3. Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Responden diminta untuk menilai item pada kuesioner yang mengukur
pengetahuan mereka tentang ASI eksklusif sebagai benar atau tidak benar.
Setiap butir soal mendapat skor 1 jika jawaban responden cocok dengan
kunci jawaban, sementara jawaban yang tidak sesuai dengan kunci
jawaban mendapat nilai 0.
Kuesioner penilaian pengetahuan terdiri 15 pertanyaan tentang air susu
ibu (ASI) , manfaat menyusui, dampak, frekuensi menyusui serta penyakit
yang dapat dicegah dengan menyusui. Untuk interpretasi hasil
menggunakan rumus :
31
P=
Keterangan :
P : presentase
X : jumlah jawaban yang benar
Y : jumlah pertanyaan
4. Kuesioner Sikap
Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan sebagai alat ukur untuk
mengumpulkan data tentang variabel sikap. Ada 10 pertanyaan dalam
kuesioner ini, dan jawabannya adalah ya atau tidak. Setiap butir soal
mendapat skor 1 jika jawaban responden cocok dengan kunci jawaban,
sementara jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban mendapat
nilai 0. Nomor 1,2,3,8,9,10 merupakan pertanyaan positif dan nomor
4,5,6,7 merupakan pertanyaaan negatif.
5. Kuesioner Dukungan Suami
Maksud dari survei ini ialah untuk melihat bagaimana tanggapan ibu
terkait pendampingan suaminya dalam pemberian ASI eksklusif. Ada 15
pertanyaan dalam survei ini, dan pilihannya adalah ya atau tidak. Setiap
butir soal mendapat skor 1 jika jawaban responden cocok dengan kunci
jawaban, sementara jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban
mendapat nilai 0. Nomor 1,2,3,5,6,7,8,9,11,13,15 merupakan pertanyaan
positif dan nomor 4,10,12,14 merupakan pertanyaaan negatif.
6. Kuesioner Dukungan Keluarga
Maksud dari survei ini ialah untuk melihat bagaimana tanggapan ibu
tentang dorongan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif. Penggunaan
penilaian, ya atau tidak. Ada 15 pertanyaan dalam kuesioner ini. Setiap
item mendapat skor 1 jika jawaban responden sesuai dengan kunci
jawaban, sementara jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban
32
PG9 0,503
PG10 0,552
PG11 0,520
PG12 0,760
PG13 0,702
PG14 0,479
PG15 0,701
Pertanyan Sikap Keterangan
Variabel r Tabel r Hitung
S1 0,628
S2 0,577
S3 0,668
S4 0,549
S5 0,361 0,553 VALID
S6 0,647
S7 0,531
S8 0,627
S9 0,577
34
DS9 0,629
DS10 0,621
DS11 0,549
DS12 0,474
DS13 0,484
DS14 0,386
DS15 0,474
Pertanyan Dukungan Keluarga Keterangan
Variabel r Tabel r Hitung
DK1 0,433
DK2 0,407
DK3 0,522
DK4 0,439
DS5 0,496
DK6 0,498
DK7 0,406
DK8 0,361 0,444 VALID
DK9 0,464
DS10 0,440
DK11 0,464
35
Berdasarkan tabel 3.3 diatas dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan dengan
total 67 pertanyaan pada kuesioner memiliki nilai korelasi r > 0.361 sehingga seluruh
butir pertanyaan dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
soal pertanyaan mendapatkan nilai alpha cronbach 0,733, pada dukungan keluarga
dengan soal 15 pertanyaan mendapatkan nilai alpha cronbach 0,713, dan pada
dukungan tenaga kesehatan dengan soal 10 pertanyaan mendapatkan nilai alpha
cronbach 0,704. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa instrument
penelitian pada kuesioner ini α > 0,60.
a) Editing
Dilakukan dengan tujuan guna peninjauan terhadap kelengkapan dalam
pengisian kuesioner, kejelasan jawaban, konsistensi jawaban, relevansi
jawaban serta keseragaman jawaban.
37
b) Coding
Dilakukan dengan mengelompokkan jawaban yang sudah diberikan oleh
responden ke dalam jenis yang disesuaikan serta dengan pemberian kode pada
tiap- tiap kategori.
c) Entry
Merupakan sesi lanjutan sehabis pengkodean, dimana data yang sudah
dikategorikan dimasukkan ke dalam lembar variabel pada aplikasi pengolahan
data guna sesi pemrosesan.
d) Cleaning
Tahap lebih lanjut sesudah data dimasukkan ke dalam aplikasi merupakan
pengecekan kembali data guna menciptakan data yang berkemungkinan
hadapi kesalahan pengkodean maupun lenyap dan meninjau konsistensi data.
e) Tabulating
Tabulating merupakan aktivitas guna mengelompokkan data sesuai
dengan watak serta variabel yang diteliti guna kemudahan dalam proses
analisis lebih lanjut.
3. Confidentialitly (kerahasiaan)
Informasi yang diberikan responden akan dijaga kerahasiaannya oleh
peneliti.
4. Fair treatment (Perlakuan)
Perlakukan adil berupa jaminan yang diterima oleh responden agar
diperlakukan secara baik dan adil, hal itu dilakukan baik sebelum, selama
ataupun sesudah terlaksananya penelitian.
1. Tahap persiapan
Dimulai dari menentukan masalah yang akan diteliti, menyusun
rumusan masalah, tujuan, manfaat, mengumpulkan landasan teori,
menentukan hipotesis, menentukan metodologi penelitian serta
mengumpulkan referensi yang diperlukan guna mendukung penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Dilakukan di lapangan dengan mengumpulkan data melalui
wawancara atau pengisian kuesioner, yang akan digunakan untuk analisis
dan penarikan kesimpulan.
3. Tahap akhir
Setelah diperoleh data hasil wawancara dan pengisian kuesioner, data
yang diolah akan dianalisis menggunakan software SPSS dengan
melakukan analisis univariat dan bivariat. Tahap akhir yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah penyusunan laporan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas wilayah kerja Puskesmas Paal X adalah 29,93 km2 dengan perincian :
41
42
a. Sarana Pendidikan
Tabel 4.2 Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Paal X
Kota Jambi Tahun 2021
Tabel 4.3 Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Paal X Kota
Jambi Tahun 2021
Berdasarkan data pada tabel 4.5 diatas dapat dilihat karakteristik responden
kategori umur terbanyak pada rentang usia 21-35 tahun dimana terdapat 59 (65,6%)
responden. Karakteristik responden berdasarkan paritas terbanyak pada responden
dengan jumlah anak 2-4 orang sebanyak 66 (73,3%) responden. Karakteristik
44
Hasil analisis univariat gambaran pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada
tabel distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Paal X sebagai
berikut:
Frekuensi
No Pemberian ASI Eksklusif N %
(n=90)
1. Umur
Berisiko 31 34,4%
Tidak Berisiko 59 65,6%
2. Paritas
Primipara 24 26,7%
Multipara 66 73,3%
3. Pendidikan
Rendah 15 16,7%
Tinggi 75 83,3%
4. Pekerjaan
Bekerja 12 13,3%
Tidak Bekerja 78 86,7%
5. Pengetahuan
Kurang 51 56,7%
Baik 39 43,3%
6. Sikap
Negatif 36 40%
Positif 54 60%
7. Dukungan suami
Tidak Mendukung 35 38,9%
Mendukung 55 61,1%
8. Dukungan keluarga
Tidak Mendukung 33 36,7%
Mendukung 57 63,3%
9. Dukungan tenaga kesehatan
Tidak Mendukung 11 12,2%
Mendukung 79 87,8%
Sumber : Data Primer Terolah, 2022
46
Jumlah anak atau paritas pada studi ini dibagi jadi 2 kategori yakni pada ibu
primipara dimana memiliki 1 anak dan pada ibu multipara yang memiliki 2-4 anak
atau grandemultipara yang memiliki lebih dari 5 anak. Sebaran responden menurut
karakteristik paritas yang diketahui pada tabel lebih banyak pada kategori multipara
sebanyak 66 responden (73,3%) sedangkan pada paritas primipara sebanyak 24
responden (26,7%)
Tingkat pendidikan pada studi ini dibagi jadi 2 kategori yakni ibu
berpendidikan rendah dan tinggi. Sebaran responden menurut karakteristik
pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel yang mendapatkan bahwa lebih banyak pada
kategori ibu dengan pendidikan tinggi sebanyak 75 responden (83,3%) sedangkan 15
responden ibu berpendidikan rendah ( 16,7%).
Pekerjaan dalam studi ini dibagi jadi 2 kategori yaitu ibu yang bekerja dan
tidak bekerja untuk menggambarkan status pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas
Paal X. dari 90 responden sebagian besar tidak bekerja sebesar 78 responden (86,7%)
sedangkan ibu bekerja sebanyak 12 responden (13,3%).
Dalam penelitian ini, tingkat pengetahuan ibu terbagi menjadi dua kategori,
yaitu yang berpengetahuan kurang dan yang berpengetahuan baik. Distribusi
responden berdasarkan ciri-ciri tingkat pengetahuan ibu dapat dilihat pada tabel yang
mendapatkan bahwa lebih banyak ibu yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 51
47
Kategori sikap dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu ibu yang
memiliki sikap negatif dan positif terhadap ASI eksklusif. Sebaran responden
menurut karakteristik sikap ibu dapat dilihat pada tabel yang menunjukkan bahwa
dari 90 responden diketahui sebagian besar responden memiliki sikap positif
sebanyak 54 orang (60%) sedangkan yang negatif sebanyak 36 responden ( 40%).
Tabel 4.8 Hasil tabulasi Silang karakteristik Ibu, dukungan suami, dukungan
keluarga dan dukungan tenaga kesehatan dengan faktor yang memengaruhi
pemberian ASI Eksklusif
dan sebanyak 30 responden (38,5%) tidak bekerja yang memberikan ASI Eksklusif.
Hasil analisis statistik uji chi square diperoleh nilai p value sebesar 0,448 karena nilai
p-value > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan
pemberian ASI eksklusif. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai PR = 0,813 (95% CI
(0,449-1,469).
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dari
tingkat pendidikan diperoleh 11 responden (73,3%) ibu dengan pendidikan rendah
dan 43 (57,3%) ibu dengan pendidikan tinggi yang tidak memberikan ASI eksklusif.
Sedangkan ibu yang memberikan ASI eksklusif dengan berpendidikan rendah
sebanyak 4 (26,7%) dan sebanyak 32 responden (42,7%) berpendidikan tinggi. Hasil
analisis statistik uji chi square diperoleh nilai p value sebesar 0,248 karena nilai p-
value > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara status tingkat pendidikan dengan
pemberian ASI eksklusif. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai PR = 1,279 (95% CI
(0,890-1,838).
Hasil analisis faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dari
tingkat pengetahuan terdapat ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan
pengetahuan kurang sebanyak 43 (84,3%) responden dan ibu dengan pengetahuan
baik sebanyak 11 (28,2) sedangkan ibu yang memberikan ASI Eksklusif dengan
pengetahuan kurang sebanyak 8 (15,7%) dan ibu dengan pengetahuan baik sebanyak
28 (71,8%) responden. Hasil analisis statistik uji chi square diperoleh nilai p value
sebesar 0,000 karena p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Dari hasil analisis juga
diperoleh nilai PR = 2.989 (95% CI (1.787-5.001) yang berarti ibu dengan tingkat
pengetahuan rendah memiliki peluang 2,899 kali lebih besar untuk tidak memberikan
ASI eksklusif dibandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan yang baik.
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dari
sikap ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif diperoleh 29 (80,6%) responden yang
memiliki sikap negatif dan 25 (46,3%) ibu yang memiliki sikap positif. Sedangkan
ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 7 (19,4%) ibu yang memiliki sikap
51
negatif dan 29 (53,7%) responden yang memiliki sikap positif. Hasil analisis uji chi
square didapatkan nilai p value 0,001 karena p value < 0,05 maka dapat dikatakan
hubungan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Dari hasil analisis juga diperoleh
nilai PR = 1,740 (95% CI (1,252-2,418) yang artinya ibu dengan sikap negatif
didorong untuk 1,740 kali lebih mungkin untuk tidak memberikan ASI eksklusif
dibandingkan ibu dengan sikap positif.
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dari
dukungan suami diperoleh 30 (85,5%) responden yang suaminya tidak mendukung
dan 24 (43,6%) ibu yang mendapat dukungan suami yang tidak memberikan ASI
eksklusif. Sementara itu, terdapat 5 (14,3%) ibu yang suaminya tidak mendukung dan
sebanyak 31 (56,4%) yang mendapat dukungan dari suami dimana memberikan ASI
eksklusif. Hasil analisis statistik uji chi square diperoleh nilai p-value sebesar 0,000
karena p value < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara dukungan suami
terhadap pemberian ASI eksklusif. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai PR = 1,964
(95% CI (1,413-2,731) yang berarti ibu yang tidak mendapat dukungan dari suami
berpeluang 1,964 kali lebih besar untuk tidak dapat memberikan ASI eksklusif
dibandingkan dengan ibu yang mendapat dukungan dari suami mereka.
Hasil analisis dari faktor yang memengaruhi pemberian ASI Eksklusif dari
dukungan keluarga yang diperoleh 26 (78,8%) ibu yang tidak mendapat dukungan
keluarga dan 28 (49,1%) Ibu mendapat dukungan keluarga dimana tidak memberikan
ASI Eksklusif. Sedangkan terdapat 7 (21,2%) ibu tidak mendapat dukungan serta
sebanyak 29 (50,9%) ibu yang mendapat dukungan untuk dapat memberikan ASI
Eksklusif. Hasil analisis uji chi square didapatkan nilai p value sebesar 0,006
dikarenakan nilai p-value < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif. Dari analisis diperoleh pula
nilai PR = 1.604 (95% CI (1.167-2.204) yang artinya ibu yang tidak mendapatkan
dukungan dari keluarga artinya 1.964 kali lebih besar tidak memberikan ASI
eksklusif dibandingkan dengan ibu yang mendapat dukungan keluarga.
52
0,25 sehingga harus dikeluarkan, akan tetapi secara substansi variabel tersebut
berhubungan sehingga dimasukkan sebagai kandidat Multivariat. lalu dilanjutkan
dengan analisis confounding. Berikut model awal analisis Multivariat yang disajikan
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.10 Model awal analisis Multivariat pada pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Paal X
a. Perubahan nilai OR
Hasil analisis pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa terdapat enam variabel
dengan nilai p-value > 0,05 yaitu usia, paritas, pekerjaan, pendidikan, dukungan
keluarga, dan dukungan tenaga kesehatan, dengan paritas terbesar maka dilakukan
pemodelan paritas selanjutnya variabel dihilangkan dari model. Setelah menghapus
variabel paritas dari model, diperoleh temuan sebagai berikut:
Terlihat perubahan nilai OR pada variabel umur, pekerjaan, pendidikan,
pengetahuan, sikap, dukungan suami, dukungan keluarga, dan dukungan tenaga
kesehatan setelah paritas dihilangkan.
54
Tabel 4.16 Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum dan Sesudah Usia
Dikeluarkan
kesehatan dan usia memiliki nilai p-value > 0,05 sehingga dikeluarkan satu persatu
dari nilai p-value terbesar dan didapatkan hasil analisis model akhir seperti tabel
dibawah ini :
Tabel 4.17 Model akhir analisis Multivariat pada pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Paal X
Berdasarkan tabel 4.17 bahwa variabel yang mempunyai nilai p-value <0,05
ialah pengetahuan, sikap dan dukungan suami artinya terdapat hubungan yang
signifikan, sedangkan variabel usia, pekerjaan, pendidikan, dukungan keluarga dan
dukungan tenaga kesehatan sebagai variabel pengontrol. Pada variabel paritas saat
dikeluarkan tidak terjadi perubahan OR diatas 10% sehingga dikeluarkan selamanya
sedangkan pada variabel usia, pekerjaan, pendidikan, dukungan keluarga dan
dukungan tenaga kesehatan kesehatan saat dikeluarkan terjadi perubahan PR >10%
sehingga dimasukkan kembali kedalam model dan merupakan variabel Confounding.
Confounding atau sering kali dikenal sebagai efek perancu atau pengacau
merupakan bias yang bersumber dari proses pencampuran egek pajanan utama
terhadap efek dari dampak resioko luar lainnya atau adanya variabel pengganggu
yang digunakan sebagai perancu pada saat analisis yang bahkan tidak menggunakan
metode yang tidak diperhitungkan. Confounding juga diartikan sebagai isu yang
penting untuk diperhatikan, karena kehadirannya dapat mempengaruhi p-value dan
besaran risiko yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
58
4.2 Pembahasan
Bayi yang mendapat ASI eksklusif tidak mendapatkan makanan atau
minuman tambahan (seperti air putih, susu formula, jeruk, madu, teh, bubur dll)
selama enam bulan selain vitamin, mineral, dan air susu ibu (ASI). Memberikan ASI
segera setelah melahirkan sangat penting untuk keberhasilan dan kelanjutan
menyusui. Bayi yang langsung disusui 30 menit pertama setelah bayi lahir, akan lebih
berhasil dalam proses penyusuan karena pada waktu tersebut refleks menghisap bayi
yang paling baik.2
Pertumbuhan, perkembangan fisik, mental yang baik dan kecerdasan
semuanya sangat bergantung pada pemberian ASI. Oleh karena itu, ibu harus fokus
pada menyusui agar proses menyusui berjalan dengan baik. Pada penelitian ini
59
pada saat cukup dewasa tingkat perkembangan dan kekuatan seseorang akan lebih
berpengalaman dalam berpikir dan bekerja dengan baik. Ini penting untuk
pengalaman dan pengembangan jiwa terutama dalam memberikan ASI pada anak.56
Hasil analisis statistik uji chi-square diperoleh nilai p value sebesar 0,014 (p-
value < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia dengan
pemberian ASI eksklusif. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai PR = 1,523 (95% CI
1,111-2,086) yang artinya ibu dengan kategori usia berisiko (< 20 dan > 35 tahun)
memiliki peluang 1,523 kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI eksklusif
dibandingkan dengan ibu usia tidak berisiko (20-35 tahun).
Hasil penelitian Rolita Efriani dan Dhesi Ari Astuti (2020) Analisis bivariat
diketahui responden dengan umur <20 atau 35> yang memberikan ASI eksklusif
sebanyak 5 orang (7,8%). Sedangkan responden dengan umur <20 atau 35> yang
tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 20 orang (31,3%). Responden dengan
umur 20-35 yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 21 orang (32,8%), sedangkan
responden dengan umur 20-35 yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 18
orang (28,1%). Hasil uji chi square menunjukkan p-value 0,007 sehingga dapat
disimpulkan bahwa p-value 0,007 < 0,05 dan terdapat hubungan antara umur ibu
dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo 1 tahun
2018. Nilai koefisien kontingensi didapatkan hasil bahwa C=0,319, yang artinya
tingkat keeratan hubungan koefisien kontingensi adalah rendah (0,20-0,399).28
Penelitian Desy Purnamasari (2022) memberikan hasil yang hampir sama yaitu usia
ibu berpengaruh terhadap praktik pemberian ASI eksklusif dengan p-value 0,005.57
Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian Evi Novita dkk (2022) karena
temuan penelitian tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara usia
dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai p-value sebesar 0,985. Hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan teori karena pada usia tersebut rasa keingintahuan ibu lebih
besar mengenai segala informasi yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan
bayinya, informasi mengenai ASI Ekslusif dabat diakses melalui internet. Karena
61
didorong oleh rasa penasaran terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
maksimal. Rendahnya cakupan pemberian ASI Ekslusif juga disebabkan oleh
promosi susu formula yang sangat gencar dilakukan, sehingga dapat menjadi stimulus
bagi para ibu untuk lebih memilih memberikan susu formula dibandingkan dengan
pemberian ASI. 58
Usia 20- 35 tahun merupakan usia yang baik untuk masa reproduksi, dan pada
umumnya pada usia tersebut memiliki kemampuan laktasi yang lebih baik
dibandingkan dengan ibu yang usianya lebih dari 35 tahun sebab pengeluaran ASI-
nya lebih sedikit dibandingkan dengan yang berusia reproduktif. Pada usia kurang
dari 20 tahun secara psikis umumnya belum siap untuk menjadi ibu, sehingga bisa
menjadi beban psikologis yang akan menyebabkan depresi dan menyebabkan ASI
susah untuk keluar.59
Paritas merupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu.
Artian paritas dalam menyusui adalah pengalaman pemberian ASI eksklusif,
menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga serta
pengetahuan tentang manfaat ASI berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk
menyusui atau tidak. Ibu yang paritas lebih dari satu akan berpengaruh terhadap
lamanya menyusui hal ini dikarenakan faktor pengalaman yang di didapatkan oleh
ibu. Seorang ibu dengan kelahiran bayi pertamanya mungkin akan mengalami
masalah ketika menyusui yang sebetulnya. Hal ini dikarenakan ibu tidak mengetahui
cara menyusui yang sebenarnya. Apabila ibu mendengarkan ada pengalaman
menyusui yang kurang baik yang dialami orang lain maka hal ini memungkinkan ibu
akan ragu untuk memberikan ASI pada bayinya.32 Adapun jenis padanan ibu yang
melahirkan antara lain :60
62
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Evi Novita dkk (2022) hasil uji statistik
Chi-square antara variabel paritas dan pemberian ASI Ekslusif menunjukkan p- value
0,559 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan paritas ibu dengan
pemberian ASI Ekslusif di Desa Lunggaian. Nilai OR (95%CI) menunjukkan bahwa
responden primipara 1,5 kali lebih beresiko tidak mendapatkan ASI eksklusif
dibandingkan dengan responden multipara.58 Namun penelitian ini bertentangan
dengan temuan Luh Putu Sukma Pratiwi Sutama dkk (2020) Hasil analisis statistik
diperoleh nilai korelasi sebesar p = 0,005, artinya terdapat hubungan yang bermakna
antara paritas dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Pekapuran Raya Banjarmasin sehingga hipotesis diterima. Prevalence Ratio dari
63
variabel ini adalah 2,434, hal ini berarti ibu yang multiparitas cenderung untuk
memberikan ASI eksklusif 2,434 kali lebih besar dibandingkan ibu yang
primiparitas.33
kemungkinan ibu dapat memberikan ASI eksklusifnya dan apabila status pekerjaan
ibu bekerja maka besar kemungkinan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya. Kebanyakan ibu yang bekerja maka waktu merawat bayinya lebih sedikit,
sehingga memungkinkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Ibu
bekerja masih dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan cara memompa
atau dengan memerah ASInya, kemudian disimpan dan diberikan pada bayinya nanti.
Kondisi lingkungan pekerjaan seorang ibu bekerja dapat pula mempengaruhi
pemberian ASi eksklusif.63
Hasil analisis hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif
menunjukkan bahwa dari 54 responden yang tidak bekerja terdapat 48 (61,5%) ibu
yang tidak memberikan ASI eksklusif. Sedangkan pekerjaan ibu yang bekerja dengan
pemberian ASI eksklusif terdapat 6 (50%) yang tidak memberikan ASI eksklusif.
Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,448 (P > 0,05), sehingga dapat
dikatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan pemberian
ASI eksklusif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riza Ramli (2020) menunjukkan
sebagian besar ibu tidak bekerja dan diantaranya ada 4 orang (9,5%) yang
memberikan ASI saja selama 6 bulan kepada bayinya. Sementara itu, dari seluruh ibu
yang bekerja hanya ada 1 orang (6,7%) yang menyusui secara eksklusif. Hasil
analisis bivariat didapatkan nilai P value = 0,604 > α 0,05, artinya tidak ada hubungan
antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.64
Penelitian yang dilakukan oleh Farida dkk (2022) analisis bivariat diketahui
bahwa dari 32 ibu (53,3%) dengan status bekerja, sebanyak 29 ibu (48,3%)
menyatakan tidak memberikan ASI eksklusif dan hanya sebanyak 3 ibu (5,0%) yang
menyatakan memberikan ASI eksklusif. Sedangkan dari 28 ibu (46,7%) yang tidak
bekerja seluruhnya menyatakan tidak memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan hasil
uji statistik Fisher’s Exact Test diperoleh nilai P value sebesar 0,241 dengan α = 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa P value > α artinya tidak ada hubungan antara
pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Sebagian besar ibu yang bekerja dan
65
tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya beranggapan bahwa setiap
hari mereka harus bekerja, mengurus keluarga dan melakukan pekerjaan rumah
lainnya sehingga tidak bisa selalu memberikan ASI sehingga perlu diganti atau
ditambah dengan makanan pendamping ASI. Berdasarkan hasil probing ditemukan
bahwa ibu bekerja sebagian merasa capek dan lelah sehingga tidak mau memberikan
ASI secara eksklusif. 62
antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan hasil
wawancara diketahui ibu yang memiliki pendidikan tinggi dan tidak memberikan ASI
eksklusif dikarenakan ibu selalu berada diluar rumah saat bekerja. ibu yang
berpendidikan tinggi dan tidak memberikan ASI eksklusif juga beranggapan bahwa
memberikan ASI saja pada bayi makanan tambahan diusia 0-6 bulan tidak cukup
untuk membantu mencukupi gizi selama periode tumbuh kembang bayi secara baik,
apalagi ibu yang jarang dirumah.62
Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu bisa menjadi faktor pendukung serta
bisa juga menjadi faktor penghambat terhadap pemberian ASI Eksklusif. Ini
bergantung pada ibu, jika dia berpendidikan tinggi dan menggunakan
pengetahuannya secara efektif, dia dapat mempraktikkan ASI eksklusif, tetapi ibu
dengan tingkat pendidikan rendah tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang
diperlukan sehingga tidak dapat melakukannya disebabkan pengetahuan yang kurang
bisa menambah pengetahuan dengan belajar dari internet, membeli buku-buku
kesehatan terkait karena pada zaman yang sekarang ini sudah modern dan canggih
kita bisa belajar dimana saja dan kapan saja tergantung pada diri sendiri apakah mau
atau tidak untuk melakukan hal tersebut.
Pengetahuan ialah hasil tahu dan hal ini terjadi apabila seseorang telah
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan akan suatu
obyek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa dan peraba dengan sendiri pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap suatu obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia dapat diperoleh
melalui mata serta telinga. Hal ini mengingatkan bahwa peningkatan pengetahuan
seseorang tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat juga
diperoleh melalui pendidikan non formal.69
Rendahnya pengetahuan dan beberapa mitos yang ada di lingkungan
masyarakat dapat mempengaruhi suksesnya dalam pemberian ASI secara eksklusif.
Terbentuknya pengetahuan seorang ibu juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Semakin banyak informasi yang didapat oleh ibu maka semakin banyak pula
pengetahuan yang didapatkan karena informasi merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pengetahuan atau kognitif
merupakan suatu domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Semakin baik pengetahuan seorang Ibu mengenai ASI eksklusif, maka seorang ibu
akan memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Begitu juga sebaliknya, semakin
rendah pengetahuan seorang ibu mengenai ASI eksklusif, maka semakin sedikit pula
peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.70
Pengetahuan mengenai pemberian ASI eksklusif menjadi hal yang sangat
penting bagi ibu sehingga mau memberikan ASI selama minimal 6 bulan pada
bayinya. Hasil kajian didapatkan bahwa kurangnya pengetahuan adalah faktor yang
paling banyak mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif. Seiring
dengan itu hasil kajian ini juga mendapatkan bahwa peningkatan pengetahuan melalui
konseling/penyuluhan menjadi upaya yang paling banyak dilakukan di masyarakat
69
ibu (16,1%), sedangkan pada ibu yang tingkat pengetahuan baik akan cenderung
memberikan ASI eksklusif, dimana hasil penelitian menunjukan sebanyak 44 ibu
(47,3%) yang memberikan ASI ekslusif diantaranya mempunyai pengetahuan baik
lebih banyak yaitu berjumlah 27 ibu (29,0%) dan 17 ibu (18,3%) yang mempunyai
pengetahuan kurang.44
Ibu yang memiliki sikap yang kurang atau tidak tanggap dalam pemberian
pemberian ASI eksklusif, dapat memperbesar risiko atau kemungkinan bayi yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai
pernyataan sikap seseorang tentang pemberian ASI eksklusif. Pernyataan sikap
adalah rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang
hendak diungkap.44 Sikap dipengaruhi dengan berbagai aspek, seperti pengalaman
pribadi, pengaruh orang penting lainnya, budaya, media massa, lembaga pendidikan,
dan lembaga keagamaan, serta faktor emosional. Penyuluhan yang baik akan
berdampak baik dan lebih bermanfaat bagi responden sehingga terjadi peningkatan
pemberian ASI eksklusif.71 Terdapat kondisi-kondisi tertentu dimana meskipun ibu
bersikap positif namun ibu tetap tidak mau memberi ASI Eksklusif seperti ASI tidak
keluar, kesibukan pekerjaan dan sebagainya, belum tentu sikap terwujud dalam suatu
tindakan. Terwujudnya sikap agar menjadi tindakan nyata diperlukan dukungan dari
pihak tertentu seperti tenaga kesehatan, keluarga atau orang-orang terdekat ibu.72
Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai p-value
sebesar 0,001 hal ini berarti variabel sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif
memiliki hubungan yang signifikan karena nilai p value < 0,05. Dari hasil analisis
juga diperoleh nilai PR = 1,740 (95% CI (1,252-2,418) yang artinya ibu dengan sikap
negatif didorong untuk 1,740 kali lebih mungkin untuk tidak memberikan ASI
eksklusif dibandingkan ibu dengan sikap positif. Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian Widad Abdullah Sjawie dkk bahwa ada hubungan antara sikap dan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado tahun
2019 dengan hasil analisis menggunakan Chi Square uji diperoleh nilai 0,000
(p<0,05).50
72
Penelitian lain yang terkait yaitu penelitian Andi Herman dkk (2021) Hasil uji
statistik hubungan antara variabel sikap dengan pemberian ASI eksklusif
menunjukkan bahwa faktor sikap mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
perilaku pemberian ASI eksklusif dimana didapatkan nilai p-value 0,019.
Berdasarkan hasil bivariat menunjukan diperoleh ada sebanyak 44 ibu (47,3%) yang
memberikan ASI eksklusif diantaranya mempunyai sikap cukup 25 ibu (26,9%) dan
yang mempunyai sikap kurang 19 ibu (20,4%). Sedangkan yang tidak memberikan
ASI eksklusif sebanyak 49 ibu (52,7%) diantaranya mempunyai sikap cukup 16 ibu
(17,2%) dan yang mumpunyai sikap kurang sebanyak 33 ibu (35,5%). 44
Berbeda dengan temuan penelitian Nency Agustia dkk (2019) dimana tidak
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap ASI eksklusif dengan
nilai p value 0,423 (p > 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar ibu
memiliki pengetahuan yang rendah (77,2%) mengenai ASI eksklusif diantaranya
sebanyak (19,6%) ibu mengetahui manfaat ASI eksklusif bagi ibu. Ibu-ibu tersebut
beranggapan bahwa menyusui dapat membuat payudara menjadi kendur, sebanyak
(27,2%) ibu yang mengetahui cara menyimpan ASI perah dan sebanyak (37%) ibu
yang mengetahui wadah yang tepat untuk menyimpan ASI perah padahal dengan
penyimpanan ASI perah yang benar akan membuat komposisi ASI terjamin untuk
bayi, serta responden banyak menjawab menggunakan dot untuk memberikan ASI
perah (17,4%), seharusnya dot tidak dianjurkan karna dapat membuat bayi bingung
dengan puting ibu.73
terhadap suatu hal tertentu. Jika ibu bisa menerima informasi yang diberikan serta
bisa mengaplikasikannya dengan baik menunjukkan bahwa ibu mengarah ke sikap
yang positif.
tersebut. Agar ibu menyusui merasa tenang, tenteram, dan nyaman sehingga dapat
memproduksi lebih banyak hormon oksitosin yang akan memperlancar ASI pada bayi
sehingga dukungan keluarga sangat diperlukan.74
Hasil analisis uji statistik Chi Square diketahui bahwa nilai p value 0,000 (p <
0,05) hal ini menujukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan
suami terhadap pemberian ASI Eksklusif. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai PR =
1,964 (95% CI (1,413-2,731) yang berarti ibu yang tidak mendapat dukungan dari
suami berpeluang 1,964 kali lebih besar untuk tidak dapat memberikan ASI eksklusif
dibandingkan dengan ibu yang mendapat dukungan dari suami mereka.
karena proses pemberian ASI eksklusif tidak hanya dipengaruhi oleh dukungan suami
yang layak, tetapi juga sangat tergantung pada keinginan kuat ibu itu sendiri. Proses
pemberian ASI eksklusif lebih lanjut terhambat oleh masalah ibu yang disebabkan
oleh produksi ASI yang tidak lancar atau ASI nya tidak keluar.75
memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung. Keluarga dapat
berperan aktif dalam mendukung pemberian ASI dengan cara memberikan dukungan
emosional atau bantuan praktis lainnya. Apabila dukungan yang dibutuhkan kurang
maka akan mempengaruhi motivasi ibu dalam melakukan tindakan. Selain hal
tersebut, dalam keluarga ketika membuat keputusan ditentukan oleh kemampuan
anggota keluarga, tentunya hal ini akan mempengaruhi dalam dukungan yang
diberikan. 69
Dengan dukungan keluarga yang selalu memberikan dukungan baik berupa dukungan
informasi, evaluasi, instrumental, dan emosional.76 Penelitian lain yang juga sejalan
dengan penelitian ini yaitu oleh Indah Sulistyowati dkk (2020) hasil penelitian
meunjukkan nilai ρ value = 0.007 < 0,05, artinya Ha diterima sehingga ada hubungan
dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif di RW I Kelurahan
Tambakharjo Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang.52
Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian Dewi Elliana (2018)
Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test didapatkan hasil analisis statistic dengan p
value sebesar 0.073 (p = 0.073 > 0.05), sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
berarti bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang. Bagi sebagian ibu menyusui bukanlah hal yang mudah. Banyak ibu yang
kelelahan dan tidak yakin mampu memberikan air susunya untuk bayinya dengan
alasan dirinya bekerja. 69
Hasil penelitian Ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu
Devita Citra Dewi (2018) berdasarkan hasil analisis bivariat terdapat 17 (81,0%) dari
79
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai p-value sebesar 0,102 > 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa usia ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian
ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh idawati dkk
(2021) dengan judul penelitian analisis penyebab kegagalan pemberian asi eksklusif
pada bayi di RSUD Tgk. Chik Ditiro Kabupaten Pidie dimana dari hasil tabel
Coefficient untuk variabel umur ibu, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, paritas, usia
bayi, pengetahuan, sikap, perilaku, penolong persalinan dan tradisi dalam pemberian
ASI eksklusif dengan nilai sig 0,116 > dari p : 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh
signifikan variabel umur ibu, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, paritas, usia bayi,
pengetahuan, sikap, perilaku, penolong persalinan dan tradisi.82 Hasil yang sama juga
didapatkan pada penelitian Hana Rosiana Ulfah dan Farid Setyo Nugroho (2020)
81
dengan variabel usia, pendidikan dan pekerjaan ibu. Hasil analisis menunjukkan ada
dua variabel yang p-valuenya <0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
variabel pendidikan dan pekerjaan ibu mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI
eksklusif. Sedangkan variabel usia tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI
eksklusif dengan nilai p-value sebesar 0,801 > 0,05.29
Namun hasil ini bertentangan dengan penelitian Dewi Indriani dkk (2022)
dimana hasil analisis regresi logistik ganda variabel yang mempengaruhi pemberian
ASI eksklusif adalah paritas, pekerjaan, pengetahuan dan dukungan keluarga. Namun
variabel yang paling berpengaruh yaitu paritas dengan nilai p-value 0,000 (OR=2.47
CI 95%=1.21-3.72).85
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai p-value sebesar 0,673 > 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan tidak berpengaruh terhadap pemberian
ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Luluk Nur
Fakhidah dan Fitria Hayu palupi (2018) dengan judul analisis faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada ibu di kabupaten Karanganyar, variabel
penelitian terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, tempat bersalin, proses
bersalin dan IMD. Variabel pekerjaan tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI
eksklusif dengan nilai p-value 0,147 > 0,05 sedangkan faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif pada ibu di kabupaten Karanganyar antara lain faktor paritas
dan Tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Faktor yang paling berpengaruh
terhadap pemberian ASI eksklusif adalah Paritas dimana responden yang telah
memiliki pengalaman melahirkan/multipara berpeluang 0.89 kali memberikan ASI
eksklusif dibandingkan dengan ibu primipara.86
Ibu yang bekerja disektor formal dan non formal selayaknya tetap dapat
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Regulasi tentang tempat kerja
menyediakan ruang laktasi memberi peluang kepada ibu bekerja untuk tetap memberi
83
ASI Eksklusif kepada bayinya. Tata cara memberi ASI ketika ibu sedang berada
diluar rumah perlu lebih disosialisasikan kepada ibu bekerja untuk dapat
mempertahankan ASI Eksklusif. Hal ini penting dimana pada periode ini merupakan
periode emas untuk bayi sehingga kualitas anak dimasa depan bisa lebih baik.
Diperlukan komitmen dari berbagai pihak terhadap ibu bekerja untuk dapat
melaksanakan pemberian ASI Eksklusif.87
Hasil penelitian Idawati dkk (2021) juga menunjukkan hasil yang sama
dimana status pekerjaan ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif
dengan nilai p-value 0,381 > 0,05. lingkungan sosial merupakan faktor yang harus
diperhatikan. Masih ada beberapa usaha yang tidak mengizinkan pemberian ASI,
sehingga menambah beban ibu bekerja untuk dapat menyusui atau memerah ASInya.
Volume ASI yang diperah dapat dipengaruhi oleh jumlah tekanan yang diberikan
pada ibu. Alhasil, salah satu manfaat ASI eksklusif adalah dukungan lingkungan,
yang membuat ibu menyusui merasa nyaman dan memastikan aliran ASI lancar.82
Namun hasil ini berbeda dengan temuan penelitian Nidatul Khofiah (2019) hasil uji
statistik regresi logistik didapatkan bahwa variabel yang paling mempengaruhi ASI
Eksklusif adalah pekerjaan ibu. Hasil analisis didapatkan nilai OR sebesar 5,67 (95%
CI : 2,29-14,0) yang memiliki arti bahwa ibu yang tidak bekerja berpeluang 5,67 kali
lebih besar untuk dapat memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan ibu yang
bekerja.88
terjadinya perubahan perilaku ibu akan tetapi pengetahuan juga ikut berperan dalam
meningkatkan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif.89
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai p-value sebesar 0,457 > 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap pemberian
ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Luluk Nur
Fakhidah dan Fitria Hayu palupi (2018) variabel penelitian terdiri dari usia,
pendidikan, pekerjaan, paritas, tempat bersalin, proses bersalin dan IMD. Tingkat
pendidikan ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif dengan nilai p-
value 0,944 > 0,05. Karena ibu harus bekerja dan ibu tidak tahu cara mempertahankan
ASI secara efektif, ibu dengan pendidikan tinggi menyusui bayinya secara ekslusif.86
Hal ini sejalan dengan penelitian Nidatul Khofiah (2018) dengan judul penelitian
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Puskesmas
Umbulharjo I Yogyakarta, variabel penelitian terdiri dari paritas, pekerjaan,
pendidikan, dukungan keluarga dan pengetahuan. Dikatehui pendidikan tidak
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif dengan nilai p-value 0,183 > 0,05.
Sedangkan faktor yang paling mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah status
pekerjaan ibu.88
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hana Rosiana Ulfah
dan Farid Setyo Nugroho (2020) hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat dua
variabel yang p-valuenya <0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel
85
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap pemberian ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dewi Indriani dkk (2022) dengan judul pengaruh paritas, pekerjaan ibu,
pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif, dimana
pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif memiliki pengaruh yang signifikan
dengan nilai p-value 0,000 < 0,05. Menurut peneliti seseorang yang memiliki
pengetahuan yang baik akan cenderung berperilaku baik atau positif pula, jika
kesadaran dalam berperilaku tersebut ada. Selain itu pengetahuan responden yang
baik maka akan memberikan ASI eksklusif meskipun ASInya lancar atau cukup,
sehingga ibu tidak memberikan makanan tambahan selain ASI. Sehingga dengan
pengetahuan yang baik akan mampu mendorong seseorang dalam mengambil
keputusan yang tepat yaitu dalam pemberian ASI eksklusif.85
Ibu yang memilki pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif, hal ini
disebabkan oleh ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang pengertian ASI
eksklusif, kandungan ASI, manfaat pemberian ASI eksklusif dan hambatan dalam
pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan baik ini juga dipengaruhi oleh karakteristik
ibu, dimana ibu lebih mudah dalam mencari berbagai informasi mengenai ASI
eksklusif, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu. Karena pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif,
karena semakin baik pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif, maka seorang ibu akan
memberikan ASI eksklusif pada anaknya.87
86
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anna H Talahatu dkk
(2019) dengan judul analisis faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI
ekslusif pada wilayah kerja Puskesmas Eahun Kecamatan Rote Timur Kabupaten
Rote Ndao hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap
pemberian ASI eksklusif dengan nilai p-value 0,002 < 0,05.90 Namun penelitian ini
bertentangan dengan penelitian Shohipatul Mawaddah (2018) variabel penelitian
terdiri dari pengetahuan, dukungan suami, dukungan teman, dukungan keluarga dan
dukungan tenaga kesehatan. hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tidak
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif dengan nilai p-value 0,171 > 0,05.
Variabel dukungan suami, dukungan teman, dukungan keluarga dan dukungan tenaga
kesehatan memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif dengan nilai p-value
< 0,05. 91
Dari hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel sikap merupakan salah
satu variabel yang memengaruhi pola pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 0,039.
Dari hasil analisis diketahui nilai PR: 4,21 kali artinya faktor yang mempengaruhi
87
pemberian ASI Eksklusif pada sikap negatif dapat meningkatkan hampir 4,21 kali
lebih besar berisiko tidak memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan ibu yang
mendapatkan memiliki sikap positif.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarah Fadhilla Maulida
Bakri dkk (2022) pengujian regresi binary logistik dengan metode enter pada tahap
keempat didapatkan hasil variabel pengetahuan menunjukkan nilai p (Sig) = 0.010
dengan nilai OR (10.954), dan sikap menunjukkan nilai p (Sig) = 0.001 dengan nilai
OR (30.169). Hasil multivariat menujukkan hasil bahwa variabel dengan p (Sig) <
0.05, maka variabel yang dianggap paling berpengaruh yaitu sikap.87
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nency
Agustia dkk (2019) Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan dari beberapa
faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif yaitu pengetahuan, sikap,
fasilitas laktasi, dukungan suami dan dukungan atasan kerja. Berdasarkan hasil faktor
yang paling dominan di Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah dukungan orang tua
dengan p-value 0,162 < 0,05.73
Sikap ibu akan muncul karena mendapatkan suatu stimulus tertentu dan akan
mendapatkan respon dalam kehidupan sehari-hari. Ketika ibu mendapatkan suatu
stimulus yang baik maka akan terbentuk pula sikap yang baik terutama dalam
pemberian ASI begitupun sebaliknya ketika ketika ibu mendapatkan stimulus yang
kurang baik maka akan mempengaruhi pula sikap yang dimiliki orang tersebut.92
4.2.16 Pengaruh dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Paal X
Dukungan suami adalah dukungan yang sangat penting bagi seorang istri
dalam segala hal. Karena suami adalah orang yang setiap hari nya selalu berhubungan
dengan ibu dan anak, yang memberikan banyak pengaruh baik yang disengaja
ataupun tidak disengaja. Ibu yang suaminya mendukung dan peduli akan dapat terus
memberikan ASI kepada bayinya.93 Dari hasil uji multivariat menunjukkan bahwa
88
variabel dukungan suami merupakan salah satu variabel yang memengaruhi pola
pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 0,019. Dari hasil analisis diketahui nilai PR:
6,48 kali artinya faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada dukungan
suami tidak mendukung dapat meningkatkan hampir 6,48 kali lebih besar berisiko
tidak memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan
dukungan.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bintang
Agustina Pratiwi dkk (2019) berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan dari
beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif yaitu dukungan suami,
dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan. Berdasarkan hasil uji regresi
logistik faktor yang paling dominan di Puskesmas Lingkar Barat Kota Begkulu
adalah dukungan orang tua dengan p-value 0,022 < 0,05.95
Seorang suami yang mengerti dan memahami bagaimana manfaat ASI akan
membantu ibu mengurus bayi, termasuk memandikan bayi, menggantikan popok dan
menyerahkan pijatan pada bayi. Sementara ibu, berusaha fokus meningkatkan
kualitas ASI-nya, dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan melakukan
pola hidup sehat.61 Dukungan suami yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan
istri dalam menyusui bayinya. Istri yang mendapatkan dukungan dari pasangannya
memiliki peluang 2.997 kali untuk mengatasi tantangan dan akan terus menyusui.
Sehingga dukungan dari suami menjadi kunci keberhasilan untuk meningkatkan
kemampuan menyusui dan meningkatkan pasokan ASI.96
Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Desiana Nafisah
dkk (2022) dengan judul analisis pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui di
Puskesmas Tanjung Agung Kabupaten Oku, variabel yang masuk ke dalam model
adalah umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, keterpaparan informasi,
dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dukungan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberian
ASI eksklusi dengan nilai p-value 0,033 < 0,05.65
Dorongan dari petugas kesehatan sangat penting dalam memotivasi ibu untuk
memberikan ASI ekslusif pada bayi sampai 6 bulan, karena keberhasilan menyusui
salah satunya adalah dorongan dari petugas.Bila hal ini tidak diketahui baik oleh ibu
maupun oleh petugas kesehatan, maka akan banyak ibu yang merasa ASI nya kurang,
hal ini akan mendorong ibu tersebut untuk memberikan susu formula yang
mengakibatkan produk ASI berkurang.41
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rd. Halim dkk
(2022) praktik pemberian ASI Eksklusif di kota Batam faktor dominan yang
93
5.1 Kesimpulan
1. Pada tahun 2022 gambaran pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-24
bulan di wilayah kerja Puskesmas Paal X sebesar 40%. Angka ini
menunjukkan bahwa tidak mencukupi target nasional sebanyak 45% pada
tahun 2022.
2. Pada tahun 2022 gambaran karakteristik ibu dalam pemberian ASI Eksklusif
dan faktor yang memengaruhinya di wilayah kerja Puskesmas Paal X :
a. Usia ibu, paling besar proporsinya pada rentang usia 20-35 tahun (Tidak
beresiko) sebanyak 59 orang (65,6%).
b. Paritas, paling besar proporsinya dilakukan pada ibu multipara sebanyak
66 orang (73,3%).
c. Pendidikan, paling besar proporsinya dilakukan pada ibu yang
berpendidikan tinggi sebanyak 75 orang (83,3%).
d. Pekerjaan, paling besar proporsinya dilakukan pada ibu tidak bekerja
sebanyak 78 orang (86,7%).
e. Pengetahuan, paling besar proporsinya dilakukan pada pengetahuan baik
sebanyak 58 orang (64,4%).
f. Sikap, paling besar proporsinya dilakukan pada ibu sikap positif sebanyak
54 orang (60%).
g. Dukungan suami, paling besar proporsinya dilakukan pada ibu yang
mendapat dukungan yaitu sebanyak 60 orang (66,7%)
h. Dukungan keluarga, paling besar proporsinya dilakukan pada ibu yang
mendapat dukungan yaitu sebanyak 57 orang (63,3%)
i. Dukungan tenaga kesehatan, paling besar proporsinya dilakukan pada
ibu yang mendapat dukungan yaitu sebanyak 79 orang (87,8%)
94
95
5.2 Saran
1. Bagi ibu menyusui
Berdasarkan penelitian, walaupun pengetahuan, dukungan suami dan
dukungan keluarga sudah baik, namun sebagian ibu masih ada yang tidak
memberikan ASI Eksklusif. Untuk itu hendak nya ibu meningkatkan motivasi
dalam pemberian ASI pada bayi dengan bertanya pada kepada petugas
kesehatan tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Peraturan mengenai pemberian ASI esklusif di tempat kerja dan
tempat umum sebelumnya telah ada dan sudah cukup menunjang untuk
memberikan ASI eksklusif, tetapi masih ada beberapa tempat kerja atau
tempat umum yang belum memberikan ruangan khusus menyusui yang
memadai. Diharapkan kepada dinas kesehatan untuk memberikan sanksi
kepada tempat fasilitas publik yang tidak memiliki fasilitas menyusui dan
juga dapat mempertimbangkan untuk memberikan apresiasi kepada tempat
yang memiliki fasilitas menyusui sehingga tempat yang lain termotivasi untuk
memiliki ruang menyusui yang memadai.
96
4. Adawiyah FR, Musthofa SB, Husodo BT. Program Asosiasi Ibu Menyusui
Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta ( AIMI DIY ) untuk Mendukung
Keberhasilan ASI Eksklusif. 2021;50–6.
12. Safitri A, Puspitasari DA. Upaya Peningkatan Pemberian Asi Eksklusif Dan
Kebijakannya Di Indonesia. Penelit Gizi dan Makanan (The J Nutr Food Res.
97
98
2019;41(1):13–20.
13. Sihombing S. Hubungan Pekerjaan dan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Hinai Kiri Tahun 2017. J Bidan
“Midwife Journal.” 2018;5(1):40–5.
14. Hasandi LA, Maryanto S, Anugrah RM. The Correlation Between Maternal
Age, Exclusive Breastfeeding And Stunting On Toddlers In Cemanggal
Munding Village Semarang Regency. J Gizi dan Kesehat. 2019;11(25):29–38.
16. Sastria A, Hasnah H, Fadli F. Faktor Kejadian Stunting Pada Anak dan Balita.
J Keperawatan. 2019;14(2):100–8.
17. Lestari RR. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Ekslusif
pada Ibu. 2018;2(1):131–6.
22. Agus Supinganto, Dr. S, Kep., NS. MK, Cipta Pramana dr. S, Lenny Irmawaty
99
Sirait, Dr. SST. MK, Mei Lina Fitri Kumalasari MK, Nurhidayah, SSit M,
Selasih putri Isnawati Hadi, S. Tr. Keb. MTK. Manajemen Laktasi Berbasis
Evidance Based Terkini. Ke-1. Samarinda: Sebatik; 2021.
25. Putu widiarti ida ayu. inisiasi menyusui dini & ASI Eksklusif. 2017.
26. Maryunani A. Inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif dan manajemen laktasi.
Jakarta: Trans Media Info.; 2018.
27. Dr. dr. H. Nasrudin Andi Mappaware, Sp.O.G(K). MA, Dr. Nurmiati Muchlis,
S.KM. MK, Dr. Samsualam, S.KM., S.Kep., Ns. MK. Kesehatan Ibu dan Anak
(Dilengkapi dengan Studi Kasus dan Alat Ukur Kualitas Pelayanan Kesehtan
Ibu dan Anak. Ke-1. Yogyakarta: Deepublish, 2020; 2020.
28. Efriani R, Astuti DA. Hubungan umur dan pekerjaan ibu menyusui dengan
pemberian ASI eksklusif. J Kebidanan. 2020;9(2):153.
29. Ulfah HR, Nuhgroho FS. Hubungan usia, pekerjaan dan pendidikan ibu
dengan pemberian asi eksklusif. Intan Husada J Ilm Keperawatan.
2020;8(1):9–18.
30. Ariani P, Ariescha putri ayu yessy, Sari nur mala, Terulin A. Hubungan
Umur, Paritas dan Frekuensi Menyusui dengan Produksi Air Susu Ibu (ASI).
2021;5(2):26–30.
40. LRV S. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Ke-1. Medan: Yayasan Kita
Menulis; 2021.
Sci. 2018;9(1):1–11.
43. Caitom CD, Rumayar AA, Tucunan AA. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sario Kota
Manado. Kesmas. 2019;8(7):108–14.
44. Herman A, Mustafa, Saida, Chalifa wa ode. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif. Prof Heal J. 2021;2(2).
48. Susanti IY, Hety DS. Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Mojosari Kabupaten Mojokerto. 2021;13(1):11–20.
50. Sjawie WA, Rumayar AA, Korompis GEC. Hubungan antara Pengetahuan dan
Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
102
53. Hastono S. Analisis data pada bidang kesehatan. jakarta: Rajagrafindo; 2016.
54. Hastono S. Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada; 2018.
55. Hendrastuti E. Etika Penelitia dan Publikasi Ilmiah. Bogor: PT. Penerbit IPB
Press; 2021. 45–50 p.
56. Putra Apriadi, S.K.M. MK, Reni Agustina Harahap, S.ST. MK, Zuhrina Aidha,
S.Kep. MK. Promosi Kesehatan Lanjutan dalam Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Prenada Media; 2020.
57. Purnamasari D. Hubungan Usia Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Kota
Yogyakarta. J Bina Cipta Husada. 2022;28(1):131–9.
59. Gemilang SW. Hubungan Usia, Pendidikan, Dan Pekerjaan Dengan Pemberian
ASI Eksklusif. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.; 2020.
60. Wulandary CL. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Ke-1. Bandung: Media Sains
Indonesia; 2021.
103
61. Kamilah F, Anwary AZ, Dhewi S. Hubungan Sikap Ibu, Paritas dan Dukungan
Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin Tahun 2021. 2021;
62. Farida, Fitriani RK, Nafiisah M, Indawati R. Hubungan Antara Pendidikan dan
Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Desa Pelem , Kecamatan
Purwosari , Kabupaten Bojonegoro. Media Gizi Kesmas. 2022;11(Juni):166–
73.
63. Timporok AG., Wowor PM, Rompas S. Hubungan Status Pekerjaan Ibu
Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangkoan.
Keperawatan. 2018;6(1):1–6.
64. Ramli R. Hubungan Pengetahuan dan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian
ASI Eksklusif di Kelurahan Sidotopo. Promles. 2020;8(1):36–46.
65. Nafisa D, Zaman C, Siringoringo HE. Analisis Pemberian ASI Eksklusif oleh
Ibu Menyusui di Puskesmas Tanjung Agung Kabupaten OKU. J Kesehat
Saelmakers PERDANA. 2022;5(1).
70. Pohan RA. Hubungan pengetahuan ibu menyusui tentang asi ekslusif dengan
pemberian asi ekslusif di desa sei serindan kota tanjungbalai tahun 2019. J Ilm
Maksitek. 2020;5(1):25–31.
72. Haurissa TGB, Manueke I, Kusmiyati. Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui
dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif. J Ilm Bidan. 2019;6(1).
75. Bakri I, Sari MM, Pertiwi FD. Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemberian
Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempur Kota Bogor Tahun 2018.
Promotor. 2019;2(1):27.
77. Majestika S. Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi. Yogyakarta :
UNY Press; 2018.
105
79. Dewi ADC. Hubungan Pendidikan dan Dukungan Tenaga Kesehatan Ddengan
ASI Eksklusif di Puskesmas Merdeka Palembang Tahun 2018. 2018;6(2):389–
95.
86. Fakhidah LN, Palupi FH. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi
Eksklusif. J Kebidanan. 2018;10(02):181.
106
89. Dr. Nursalam MS, Dr. Muhammad Nawir MP, Suardi, S.Pd. MP, Hasnah K,
S.Pd. MP. Model Pendidikan Karakter. Jakarta:CV.AA Rizky; 2020.
90. Talahatu AH, Laga Nur M, Foes YJ. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Pemberian ASI Ekslusif pada Wilayah Kerja Puskesmas Eahun
Kecamatan Rote Timur Kabupaten Rote Ndao. Pros Semnas Sanitasi
[Internet]. 2019;214:71–7. Available from:
http://semnaskesling.poltekeskupang.ac.id/index.php/ss/article/view/16
92. Prasetio TS, Permana OR, Sutisna A. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Ibu Tentang ASI dengan Keberhasilan ASI Eksklusif : Puskesmas
Pancalang Kabupaten Kuningan. J Kedokt dan Kesehat. 2020;6(1):1–6.
97. Lubis T, Gurnida DA, Nurihsan AJ, Susiarno H, Effendi JS, Yuniati T.
Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga, Peran Petugas
Kesehatan, Dan Hak Menyusui Terhadap Pola Pemberian Asi Eksklusif Pada
Ibu Pekerja Di Sektor Industri Yang Memiliki Fasilitas Menyusui. J Indones
Nutr Assoc. 2022;45(1):59–66.
99. Fau SY, Nasution Z, Hadi AJ. Faktor Predisposisi Ibu Usia Remaja Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Kecamatan Luahagundre Maniamolo
Kabupaten Nias Selatan. 2019;2(3):165–73.
108
109
Identitas Pembimbing
Pembimbing 1
Nama : Rumita Ena Sari, S.KM., M.KM
NIP : 198612112014042001
No. HP : 081286143806
Pembimbing 2
Nama : Adila Solida, S.KM., M.Kes
NIP : 199103092019032020
No. HP : 081266262623
Kerahasiaan
Jambi, 2022
Responden
(............................................)
111
Lampiran 2. Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
Nomor Responden :
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Jumlah anak :
5. Usia bayi :
6. Pendidikan terakhir :
a. Tidak Sekolah
b. SD
c. SMP/SLTP
d. SMA/SLTA/SMK
e. Akademi/Perguruan Tinggi
7. Pekerjaan
a. Ibu rumah tangga
b. Pegawai Swasta
c. Dosen/PNS/TNI/POLRI
d. Wiraswasta
e. Honorer
112
C. Pengetahuan
Lingkarilah jawaban yang menurut anda paling benar pada pilihan yang telah
disediakan
1. Apakah kepanjangan dari ASI ?
a. Air Susu Ibu
b. Anak Sayang Ibu
2. Apakah yang dimaksud dengan ASI Eksklusif ?
a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun
b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan
c. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat
sampai usia 6 bulan
3. Menurut ibu, apakah pemberian ASI penting bagi bayi ?
a. Tidak penting
b. Ragu-ragu
c. Penting
d. Tidak tahu
4. Menurut ibu, kapan seorang bayi harus segera diberikan ASI pertamanya?
a. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam setelah lahir
b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI
113
c. ASI, karena ASI mempunyai nilai gizi dan zat kekebalan yang tidak
membuat bayi alergi
D. Sikap
Pilihlah salah satu sikap yang paling sesuai menurut ibu dengan memberi
centang (√)
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Saya meyakini jika ASI adalah makanan yang baik
untuk anak saya
2 Meski bekerja, saya tetap ingin memberikan ASI
saja
3 Saya hanya akan memberi ASI sampai bayi
berumur 6 bulan dan dilanjutkan hingga 2 tahun
4 Menurut saya bekerja adalah halangan untuk
memberi ASI
5 Saya akan memberikan susu formula/dot agar bayi
tidak rewel saat bepergian/bekerja saat sebelum
berusia 6 bulan
6 Saat saya sangat sibuk, saya tidak bisa menyusui
bayi saya
7 Saya merasa tempat saya bekerja tidak mendukung
saya menyusui
8 Saat dirumah saya akan memberikan ASI setiap
kali bayi meminta
9 Menyusui memberikan citra keibuan dan
kewanitaan bagi seorang ibu
10 Saya selalu mendapat dukungan dari suami dan
keluarga untuk memberikan ASI Eksklusif
116
E. Dukungan Suami
Pilihlah salah satu sikap yang paling sesuai menurut ibu dengan memberi
centang (√)
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah suami ibu mendukung untuk memberikan
ASI eksklusif
2 Apakah suami pernah menanyakan masalah yang
dihadapi saat menyusui
3 Apakah suami pernah memberikan ibu buku,
majalah atau bahan informasi tentang menyusui
dan makanan untuk bayi
4 Apakah suami ibu menyarankan agar bayi diberi
susu formula sebagai tambahan ASI sebelum
berusia 6 bulan
5 Apakah suami ibu pernah membantu
membersihkan rumah ketika ibu menyusui
6 Apakah suami ibu memberikan solusi jika
memiliki masalah terkait menyusui
7 Apakah suami ibu senang membantu menyiapkan
peralatan saat ingin memerah ASI
8 Apakah suami ibu sering mengingatkan ibu untuk
menyusui
9 Apakah suami ibu senang jika melihat ibu sedang
menyusui
10 Apakah suami ibu kurang peduli jika memberikan
ASI saja atau tidak
11 Apakah suami ibu khawatir saat tidak bisa
117
menyusui bayi
12 Apakah ibu merasa kesulitan karena suami
membanding-bandingkan dengan ibu menyusui
lainnya
13 Apakah suami ibu ikut bangun saat menyusui
pada malam hari
14 Apakah suami ibu pernah menyarankan untuk
memberikan makanan tambahan seperti bubur, air
putih, buah dll kepada bayi sebelum berusia 6
bulan
15 Apakah suami ibu memperhatikan gizi ibu selama
menyusui
F. Dukungan Keluarga
Pilihlah salah satu sikap yang paling sesuai menurut ibu dengan memberi
centang (√)
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anggota keluarga mendukung untuk
memberikan ASI eksklusif
2 Apakah anggota keluarga pernah menanyakan
masalah yang dihadapi saat menyusui
3 Apakah anggota keluarga pernah memberikan ibu
buku, majalah atau bahan informasi tentang
menyusui dan makanan untuk bayi
4 Apakah anggota keluarga menyarankan agar bayi
diberi susu formula sebagai tambahan ASI
sebelum berusia 6 bulan
118
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah petugas kesehatan tempat ibu perikasa
kehamilan pernah memberikan penjelasan terkait
ASI Eksklusif
2 Apakah petugas kesehatan tempat ibu melahirkan
pernah menganjurkan ibu memberikan ASI tanpa
memberikan makanan/minuman lain sampai usia
bayi 6 bulan
3 Apakah ibu mendapat penjelasan dari petugas
kesehatan tentang waktu pemberian ASI Eksklusif
4 Apakah ibu mendapat penjelasan dari petugas
kesehatan tentang manfaat ASI Eksklusif bagi bayi
5 Apakah ibu mendapat penjelasan dari petugas
kesehatan mengenai keluhan atau efek samping
yang ditimbulkan apabila bayi tidak diberi ASI
Eksklusif
6 Apakah petugas kesehatan melakukan kunjungan
rumah untuk membimbing memberi ASI eksklusif
7 Apakah petugas memberikan solusi jika
mengalami kendala dalam menyusui
8 Apakah petugas kesehatan memberikan leaflet,
buku atau bahan informasi lainnya mengenai ASI
eksklusif
9 Setiap Ibu pergi ke Puskesmas mencari pelayanan
120
2. Pengetahuan
125
3. Sikap
126
4. Dukungan suami
127
5. Dukungan keluarga
128
Uji Reliabilitas
2. Pengetahuan
131
3. Sikap
132
4. Dukungan suami
133
5. Dukungan keluarga
134
a. Usia
139
b. Paritas
140
c. Pekerjaan
141
d. Pendidikan
142
e. Pengetahuan
143
f. Sikap
144
g. Dukungan suami
145
h. Dukungan keluarga
146
i. Dukungan Nakes
147
a. Paritas keluar
148
b. Pekerjaan keluar
149
c. Pendidikan keluar
f. Usia keluar
2. Model akhir
152
153
Lampiran 9. Dokumentasi
154