Anda di halaman 1dari 78

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSIAPAN PRANIKAH

DENGAN SIKAP TENTANG PERSIAPAN KEHAMILAN YANG SEHAT


PADA CALON PENGANTIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SINDANGKASIH CIAMIS TAHUN 2020

Proposal Penelitian

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Pendidikan


Sarjana Terapan Kebidanan Tasikmalaya

Disusun Oleh :
RIKA AGUSTIANA
P2.06.24.5.17.033

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal penelitian ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan tentang Persiapan

Pranikah dengan Sikap tentang Persiapan Kehamilan yang Sehat pada Calon

Pengantin di Wilayah Kerja Puskesmas Sindangkasih Ciamis Tahun 2020”, untuk

memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Sarjana Terapan

Kebidanan.

Penyusunan proposal penelitian ini tidak dapat selesai tanpa bimbingan,

bantuan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Hj. Ani Radiati, S.Pd, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Tasikmalaya.

2. Nunung Mulyani, APP, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Tasikmalaya.

3. Dr.Meti Widya Lestari, SST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi Sarjana

Terapan Kebidanan Tasikmalaya.

4. Dede Ganitini, SST, M. Keb, selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis selama perkuliahan

5. Siti Patimah, SST, M. Keb sebagai Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan dalam penyusunan proposal

penelitian ini.
6. Helmi Diana, SST, M.Keb, selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan dalam penyusunan proposal

penelitian ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan yang

telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan membimbing penulis selama

perkuliahan.

8. Kedua orang tua tercinta Babeh (Adam Damsuki) dan Mamih (Empong

Sumyati) yang selalu memberikan do’a terbaiknya, kasih sayang,

dukungan dan motivasi.

9. Keluarga Besar Ibnu Unus, terutama Keluarga Ibu Jeje, Wa iyah,

Saelatunnajwah, Widya, Syifa, Ai, dan semuanya yang tidak bisa saya

sebutkan satu per satu, terimakasih atas segala doa dan dukungannya.

10. Aldi Auliya Nur Andika terimakasih atas dukungan, doa-doa, dan selalu

ada untuk memberikan motivasi di sepanjang perjalan kuliah saya.

11. Teman-teman Mahasiswi Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya yang selalu memberikan semangat,

dukungan, serta motivasi dalam menyelesaikan proposal penelitian ini,

terutama khusus untuk Gina Mardiani, Chintia Dwi AL, Renitasari A,

Rahayu RH, Tesa Lugina, Rose Setiasih.

12. Teman-teman Picanto, Puput, Mc, Aca, Selly, Je, Paul, Azmi, Apoy,

Awalul, Mahar dan Tyas, terimakasih banyak senantiasa selalu

mendukung dengan doa-doa terbaiknya.


13. Teman semasa SMP, Wira, Agus, Fikri, Muthia, tidak lupa Tia Resti, Tika,

Nurhayati, dan Siti yang selalu membuat saya semangat dan termotivasi

serta doa-doa yang selalu diberikan, terimakasih banyak.

14. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun dan

menyelesaikan proposal penelitian ini, yang pada kesempatan ini tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penulisan proposal penelitian ini masih jauh

dari kesempurnaan, baik dari kajian teori maupun tata bahasa. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga

proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Tasikmalaya, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

DAFTAR TABEL..............................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................viii

DAFTAR BAGAN.............................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6

1.3 Tujuan.............................................................................................................6

1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................6

1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................6

1.4 Manfaat...........................................................................................................7

1.4.1 Manfaat Teoritis...................................................................................7

1.4.2 Manfaat Praktis....................................................................................7

1.5 Keaslian Penelitian.........................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................11


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Retensi Pengetahuan pada Percobaan Ebbinghau................................. 25

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian............................................................. 39

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner................................................................................. 41


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 .....................................................................................................20


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian.................................................................... 33

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian................................................................ 34

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian pre eksperimental............................................. 36


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa kehamilan merupakan masa periode awal kehidupan atau

biasa disebut 1000 hari pertama kehidupan. Periode ini juga disebut

periode sensitif. Perkembangan sel-sel otak manusia pada masa tersebut

sangat menentukan kualitas sumber daya manusia masa depan, sehingga

bila terjadi gangguan pada periode tersebut akan berdampak permanen,

tidak bisa diperbaiki. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas

sumber daya manusia, gizi juga merupakan faktor yang berpengaruh

pada kesehatan ibu. (Depkes RI, 2012)

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tergolong tinggi

walaupun menunjukkan penurunan dari angka 359 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup

berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS, 2015). Jumlah

kematian ibu menurut provinsi tahun 2018-2019 dimana terdapat penurunan

dari 4.226 menjadi 4.221 kematian ibu di Indonesia berdasarkan laporan pada

tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan (1.280

kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus). (Profil

Kesehatan Indonesia, 2019).


Upaya percepatan penurunan AKI dilakukan dengan menjamin agar

setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,

seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca

persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi

komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca

persalinan. (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).

Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate

(MMR) menggambarkan besarnya risiko kematian ibu pada fase kehamilan,

persalinan dan masa nifas di antara 100.000 kelahiran hidup dalam satu

wilayah pada kurun waktu tertentu. Jumlah kematian Ibu tahun 2019

berdasarkan pelaporan profil kesehatan di Jawa Barat sebanyak 684 kasus

atau 74,19 per 100.000 KH, menurun 16 kasus dibandingkan tahun 2018

yaitu 700 kasus. (profil Kesehatan Jawa Barat, 2019)

Berdasarkan laporan dari Puskesmas, jumlah kematian ibu maternal di

Kabupaten Ciamis pada tahun 2019 sebanyak 14 kasus dari 19.146 kelahiran.

Berdasarkan pencapaian tersebut maka terdapat penurunan dari tahun

sebelumnya yaitu pada tahun 2018 jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di

Kabupaten Ciamis ada 15 orang. Penyebab kematian Ibu terbagi menjadi 3

yaitu kematian ibu hamil 2 orang, ibu bersalin 3 orang, dan ibu nifas 9 orang

(Profil Kesehatan Kab. Ciamis, 2019).


Kesehatan ibu mencakup kesehatan wanita dalam usia subur.

Status gizi wanita, terutama pada usia subur merupakan elemen pokok

dalam kesehatan reproduksi meliputi prakehamilan, kehamilan dan

kesehatan ibu yang menyusui anaknya. Bila seorang wanita kekurangan

gizi akan berdampak pada keadaan gizi kurang seperti kekurangan energi

kronik dan Anemia serta penurunan fungsi reproduksi.

Prevalensi kurang energi kronik wanita hamil di dunia mencapai

41%. Data di Asia, proporsi kurang energi kronik wanita hamil di

Thailand sekitar 15,3%. Thanzania menunjukan prevalensi sebanyak 19%

ibu hamil remaja usia 15-19 tahun mengalami kurang energi kronik.

Data dari Riskesdas tahun 2018 prevalensi Kekurangan Energi Kronik (KEK)

pada Wanita Usia Subur (WUS) 15-19 tahun sebanyak 36,3% pada usia 20-

24 tahun sebanyak 23,3% dan prevalensi pada ibu hamilnya yaitu usia 15-19

tahun 33,5% dan usia 20-24 tahun 23,3%. Proporsi anemia pada ibu hamil

tahun 2018 ada 48,9%. (Riskesdas, 2018).


Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis pada bulan

April sampai Desember tahun 2019 Calon Pengantin Wanita yang diperiksa

dan mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) sebanyak 493 dari total

4.711 orang, yaitu sama dengan 10,4%. Sedangkan Anemia yang terjadi yaitu

ada 163 orang. Berdasarkan laporan dari Puskesmas Kecamatan Sindangkasih

sejak bulan Mei sampai Desember 2019 yang mengalami KEK yaitu 51 orang

atau sama dengan 10,3% dari jumlah total angka kejadian KEK di Kabupaten

Ciamis, sedangkan jumlah kejadian anemia di Puskesmas Sindangkasih ada

22 orang atau 13,5% dari total angka kejadian anemia di Kabupaten Ciamis.

(Dinkes Kab. Ciamis, 2019)

Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

kandungan. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil

kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan

berat badan normal. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan

dan selama kehamilan akan menyebabkan BBLR. Di samping itu, akan

mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin, bayi baru lahir mudah

terinfeksi. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung

pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Buruk maupun baik

sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan menyebabkan BBLR.

Disamping itu, akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin,

bayi baru lahir mudah terinfeksi. Dengan kata lain kualitas bayi yang

dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama

hamil. (Lubiz, 2012).


Status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna

terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang (kurus) sebelum

hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR

dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal). Hasil

penelitian Mulatazimah menunjukkan bahwa ibu yang sewaktu hamil

mempunyai status gizi yang rendah dengan pertambahan berat badan ≤9 kg

dan lingkar lengan atas kurang dari 22 cm akan mempunyai resiko

melahirkan bayi dengan BBLR. (Mumtazlimah, 2010).

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi, pada tahun

2019 Angka Kematian Neonatal yaitu 20.244 orang, sedangkan di Jawa Barat

angka kematian neonatalnya yaitu 2.355 orang atau sekitar 11,6%

menyumbang angka kematian. (Profil Kesehatan Indonesia, 2019) Kabupaten

Ciamis menyumbang 27 Angka Kematian bayi karena BBLR atau sekitar

1,14% dari jumlah kematian di Jawa barat. (Profil Kesehatan Kab. Ciamis,

2019).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 pada tahun ini angka

kejadian BBLR di Indonesia yaitu 111.827 orang, sedangkan Angka Kejadian

di Jawa Barat ada 18.656 orang, dan Kabupaten Ciamis menyumbanag 797

angka kejadian BBLR atau sekitar 4,2% dari total kejadian di Jawa Barat dan

Kecamatan Sindangkasih menyumbang 30 angka kejadian BBLR (Profil

Kesehatan Kab. Ciamis, 2019). Angka Kematian Bayi (AKB) yang

disebabkan oleh BBLR pada tahun 2019 ada 7.150 yaitu sekitar 35,3% dari

total kematian Neonatus di Indonesia. di Jawa Barat Angka Kematian yang

disebabkan BBLR ada 948 orang, di Ciamis data sejak bulan April sampai

Desember 2019 AKB yang disebabkan BBLR ada 9 orang dan salah satu

penyumbang AKB karena BBLR yaitu Kecamatan Sindangkasih (Dinas

Kesehatan Kab. Ciamis, 2019)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa status gizi ibu

hamil sangat berpengaruh terhadap berat bayi yang dilahirkan. Oleh karena

itu status gizi ibu sebelum hamil (calon pengantin) menjadi perhatian bagi

pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat khususnya supaya anak

Indonesia dapat mencapai kesehatan yang optimal. (Desmiati, 2020). Karena

masih tingginya Angka Kematian Ibu yang terjadi di Indonesia, juga masih

banyaknya angka KEK dan anemia pada calon pengantin, serta angka

kejadian BBLR yang masih tinggi maka dari itu perlu Pendidikan Kesehatan

Pranikah untuk mempersiapkan pernikahan juga kehamilan yang sehat agar

dapat di upayakan sedari dini supaya dapat meminimalisir angka kejadian

kehamilan yang beresiko.


Pengetahuan tentang risiko kehamilan ini perlu diberikan secara dini

agar ibu hamil bisa mengenali tanda bahaya sehingga mampu membuat

keputusan untuk segera mencari pelayanan kegawatdaruratan yang tepat.

Melihat kenyataan ini, maka pengetahuan tentang Persiapan Kesehatan

Pranikah perlu diberikan kepada calon pengantin. (Irawati, dkk 2019). Calon

pengantin sebagai seseorang yang akan memasuki gerbang pernikahan sangat

memerlukan adanya informasi dan edukasi tentang Persiapan Kesehatan

Pranikah khususnya tentang perencanaan kehamilan yang tepat agar kelak

mempunyai keturunan yang sehat dan ibu melahirkan dengan selamat.

Informasi dan edukasi perlu diberikan karena masih banyaknya anggapan

yang salah tentang kesehatan pranikah sehingga diperlukan persamaan

persepsi dan informasi agar tidak salah perilaku dalam kesehatan reproduksi.

(Hasanah, 2016).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

melihat pengetahuan dan sikap calon pengantin dalam persiapan kehamilan

sebagai upaya deteksi dini dan upaya preventif pencegahan kehamilan

beresiko dan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Pengetahuan tentang Persiapan Pranikah dengan Sikap tentang

Persiapan Kehamilan yang Sehat pada Calon Pengantindi Wilayah Kerja

Puskesmas Sindangkasih Ciamis”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah diuraikan,

maka rumusan masalah peneliti adalah “Bagaimana Hubungan Pengetahuan

tentang Persiapan Pranikah dengan Sikap tentang Persiapan Kehamilan yang

Sehat pada Calon Pengantin di Wilayah Kerja Puskesmas Sindangkasih

Ciamis Tahun 2020”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan tentang Persiapan

Pranikah dengan Sikap tentang Persiapan Kehamilan yang Sehat pada

Calon Pengantin di Wilayah Kerja Puskesmas Sindangkasih Ciamis

Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mendapatkan gambaran pengetahuan Calon Pengantin

dalam Persiapan Kesehatan Pranikah

2) Mendapatkan gambaran Sikap Calon Pengantin dalam

Persiapan Kehamilan Sehat

3) Mengetahui analisis Hubungan Pengetahuan Persiapan Kesehatan

Pranikah dengan Sikap Calon Pengantin dalam Persiapan

Kehamilan Sehat

1.1 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

dan bahan pustaka bagi masyarakat dan peneliti selanjutnya untuk dapat

memperkaya khazanah keilmuan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Calon Pengantin

Diharapkan dapat menjadi upaya preventif sebagai upaya

mempersiapkan kehamilan yang sehat sejak dini.

2) Bagi Peneliti

Mengetahui mengetahui Hubungan Pengetahuan tentang

Persiapan Pranikah dengan Sikap tentang Persiapan Kehamilan

yang Sehat pada Calon Pengantin di Wilayah Kerja Puskesmas

Sindangkasih Kabupaten Ciamis

3) Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu melakukan

Persiapan Kehamilan Sehat sehingga tenaga kesehatan khususnya

bidan dapat membantu peran pemerintah dalam upaya

pembangunan kesehatan dengan cara promotif dan preventif.

4) Bagi Wilayah kerja Puskesmas Sindangkasih

Bagi wilayah kerja Puskesmas Sindangkasih diharapkan

penelitian ini dapat membantu sebagai salah satu bahan referensi

untuk upaya pencegahan kehamilan beresiko.


1.1 Keaslian Penelitian

Penelitian yang relevansinya terkait Hubungan Pengetahuan tentang

Persiapan Pranikah dengan Sikap tentang Persiapan Kehamilan yang Sehat

pada Calon Pengantin di Wilayah Kerja Puskesmas Sindangkasih Ciamis:

No Penelitian Persamaan dan

. Perbedaan
1.` Silvana tahun 2015 tentang Gambaran Persamaan variable

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang mengukur tingkat

Kehamilan pada Calon Pengantin di pengetahuan calon

Puskesmas Sedayu I dan II Bantul pengantin, namun pada

Yogyakarta. Hasil penelitian yaitu penelitian saya ada juga

tingkat pengetahuan tentang kehamilan variable sikap yang

calon pengantin mayoritas diteliti. Untuk metode

berpengetahuan cukup yaitu sebanyak penelitian saya

69 orang (87,3%) dari 79 orang. menggunakan metode

Variabel nya yaitu tingkat pengetahuan, kuantitatif deskriptif

metode penelitiannya yaitu metode korelatif dengan

deskriptif analitik dengan design pendekatan crossectional

crossectional.
2. Heni Herawati 2018 tentang Pengaruh Persamaan variable

Pendidikan booklet terhadap mengukur tingkat

pengetahuan dan Sikap kesehatan pengetahuan dan sikap

reproduksi calon pengantin terkait calon pengantin.

pencegahan kehamilan beresiko di Perbedaan penelitian


Kabupaten Pemalang, jenis penelitian ini Heni Herawati

kuasi eksperimental dengan pre-test menggunakan media

post-test with control group design booklet. Untuk metode

variable nya booklet serta pengetahuan penelitian saya

calon pengantin menggunakan metode

kuantitatif deskriptif

korelatif dengan

pendekatan

crossectional.
3. Tarsikah 2020, Upaya peningkatan Persamaan variable

pengetahuan melalui kelas pranikah mengukur tingkat

untuk menyiapkan kehamilan yang sehat pengetahuan calon

di Desa Watugede Singosari Kab pengantin, namun pada

Malang. Variable pengetahuan penelitian saya ada juga

variable sikap yang

diteliti. Untuk metode

penelitian saya

menggunakan metode

kuantitatif deskriptif

korelatif dengan

pendekatan crossectional
4. Rika Agustiana 2020 Hubungan

Pengetahuan tentang Persiapan Pranikah

dengan Sikap tentang Persiapan


Kehamilan yang Sehat pada Calon

Pengantin di Wilayah Kerja Puskesmas

Sindangkasih Ciamis.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Definisi

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dimana

penginderaan ini terjadi melalui panca indra yang dimiliki oleh manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan

tersendiri. Adapun hal yang mempengaruhi pada saat penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan adalah intensitas perhatian presepsi

terhadap suatu objek dan ebagian besar pengetahuan manusia di peroleh

melalui mata dan telinga. (26)

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai

hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan adalah segala apa yang

diketahui berdasarkan pengalaman yang telah didapatkan oleh setiap

manusia.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).(27) Pengetahuan

yang tercakup dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (Know)
Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, pada tingkatan ini recall (mengingat kembali) terhadap

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau

diterima. Oleh karena itu tingkatan ini merupakan tingkatan yang

paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dalam

menjelaskan dan menyebutkan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut.

Orang yang sudah paham terhadap suatu objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari seperti dapat menjelaskan

mengapa harus makan-makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan meteri yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukumhukum, rumus, metode dan prinsip dalam

konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus

statistika dalam perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan

prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di

dalam pemecahan suatu masalah kesehatan dari kasus yang

diberikan.
4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya dengan

satu sama lain. Kemampuan analisis ini didapat dari penggunaan

kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis ini

adalah suatu kemampuan untuk menyusun, merencanakan,

meringkas, menyesuaikan teori atau rumusan yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek atau materi berdasarkan pada suatu kriteria yang telah

ditentukan sendiri, atau dengan mnggunakan criteria - kriteria yang

sudah ada seperti membandingkan antara anak yang cukup gizi

dengan anak yang kurang gizi. Dari teori tingkat pengetahuan diatas

dapat disimpulkan bahwa pengetahauan memiliki 6 tingkatan

pengetahuan dimana tingkat pengetahuan tersebut diantaranya

adalah tingkat pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan,

tingkat kedua memahami pengetahuan yang didapatkan, tingkat

ketiga dapat mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan


sehari-hari, tingkat keempat mampu menjabarkan suatu materi atau

menganalisis, tingkat kelima dapat mensintesis atau menunjukan

kemampuan untuk meringkas suatu materi, dan tingkat

pengetahuan yang keenam seseorang mempunyai kemampuan

untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi. (26)

2.1.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

menurut Wawan & Dewi (2010)(27) sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Faktor internal dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita- cita

tertentu yang menentukan manusia berbuat untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi yang akhirnya dapat mempengaruhi

seseorang. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang

maka semakin mudah juga untuk mendapatkan dan menerima

informasi.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan keluarganya.

c. Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung saat lahir sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan

bekerja.

1) Faktor Eksternal

Faktor eksternal dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok.

b. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima dan mendapat informasi.

2.1.4 Manfaat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru,

di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni (34) :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari

dalam diri mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek


tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi perilaku

melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng.

2.1.4 Cara Pengukuran Pengetahuan

Berdasarkan pengertian pengetahuan yang telah diuraikan di

atas, maka pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang

yang bersangkutan mengungkapkan apa-apa yang diketahuinya dalam

bukti atau jawaban, baik lisan maupun tulisan.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara

wawancara atau pengisian kuesioner yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan tersebut di atas.

Pertanyaan (question) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran


pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,

yaitu:

1) Pertanyaan subjektif

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena

penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari

penilai sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai

dibandingkan dengan penilai yang lain dari satu waktu ke waktu

lainnya

2) Pertanyaan objektif

Pertanyaan pilihan berganda (multiple choices), betul salah,

dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan pilihan ganda, betul

salah, dan menjodohkan disebut pertanyaan objektif karena

pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya

tanpa melibatkan faktor subjektif dari penilai.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif

khususnya pilihan ganda, lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat

ukur pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan

pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai. Isi pertanyaan

hendaknya disesuaikan dengan tujuan dari penelitian, serta tergantung

dalam atau dangkalnya data yang digali. Banyaknya pertanyaan sangat

relatif, tergantung dari luasnya penelitian tersebut. Tetapi perlu

diperhatikan pertanyaan yang terlalu banyak akan memakan waktu yang


panjang dan dapat menimbulkan kebosanan dari responden. Apabila

responden sudah bosan, maka jawaban-jawaban akan bias (34).

Menurut Skinner bila seseorang mampu menjawab mengenai

materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan

mengetahui bidang itu. Sekumpulan jawaban yang diberikan seseorang

itu dinamakan pengetahuan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dan subyek penelitian atau responden (34).

Untuk mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu (34) :

(1) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <56%

(2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%

(3) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai >75%

2.1.6 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut (Arikunto, dikutip dalam Wawan & Dewi, 2010) (27)

Pengetahuan seseorang dapat diketahuai dan diinterpretasikan dengan

skala sebagai berikut:

1) Baik

2) Cukup

3) Kurang
2.2 Konsep Sikap

2.2.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

sari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Dapat

disimpulkan manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Jadi bisa dikatakan

sikap adalahsuatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon

stimulus atau obyek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,

perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaaan lain ( Notoatmodjo, 2010 ).

Sedangkan menurut Secord dan Backman dalam Saifuddin

Anwar (2012) sikapadalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan

(afeksi), pemikiran (kognisi), dan presdiposisi (konasi) seseorang

terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Menurut Alport

(1954) dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok lain :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap

suatu obyek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau

pemikiran seseorang terhadap obyek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu

obyek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya

faktor emosi) orang tersebut terhadap obyek.


3) Kecenderungan untuk bertidak (trend tobehave)

artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului

tindakan atau perilaku terbuka.

2.2.1 Ciri-Ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku

Notoatmodjo (2010) adalah :

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk

atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya

dengan obyeknya.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat berubah

pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat

tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu obyek,. Dengan kata lain sikap

itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan

dengan suatu obyek tertentu tang dapat dirumuskan dengan

jelas.

4) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi

dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi

perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan

kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang

dimiliki orang.
2.2.1 Struktur Sikap

Menurut Saifuddin Anwar (2012) struktur sikap terdiri

dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu :

1) Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek

sikap. Contoh komponen kognitif meliputi pengetahuan, seseorang

tentang obyek berupa media masa, kegiatan yang diikuti dsb.

2) Komponen Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional

subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Contoh

komponen afektif meliputi perasaan yang dimiliki terhadap

sesuatu, selain itu evaluasi terhadap obyek.

3) Komponen Perilaku/Konatif

Komponen perilaku atau konatif dalam struktur sikap

bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada

dalam diriseseorang berkaitan dengan obyek sikap yang

dihadapinya. Contoh komponen konatif meliputi tingkah

lakuyang nampak, pernyataan atau dugaan. Sikap yang dimiliki

seseorang suatu jalinan atau suatu kesatuan dari berbagai

komponen yang bersifat evaluasi. Langkah pertama adalah

keyakinan, pengetahuan, dan pengamatan. Kedua, perasaan


atau feeling. Ketiga, kecenderungan individu untuk

melakukan atau bertindak.

Ketiga komponen tersebut saling berkaitan yang

sangat rat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Ketiganya merupakan suatu sistem yang menetap pada diri

individu yang dapat menjelma suatu penilaian positif atau

negatif. Penilaian tersebut disertai dengan perasaan tertentu

yang mengarahkan pada kecenderungan yang setuju (pro) dan

tidak setuju (kontra). Ketiga komponen sikap ini saling

berkaiatan erat. Dengan mengetahui kognisi perasaan seseorang

terhadap suatu obyek sikap tertentu, maka akan dapat diketahui

pula kecenderungan perilakunya. Namun, dalam kenyataannya

tidak selalu sikap tertentu terakhir dengan perilaku yang sesuai

dengan sikap. Dari ketiga komponen dari sikap menyakut

bahwa sikap berperilaku. Pada mulanya secara sederhana

diasumsikan sikap seseorang menentukan perilakunya. Tetapi,

lambat laun didasari banyak kejadian dimana perilaku tidak

didasarkan pada sikap (Azwar.S, 2012).

2.2.1 Tingkatan Sikap

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2) Menanggapi (responding)
Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila

jawaba ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah

indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

3) Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subyek, atau seseorang memberikan

nilai yang positif terhadap obyek atau stimulus, dalam arti

membahasnya dengan orang lain dan mengajak atau

mengajarkan orang lain untuk merespon.

4) Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggungn jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang

paling tinggi. Seseorang yang telah mengambil resiko bila ada

orang lain yang mencemoohnya(Notoatmodjo, 2010).

2.2.1 Fungsi Sikap

Menurut Katz(1964) dalam buku Wawan dan Dewi

(2010) sikap mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1) Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian manfaat,

fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang

sejauh mana obyek dapat digunakan sebagai sarana atau alatdalam

rangka mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu

seseorang salam mencapai tujuanya, maka orang akan bersifat

positif terhdap obyek tersebut. Demikian sebaliknya bila obyek


sikap menghambat pencapai tujuan, maka orang akan bersikap

negatif terhadap obyek sikap yang bersangkutan.

2) Fungsi pertahanan ego, ini merupakan sikap yang

diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau

akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang

yang bersangkutan terancam keadaan sirinya atau egonya.

3) Fungsi Ekspresi Nilai, sikap yang ada pada diri seseorang

merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai

yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri

seseorangakan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada

dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu akan

mengambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang

bersangkutan.

4) Fungsi pengetahuan, individu mempunyai dorongan

untuk ingin mengerti dengan pengalaman-pengalamannya. Ini

berati bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu

obyek, menunjukkan tentang pengetahuan orang terhadap obyek

sikap yang bersangkutan (Katz dalam Wawan dan Dewi, 2010).

2.2.1 Bentuk Sikap

1) Sikap positif

Merupakan perwujudan nyata dari individu perasaan

yang memperhatikan hal-hal yang positif.Suasana jiwa yang

lebih mengutamakan kegiatan kreatif daripada kegiatan yang


menjemukan, kegembiraan daripada kesedihan, harapan daripada

keputuasaan. Sesuatu yang indah dan membawa seseorang

untuk selalu dikenang, dihargai, dihormati oleh orang lain.

Untuk menyatakan sikap yang positif, seseorang tidak hanya

mengeskpresikan hanya melalui wajah, tetapi juga dapat

melalui bagaiman cara berbicara berjumpa dengan orang lain,

dan cara menghadapi masalah.

2) Sikap Negatif

Sikap negatif baru dihindari, karena halini mengarahkan

seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan. Sikap ini tercemin

pada muka yang muram, sedih, suara parau, penampilan diri

yang tidak bersahabat. Sesuatu yang menunjukkan

ketidakramahan, ketidaktenangan, dan tidak memiliki kepercayaan

diri (Azwar.S, 2011)

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar S (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap yaitu :

1) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar

pembentukan sikap apabila pengalaman meninggalkan kesan

yang kuat. Sikap akan lebih terbentuk apabila pengalaman

pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan

faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain

Pengaruh orang lain yang di anggap penting

individu pada umunya memiliki sikap yang konformasi atau

searah dengan seseorangyang dianggap penting. Kecenderungan

ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berfiliasi dan untuk

menghindari konflik denganorang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dapat memberikan corak pengalaman

individu-individu masyarakat asuhanya. Sebagai akibatnya,

tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap kita terhadap berbagai masalah.

4) Media Masa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau

media komuniksi berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama agama sangat menetukan sistem kepercyaan.

Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep

mempengaruhi sikap.

6) Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari emosi berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahananan ego.


2.2.1 Cara Pengukuran Sikap

Menurut Arikunto, (2010) ada beberapa bentuk skala yang

dapat digunakan untuk mengukur sikap, antara lain :

1) Skala Likert Skala ini disusun dalam bentuk suatu

pernytaan dan diikuti oleh lima respons yang menunjukkan

tingkatan. Misalnya seperti yang telah dikutip yaitu :

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

2) Skala Jhon West

Skala ini penyederhana dari skala Likert yang man

disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh tiga

respons yang menunjukkan tingkatan. Misalnya :

S = Setuju

R = Ragu

TS = Tidak Setuju

3) Skala Pilihan Ganda

Skala ini berbentuk spertis soal pilihan ganda yaitu

suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternative pendapat.

4) Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala mirip skala Likert

karena merupakan instrumen yang jawabannya menunjukkan

tingkatan :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

ABCDEFGHIJ

Very favourable Neutral unfavourable Pernyataan yang diajukan

kepada responden disarankan oleh Thurstone kira-kira 10 butir,

tetapi tidak kurang dari 5 butir.

5) Skala Guttman

Skala ini dengan yang disusun oleh Bergadas, yaitu berupa

tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus

dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan-pernyataan nomor 2,

diasumsikan setuju nomor 1. Selanjutnya jika responden setuju

dengan nomor 3berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2.

6) Sematic Differential Instrumen yang disusun oleh

Osgood dan kawan-kawan ini mengukur konsep-konsep untuk

tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur dalam tiga

kategori. Baik-tidak baik, kuat-lemah, cepat (Arikunto, 2010).

2.3 Pernikahan

2.3.1 Pengertian Pernikahan

Pernikahan atau perkawinan adalah lambang disepakatinya

suatu perjanjian (akad) antara seorang laki-laki dan perempuan, atas

dasar hak dan kewajiban yang setara dengan kedua pihak. Dalam UU
pernikahan. (Kumalasari & Andhyantoro, 2013). Dalam UU no 16

tahun 2019 tentang Perubahan atas UU no 1 tahun 1974 tentang

perkawinan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Mahaesa. Perkawinan hanya diizinkan apabila pria

dan wanita sudah mencapai umur 19 (UU no 16)

Secara psikologis, perkawinan merupakan panggilan dan

kebutuhan psikologis karena di dalamnya terkandung cinta sekaligus

tanggung jawab yang terikat dalam hukum agama, negara dan sosial

yang membentuk hubungan kekerabatan dalam pranata budayanya.

Jadi, dalam perkawinan ada unsur legalitas penyatuan antara laki-laki

dan perempuan. Dengan demikian, perkawinan merupakan penyatuan

antara dua mitra yang memiliki obligasi berdasarkan pada kesamaan

minat pribadi dan kegairahan (Bethsaida & Herri, 2013). Perkawinan

adalah suatu hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan yang

diakui secara social, menyediakan hubungan seks dan pengasuh anak

yang sah dan di dalamnya terjadi pembagian hubungan kerja yang jelas

bagi masing-masing pihak baik suami maupun istri (Duvall dan Miller

dalam Bethsaida & Herri, 2013).


2.4 Persiapan Kesehatan Pranikah

Menurut buku saku dari Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2018

tentang Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Penganti, terdapat 5

bagian dari persiapan Kesehatan Pranikah, yaitu:

2.4.1 Persiapan Fisik:

1) Pemeriksaan status kesehatan : tanda-tanda vital (suhu,

nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)

2) Pemeriksaan Status Gizi:

a. Berat Badan

b. Tinggi Badan

c. Lingkar Lengan Atas (LiLA)

d. Tanda-tanda anemia

1) Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Golongan Darah dan Rhesus

2) Pemeriksaan Darah yang dianjurkan : Gula Darah Sewaktu

(GDS), IMS, HIV, Malaria , Trombosit, Lekosit, Thalasemia,

Hepatitis B dan C, TORCH (TOksoplasmosis, Rubella,

Citomegalovirus dan Herpes simpleks)

3) Pemeriksaan Urin Rutin, dsb

2.4.2 Persiapan Gizi :

Status Gizi Catin Perempuan perlu diketahui dalam rangka

persiapan kehamilan.
1) Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran Indeks Massa

Tubuh (IMT). Untuk catin perempuan ditambah dengan

pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)

2) IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap

tinggi badan (TB). Jika seorang termasuk kategori:

a. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut sangat kurus

dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau KEK

tingkat berat.

b. IMT 17,0-18,5: keadaaan orang tersebut disebut kurus

dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK

tingkat ringan.

1) Pengukuran LiLA bertujuan untuk mengetahui adanya risiki

Kurang Energi Kronik (KEK). Ambang batas LilA pada WUS

dengan KEK di Indonesia adalah 23,5cm. Apabila LiLA kurang

dari 23,5cm (bagian merah pita LiLA), artinya catin perempuan

mengalami KEK.

Cara menghitung IMT

IMT =
B B  (k g)
2
T B(m)

Keterangan:

BB = Berat Badan (kg)

TB = Berat Badan (m)


Status Gizi Kategori IMT
Sangat Kurus Kekurangan BB tingkat <17,0
berat
Kurus Kekurangan BB tingkat 17-<18,5
ringan
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat >25,0-27,0
ringan
Obesitas Kelebihan BB tingkat >27,0
berat
Tabel Klasifikasi Nilai IMT

Sebelum memasuki jenjang pernikahan, catin perlu melakukan

persiapan gizi antara lain:

1) Setiap pasagan catin dianjurkan mengkonsumsi makanan bergizi

seimbang

2) Setiap catin perempuan dianjurkan mengonsumsi tablet tambah

darah (TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat

seminggu sekali.

3) Bagi catin perempuan yang mengalami KEK dan Anemia maka

perlu ditentukan penyebabnya dan ditatalaksana sesuai dengan

penyebab tersebut.

4) Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang kedalam

tubuh catin perlu mengonsumsi lima kelompok pangan yang

beraneka ragam setiap hari atau setiap kali makan. Kelima

kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk pauk,

sayuran, buah-buahan dan minuman. Proporsinya dalam setiap

kali makan dapat digambarkan dalam ISI PIRINGKU yaitu:


a. Sepertiga piring berisi makanan pokok

b. Sepertiga piring berisi sayuran

c. Sepertiga piring berisi lauk pauk dan buah-buahan dalam

proporsinya yang sama.

1) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar tubuh

tetap sehat:

a. Biasakan minum air putih 8 gelas per hari

b. Hindari minum teh atau kopi setelah makan

c. Batasi mengonsumsi garam, gula dan lemak/minyak.

Berikut adalah 4 pilar gizi seimbang yang dapat dijadikan pedoman

untuk gaya hidup sehat:

4 Pilar Gizi Seimbang


Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4
Mengonsumsi Membiasakan Melakukan Mempertahankan
pangan perilaku aktivitas dan memantau
beranekaragam hidup sehat fisik berat badan
normal
Alasan:
1. Pilar 1 : tidak ada satu jenispun pangan yang
mempunyai kandungan zat gizi lengkap kecuali ASI untuk
bayi 0-6 bulan
2. Pilar 2 : adanya hubungan timbal balik antara
infeksi dan status gizi
3. Pilar 3 : aktivitas fisik memperlancar sistem
metabolisme didalam tubuh
4. Pilar 4 : Merupakan salah satu indikator bahwa
telah terjadi keseimbangan gizi didalam tubuh
Tabel 4 Pilar Gizi Seimbang

2.4.3 Imunisasi Tetanus

1) Imunisasi Td untuk WUS termasuk ibu hamil dan catin,

merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi terhadap


Tetanus dan Difteri.

2) Catin perempuan perlu mendapat imunisasi Tetanus agar

memiliki kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu dan

bayi akan terlindungi dari penyakit Tetanus.

3) Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapat 5 kali

imunisasi Tetanus lengkap (T5)

4) Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi

Tetanus (status T) melalui skrining. Jika status T belum lengkap,

maka catin perempuan harus melengkapinya di Puskesmas.

5) Pemberian imunisasi Tetanus tidak perlu diberikan, apabila

status T sudah menjadi T5, yang harus dibuktikan dengan catatan

yang tercantum antara lain pada Kartu Imunisasi, buku kesehatan

Ibu dan Anak, buku Rapor Kesehatanku, kohort dan/rekam medis

catin yang bersangkutan.

Status Imunisasi Interval Minimal Masa


Pemberian Perlindungan
T1 - -
T2 4 Minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 >25 tahun
Tabel Status Imunisasi Tetanus

Imunisasi Tetanus pada catin perempuan penting untuk

mencegah dan melindungi dari penyakit Tetanus baik bagi diri

sendiri maupun bayi yang akan dilahirkan kelak.

2.4.4 Menjaga Kesehatan Reproduksi


Organ reproduksi perlu dijaga kesehatannya agar dapat

berfungsi dengan baik. Beberapa tips untuk menjaga kesehatan

reproduksi antara lain:

1) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2x sehari.

2) Gunakan pakaian dalam berbahan sintetis (katun) yang dapat

menyerap keringan dan tidak terlalu ketat

3) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang

dengan menggunakan air bersih dan keringkan menggunakan

handuk atau tisu.

4) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.

5) Khusus untuk perempuan:

a. Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas

vagina

b. Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama

c. Pergunakan pembalut ketika menstruasi dan diganti paling

lama setiap 4 jam sekali atau setelah buang air

d. Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan

berwarna harap memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

1) Bagi laki-laki dianjurkan untuk disunat.

2.4.5 Menjaga Kesehatan Jiwa dan Harmonisasi Pasangan Suami Istri

Sehat jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat

berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga

individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi


tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan

kontribusi untuk komunitasnya.

Ciri-ciri sehat jiwa:

1) Perasaan sehat dan bahagia

2) Menyadari kemampuan diri

3) Merasa nyaman terhadap diri sendiri

4) Dapat menerima orang lain apa adanya

5) Merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain

6) Mampu memenuhi kebutuhan hidup

7) Mampu menghadapi tantangan hidup

8) Mempunyai sikap positif terhadap diri dan orang lain

Untuk menjaga harmonisasi pasangan suami istri setiap catin

perlu mengenali karakteristik dari masinh-masing pasangan.

Karakteristik pasangan suami yang baik:

1) Mengetahui dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab

masing-masing yang sudah menjadi komitmen

2) Saling mengerti, menghormati, menghargai dan menutupi

kekurangan masing-masing pasangan kepada orang lain

3) Bersama-sama menjaga kesehatan keluarga.

2.5 Kehamilan

2.5.1 Informasi Tentang Kehamilan


Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan,

diinginkan dan dijaga perkembangannya secara baik. Namun ada

kalanya berbagai faktor yang dapat membuat kehamilan menjadi

tertunda atau bahkan tidak diinginkan. Kehamilan tidak diinginkan

dapat terjadi: (1) Akibat hubungan seks pranikah (2) Akibat

gagal/drop out KB (3) Pada unmet need wanita usia subur yang tidak

ingin punya anak tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi.

Usia terbaik perempuan untuk hamil adalah antara 20-35 tahun

dan jarak antar kelahiran idealnya 3-5 tahun atau tidak lebih dari 2

balita dalam satu keluarga. Adanya jarak untuk memberikan

kesempatan kepada ibu untuk memulihkan kembali kesehatan

tubuhnya serta memberikan kesehatan kepada anak agar tumbuh

kembang secara optimal serta mendapatkan kasih sayang yang penuh

dari kedua orang tuanya.

Apabila ada rencana untuk mempunyai anak lagi, perlu

dipertimbangkan secara matang mengenai biaya perawatan,

pendidikan dan kehidupan yang layak termasuk pemenuhan gizinya.

Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk terjadi komplikasi

walaupun sebelumnya baik-baik saja. Terdapat beberapa kondisi yang

meningkatkan risiko pada kehamilan dan persalinan yang disebut

dengan 4 terlalu dan 3 terlambat yaitu:

1) 4 Terlalu yaitu:
a. Terlalu muda untuk hamil ( kurang dari 20 tahun)

b. Terlalu tua untuk hamil ( lebih dari 35 tahun)

c. Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)

d. Terlalu dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang

dari 2 tahun)

1) 3 Terlambat, yaitu:

a. Terlambat mengenali tanda bahaya pada kehamilan,

persalinan dan nifas serta terlambat mengambil

keputusan untuk mencari pertolongan

b. Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan

c. Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat.

Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal

mungkin, yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut

sehingga kesehatan ibu dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa

memperoleh nasehat atau pengobatan bila ada keluhan. Ibu hamil

harus memeriksakan kehamilan ke fasilitas pelayanan kesehatan

Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan : Trimester I

(0-3 bulan): 1 kali, trimester II (4-6 bulan) : 1 kali, trimester III (7-9

bulan): 2 kali untuk mendeteksi dini kesehatan ibu dan bayinya.

Suami dianjurkan untuk selalu mendampingi ibu hamil saat

memeriksakan kehamilannya. Pelayanan pemeriksaan ibu hamil

mencakup 10 T :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.


2) Pengukuran tekanan darah Ibu.

3) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas).

4) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri.

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin.

6) Penilaian status imunisasi TT.

7) Tablet tambah darah.

8) Tes laboratorium.

9) Tata laksana kasus.

10) Tatap muka/konseling tentang kehamilan.

2.5.1 Pilihan Metode Kontrasepsi bagi Pasangan Baru yang Ingin

Menunda Kehamilan

Bagi pasangan yang belum ingin segera memiliki anak atau istri

berusia kurang dari 20 tahun dapat menunda kehamilan dengan

menggunakan salah satu metode KB yang sesuai. Pasangan dianjurkan

untuk berkonsultasi ke fasilitas pelayanan kesehatan. Rekomendasi

alat kontrasepsi untuk pasangan pengantin baru.


Gambar alat kontrasepsi

2.6 Perencanaan Kehamilan

2.6.1 Pengertian

Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga


yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak
hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga
memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008).

Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk


dilakukan setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental,
fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih,
2010). Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan
untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya
kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas
yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).
2.6.2 Perencanaan Kehamilan

Persiapan kehamilan yang harus diperhatikan oleh calon ibu atau


calon bapak menurut BKKBN tahun 2014 yaitu:

1) Pemeriksaan kesehatan

Pemeriksaan kesehatan sangat penting bagi calon ibu

sebelum hamil. Masa ini disebut prakonsepsi. Waktunya adalah

antara 3 –6 bulan sebelum hamil. Pemeriksaan kesehatan ini juga

bisa meliputi diantaranya:

a. Pemeriksaan Penyakit dan Virus :

1. Pemeriksaan virus rubella, sitomeglovirus,

herpes, varicella zoster untuk menghindari terjadinya

kecacatan pada janin.

2. Pemeriksaan virus hepatitis dan virus HIV

untuk menghindari diturunkan penyakit akibat virus-

virus tersebut kepada janin.

3. Pemeriksaan penyakit toksoplasmosis, karena

penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan dan

keguguran.

4. Pemeriksaan penyakit seksual menular, karena

hal ini dapat menyebabkan kematian ibu, janin, maupun

bayi yang akan dilahirkan.

5. Pemeriksaan penyakit akibat kekurangan zat-zat

tertentu seperti kekurangan zat besi. kekurangan zat


besi dapat menyebabkan anemia. Hal ini dapat

menyebabkan kelahiran prematur dan keguguran.

a. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan golongan darah dan rhesus/Rh

darah (unsur yang mempengaruhi antibodi yang terkandung

di dalam sel darah merah) pada pasangan suami isteri

dilakukan untuk mengantisipasi perbedaangolongan darah

dan rhesus antara darah ibu dan bayinya. Perbedaan

golongan darah dan rhesus darah ini dapat mengancam

janin dalam kandungan

b. Pemeriksaan Faktor Genetika

Inti dari pemeriksaan atau tes genetika ini

adalah untuk mengetahui penyakit dan cacat bawaan yang

mungkin akan dialami bayi akibat secara genetis dari salah

satu atau kedua orangtuanya. Khususnya apabila pasangan

suami isteri masih terkait hubungan persaudaraan. Tes ini

idealnya dilakukan sebelum kehamilan untuk mendapatkan

informasi yang selengkap-lengkapnya. Jikalau diperlukan,

anda harus mengumpulkan suluruh catatan-catatan medis

yang dimiliki oleh pihak suami maupun isteri, termasuk

keluarga. Sehingga jika telah diketahui data medis secara

lengkap, dapat diketahui secara dini apabila memang ada


kelainan pada janin atau calon orang tua, sehingga bisa

membuat keputusan yang lebih bijak.

1) Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh

Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan olahraga

teratur. Selama masa prakonsepsi, pastikan Anda cukup

berolahraga. Aktivitas fisik ini tidak perlu dilakukan selama

berjam-jam. Cukup 3 kali dalam seminggu selama 1/2 jam, dan

lakukan secara rutin. Olah raga selain menyehatkan, juga

mencegah terjadinya kelebihan berat badan.

Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan

kehamilan membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan

harus benar-benar dikontrol agar dapat aman selama kehamilan,

terutamadisarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan berat

badan serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi

dengan dokter Anda yang mungkin menyarankan rujukan ke ahli

gizi.

Berat badan kurang bisa membuat Anda kurang

subur,orang terlalu kurus karena kekurangan lemak yang dapat

mendukung. Sementara kelebihan berat badan menempatkan

Anda pada risiko lebih besar untuk mengalami komplikasi, seperti

tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan. Ada juga

risiko tinggi komplikasi selama persalinan dan kelahiran dan


orang yang terlalu gemuk akan mengalami proses ovulasi tidak

teratur.

2) Menghentikan kebiasaan buruk

Penelitian menyebutkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol

akan mengganggu kesuburan oleh karena itu mengkonsumsi

alkohol sebelum dan selama kehamilan akan memperburuk

kondisi kesehatan ibu dan janin.Perempuan yang minum alkohol

memiliki kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan

untuk kaum pria, minum alkohol dapat mempengaruhi kualitas

sperma dengan menurunkan tingkat testosteron dan bisa

menyebabkan testis layu. Hentikan kebiasaan merokok secara

total ketika merencanakan kehamilan dan juga selama kehamilan.

Perokok pasif sama bahayanya dengan perokok aktif oleh karena

itu sebaiknya minta suami anda untuk menghentikan kebiasaan

merokok.

Perempuan merokok secara langsung menurunkan

kesuburan. Racun pada rokok sangat berbahaya bagi tuba falopi,

dapat mengakibatkan kerusakan kromosom pada telur, dan

melemahkan kemampuan untuk menghasilkan estrogen yang

sangat diperlukan untuk menyiapkan lapisan rahim menjelang

kehamilan. Sebuah studi di Finlandia menemukan, bahwa 41,9%

pria perokok tidak subur dibandingkan dengan 27,8% pria yang

tidak merokok.
Pria perokok memiliki lebih sedikit sperma ketika

ejakulasi. Dan secara medis, merokok terbukti menyebabkan

impotensi. Orang tua perokok juga memiliki kemungkinan untuk

menghasilkan anak cacat genetik dan memiliki dua kali risiko

lebih besar untuk mengidap kanker anak.

3) Persiapan secara psikologis dan mental

4) Perencanaan financial/keuangan

5) Jangan malu bertanya dan berkonsultasi

6) Meningkatkan asupan makanan bergizi

Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran merupakan

salah satu solusi. Sebaliknya, hindari makanan yang mengandung

zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet, pewarna dan

sejenisnya. Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat

memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga

menyebabkan kelainan fisik, cacat dan sejenisnya. Sebaiknya

konsumsi makanan yang mengandung:

a. Protein, meningkatkan produksi sperma. Makanlah

telur, ikan, daging, tahu dan tempe.

b. Asam folat, penting bagi calon bunda sejak

prakonsepsi sampai kehamilan trimester pertama. Berperan

dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin,

cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat

sistem saraf sebanyak 70%. Makanlah sayuran hijau tua,


jeruk, avokad, hati sapi, kedelai, tempe, dan serealia.

Minum 400 mikrogram asam folat setiap hari, jika seorang

wanita memiliki kadar asam folat yang cukup setidaknya 1

bulan sebelum dan selama kehamilan, dapat membantu

mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi.

Asam folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti

sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim

mini), asparagus, brokoli, papaya, jeruk, stroberi, rasberi,

kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang kol, seledri,

wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk ibu hamil

pun mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat

membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih

susu untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi

rasa mual, serta tentu merupakan produk yang berkualitas

tinggi.

c. Konsumsi berbagai Vitamin

1. Vitamin A berperan cukup penting dalam

produksi sperma yang sehat. Terdapat pada hati,

mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak,

brokoli, wortel, bayam, dan tomat.

2. Vitamin D, kekurangan vitamin D akan

menurunkan tingkat kesuburan hingga 75%. Sumber

vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan


bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula

diperoleh dari telur, susu, hati, minyak ikan, ikan

tuna, margarin, dan ikan salmon.

3. Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan

sperma membuahi sel telur dan mencegah

keguguran karena perannya dalam menjaga

kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak

terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul

gandum, dan kecambah atau tauge.

4. Vitamin B6, kekurangan vitamin ini akan

menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan

hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen

dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan.

Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras

merah, kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan

sayur kol

5. Vitamin C, pada wanita, vitamin C berperan

penting untuk fungsi indung telur dan pembentukan

sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan

(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten)

vitamin C berperan melindungi sel-sel organ tubuh

dari serangan radikal bebas (oksidan) yang

mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi .


Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk,

stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai

merah.

a. Cukupi zat seng berperan penting dalam

pertumbuhan organ seks dan juga pembentukan sperma

yang sehat. Bagi calon Bunda, seng membantu produksi

materi generatik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah,

melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain

makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging

kepiting, ed.), daging, kacang-kacangan (kacang mete dan

almond), biji-bijian (biji labu dan bunga matahari, ed), serta

produk olahan susu.

b. Cukupi zat besi. Kekurangan zat besi membuat

siklus ovulasi (pelepasan sel telur) bunda tergangu.

Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi akan

membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari

anemia yang sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil.

Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur, sayuran hijau,

jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.

c. Fosfor. Jika kekurangan, menurunkankualitas

sperma calon ayah. Ada di susu, dan ikan teri.

d. Selenium (Se). Berperan penting dalam produksi

sperma yang sehat. Gejala kekurangan selenium antara lain


tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan ketidaksuburan.

Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang putih,

kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.

e. Kurangi konsumsi kandungan makanan yang

berminyak. Sebaiknya anda menggantinya dengan minyak

zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam

minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh,

serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan endokrin

yang sehat.

f. Kalori Ekstra Perhatikan pula kebutuhan kalori

ekstra yang dapat menunjang kehamilan anda.Anda dapat

mempersiapkannya sebelum kehamilan dengan

mendapatkannya dari berbagai jenis makanan seperti sereal,

nasi, roti dan pasta. Kalori bermanfaat untuk menyokong

perubahan tubuh ibu selama kehamilan.

g. Membatasi Kafein. Batasi konsumsi kopi dan teh

dikarenakan mengandung kafein yang dapat memperburuk

kesehatan menjelang persiapan kehamilan. Rekomendasi

dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat

dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200

miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai kehamilan

Hindari konsumsi:
a. Daging mentah, karena mengandung Toksoplasma,

parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli yang

berbahaya bagi kehamilan dan janin.

b. Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses

pencucian kurang baik, dapat mengandung toksoplasma.

c. Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah,

kemungkinan ada bakteri salmonella penyebab diare berat.

d. Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan

tertinggal di darah akan memengaruhi sistem saraf janin.

Waspada makan ikan tuna kalengan, tuna beku, kakap

putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan hiu. Meski kaya

omega 3 dan 6,ikan dari sebagian perairan Indonesia

didugatercemar merkuri melalui penurunan kualitas air

maupun rantai makanan.

e. Keju lunak (brie, camembert, blueveined cheese,

keju dari susu kambing dan domba). Berisiko membawa

bakteri listeria.

f. Kafein, menghambat kehamilan dan mengurangi

penyerapan zat besi.Sebuah studi di Amerika menemukan

bahwa minum kopi tiga cangkir sehari dengan kandungan

cafein sekitar 300 mg, dapat menurunkan kemungkinan

wanita hamil sekitar 27% dibanding mereka yang bukan

peminum kopi.
Karena keberhasilan kehamilan yang sehat

merupakan kerjasama dan tanggung jawab bersama antar sang

calon ibu dan calon ayah berikut persiapan kehamilan bagi calon

ayah:

a. Berhenti merokok

b. Berhenti meminum minuman beralkohol

c. Minimalisir stress

d. Makan makanan yang bergizi

e. tunjukkan dukungan untuk istri Anda.

2.7 Kerangka Teori

2.8 Kerangka Konsep

Adapun rancangan desainnya:

Variable Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Persiapan Sikap Persiapan


Kesehatan Calon Pengantin Kehamilan Sehat

Tabel: Kerangka Konsep

2.9 Hipotesis

Hipotesis Alternatif (Ha) Terdapat Hubungan Pengetahuan tentang

Persiapan Pranikah dengan Sikap tentang Persiapan Kehamilan yang Sehat

pada Calon Pengantindi Wilayah Kerja Puskesmas Sindangkasih Ciamis

Tahun 2020
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan desain penelitian

yang digunakan deskriptif korelatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui gambaran tentang suatu obyektif dan mengetahui hubungan

antara dua variabel. Metode pendekatan waktu yang digunakan pada

penelitian ini adalah cross sectional, dimana data menyangkut variabel bebas

dan variabel terikat yang akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan

(Notoadmojo, 2012).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Adapun tempat dan waktu penelitian ini akan dilakukan pada:

Waktu : bulan November-Desember 2020

Tempat : di wilayah kerja Puskesmas Sindangkasih Kabupaten

Ciamis

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek atau objek penelitian

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi penelitian ditentukan oleh topik atau tujuan dari penelitian


yang terkait. Jadi Populasi tidak terfokus hanya pada manusia, objek

atau benda-benda alam juga dapat dijadikan populasi. Populasi juga

bukan hanya sebatas jumlah objek atau subjek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek dan

subjek tersebut. (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif

dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012, Hal. 297)

Populasinya yaitu seluruh Calon Pengantin yang melakukan

pemeriksaan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Sindangkasih

Kabupaten Ciamis pada waktu yang telah ditentukan.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti atau sebagian

dari jumlah dengan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto,

S., 2010). Pada dasarnya ukuran sampel merupakan langkah untuk

menentukan besarnya jumlah sampel yang akan diambil untuk

melaksanakan penelitian suatu obyek, kemudian besarnya sampel

tersebut biasanya diukur secara statistika ataupun estimasi penelitian.

Pengukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan

besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan suatu penelitian.

Selain itu juga diperhatikan bahwa sampel yang dipilih harus

representatif, artinya segala karakteristik populasi hendaknya tercermin

dalam sampel yang dipilih (Sugiono, 201)

Pada penelitian ini menggunakan teknik Accidental sampling.

Accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan


kebetulan/insendetal bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai

sumber data. Sampel yang akan digunakan ialah Calon Pengantin yang

berada di Wilayah Puskesmas Sindangkasih

3.1 Variable Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas (Independen)

Menurut Sugiyono (2016), variabel independent adalah

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependent (terikat), Dalam penelitian ini

variabel bebasnya yaitu pengetahuan dan sikap.

3.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian

ini variabel bebasnya yaitu persiapan kehamilan

3.5 Definisi Operasional

N Definisi Alat
Variabel Kategori Sekala
o. Operasional Ukur
1. Variabel Segala sesuatu yang Kuision 0=kurang baik Ordinal

Independ diketahui oleh calon er bila skor <56%

en: pengantin tentang 1=cukup baik

Pengetah persiapan bila skor 56-

uan kehamilan. 75% 2 = Baik

bila skore 76-


100%)

(Wawan,

2010)
2. Variabel Sikap adalah Kuision 0=unfavourabl Nomina

Independ Pandangan atau er e jika Skor T l

en: penilaian calon < mean T 1=

Sikap pengantin terhadap favourable jika

persiapan kehamilan Skor T ≥ mean

sehat. T (Azwar,

2013)
3. Variabel Semua tindakan Kuision 0 = kurang Ordinal

Depende atau aktivitas yang er baik jika skor

n: dilakukan dalam < mean

Persiapan mempersiapkan 1 = baik jika

Kehamila kehamilan sehat. skore > mean

n Sehat (Hidayat,

2012)

3.6 Rancangan Analisa Data

3.6.1 Teknik pengumpulan data

1) Sumber Data

a. Data primer

Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara

atau membagikan kuesioner kepada responden untuk


mendapatkan data tentang pengetahuan dan sikap calon

pengantin wanita mengenai persiapan kehamilan

b. Data sekunder

Data sekunder berupa data jumlah calon pengantin

yang didapat dari catatan bagian Kantor Urusan Agama

atau Puskesmas Sindangkasih.

1) Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada responden

yaitu pertanyaan pengetahuan dengan mengajukan soal dengan

hasil jawaban jika jawaban benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi

nilai 0, sedangkan untuk kuisioner sikap menggunakan skala likert

dengan mengajukan pertanyaan positif dan negatif. Untuk

variabel sikap dengan alternatif pilihan jawaban sangat setuju,

setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. dengan

penilaian pernyataan positif untuk sangat setuju=4, setuju 3, ragu-

ragu=2, tidak setuju=1 dan sangat tidak setuju=0, penilaian

pernyataan negatif untuk sangat setuju=0, setuju 1, ragu-ragu=2,

tidak setuju=3 dan sangat tidak setuju=4 Sedangkan untuk

variabel perilaku alternatif pilihan jawaban selalu, sering, kadang-

kadang dan tidak pernah dengan penilaian pernyataan positif

pilihan jawaban selalu=4, sering=3, kadang-kadang=2 dan tidak

pernah=1 sedangkan untuk pernyataan negatif pilihan jawaban


selalu=4, sering=3, kadang-kadang=2 dan tidak pernah=1. Sebelum

dilakukan pengumpulan data penelitian langkah-langkah yang akan

dilakukan peneliti dalam pengumpulan data antara lain sebagai

berikut: sebelum dilakukan pengambilan data dari responden

peneliti terlebih dahulu menyampaikan kepada responden tentang

tindakan apa yang akan dilakukan pada responden dengan

menggunakan informed consent penelitian (terlapir) setelah

responden mengetahui tujuan dan manfaat penelitian responden

dipersilahkan mengisi lembar persetujuan menjadi responden

(terlampir) jika responden menyetujui barulah peneliti

memberikan kuisioner yang berisikan pertanyaan mengenai

pengetahuan dan sikap mengenai Persiapan Kehamilan.

3.6.1 Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2012) data yang terkumpul diolah

dengan sistem komputerisasi melalui beberapa tahap:

1) Pengeditan Data (Editing)

Tahap editing peneliti melakukan pengecekan terhadap

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing bertujuan untuk

memastikan bahwa data yang diperoleh benar-benar sesuai dengan

kriteria penelitian. Tahapan editing dilakukan peneliti dengan

cara memeriksa jawaban responden apakah sudah lengkap atau

belum apabila jawaban belum lengkap peneliti menanyakan


kembali jawaban yang dipilih responden setelah semua

jawaban telah lengkap peneliti mengumpulkan dalam satu berkas

2) Pengkodean Data (Coding)

Coding dilakukan untuk memberikan kode data yang

dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol/kodeyang cocok

untuk keperluan analisis. Pemberian kode terhadap data

bertujuan untuk mempermudah proses pengolahan data yang

dikelompokkan sesuai tujuan penelitian. Pemberian kode dalam

penelitian diberikan berdasakan variabel dan kriteria untuk

variabel pengetahuan kode 0= pengetahuan kurang, 1=

pengetahuan cukup dan 2= pengetahuan baik, veriabel sikap

0=sikap unfavorabel dan 1=sikap favorabel.

3) Data entry

Data entry dilakukan untuk memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau data based komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana. Data yang

telah di diberi kode kemudian diolah menggunakan komputer

dengan menggunakan program microsof XL atau SPSS untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data.

4) Melakukan Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengolah data penelitian

yang telah dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian.


Analisis data penelitian dilakukan peneliti dengan cara mencari

distribusi frekuensi dan nilai chi-square pada setiap variabel.

3.6.1 Analisis Data

Analisis data yang peneliti digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan

antara variabel dependent dan independent. Dengan

menggunakan analisis statistik Chis Square (x2) dengan derajat

kemaknaan (α) 5% diolah dengan menggunakan system

komputerisasi dengan menggunakan program SPSS. Hasil analisis

X2 yaitu : bila p < 0,05, Ha diterima dan p > 0,05 maka Ha ditolak.

a. Ha : diterima apabila p < 0,05 artinya ada hubungan tingkat

pengetahuan dan sikap dalam Persiapan Kehamilan Calon

Pengantin

b. Ha : ditolak apabila p > 0,05 artinya tidak hubungan

tingkat pengetahuan dan sikap dalam Persiapan Kehamilam

Calon Pengantin

3.7 Alat Ukur/Instrumen dan Uji Validitas Realibilitas

1) Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah


diolah, instrument penelitian berupa angket, checklist, kuesioner, pedoman

wawancara, pedoman pengamatan, alat pemeriksaan laboratorium.

Instrumen dalam menentukan Hubungan Pengetahuan dan Sikap

dalam Persiapan Kehamilan Calon pengantin yaitu berupa kuisioner.

2) Validitas

Validitas menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa

yang ingin diukur. Uji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus korelasi Pearson Product Moment, yaitu:

N ∑ X Y −( ∑ X )( ∑ Y )
rxy = 2 2 2
√{N ∑ X ¿¿−(∑ X ) }−{N ∑ Y ¿ ¿ 2−(∑ Y ) }¿ ¿¿
Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan y

N : Banyaknya subjek

X : Skor masing-masing item

Y : Skor total

Instrumen penelitian dikatakan valid apabila r hitung lebih besar

dari r tabel dan dikatakan tidak valid jika r hitung lebih kecil dari r tabel

dengan tingkat kemaknaan 5%.

Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang

reliable. Uji ini menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat diandalkan, bila

alat ukur digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil

pengukuran relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliable.


Uji reliabilitas instrumen dilakukan menggunakan rumus Alpha

Cronbach(α). Jika koefisien alpha cronbach > 0,6 maka dinyatakan bahwa

instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

reliable.

r11= [ k ]  [ 1− ∑ δ i ]
k −1 δt

Keterangan:

r11 : Koefisien Alpha Cronbach

k : Banyaknya butir pertanyaan

∑δi : Jumlah varians skor tiap-tiap item

δt : Varians total

3.5 Implikasi Rencana Penelitian

3.7.1 Tahapan Persiapan

Pertama, tahap persiapan dilakukan sejak Oktober 2019,

peneliti mulai membaca literature tentang penelitian. Kedua, sebelum

melakukan penelitian, peneliti meminta surat pengantar dari Poltekkes

untuk melakukan studi pendahuluan. Peneliti ke Kesbangpol Kab.

Ciamis untuk meminta surat rekomendasi penelitian. Peneliti ke diklat

Puskesmas Kecamatan Sindangkasih untuk meminta pengantar

penelitian. Peneliti melakukan penyusunan proposal penelitian yang

dikonsulkan kepada pembimbing.

3.7.2 Tahap pelaksanaan


1) Peneliti ke Puskesmas Kecamatan Sindangkasih untuk meminta

surat izin penelitian

2) Peneliti meminta kerjasama kepada pegawai Puskesmas dan juga

Kantor Urusan Agama (KUA) selama penelitian berlangsung dan

memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian.

3) Peneliti menjelaskan informasi-informasi tentang penelitian kepada

calon responden, kemudian meminta kesediaannya untuk

mengikuti penelitian.

4) Penelitian mempersilahkan calon responden untuk menandatangani

lembar persetujuan (informed concent) sebagai bukti telah bersedia

ikut serta menjadi responden penelitian.

5) Peneliti melakukan pengukuran Pengetahuan dan Sikap

Calon pengantin dalam persiapan kehamilan menggunakan lembar

kuisioner

6) Penyusunan laporan. Setelah data terkumpul dan dilakukan analisa

langkah selanjutnya menyusun laporan untuk disajikan dan

dipresentasikan dalam bentuk skripsi.

3.8 Etika Penelitian

Etika merupakan masalah yang sangat berperan penting dalam

kehidupan termasuk saat akan melakukan sebuah penelitian, proses penelitian

ini berhubungan dengan manusia langsung sehingga ada prosedur etika yang

harus diperhatikan seperti dibawah ini :


3.8.1 Informed consent (Pesetujuan Menjadi Responden.

Merupakan cara bentuk persetujuan antar pengkaji dengan

responden dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent).

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subjek dimengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui kemungkinan

ketidaknyamanan yang mungkin akan timbul, mengetahui manfaat

yang akan didapatkan oleh responden. Jika responden bersedia atau

tidak bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan.

3.8.2 Anonimity

Penelitian memberikan jaminan kepada responden dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau penelitian yang akan disajikan.

3.8.3 Confidentialy (Kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun msalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh pengkaji, jadi semua data yang ada akan dilaporkan pada hasil

riset.

3.8.4 Non maleificience (Tidak Merugikan)

Penelitian akan berusaha meminimalisir bahaya atau kerugian


dari penlitian serta memaksimalkan manfaat dari penelitian.

3.8.5 Hak Undur

Seluruh responden dalam penelitian di dijamin kebebasannya

untuk menghentikan sebagian atau seluruhnya dalam tahapan

penelitian ini. Kebebasan untuk mundur sebagai responden atau objek

dalam penelitian tidak diberikan sanksi apapun karena kepesertaan

responden dalam penelitian ini secara sukarela, begitupun disaat

responden berkeinginan untuk berhenti dalam proses penelitian ini

diperbolehkan tanpa syarat apapun. (Arikunto, S ,2010).


DAFTAR PUSTAKA

1. H. Irawati, A. Kartini, and S. Nugraheni, "Pengaruh Booklet

Terhadap Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin

Terkait Pencegahan Risiko Kehamilan di Kabupaten Pemalang," Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia, vol. 7, no. 2, pp. 124-131, Aug. 2019.

https://doi.org/10.14710/jmki.7.2.2019.124-131

2. Hasanah, Hasyim. Pemahaman Kesehatan Reproduksi Bagi

Perempuan: Sebuah Strategi Mencegah Berbagai Resiko Masalah

Reproduksi Remaja. Sawwa: Jurnal Studi Gender, [S.L.], V. 11, n. 2, p.

229-252 [Di akses pada 20 Oktober 2020], june 2017. ISSN 2581-1215.

Available at:

https://journal.walisongo.ac.id/index.php/sawwa/article/view/1456. doi:

http://dx.doi.org/10.21580/sa.v11i2.1456

3. Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia.

Petunjuk

Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan 881 Tahun 2017. Jakarta: Kementrian

Agama RI; 2017

4. Susilana R, Riyana C. Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan,

Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Wacana Prima, 2009; p. 9-11. 9.


5. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasinya. Jakarta:

Rineka Cipta, 2010;p. 26-34

6. Ervina, D.S.,& Warsiti. 2013. Pengaruh Penyuluhan Media Audiovisual

Video Terhadap Tingkat Pengetahuan Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI) Pada Kader Posyandu Di Tejokusuman Rw 04 Notoprajan

Yogyakarta Tahun 2013. STIKES Aisyiyah Yogyakarta. [di akses 20

Oktober 2020] tersedia di http://digilib.unisayogya.ac.id/1375/

7. Lubis Z. 2012. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi

Yang Dilahirkan. http://www.sim.smpn1lamongan.sch.id. Diakses pada

tanggal 20 Oktober 2020

8. Mutalazimah. 2010. Hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian

BBLR di RSU DR.Pirgadi Medan Tahun 2005. Karya Tulis Ilmiah.

Diakses pada tanggal 20 Oktober 2020

9. Desmiati, H., Octasila, R., & Siallagan, D. (2020). Risiko Kelahiran Berat

Bayi Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan Status Gizi Ibu Hamil. JURNAL

KESEHATAN, 8(1), 41-46 [di akses 20 Oktober 2020]. Retrieved from

http://journal.stikesbanten.ac.id/index.php/Kesehatan/article/view/83

10. Depkes RI.Penuhi Kebutuhan Gizi Pada 1000 Hari

PertamaKehidupan.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;

2012.

11. Siwi Setiyo, Satiti. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Gizi

dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil di KecamatanJebresSurakarta;

2011
12. Azwar. 2013. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka

Pelajar: Yogyakarta

13. Hidayat. 2012. metode penelitian kebidanan teknik analisa data. Salemba

Medika: Jakarta

14. Wawan dan Dewi, 2010. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan

prilakumanusia.Yuha Medika:Yogyakarta

15. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2012, Hal. 297

16. Wawan, & Dewi. (2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan,

Perilaku Manusia (I). Yogyakarta: Nuha Medika.

17. Notoatmodjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi.Jakarta :

Rineka Cipta.

18. -----------------------2012.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka

Cipta

19. Azwar, Saifuddin. (2012).Penyusunan Skala Psikologi.Jogyakarta:Pustaka

Pelajar.

20. A. Wawan dan Dewi, 2010, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap

dan Perilaku Manusia, Yogyakarta : Nuha Medika

21. Arikunto, S. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai