Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA

“EVIDANCE BASED DALAM PELAYANAN KB”

KELOMPOK 16

 Friska Oktaria Meharani


 Priska Ria Resintia Sihombing
 Yulia Artarina

Dosen Pembimbing
Lusi Andriani, SST. M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI DIII KEBIDANAN

KELAS I B

2019
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas curahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga
makalah Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan pada Rasulullah Muhammad Saw yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Aamiin.

Makalah Kes. PDPK ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi para
pembaca supaya terciptanya rasa semangat dalam belajar. Semoga makalah ini menjadi
alternatif untuk proses pembelajaran Kes.PDPK.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari segala kekurangan baik dari segi isi
ataupun bahasa. Oleh karena itu penulis berharap untuk kritikan dan saran yang membangun
agar penulis bisa melakukan perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya, kepada Allah
Swt. jualah kami mohon taufik dan hidayah-Nya semoga usaha ini senantiasa dalam
keridhaan-Nya. Aamiin.

Bengkulu, Januari 2021

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.
B. BBBB
C. CCCC
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada
posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi
tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan
fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan
dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam
UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Berdasarkan data dari SDKI 2002 – 2003, angka pemakaian kontrasepsi
(contraceptive prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun
1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada 2015 jumlah penduduk Indonesia hanya
mencapai 255,5 juta jiwa. Namun, jika terjadi penurunan angka satu persen saja,
jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih. Sedangkan jika pelayanan KB
bisa ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%, penduduk negeri ini sekitar 237,8 juta
jiwa (Kusumaningrum dalam Andy, 2011).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana evidence bassed pada KB Periode Menyusui ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan ilmu yang terbaru tentang KB Periode menyusui.

BAB 11
PEMBAHASAN
A. Evidence Based
Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan
pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun
tidak sekedar bukti.Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah
penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan
bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan
(Sackett et al,1997).
Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia
kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindaka – tindakan yang
tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada
proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

B. Definisi KB
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan
perencanaan keluarga. Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma
laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang
sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.

C. EVIDENCE BASED PADA KB


CDC telah merekomendasikan revisi penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi
(KHK) yang aman pada wanita postpartum yang tidak menyusui (tabel 1). Pada
wanita yang melahirkan < 21 hari, tidak dibolehkan menggunakan kontrasepsi
hormonal kombinasi apapun oleh karena resiko kesehatan pada masa ini (Kategori 4).
Pada wanita yang telah melahirkan antara 21-42 hari dan memiliki resiko tambahan
TEV, resiko penggunaan KHK lebih banyak dari keuntungannya dan oleh karena itu,
KHK tidak boleh digunakan (Kategori 3) ; namun, jika tidak ada resiko TEV
tambahan, keuntungan penggunaan KHK lebih banyak dibandingkan resikonya,KHK
dapat digunakan (Kategori 2). Pada wanita yang melahirkan > 42 hari, tidak ada
pembatasan penggunaan KHK oleh karena resiko TEV yang semakin berkurang
(Kategori 1). Meskipun demikian, keadaan medis lainnya dapat diambil sebagai
pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan.
Rekomendasi pengunaan kontrasepsi untuk wanita menyusui tidak mengalami
perubahan. Rekomendasi ini dibuat berdasarkan bukti yang mengacu pada efek
negatif yang dapat ditimbulkan dari penggunaan kontrasepsi hormonal pada ibu
menyusui, misalnya meningkatnya waktu untuk menyusui dan meningkatkan jumlah
suplemen makanan tambahan. Pada wanita yang menyusui dan melahirkan kurang
dari 1 bulan, kontrasepsi hormonal kombinasi dimasukkan dalam kategori 3 karena
perhatian terhadap efek estrogen pada masa menyusui.
Setelah 1 bulan, kontrasepsi hormonal kombinasi dimasukkan dalam kategori 2
untuk ibu menyusui. Meskipun demikian, beberapa revisi rekomendasi berdasarkan
pada resiko TEV telah menggantikan ketentuan penggunaan kontrasepsi untuk kriteria
ibu yang menyusui. Contohnya : kontrasepsi hormonal kombinasi diklasifikasikan
dalam kategori 4 untuk semua ibu postpartum, termasuk ibu menyusui yang
melahirkan < 21 hari.
Tabel 2.
Revisi rekomendasi penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi, termasukkontrasepsi oral,
tempel, cincin vagina, selama masa post-partum pada ibu yang menyusui
Kondisi Kategori Klasifikasi / Bukti
Postpartum Klasifikasi :
(Ibu Menyusui†) Berdasarkan departemen pelayanan
kesehatan dan manusia Amerika Serikat
menetapkan bahwa bayi harus
mendapatkan ASI Eksklusif selama 4-6
bulan pertama kehidupan, sebaiknya
dalam masa 6 bulan. Idealnya, ASI harus
dilanjutkan sampai bayi berumur 1 tahun.
Bukti:
Penelitian eksperimental memperlihatkan
bahwa ditemukan efek penggunaan
kontrasepsi hormonal oral terhadap
volume ASI. Namun tidak berefek
negatif pada berat badan bayi. Selain itu,
penelitian juga tidak menemukan adanya
efek merugikan dari estrogen eksogen
terhadap bayi yang terekspose dengan
KHK selama masa menyusui. Secara
umum, penelitian-penelitian ini masih
memiliki kualitas yang rendah,
kurangnya standar definisi dari menyusui
itu sendiri atau pengukuran hasil yang
tidak akurat, serta tidak memasukkan
bayi prematur atau bayi yang sakit
sebagai sampel percobaan. Secara
teoritis, perhatian terhadap efek
penggunaan kontrasepsi terhadap
produksi asi lebih baik dilakukan pada
masa awal postpartum disaat aliran asi
sedang dalam masa permulaan.
Bukti:
Tidak terdapat bukti langsung mengenai
resikoTEV pada ibu postpartum yang
menggunakan KHK. Resiko TEV
mengalami peningkatan selama
kehamilan dan postpartum; resiko ini
utamanya ditemukan pada minggu
pertama setelah persalinan, menurun ke
arah normal setelah 42 hari postpartum.
Penggunaan KHK yang dapat
meningkatkan resiko TEV pada wanita
usia produktif yang sehat, kemungkinan
dapat menjadi resiko tambahan jika
digunakan pada masa ini. Resiko
kehamilan dalam masa 21 hari setelah
persalinan sangat rendah, namun akan
meningkat setelah itu, kemudian
kemungkinan ovulasi sebelum
menstruasi pertama setelah persalinan
dapat terjadi.
a.       <21 hari 4
b.      21 sampai <30 hari
i.      Dengan faktor resiko TEV 3 Klasifikasi:
lainnya ( seperti umur ≥ 35 Untuk wanita dengan faktor resiko TEV,
tahun, riwayat TVE akan meningkat menuju klasifikasi -4 ;
sebelumnya, thrombofilia, contohnya, merokok, Trombosis Vena
immobilitas, transfuse saat Dalam, yang diketahui sebagai mutasi
persalinan, IMT ≥30. thrombogenik dan kardiomiopati
Perdarahan postpartum, peripartum.
postcaesar, pre-eklampsi, atau Bukti:
merokok) Tidak terdapat bukti langsung
mengenai resiko TEV pada wanita
postpartum yang menggunakan KHK.
Resiko TEV meningkat selama
kehamilan dan masa postpartum; resiko
ini utamanya ditemukan pada minggu
pertama setelah persalinan, menurun ke
arah normal setelah 42 hari persalinan.
Penggunaan KHK, yang meningkatkan
resiko TEV pada wanita usia reproduksi
yang sehat dapat menimbulkan resiko
tambahan jika digunakan pada masa ini.
ii. Tanpa Resiko TEVlainnya 3

c. 30-42 hari
i. Dengan faktor resiko TEV 3 Klasifikasi:
lainnya (seperti umur ≥ 35 Untuk wanita dengan faktor resiko TEV,
tahun, riwayat TVE akan meningkat menuju klasifikasi ―4,
sebelumnya ,thrombofilia, contohnya,
immobilitas, transfuse saat merokok, Trombosis Vena Dalam, yang
persalinan, IMT ≥30. diketahui sebagai mutasi thrombogenik
Perdarahan postpartum, dan kardiomiopati peripartum.
postcaesar, pre-eklampsi, atau Bukti:
merokok) Tidak terdapat bukti langsung mengenai
resikoTEV pada wanita postpartum yang
menggunakan KHK.Resiko TEV
meningkat selama kehamilan dan masa
postpartum; resiko ini utamanya
ditemukan pada minggu pertama setelah
persalinan, menurun ke arah normal
setelah 42 hari persalinan. Penggunaan
KHK, yang meningkatkan resiko TEV
pada wanita usia reproduksi yang sehat
dapat menimbulkan resiko tambahan jika
2 digunakan pada masa ini.  

ii. Tanpa Resiko TEV lainnya


c.       > 42 hari 2
Keterangan:
TEV = Tromboemboli vena; KHK = Kontrasepsi Hormonal Kombinasi; IMT =
Indeks Massa Tubuh (Berat [Kg]/ Tinggi [m2] ; KOK = Kontrasepsi Oral kombinasi.
Kategori: 1 = kondisi dimana tidak terdapat pembatasan terhadap penggunaan kotrasepsi,
2 = kondisi dimanakeuntungan penggunaan kontrasepsi umumnya lebih besar dari resiko
teoritis dan yang ditemukan, 3 = kondisi dimana resiko penggunaan kontrasepsi yang
ditemukan lebih besar dibandingkan keuntungannya, 4 = kondisi dimana ibu tidak dapat
menggunakan kontrasepsi jenis apapun.
Rekomendasi untuk ibu menyusui dibagi sesuai bulan berdasarkan US MEC, 2010.
Rekomendasi ini dibagi berdasarkan hari untuk tujuan penggabungan dengan
rekomendasi postpartum.
Dalam penilaian kesehatan resiko seorang wanita harus mempertimbangkan
karakteristik serta kondisi medis yang dimiliki wanita tersebut. Untuk wanita postpartum,
pemeriksaan ini meliputi penelusuran resiko TEV, misalnya mutasi trombogenik
(kategori 4) atau riwayat TEVdengan faktor resiko rekurensi (kategori 4), yang keduanya
merupakan resiko yang membatasi penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi, baik
pada wanita postpartum ataupun tidak.
BAB III
PENUTUP
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan
tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan
kematian.
Penggunaan metode kontrasepsi dilakukan berdasarkan tujuan penggunaan KB, kontra

indikasi metode kontrasepsi, dan hak autonomi pasien berdasarkan Kaidah Dasar bioetik

(KDB). Dilihat dari aspek etika, agama, dan hukum, penggunaan kontrasepsi sebetulnya

diperbolehkan, tergantung dari metode dan pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai