Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” DENGAN PRIORITAS MASALAH


KEBUTUHAN DASAR HYGIENE DAN NYERI PADA KASUS POST SC

KASIANTEN
NIM. 113421143

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
2

PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

Laporan Kasus Atas Nama Kasianten NIM : 113421143 dengan judul “Asuhan
Kebidanan Pada Ny “N” Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Hygiene Dan
Nyeri Pada Kasus Post SC 0 hari”

Telah disetujui

Pembimbing Lahan Tanggal

Noni Kusmarini, S.Keb. BD


NIP. 19771124 200801 2 017

Pembimbing Pendidikan Tanggal

Siti Naili Ilmiyani, S.ST., M.Keb


NIDN. 080901 8902

Mengetahui
Program Studi Profesi Bidan
Ketua,

Eka Faizaturrahmi, S.ST., M.Kes.


NIDN. 0808108904

BAB I
3

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sectio caesarea merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan dengan


membuat sayatan pada dinding perut atau rahim untuk melahirkan janin. Operasi
sectio caesarea merupakan opsi yang dilakukan jika persalinan pervaginan
beresiko besar bagi janin maupun ibu (Sumiati, 2019). Indikasi medis dilakukan
sectio caesarea dipengaruhi oleh faktor janin dan ibu. Faktor janin diantaranya
adalah ukuran/berat janin, letak janin, kelainan tali pusat. Faktor dari ibu adalah
usia, kelainan panggul, jumlah anak yang dilahirkan, KPD maupun preeklamsi
(Wulandari and Widyaningsih, 2020). Terdapat lebih dari 85 % Sectio caesarea
dilakukan karena beberapa penyebab, yaitu: riwayat sectio caesarea sebelumnya,
gawat janin, distosia dan presentasi bokong (Wahyuni, 2019).
Persalinan SC mengakibatkan terputusnya kontiunitas jaringan yang
merangsang area sensorik sehingga menimbulkan rasa nyeri. Hal ini
menyebabkan ibu lebih memilih untuk tidak bergerak karena ketakutan ibu akan
luka bekas operasi yang bertambah nyeri, yang membuat ibu tidak bisa melaukan
activity of daily living (ADL) secara mandiri, salah satunya yaitu personal
hygiene yang meliputi: mandi, oral hygiene, eliminasi dan berdandan atau merias
ibu. Sehingga membutuhkan bantuan dari perawat maupun keluarga. Personal
hygiene sangat penting untuk dilakukan, mengingat ibu mempunyai luka bekas
operasi pada dinding perut. Oleh karena itu, perawatan diri wajib dilakukan
secara rutin untuk terhindar dari infeksi, khusunya infeksi luka bekas operasi.
Jika dilihat dari penyebab kematian para ibu, infeksi merupakan salah satu
penyebab kematian setelah perdarahan menurut Mitayani, 2011 dalam (Atoy,
Akhmad and Febriana, 2019).
Menurut persentase yang telah ditetapkan WHO, bahwa rata-rata disetiap
negara terdapat 5-10% sectio caesarea per 1.000 kelahiran (Purba, 2021).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Wahyuni, 2019) bahwa
terdapat 463 persalinan dengan sectio caesarea dari 1.282 persalinan atau
4

68,69% dari jumlah keseluruhan persalinan. Menurut data yang diperoleh dari
RISKESDAS 2018 jumlah ibu dengan bedah caesar 17,6% sedangkan pada
tahun 2013 persentase jumlah ibu dengan bedah caesar adalah 9,8%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Nusa Tenggara Timur
merupakan salah satu provinsi dengan peningkatan persentase persalinan dengan
metode sectio caesarea, dimana pada tahun 2013 sebanyak 4,1 % dan 2018
sebesar 10% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Hasil laporan
rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Waikabubak, tercatat bahwa angka
persalinan dengan SC pada tahun 2017 sebanyak 406, dan terjadi peningkatan di
tahun 2018 yaitu sejumlah 650. Akan tetapi pada tahun 2019 terjadi penurunan
sebesar 491, diikuti pada tahun 2020 sebesar 286 orang dan kembali meningkat
pada tahun 2021 menjadi 301 (Rekam Medik RSUD Waikabubak, 2022).
Kebersihan seseorang akan sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka.
karena kuman dapat masuk melalui luka yang merupakan media yang baik bila
kebersihan diri 10 | P a g e kurang diperhatikan. Karena, sebaik apapun upaya
penyembuhan yang dilakukan, jika kebersihan diri kurang maka proses
penyembuhan luka pun terhambat (Batti, 2014) dalam (Atoy, Akhmad and
Febriana, 2019).
Peran perawat dalam menangani pasien post sectio caesarea sangat penting.
Dimana perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia,
meliputi aspek biologi, sosial dan spiritual. Personal hygiene merupakan hal
yang penting dan harus diperhatikan karena personal hygiene akan
mempengaruhi kesehatan seseorang. Berdasarkan data tersebut diatas,
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase ibu dengan sectio caesarea
yang sangat signifikan. Dimana peningkatan jumlah tersebut sangat berpengaruh
terhadap meningkatnya resiko infeksi yang merupakan salah satu faktor
berpengaruh dalam peningkatan AKI di Indonesia. Disamping itu, peran perawat
dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien khususnya personal hygiene perlu
diterapkan, sehingga penulis berencana untuk menerapan asuhan keperawatan
5

maternitas kepada pasien dengan post sectio caesarea dalam pemenuhan


kebutuhan personal hygiene.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pemenuhan dasar manusia
pada Ny”N” secara komprehensif menggunakan manajemen SOAP kebidanan
dengan melibatkan peran serta keluarga

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data subjektif pada Ny”N”
b. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data obyektif pada Ny”N”
c. Mahasisiswa dapat melakukan analisa data pada Ny”N”
d. Mahasisiswa dapat membuat diagnosa kebidanan pada Ny”N”
e. Mahasiswa dapat melakukan Planning atau rencana kegiatan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah yang ada pada Ny”N”
f. Mahasiswa dapat mengimplementasikan dan mengevaluasi asuhan
kebidanan pada Ny”N”
6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Sectio Caesarea (SC)

1. Pengertian

Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding

abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dai 1000

garm atau umur kemamilan > 28 minggu (Manuaba, 2012). Sectio

caesarea merupakan tindakan melahirkan bayi melalui insisi (membuat

sayatan) didepan uterus. Sectio caesarea merupakan metode yang paling

umum untuk melahirkan bayi, tetapi masih merupakan prosedur operasi

besar, dilakukan pada ibu dalam keadaan sadar kecuali dalam keadaan

darurat (Hartono, 2014). Persalinan melalui sectio caesarea (SC)

didefinisikan sebagai pelahiran janin melalui insisi didinding abdomen

(laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi) (Norman, 2012)

2. Indikasi Sectio caesarea

Beberapa indikasi dilakukan tindakan sectio caesarea yaitu antara lain

sebagai berikut :

a. Faktor Janin

Faktor janin merupakan tindakan operasi sesar yang dilakukan karena

kondisi janin tidak memungkinkan untuk dilakukan persalinan normal,

contohnya bayi yang terlalu besar dengan perkiraan berat lahir 9 4.000

gram. atau lebih. Kondisi tersebut jika dilakukan persalinan normal

dapat membahayakan keselamatan ibu dan janinnya. Pada posisi

sungsang berat janin lebih dari 3600 gram sudah dianggap besar
7

sehingga perlu dilakukan kelahiran dengan operasi sesar (Nugroho,

2012)

b. Letak Sungsang

Sekitar 3-5 % atau 3 dari 100 bayi lahir dalam posisi sungsang.

Keadaan janin sungsang terrjadi apabila letak janin didalam rahim

memanjang dengan kepala berada dibagian atas rahim, sementara

bokong berada dibagian bawah rongga rahim. Risiko bayi lahir

sungsang pada persalinan alami diperkirakan 4 kali lebih besar

dibandingkan lahir dengan letak kepala yang normal. Oleh karena itu

biasanya langkah terakhir untuk menntisipasi hal terburuk karena

persalinan yang tertahan akibat janin sungsang adalah operasi (Heryani,

2012)

c. Letak Lintang

Kelainan lain yang sering terjadi adalah letak lintang atau miring

(oblique). Letak yang demikian menyebabkan poros janin tidak sesuai

dengan arah jalan lahir. Letak miring yang dimaksud yaitu letak kepala

pada posisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada

umumnya bokong akan berada sedikit lebih tinggi daripada kepala

janin, sementara bahu berada pada bagian atas panggul. Konon

punggung dapat berada didepan, belakang, atas maupun bawah.

Kelainan letak lintang ini hanya terjadi sebanyak 1%. Kelainin ini

biasanya ditemukan pada perut ibu yang menggantung atau karena 10

adanya kelainan bentuk rahim. Penanganan untuk kelainan letak lintang

ini juga sifatnya sangat individual . Apabila dokter memutuskan untuk


8

melakukan tindakan operasi, sebelumnya harus memperhitungkan

sejumlah faktor keselamatan ibu dan bayi (Jitowiyono & Kristiyanasari,

2012)

d. Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter

untuk memutuskan dilakukaknnya operasi. Seperti diketahui, sebelum

lahir, janin mendapat oksigen dari ibunya melalui ari-ari dan tali pusat.

Apabila terjadi gangguan pada ari-ari akibat ibu menderita tekanan

darah tinggi atau kejang rahim, serta gangguan pada tali pusat (akibat

tali pusat terjepit antara tubuh bayi maka jatah oksigen yang disalurkan

ke bayi pun menjadi berkurang. berakibat janin akan tercekik karena

kehabisan nafas. Kondisi ini bisa menyebabkan janin mengalami

kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim (Liu,

2008).

e. Bayi Kembar

Pada konsidi Bayi kembar akan di lahirkan secara operasi sesar,

kelahiran kembar ini memiliki resiko terjadinya komplikasi yang lebih

tinggi dari pada kelahiran satu bayi. Misalnya, lahir prematur atau lebih

cepat dari waktunya. Sering kali terjadi preeklampsi pada ibu yang

hamil kembar karena stres. Selain itu karena bayi kembar pun dapat

mengalami sungsang sehingga sulit untuk melahirkan normal

(Manuaba, 2012) 11

f. KPD (Ketuban Pecah Dini)


9

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar

ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di

bawah 36 minggu.

g. Faktor Ibu

1) CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar

panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang

dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.

Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang

membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus

dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul

yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat

menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga

harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut

menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-

ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

2) PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang

langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum

jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi

merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling

penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini 12 amatlah


10

penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut

menjadi eklamsi.

3. Jenis Sectio Cesarea

a. Insisi Abdominal

Pada dasarnya insisi ini adalah garis tengah subumbilikal dan insisi

abdominal transversa

1) Insisi Garis

Tengah Subumbilikal Insisi garis tegah subumblikal adalah

operasi yang di lakukan di bawah segmen kulit, Bekas luka tidak

terlihat, terdapat banyak ketidaknyamananan pasca operasi dan luka

jahitan lebih cenderung muncul di bandingkan dengan insisi

tranversa. Insisi garis tegah subumblikal ini lebih mudah dan cepat,

dengan pendarahan minimal (Liu, 2008). Tanpa membuka

peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum

abdominal.Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat

pada segmen bawah rahim low servical transversal kirakira 10 cm

kelebihannya adalah penjahitan luka lebih mudah, Penutupan luka

dengan reperitonealisasi yang baik (Jitowiyono & kristiyanasari

2012).

2) Insisi Tranversa

Insisi transversa merupakan jenis operasi Sectio caesarea yang

menimbulkan sedikit jahitan dan sedikit ketidaknyamanan,

memungkinkan mobilitas pasca operasi yang lebih baik. Insisi Secara

teknis lebih sulit kususnya pada operasi berulang. Insisi 13 ini lebih
11

vaskuler dan memberikan akses yang lebih sedikit (Manuaba, 2012).

Section cesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada

korpus uteri sedangkan section cesaria ismika atau profunda atau low

cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim. Sectio caesarea

klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada corpus uteri.

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri

kira-kira 10 cm. Kelebihannya adalah Mengeluarkan janin dengan

cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik,

sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal (Manuaba, 2012).

b. Insisi Uterus

Jalan masuk ke dalam uterus dapat melalui insisi garis tengah atau

segmen bawah tranversa:

1) Sectio caesarea segmen bawah

Sectio caesarea segmen bawah adalah pendekatan yang lazim di

gunakan. Keuntungan dari Sectio Caesare segmen bawah yaitu

Lokasi tersebut meiliki sedikit pembuluh darah sehingga kehilangan

darah yang di timbulkan hanya sedikit, Mencegah penyebaran infeksi

ke rongga abdomen, merupakan bagian uterus yang sedikit

berkontraksi sehingga hanya sedikit kemungkinan terjadinya rupture

pada bekas luka di kehamilan berikutnya. Penyembuhan lebih baik

dengan komplikasi pascaoperasi yang lebih sedikit seperti pelekatan.

Kerugiannya yaitu Lokasi uterus yang berdekatan dengan kandung

kemih 14 meningkatkan resiko kerusakan kususnya pada prosedur

pengulangan, Perluasan kes sudut lateral atau belakang kandung


12

kemih dapat meningktakan kehilangan darah (jitowiyono &

kristiyanasari, 2012). Sectio caesarea segmen bawah yaitu dengan

melakukan sayatan mendatar. Pada jenis ini di buat sayatan kecil

melintang di bawah uterus (rahim), kemudian sayatan ini dilebarkan

degan jari-jari tangan dan berhenti di daerah pembuluh-pembuluh

darah uterus. Pada sebagian besar bayi kasus persalinan, posisi

kepala bayi terletak dibalik sayatan, sehingga harus diekstraksi atau

didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya, dan plasenta serta

selaput ketuban (Liu, 2008).

2) Sectio caesarea klasik atau segmen atas

Sectio caesarea klasik adalah jenis insisi di lakukan secara vertical di

garis tengah uterus. Indikasi penggunaannya meliputi Getasi dini

dengan perkembangan buruk pada segmen bawah, Jika akses ke

segmen bawah terhalang oleh pelekatan fibroid uterus, Jika ada

karsinoma serviks (Liu, 2008). Segmen atas pada persalinan sectio

caesarea adalah pembedahan melalui sayatanvertikal pada dinding

perut (abdomen) yang leboh dikenal dengan classical incision atau

sayatan klasik. Jenis ini memungkinkan ruangan yang lebih besar

untuk jalan keluar bayi. Operasi section caesarea jenis ini jarang

digunakan untuk tenaga kedokteran karena lebih beresiko pada

kelahiran. Seringkali diperlukan luka insisi yang lebih lebar karena

bayi sering dilahirkan dengan bokong dahulu (Liu, 2008). 15

3) Insisi Kronig-Gelhon-Beck
13

Insisi kronig-Gelhom-Beck ini adalah insisi garis tengah pada

segmen bawah yang di gunakan pada pelahiran premature apabila

segmen bawah terbentuk dengan buruk atau dalam keadaan

terdapatnya perluasan ke segmen uterus bagian atas yang di lakukan

untuk banyak akses. Insisi ini lebih sedikit komplikasi dari pada

sectio caesaraea secara klasik. Operasi yang mengeluarkan janin dari

cavum uteri bisa karena janin sudah mati dan laksung dilakukan

histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat (Liu,

2008).

B. Definisi Personal Hygiene

1. Pengertian

Personal hygiene adalah upaya seseorang dalam memelihara

kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik

dan psikologisnya. Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk

kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan. Kebutuhan personal

hygiene ini di perlukan baik pada orang sehat pada orang sakit, praktik

personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit

merupakan garis tubuh perama dari pertahanan melawan infeksi, dengan

implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga

untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan

pasien (Perry, 2005). Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar

seseorang untuk mempertahankan kebersihan diri, keadaan ketika

seseorang mengalami suatu kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif


14

yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-

masing aktifitas perawatan diri (Nuriyah, 2016)

2. Macam-macam personal hygiene dan manfaatnya Pemeliharaan personal

hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri

seseorang untuk mensejahterakan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan

memiliki personal hygiene baik apabila, seseorang tersebut dapat menjaga

kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan rambut, kulit, gigi, mulut,

mata, hidung, telinga, kaki, genetalia serta kebersihan dan kerapihan

pakaiannya.

Menurut (Perry, 2005) macam-macam personal hygiene dan tujuannya

adalah :

a. Perawatan kulit

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari

berbagai kuman atau trauma, sekresi, ekresi, pengatur temperature dan

sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam 7

mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan yaitu epidermis,

dermis dan subkutan. Ketika pasien tidak mampu atau melakukan

perawatan kulit pribadi maka perawat memberikan bantuan untuk

mengajarkan keluarga bagaimana melaksanakan personal hygiene

b. Mandi

Mandi merupakan perawatan hygiene total. Mandi dapat dikategorikan

sebagai kebersihan atau terapeutik. Hambatan kemampuan untuk

melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktifitas perawatan diri

sendiri. Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan


15

badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau

aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan

tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi (Fitria, 2009)

c. Mulut

Jika pasien kurang merawat mulut akibatnya mukosa mulut kering atau

teriritasi dan menimbulkan bau tidak enak. Masalah ini dapat meningkat

akibat penyakit atau medikasi yang digunakan klien. Perawatan mulut

harus dilakukan setiap hari dan bergantung terhadap keadaan mulut

klien. Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus

dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman

dapat masuk. Hygiene mulut dapat membantu mempertahankan status

kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir.

d. Mata, Hidung dan Telinga

Membersihkan mata, hidung dan telinga selama klien mandi. Secara

normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena

secara terus-menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu

mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya,

telinga tidak terlalu sering membutuhkan pembersihan. Namun, klien

dengan serumen yang terlalu banyak telinganya perlu dibersihkan baik

mandiri klie n atau dilakukan oleh perawat dan keluarga.

e. Rambut

Perawatan rambut penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali

tergantung cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. 8

Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara


16

perawatan rambut sehari-hari. Menyikat, menyisir dan mencuci

menggunakan shampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan

rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan

umum, perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan,

infeksi dan penyakit tertentu ata obat-obatan dapat mempengaruhi

karakteristik rambut.

f. Kaki dan Kuku

Perawatan kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus

untuk mencegh infeksi, bau dan cedera pada jaringan. Tetapi orang

seringkali tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri

atau ketidaknyamanan. Tujuan perawatan kaki dan kuk adalah pasien

akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, klien

merasa nyaman dan bersih.

g. Genitalia

Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien yang

paling tumbuh perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang

beresiko tersebar memperoleh infeksi. Klien yang mampu melakukan

perawatan diri dapat diizinkan untuk melakukannya sendiri. Perawat

mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan genitalia,

terutama pada klien yang belainan jenis kelamin. Tujuan perawatan

genetalia adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan

kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan

personal hygiene.

3. Jenis Personal Hygiene Berdasarkan Waktu Dan Pelaksanaanya


17

Menurut (Alimul, 2006)personal hygiene berdasarkan waktu

pelaksaannya dibagi menjadi empat yaitu:

a. Perawatan Dini Hari

Personal hygiene yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk

melakukan tindakan utuk tes yang terjadwal seperti dalam pengambilan

bahan pemeriksaan (urine dan feses), memberikan pertolongan seperti

menaawarkan bedpan atau urinal jika psien tidak mampu ambulsi, 9

mempersiapkan klien dalam melakukan sarapan atau makan pagi

dengan melakukan tindakan personal hygiene, seperti mencuci muka,

tangan, menjaga kebersihan mulut.

b. Perawatan Pagi Hari

Personal hygiene yang dilakukan setelah sarapan atau makan pagi

seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi

(BAB/BAK). Mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit,

membersihkan mulut, kuku, rambut serta merapikan tempat tidur klien.

c. Perawatan Siang Hari

Personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan berbagai kegiatan

dan setelah makan siang. Berbagai tindakan yang dapat dilakukan

antaralain mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut,

membersihkan tempat tidur dan melakukan pemeliharaan kebersihan

lingkungan kesehatan klien.

d. Perawatan Menjelang Tidur

Personal hygiene yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar klien

relaks sehingga dapat tidur atau istirahat dengan tenang. Berbagai


18

kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan kebutuhan

eliminasi BAB/BAK), mencuci tangan, muka dan membersihkan mulut.

4. Dampak Personal Hygiene

Menurut (Tarwoto, 2010) dampak yang sering timbul pada masalah

personal hygiene adalah dampak fisik banyak gangguan kesehatan yang

diderita seseorang karena tidak terpeliharanya personal hygiene dengan

baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan intergritas kulit,

gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan

gangguan fisik pada kuku. Dampak psikososial masalah sosial yang

berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa

nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.


19

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN/KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Hari/Tanggal : Rabu 28 Juli 2023
Pengkaji : Kasianten
Ruang : RUANG NIFAS RSUD Tanjung
1. Identitas
a. Nama : Ny Nur Haeni
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Tgl Lahir/Umur : 01 Juli 1983/40 tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Pekerjaan : Pedagang
g. Pendidikan Terakhir : SD
h. Alamat : Gili meno Kec.Pemenang
i. No. CM : 103847/BPJS PBI
j. Diagnostik Medis : Post SC atas indikasi KPD > 12 jam
+ gagal induksi
Penanggung Jawab
a. Nama : Tn Murdani
b. Tgl Lahir/Umur : 22 Maret 1985/38 tahun
c. Pendidikan : SD
d. Pekerjaan : Petani
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan pasien
Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri luka operasi dan menggigil, dan susah untuk
menggerakkan badan
2) Kronologi penyakit saat ini
20

Pasien datang ke VK PONEK RSUD Tanjung membawa pengantar


dokter Spesialis kandungan tanggal 26 juli 2023 pukul 19.00 Wita
dengan keluhan nyeri perut sejak 1 minggu yang lalu, keluar cairan
lendir dan air dari kemaluan sejak pagi pukul 06.00 Wita. Pasien
mengatakan Gerakan janin masih aktif dirasakan. Setelah dilakukan
pemeriksaan di VK UGD dan kosnul dr. SpoG pasien langsung di
sarankan untuk Ok Cito karana gagal induksi. Keluarga dan pasien
setuju dan dibawa keruang OK jam 09.00 wita. Jam 10. 30 wita
pasien dijemout dari ruang Ok
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien
Pasien mengaku sulit bergerak
4) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan
Segera mendapatkan penanganan yang terbaik dan sakit yang
dirasakan dapat berkurang dan sembuh
Riwayat Penyakit Masa Lalu
1) Penyakit masa anak-anak : Batuk, pilek demam
2) Alergi : Tidak ada
3) Pengalaman sakit/dirawat sebelumnya :
4) Pengobatan terakhir :
b. Riwayat kesehatan keluarga :
Tidak ada Riwayat asma, rhinitis alergi, penyakit jantung, hipertensi,
ataupun diabetes melitus pada keluarga. Keluarga pasien tidak ada yang
memiliki keluhan yang sama seperti pasien
c. Riwayat pemakaian kontrasepsi
Ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan
d. Riwayat pernikahan
Ibu menikah 2x , kawin pertama usia 18 tahun
e. Riwayat menstruasi
Ibu menstruasi pertama usia 14 tahun siklus 28-30 hari secara teratur
HPHT : 4-11-2022
HPL : 11-08-2023
f. Riwayat kehamilan, persalinan yang lalu
21

Ibu hamil anak ke 6, anak pertama sampai ke 4 lahir secara normal usia
kehamilan 9 bulan, namun anak ke 3 lahir mati. Kehamilan ke 5 ibu
mengalami keguguran dan dilakukan kuretase
g. Pengkajian Biologis
AKTIFITAS/ KONDISI YANG DIRASAKAN
GEJALA SEBELUM SAKIT SESUDAH SAKIT
Rasa Nyeri Tidak ada Nyeri di bagian perut
menjalar kepinggang
Aktifitas Normal Terganggu karena sakit yg
dirasakan serta keluar
cairan dari kemaluan
Istirahat/Tidur Cukup Terganggu karena sakit yg
dirasakan
Cairan Minum 8 ltr/hari Minum 8 ltr/hari
Nutrisi Makan 3x sehari porsi Makan 3x sehari tapi porsi
sedikit karena kurangnya
cukup
nafsu makan
Eliminasi Normal warna Normal warna kekuningan
Urine kekuningan
Eliminasi Normal 1x sehari Normal 1x sehari
Feses
Pernafasan Normal Normal
Kardiovaskule Normal Normal
r
Personal Baik Ibu bisa melakukan Tidak
bisa melakukan secara
Hygiene
mandiri namun khawatir
karena tetap keluar air dari
kemaluan
Sexual Normal 1x seminggu Tidak pernah dilakukan
Psikology Emosi stabil Emosi kadang labil
Konsep Diri klien menyukai seluruh klien menyukai seluruh
bagian tubuhnya bagian tubuhnya dan ingin
cepat melahirkan
Hubungan Hubungan dengan Hubungan dengan keluarga
keluarga dan orang lain dan orang lain baik, tidak
Sosial
baik, tidak ada masalah ada masalah
Spiritual Klien beragama islam Klien tidak dapat
melakukan ibadah karena
dan tetap melakukan
22

ibadah keadaannya yang dalam


proses persalinan.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Kondisi klien secara umum : Baik
3) Tanda-tanda vital : TD 100/60 mmHg, N : 94x/mnt, S :
36.3 o C, SPO2 98 %.
4) TB/BB : 150 cm/ 63kg
5) Keadaan kulit : warna sawo matang, tdk ada
kelainan kulit
b. Pemeriksaan Cepalo Kaudal
1) Kepala : bentuk normal, rambut bersih
Mata : bersih, penglihatan normal, sclera tidak ikterus, konjungtiva
merah
Telinga : simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada nyeri, fungsi
pendengaran baik
Hidung : tidak ada polif, secret ataupun nyeri
Mulut : Bicara normal, bibir kering, lidah merah muda, selaput
mukosa normal
Gigi : Tidak ada caries, nafas agak bau, suara agak serak, ada dahak
2) Leher : Tidak ada kelainan, tidak ada nyeri telan
3) Dada : bentuk simetris, ada tarikan dinding dada, puting susu
menonjol terdapat pengeluaran colostrum
4) Abdomen : tidak ada kelainan
- Inspeksi: terlihat luka bekas operasi
- Palpasi : nyeri tekan bekas operasi
- Auskultasi : bisning usus dalam batas normal
- Perkusi : massa (-)
5) Genetalia :
Inspeksi : tidak ada luka perineum, terdapat pengeluaran lochea
+100 cc
23

6) Anus dan Rectum : tidak ada hemoroid


7) Extremitas
Ektremitas atas :
a) Inkspeksi : bentuk simetris,kuku jari tangan tampak bersih.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c) Auskultasi: tidak dilakukan
d) Perkusi : tidak dilakukan
Ektremitas bawah :
a) Inkspeksi : tidak simetris
kuku jari kaki tampak bersih.
b) Palpasi : ada nyeri tekan.
c) Auskultasi: tidak dilakukan
d) Perkusi : tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
Nama Test Hasil Satuan Nilai Metode
Rujukan
Darah Lengkap
Cyanide free hemoglobin
Hemoglobin 11.4 g/dl 11.4-17.7
Spectrophotmetry
(HGB) 11.37* ribu/u 4.3-11.30 Laser Optical
Flowcytometri
Leukosit (WBC) 3.96 juta/ul 4.0-5.50
Electronic impedance with
Eritrasit (RBC) 32.9% % 38.0-47.0 Hydrodynamic focusing DC
RBC pulse height detection
Hematokrit 227 Ribu/ul 150-450
Electronic impedance with
(HCT)\ 83,2 fl fl 80-100
Hydrodynamic focusing DC
Thrombosit 28.9 pg 26-32
Calculated
(PLT) 34.7 g/dl 32-36
Calculated
MCV 12.4 % 11.5-14.5
Calculated
MCH 9.1 Fl 6.5-9.5
Calculated
MCHC
Calculated
RDW-CV 0.4 % 0-1
MPV 13.5* % 1-3
Laser Optical
24

Hitung Jenis 54.6 % 50-70 Flowcytometri


Lekosit 24.2* % 25-40 Laser Optical
Basophil 7.3 % 2-8 Flowcytometri
Easinophil 0.2 % 0-1 Laser Optical
Neutrofil 0.0 # 0.00-0.10 Flowcytometri
Limfosit 1.8* # 0.00-040 Laser Optical
Monosit 7.2* # 1.50-7.00 Flowcytometri
Imatur Granulosit 3.2 # 1.00-3.70 Laser Optical
Basophil # 1.0* # 0.00-0.70 Flowcytometri
Easinophil # 2.26 Cutoff <3.13 Laser Optical
Neutrofil # 3182 /ul >1500 Flowcytometri
Limfosit # Laser Optical
Manosit # 13 Mg/dl <48 Flowcytometri
NLR 0.59* Mg/dl 0.6-1.1 Laser Optical
ALC Flowcytometri
Fungsi Ginjal 18 U/L <35 Laser Optical
Ureum Flowcytometri
Krreatinin Laser Optical
N<140
Fungsi Hati 90 Mg/dl Flowcytometri
DM<200
SGPT Laser Optical
Glukosa Darah Flowcytometri
Glukosa Sewaktu Calculated
Calculated

Urease-GLDH,UV
Sarcosine Oxidase

IFCC

GOD-POD
5. Terapi yang diberikan tgl 28 Juli 2023
a. infus RL drip Fentanyl + kentamin 10 tpm
25

b. keterolac 3x1 amp/iv jam 18.30amp/iv/jam 18.30


c. cefotaxime 1 gr jam 18.30
d. Asam Tranneksamat 3x1 amp/iv jam 18.30
e. Oxytosin 2 amp/ 24 jam
B. Analisa Data
Tgl/Jam Data Focus Etiologi Problem
28 Juli DS : Section caesarea Gangguan
didefinisikan rasa nyaman
2023 - Ny N mengatakan
sebagai proses karena nyeri
nyeri luka jahitan,
10.30 kelahiran janin bekas luka
menggigil, mual
dengan melalui SC
Wita -
operasi dinding
DO :
abdomen
- k/u baik ks: cm, TD:
(laporotomi) dan
87/55mmhg, N :
dinding uterus
92x/m, RR: 20x/m, S:
(hiterektomi).
36,3, Spo2 : 97%,
Definisi tersebut
CUT (+), Tfu spusat,
tidak meliputi
perdarhan (-), PPV
pengangkatan
(+), UT :100cc,
janin dari ruang
warna kuning
abdomen dalam
kasus ruptur uteri
atau kehamilan
abdomen

C. Prioritas Diagnosa Kebidanan/Keperawatan


1. Ketidaknyamanan akibat nyeri perut dan terdapat pengeluaran cairan dari
genetalia

D. Rencana (Intervensi)
N Tg Dx Tujuan dan Intervensi Rasional
o l Kriteria Hasil
1 28- Ketidaknyamana Setelah - Jaga - Denga
7- n akibat nyeri dilakukan kebersihan n
23 perut bekas Luka Asuhan badan dan menjag
SC kebidanan daerah luka a
selama 1 x 24 operasi person
jam untuk al
- Klien mampu mencegah hygien
mengidentifik terjadinya e
asi dan infeksi secara
26

mengontrol - Mengajarka baik


faktor yang n tehnik makan
dapat relaksasi resiko
menyebabkan terjadi
yeri dan tidak nya
nyaman : infeksi
pasien merasa dapat
lega dan dihinda
terlihat tenang ri

E. Implementasi
Tgl Dx Jam Implementasi Respon Hasil
28-7- Ketidaknyamana 15.30 - Jaga personal - klien
n akibat nyeri Wita hygiene mengatakan
23
perut bekas luka dengan lebih
SC menganjurkan nyaman
ibu menggunak
menggunakan an kain
pakaian bersih yang bersih
dan kering dan kering
- Klien
mengataka
n bisa
mengontrol
rasa nyeri
luka SC
- Klien
tampak
nyaman

F. Evaluasi
Tgl Dx Jam Catatan Paraf
27

Perkembangan
29/07/2023 Ketidaknyamanan 06.00 DS :
akibat nyeri perut - Os mengeluh
Wita
luka SC masih nyeri
perut luka
SC
- Klien
mengatakan
mampu dan
mengerti tentang
personal hygiene
dan Teknik
relaksasi yang
telah diajarkan
DO:
- TD 102/70
mmHg, N :
90x/mnt, S : 36.3
o
C, SPO2 97 %.
Tfu 2 jari
bawah
pusat,Cut (+)
baik,
perdarahan
aktif (-), PPV
(+)
A: P401H3 post
SC 12 jam atas
indikasi KPD ≥
12 jam + gagal
induksi
P: Tindakan
dilanjutkan:
- Menjelaskan
hasil
pemeriksaan
- KIE personal
hygiene
- KIE pemenuhan
nutrisi
- Observasi lanjut
- Terapi :
28

terpasang Triway
 Rl drip oxy 20
iu 28 tpm
 Rl drip
kentamin +
fentanyl 10 tpm
 Inj Asam
Tranexasamat
3x1/iv / jam
10.20 wita
 Inj Ketorolac
3x1 amp/iv/jam
10.20 wita
 Asering 2000
ml / 24 jam
 Oxy 2 amp/24
jam
Obat oral
 Asam
mefenamet 3x1
 Asam
tranexasamat
3x1
 Sf 2x1
29

BAB IV
PEMBAHASAN

Kehamilan merupakan suatu proses kehidupan seorang wanita, dimana


dengan adanya proses ini terjadi perubahan-perubahan yang meliputi
perubahan fisik, mental, psikologis dan sosial. Kebutuhan fisik pada ibu hamil
sangat diperlukan yaitu meliputi oksigen, nutrisi, personal hygiene, pakaian,
eliminasi, seksual, mobilisasi dan body mekanik, exercise/senam hamil dan
istirahat/tidur. Personal hygiene pada ibu hamil penting untuk diperhatikan
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi.
Pada asuhan masa nifas sangat dibutuhkan dalam preode ini karena
merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60 %
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kemtaian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama hal ini disebabkan karna perdarahan (sebagian
besar perdarahan pasca salin), infeksi, tekanan darah tinggi saat kehamilan
(freklamsia atau eklmasia), partus lama atau macet. Karena disebabkan oleh
konsekuensi ekonomi, tidak tersedianya pelyanan atau rendahnya peran pasilitas
kesehatan dalam mnyedikakan pelayanan kesehtan yang cukup berkualitas yang
dapat menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini
serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul
pada masa pasca persalinan.
Hasil anamnesis yang didapatkan pada pasien ini, yaitu adanya nyeri perut
sudah berlangsung selama satu minggu dan keluarnya air dari jalan lahir sejak
pagi, hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, pemeriksaan fisik dalam batas
normal dan pemeriksaan penunjang terdapat hasil positif pada pemeriksaan
lakmus.Ibu merasa kurang nyaman karena rasa nyeri dan terdapat pengeluaran air
dari jalan lahir. Kebutuhan dasar yang dibutuhkan pada pasien ini adalah hygiene
dan nyeri. Personal hygiene yang tepat dapat mengurangi resiko infeksi pada
kasus post partum dengan SC.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini meliputi Pasang Rl drip oxy
20 iu 28 tpm, Rl drip kentamin + fentanyl 10 tpm, Inj Asam Tranexasamat 3x1/iv,
Inj Ketorolac 3x1 amp/iv, Asering 2000 ml / 24 jam, Oxy 2 amp/24 jam. Obat oral
: Asam mefenamet 3x1, Asam tranexasamat 3x1 dan Sf 2x1.
30
31

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengkajian melalui proses wawancara dan pemeriksaan


fisik dengan Ny “N” pada tanggal 26 Juli 2023 di Ruang VK PONEK RSUD
Tanjung dengan Prioritas masalah kebutuhan dasar Hygiene dan Nyeri
Oksigenasi dapat disimpulkan sbb :
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data subjektif pada Ny”N” yang
terdiri dari Identitas, riwayat kesehatan pasien, riwayat kesehatan
keluarga, pengkajian biologis, pengkajian psikososial dan spritual
2. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data obyektif pada Ny”N” yang
terdiri dari pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum (kesadaran,
BB/TB, Vital sign), pemeriksaan cepalo kaudal, dan pemeriksaan
penunjang
3. Mahasiswa dapat melakukan analisa data pada Ny”N” yang meliputi
data fokus, etiologi dan problem
4. Mahasiswa dapat membuat diagnose kebidanan pada Ny”N” yaitu
Ketidaknyamanan akibat nyeri luka SC
5. Mahasiswa dapat melakukan Planning atau rencana kegiatan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah yang ada pada Ny”N”
6. Mahasiswa dapat mengimplementasikan dan mengevaluasi asuhan
kebidanan pada Ny”N”
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Sebaiknya meningkatkan penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan
kepada mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan
keterampilan yang lebih kepada mahasiswa dan menambah referensi
tentang kasus kebidanan dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

2. Bagi tenaga kesehatan


Memberi masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu
32

keperawatan/kebidanan dan profesi kebidanan/keperawatan yang


profesional sehingga bisa meningkatkan asuhan keperawatan yang
maksimal kepada klien atau masyarakat.
3. Bagi pasien
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh bidan selama proses
pemberian asuhan kebidanan, diharapkan klien mandiri dalam mencegah,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan bagi diri dan keluarga
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
4. Bagi penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi
penulis tentang kebutuhan dasar hygiene dan nyeri, sehingga penulis
dapat memberikan asuhan kebidanan yang lebih baik lagi terhadap
masalah kebutuhan dasar manusia

DAFTAR PUSTAKA
33

Alim, Z., & Safitri, Y. A. 2016. Faktor yang mempengaruhi kejadian ketuban
pecah dini pada ibu hamil trimester III di rumah sakit bantuan lawang.
Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, 4(1), 95–103.

Asizah, A. 2019. Hubungan Usia, Paritas, Riwayat Ketuban Pecah Dini Dan
Preeklamsia Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (Di Rsud Syarifah
Ambami Rato Ebu Bangkalan Kab. Bangkalan). STIKes Ngudia Husada
Madura.

Arief Mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, Jakarta FKUI.

Arief Mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, Jakarta FKUI.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan dan Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Ernawati. 2012. Buku Ajar dan Aplikasi Keperawatan Dalam Pemeuhan


Kebutuhan Dasar Manusia. Jakata: CV. Trans Info Media.

Ernawati, E. W. 2020. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2020. STIK Bina Husada Palembang.

Fitriyani, F. 2018. Faktor Determinan Pada Ketuban Pecah Dini. Jurnal Media
Kesehatan, 11(1). https://doi.org/10.33088/jmk.v11i1.357

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Kebutuhan Daras Manusia. Jakarta:


Salemba Medika.

Herawati, I., & Oktavianti, L. 2017. Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ketubsn
Pecah Dini Di Rsud Kota Bekasi Periode Juni-September 2016. Kesehatan
Komunitas, 9(2).

Huda, N., Sulastri, S. K., & Kp, S. E. S. 2013. Faktor-Faktor yang mempengaruhi
ketuban pecah dini di RS PKU muhammadiyah surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan.


Jakarta: Salemba Medika.
https://eprints.umm.ac.id/54265/3/BAB%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai