Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny.

U DENGAN POST SC HARI KE-0


PADA P2A0 DIRUANG KEBIDANAN RSUD DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH TAHUN 2018/2019

DISUSUN OLEH:

1.RAHMAT HIDAYAT,S.Kep
2.RAHMAWATI,S.Kep
3.SEPTI PUSPITA,S.Kep
4.DINA HANIFA,S.Kep
5.DESTI HAYANA,S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2018/2019
BAB  I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalamkeadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat tergantung dari keadaan janin
sebelum dilakukan operasi. Menurut data  di Indonesia dengan pengawasan antenatal yang baik
dari fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 % (Rustam
mochtar, 1992).
Menurut data dari rumah sakit dalam satu tahun terakhir dari 200 ibu hamil hampir 70%
melahirkan melalui pembedahan atau section caesarea dengan indikasi masalah dalam persalinan
mulai dari masalah ibu seperti panggul sempit sampai masalah pada bayi seperti letak lintang.

B.     Tujuan

1.      Tujuan Umum
       Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkangambaran
umum tentang “ asuhan keperawatan pada klien dengan post sectio caesarea“ Di RSUD Demang
Sepulau Raya.

2.      Tujuan Khusus

a         Mampu mengidentifikasi pasien post sactio caesarea


b         Mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan post sactio caesarea,kemudian
dianalisa dan ditentukan masalah keperawatan
c         Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
d        Mampu menerapakan rencana keperawatan yang nyata
e         Mampu menilai dan mengevaluasi dari hasil keperawatan yang telah dilakukan pada pasien post
sectio caesarea.
BAB II

TINJAUAN TEORI

SECTIO CAESARIA (SC)

A.    DEFINISI
 Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500
gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002)

B.     JENIS – JENIS
Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus. insisi pada
bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini
adalah:
a.       Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b.      Bahaya peritonitis tidak besar.
c.       Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak besar
karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2.      Sectio cacaria klasik atau section cecaria korporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang agak mudah
dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan section cacaria
transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen atas uterus.
3.      Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya injeksi perporal
akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak
lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.

4.      Section cesaria Hysteroctomi


Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
1.   Atonia uteri
2.   Plasenta accrete
3.   Myoma uteri
4.   Infeksi intra uteri berat

C.    ETIOLOGI
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres
dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1.      CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara
alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran
bidang panggul menjadi abnormal.
2.      PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3.      KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm
di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.

4.      Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan
secara normal.
5.      Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan
ibu sulit bernafas.
6.      Kelainan Letak Janin
a.       Kelainan pada letak kepala
1)      Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang
paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau
mati, kerusakan dasar panggul.
2)      Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah
ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3)      Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap
paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi
letak muka atau letak belakang kepala.

b.      Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong
kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

D.    PATOFISIOLOGI
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC
ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan.
Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi
janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu
terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot
nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga
tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.
Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain
itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
(Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)
 Pathway SC

PLASENTA PREVIA

Penyakit dalam Kehamilan


Gawat Janin
(PEB )
E.     TEKHNIK PENATALAKSANAAN
1.       Bedah Caesar Klasik/ Corporal.
a. Buatlah insisi  membujur secara tajam dengan pisau pada garis tengah korpus uteri diatas 
segmen bawah rahim. Perlebar insisi dengan gunting sampai sepanjang kurang lebih 12 cm saat
menggunting lindungi janin dengan dua jari operator.
b. Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah. Janin dilahirkan dengan meluncurkan
kepala janin keluar melalui irisan tersebut.
c.  Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan dipotong diantara kedua
klem tersebut.
d.  Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan uterotonika kedalam
miometrium dan intravena.
e. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
1. Lapisan I        
Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara silang dengan menggunakan
benang chromic catgut no.1 dan 2
2. Lapisan II       
lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal (lambert) dengan benang
yang sama.
3. Lapisan III     
Dilakukan reperitonealisasi dengan cara peritoneum dijahit secara jelujur menggunakan
benang plain catgut no.1 dan 2
f.       Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah dan air
ketuban
g.      Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
2.      Bedah Caesar Transperitoneal Profunda
a.      Plika vesikouterina diatas segmen bawah rahim dilepaskan secara melintang,
kemudian secar tumpul disisihkan kearah bawah dan samping.
b.     Buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen bawah rahim kurang lebih 1 cm
dibawah irisan plika vesikouterina. Irisan kemudian diperlebar dengan gunting sampai
kurang lebih sepanjang 12 cm saat menggunting lindungi janin dengan dua jari operator.
c.      Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah dan janin dilahirkan dengan cara
meluncurkan kepala janin melalui irisan tersebut.
d.     Badan janin dilahirkan dengan mengaitkan kedua ketiaknya.
e.      Setelah janin dilahirkan seluruhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan dipotong
diantara kedua klem tersebut.
f.      Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan uterotonika kedalam
miometrium dan intravena.
g.     Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
1.  Lapisan I
Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara silang dengan menggunakan
benang chromic catgut no.1 dan 2
2.  Lapisan II
Lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal (lambert) dengan
benang yang sama.
3.  Lapisan III
Peritoneum plika vesikouterina dijahit  secara jelujur menggunakan benang plain
catgut no.1 dan 2
h.      Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah dan air ketuban
i.       Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
3.      Bedah Caesar Ekstraperitoneal
a.       Dinding perut diiris hanya sampai pada peritoneum. Peritoneum kemudia digeser kekranial
agar terbebas dari dinding cranial vesika urinaria.
b.      Segmen bawah rahim diris melintang seperti pada bedah Caesar transperitoneal profunda
demikian juga cara menutupnya.
4.      Histerektomi Caersarian ( Caesarian Hysterectomy)
a.       Irisan uterus dilakukan seperti pada bedah Caesar klasik/corporal demikian juga cara
melahirkan janinnya.
b.      Perdarahan yang terdapat pada irisan uterus dihentikan dengan menggunakan klem
secukupnya.
c.       Kedua adneksa dan ligamentum rotunda dilepaskan dari uterus.
d.      Kedua cabang arteria uterina yang menuju ke korpus uteri di klem (2) pada tepi segmen
bawah rahim. Satu klem juga ditempatkan diatas kedua klem tersebut.
e.       Uterus  kemudian diangkat diatas kedua klem yang pertama. Perdarahan pada tunggul
serviks uteri diatasi.
f.       Jahit cabang arteria uterine yang diklem dengan menggunakan benang sutera no. 2.
g.      Tunggul serviks uteri ditutup dengan jahitan ( menggunakan chromic catgut ( no.1 atau 2 )
dengan sebelumnya diberi cairan antiseptic.
h.      Kedua adneksa dan ligamentum rotundum dijahitkan pada tunggul serviks uteri.
i.       Dilakukan reperitonealisasi sertya eksplorasi daerah panggul dan visera abdominis.
j.       Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis

SC (Sectio Caesaria)

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2.      Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3.      Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio,
berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan
pemindaian CT.
4.      Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi,
perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
5.      Uji laboratorium
a.       Fungsi lumbal                    : menganalisis cairan serebrovaskuler
b.      Hitung darah lengkap       : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c.       Panel elektrolit
d.      Skrining toksik dari serum dan urin
e.       AGD
f.       Kadar kalsium darah
g.      Kadar natrium darah
h.      Kadar magnesium darah

G.    KOMPLIKASI
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1.      Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi:
a.       Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b.      Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
c.       Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
3.      Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang
arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
4.      Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru yang
sangat jarang terjadi.
5.      Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
ruptur uteri.
Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal

H.    PENATALAKSANAAN
            1.      Perawatan awal
a.  Letakan pasien dalam posisi pemulihan
b.  Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian tiap 30
menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
c.  Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d.  Transfusi jika diperlukan
e.  Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke kamar
bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah
2.      Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit
sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3.      Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a.  Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b.  Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah
sadar
c.  Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d.  Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)
e.  Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama
sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
        4.      Fungsi gastrointestinal
a.  Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
b.  Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
c.  Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
d.  Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik
        5.      Perawatan fungsi kandung kemih
a.  Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah semalam
b.  Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih
c.  Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai minimum 7 hari
atau urin jernih.
d.  Jika sudah tidak memakai antibiotika  berikan nirofurantoin 100 mg per oral per hari sampai
kateter dilepas
e.  Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48
jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
        6.      Pembalutan dan perawatan luka
a. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu banyak jangan
mengganti pembalut
b.  Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk mengencangkan
c.  Ganti pembalut dengan cara steril
d.  Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
e.  Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit dilakukan pada hari
kelima pasca SC
           7.      Jika masih terdapat perdarahan
a.  Lakukan masase uterus
b.  Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL) 60 tetes/menit,
ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
         8.      Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas
demam   selama    48 jam :
a.  Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
b.  Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
c.  Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
           9.      Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a.  Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting
b.  Supositoria            = ketopropen sup 2x/ 24 jam
c.  Oral                       = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
d.  Injeksi                   = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
10.  Obat-obatan lain
a.  Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia seperti
neurobian I vit. C
           11.  Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
b  Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi berupa perdarahan
dan hematoma pada daerah operasi
c.  Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya hematoma.
d.  Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk) agar diding
abdomen tidak tegang.
e.  Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
f.  Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi
g.  Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
h.  Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat menaikkan tekanan intra
abdomen
i.  pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas, karena bila terjadi obstruksi
kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang mungkin disebab-kan karena pengaruh obat-
obatan, anestetik, narkotik dan karena tekanan diafragma.  Selain itu juga penting untuk
mempertahankan sirkulasi dengan mewaspadai terjadinya hipotensi dan aritmia kardiak.  Oleh
karena itu perlu memantau TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran selama 2 jam dan 4 jam
sekali.
j.  Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri dan kenya-manan
psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi dan bimbingan kegi-atan post op
seperti ambulasi dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
k.  Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas.
Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila
dijumpai adanya penyimpangan
l.  Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia; regional atau general Perjanjian
dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria. Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.
Pemberian oksitosin sesuai indikasi. Tanda vital per protokol ruangan pemulihan, Persiapan kulit
pembedahan abdomen, Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter foley

I.       ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress
janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio
plasenta dan plasenta previa.
a.       Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register  , dan diagnosa keperawatan.
b.      Keluhan utama
c.       Riwayat kesehatan
1)      Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2)      Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara
sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
3)      Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit
kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
d.      Pola-pola fungsi kesehatan
1)      pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,
penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya
2)      Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk
menyusui bayinya.
3)      Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4)      Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa
nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5)      Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran
sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6)      Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
7)      Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8)      Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut
akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya
9)      Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep diri antara lain dan body image
dan ideal diri
10)  Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual
yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
e.       Pemeriksaan fisik
1)      Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma
gravidarum, dan apakah ada benjolan
2)      Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses
menerang yang salah
3)      Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang
keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kunuing
4)      Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang
keluar dari telinga.
5)      Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan pernapasan
cuping hidung
6)      Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila
mamae
7)      Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3
jari dibawa pusat.
8)      Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium
yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9)      Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
10)  Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan
preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11)  Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan
meningkat, suhu tubuh turun.
2.      Diagnosa Keperawatan Dengan SC
Diagnosa yang mungkin muncul:
1.      Menyusui tidak efektif berhubungan dengan  kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang bernar.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan  kerusakan integritas kulit
3.      Defisit perawatan diri behubungan dengan hambatan dalam mobilitas fisik
4.      Resiko infeksi berhubungan dengan  luka operasi

3.      Rencana Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
KEPERAWAT
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
AN DAN
KOLABORASI
1. Menyusui tidak Setelah diberikan Health Education:
efektif tindakan
  Berikan informasi mengenai :
berhubungan keperawatan selama
dengan  3x24 jam klien Fisiologi menyusui
kurangnya menunjukkan
pengetahuan ibu respon breast Keuntungan menyusui
tentang cara feeding adekuat Perawatan payudara
menyusui yang dengan indikator:
benar Kebutuhan diit khusus
  klien
mengungkapkan Faktor-faktor yang menghambat proses
puas dengan menyusui 
kebutuhan untuk   Demonstrasikan breast care dan pantau
menyusui kemampuan klien untuk melakukan secara
  klien mampu teratur
mendemonstrasikan   Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan
perawatan payudara benar, cara menyimpan, cara transportasi
sehingga bisa diterima oleh bayi
  Berikan dukungan dan semangat pada
ibu untuk melaksanakan pemberian Asi
eksklusif
  Berikan penjelasan tentang tanda dan
gejala bendungan payudara, infeksi
payudara
  Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi
dan mendukung klien dalam pemberian
ASI
  Diskusikan tentang sumber-sumber
yang dapat memberikan 
informasi/memberikan pelayanan KIA
2. Nyeri akut b.d       Setelah Pain Management
kerusakan dilakukan asuhan
  Lakukan pengkajian nyeri secara
integritas kulit keperawatan selama
komprehensif termasuk lokasi,
3x24 jam
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
diharapkan nteri
faktor presipitasi
berkurang dengan
indicator:   Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
 Pain Level,
  Gunakan teknik komunikasi terapeutik
 Pain control,
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
 Comfort level
  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
  Mampu nyeri
mengontrol nyeri
  Evaluasi pengalaman nyeri masa
(tahu penyebab
lampau
nyeri, mampu
menggunakan   Evaluasi bersama pasien dan tim
tehnik kesehatan lain tentang ketidakefektifan
nonfarmakologi kontrol nyeri masa lampau
untuk mengurangi
nyeri, mencari   Bantu pasien dan keluarga untuk
bantuan) mencari dan menemukan dukungan

  Melaporkan   Kontrol lingkungan yang dapat


bahwa nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
berkurang dengan pencahayaan dan kebisingan
menggunakan   Kurangi faktor presipitasi nyeri
manajemen nyeri
  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
  Mampu (farmakologi, non farmakologi dan inter
mengenali nyeri personal)
(skala, intensitas,   Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
frekuensi dan tanda menentukan intervensi
nyeri)
  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
  Menyatakan rasa
  Berikan analgetik untuk mengurangi
nyaman setelah
nyeri
nyeri berkurang
  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
  Tanda vital
dalam rentang   Tingkatkan istirahat
normal
  Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
  Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
  Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
  Cek riwayat alergi
  Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
  Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
  Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
  Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
  Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
-           
3. Defisit Setelah dilakukan Self Care assistane : ADLs
perawatan diri asuhan keperawatan
  Monitor kemempuan klien untuk
b.d.hambatan selama 3x24 jam
perawatan diri yang mandiri.
dalam mobilitas ADLs klien
fisik meningkat  dengan   Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
indicator: bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
berhias, toileting dan makan.
 Self care :
Activity of Daily   Sediakan bantuan sampai klien mampu
Living (ADLs) secara utuh untuk melakukan self-care.
  Klien terbebas   Dorong klien untuk melakukan aktivitas
dari bau badan sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
yang dimiliki.
  Menyatakan
kenyamanan   Dorong untuk melakukan secara
terhadap mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak
kemampuan untuk mampu melakukannya.
melakukan ADLs
  Ajarkan klien/ keluarga untuk
  Dapat melakukan mendorong kemandirian, untuk
ADLS dengan memberikan bantuan hanya jika pasien
bantuan tidak mampu untuk melakukannya.
  Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
  Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-
hari. 
4. Risiko infeksi Setelah dilakuakan Infection Control (Kontrol infeksi)
b.d luka operasi asuhan keperawatan
  Bersihkan lingkungan setelah dipakai
selama 3x24 jam
pasien lain
diharapkan resiko
infeksi terkontrol   Pertahankan teknik isolasi
dengan indicator:
  Batasi pengunjung bila perlu
  Immune Status
  Instruksikan pada pengunjung untuk
  Knowledge : mencuci tangan saat berkunjung dan
Infection control setelah berkunjung meninggalkan pasien
  Risk control   Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
  Klien bebas dari tangan
tanda dan gejala
  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
infeksi
tindakan kperawtan
  Mendeskripsikan
  Gunakan baju, sarung tangan sebagai
proses penularan
alat pelindung
penyakit, factor
yang mempengaruhi   Pertahankan lingkungan aseptik selama
penularan serta pemasangan alat
penatalaksanaannya,
  Ganti letak IV perifer dan line central
  Menunjukkan dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
kemampuan untuk
mencegah   Gunakan kateter intermiten untuk
timbulnya infeksi menurunkan infeksi kandung kencing

  Jumlah leukosit   Tingktkan intake nutrisi


dalam batas normal   Berikan terapi antibiotik bila perlu
  Menunjukkan Infection Protection (Proteksi Terhadap
perilaku hidup sehat Infeksi)
  Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
  Monitor hitung granulosit, WBC
  Monitor kerentanan terhadap infeksi
  Batasi pengunjung
  Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
  Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
  Pertahankan teknik isolasi k/p
  Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
  Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
  Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
  Dorong masukkan nutrisi yang cukup
  Dorong masukan cairan
  Dorong istirahat
  Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
  Ajarkan cara menghindari infeksi
  Laporkan kecurigaan infeksi
  Laporkan kultur positif

                                                                
BAB III

LAPORAN KASUS

1.      BIODATA
a.       Identitas passion
Nama                                 : Ny. U
Jenis kelaminn                   : perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Umur                                 : 35 tahun
Pekerjaan                           : ibu rumah tangga
Pendidikan                        : SMP
Sumber Biaya : BPJS
Alamat :Gunung Sugih
Tanggal masuk RS 26-06-2019
Kelas rawat inap : kelas III ruang Kebidanan
Tanggal pengkajian : 27-06-2019
No.Register : 100.11.82.62
Diagnosa medic : Post SC hari ke 0 dengan indikasi plasenta previa

Identitas Penanggung Jawab :

Nama suami                      : Tn. K


Umur                                 : 36 tahun
Alamat                              : Gunung Sugih
Pekerjaan                           : Swasta
Pendidikan                        : SMP

b.      Keluhan utama

Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi SC didaerah perut bawah ,nyeri bertambah jika
bagian tubuh digerakkan,qualitas nyeri seperti tertusuk benda tajam,menyebar keseluruh bagian
perut,skala nyeri 6,klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul,terkadang nyeri yang
dirasakan berkisar 10 meni

Keluhan penyerta :badan terasa lemah

c.       Riwayat kehamilan dan persalinan


1.      Gravida                                   : G 2 P1 A0
2.      HPHT                                      : 21-9-2018
3.      TP                                         : 28-06-2919
4.      Umur kehamilan                      : 39-40 mg
5.      Jenis persalinan                       : sectio caesaria
6.      Penolong                                 : dokter sp OG
d.      Riwayat menstruasi
Lamanya                                       : 7 hari
Siklus                                            : 30 hari

e.       Riwayat kesehatan ibu

1.      Riwayat masuk rumah sakit : Ny. U  telah dilakukan operasi sectio caesaria pada tanggal 27 Juni
2019. Ny. U post operasi SC jam 06:00 WIB. Pasien terbaring, tiduran terus dan mengalami
nyeri. Nyerinya dirasakan setelah  4 jam operasi dan hilang timbul. Ny.U merasakan nyeri pada
saat bergerak dengan skala 6. Nyeri dirasakan ketika Ny.U bergerak, Nyerinya seperti ditusuk
benda tajam selama 10 menitan, nyeri berada di sekitar abdomen.

2.      Riwayat kesehatan yang lalu

klien mengatakan bahwa anak yang dilahirkannya anak ke dua,sebelumnya klien pernah
dirawat di rumah sakit tepatnya pada tanggal 9-6-2019 dengan keluhan keluar darah dari jalan
lahir ,setelah perdarahan berhenti klien diijinkan pulang dari rumah sakit karena usia kehamilan
belum cukup bulan,hingga pada tanggal 26-6-2019 klien dating lagi ke rumah sakit untuk
dilakukan operasi SC.pada saat melahirkan anak pertamanya klien mengatakan lahir normal
dibidan terdekat,dan sehat.Sebelumnya klien tidah pernah mengalami penyakit yang behubungan
dengan kehamilan pada kehamilan sebelumnya.klien hanya pernah mengalami penyakit batuk
pilek yang sembuh bila minum obat dari puskesmas atau bidan terdekat.

3.      Riwayat kesehatan keluarga

Di keluarga Ny. T dan Tn. D tidak mempunyai penyakit menular, seperti TBC, penyakit
menurun seperti DM dan hipertensi,dan klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami masalah dalam proses melahirkan ,semuanya lahir secara normal.

f.       Riwayat Keluarga Berencana

Klien mengatakan bila sudah 40 hari nanti setelah melahirkan,klien akan menggunakan alat
kontrasepsi suntik 3 bulan,sebelumnya klien juga menggunakan KB suntik yang 3
bulanan,selama mempergunakannya klien tidak ada keluhan,sehingga klian merasa nyaman
menggunakan KB suntik 3 bulan.
G. Riwayat kehamilan ,persalinan dan nifas
Klien mengatakan pada saat kehamilan anak pertamanya tidak ada keluhan ataupun
penyulit,persalinannya ditolong oleh bidan terdekat dengan bayi sehat,tidak mengalami
perdarahan atau komplikasi lain setelah melahirkan .Anak pertamanya berjenis kelamin laki-laki
dengan BB 3200 gram dan PB 49 cm,keadaan fisik tidak ada kelainan,normal.

H. Riwayat kehamilan sekarang

a.Pemeriksaan kehamilan

Trimester I : 2X ,tempat periksa posyandu dan bidan terdekat


Trimester II : 2X,tempat periksa posyandu dan bidan terdekat
Trimester III :3X,tempat periksa posyandu dan bidan terdekat

b.Riwayat Imunisasi
TT sebanyak 1x pada usia kehamilan 5 bulan

I.Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan : 27-6-2019


Tipe persalinan :SC
Rujukan : bidan terdekat rumah klien dengan keluar keluar darah pervaginan pada tanggal 26-6-
2019
Laporan Pembedahan :

Operasi dilakukan jam 05.30,selesai operasi jam 06.15 WIB


Lama pembedahan :45 menit
Jenis Anastesi : spinal
Jumlah perdarahn : 200cc
Jenis kelamin bayi : perempuan
BB :2800 gr
PB :46cm
LD :29cm
LK :30cm
Anus :positif

Apgar Score : menit pertama 7,menit V 9

Instruksi post SC oleh Dokter SPOG :


-observasi TTV.kesadaran dan perdarahan
-mobilisasi dini
-ceftriaxon 2 gr/24 jam
-metronidazole 500mg/8jam
-ketoprofen 1 amp/8 jam
-domperidon bila muntah 1 amp/12 jam

4.      Riwayat Kebiasaan Sehari-hari

1.      Pola nutrisi

Sebelum masuk RS     : klien mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari, dengan lauk
pauk dan
sayuran,klien tidak mempunyai alergi makanan dan tidak ada
pantangan.Klien mengatakan minum 4-6 gelas/hari

 Saat dikaji                  : klien belum makan,siang klien baru mendapatkan menu bubur
2.      Pola eliminasi

Sebelum masuk RS     : pasien mengatakan BAK 4-6x/hari,dengan warna kuning jernih,jumlah


kurang lebih sehari 2300cc,bau khas amoniak,tidak ada keluhan saat
BAK,BAB setiap pagi hari.
Saat dikaji                   : Klien BAK melalui selang kateter dan belumBAB
3.      Pola aktivitas

Sebelum masuk RS     : pasien mengatakan saat dirumah dia bisa mengerjakan aktivitasnya
sebagai
ibu rumah tangga tanpa bantuan
Saat dikaji                   : pasien belum dapat beraktivitas dengan bantuan keluarga terbaring di
tempat tidur,sudah dilakukan mobilisasi dini

4.      Pola istirahat

Sebelum masuk RS     : pasien biasanya tidur selama 7-8 jam/hari tanpa gangguan Saat
dikaji                              : pasien mengalami gangguan karena nyeri pada luka operasi

5.      Pola seksual
Sebelum sakit              : pasien mengatakan biasanya pola seksual 2 hari sekali
Saat dikaji                   : pasien mengalami gangguan seksual karena nyeri pada luka operasi.

6. Pola personal hygiene


Sebelum masuk rumah sakit :klien mengatakan sebelum sakit mandi 2x sehari pagi dan
sore,dengan sikat gigi stiap mandi,klien mengatakan mencuci rambut 2
hari sekali dengan sampo dan memotongi kukunya setiap minggu.
Saat dikaji :klien mengatakan saai ini belum mandi pagi ini hanya dilap lap saja oleh
keluarganya,kiln belum sikat gigi,klien mengatakan sejak dirawat
dirumah sakit belum pernah mencuci rambutnya.tampak baju klien basah
oleh keringat dan agak bau.
h.      Riwayat Psikologis

1)      Pola interaksi klien dengan orang (tenaga kesehatan) menggunakan teknik wawancara


2)      Ibu merasa senang bayinya lahir dengan selamat
3)      Klien berharap cepat sembuh dan ingin berkumpul kembali lagi dengan bayi dan keluarganya
4) Klien mengatakan rencana perawatan bayi akan dlakukan sendiri seperti
memandikan ,perawatan tali pusat,karena ini merupakan anak ke dua sehingga sudah ada
pengalama yang lalu.

i.        Riwayat social budaya

Hubungan klien :
a. Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat baik.
b. Selama di RS, interaksi klien dengan petugas kesehatan baik.
c. Yang paling berarti adalah suami, anak, dan keluarga.

j.        Riwayat spiritual
Klien seorang muslim, taat menjalankan sholat 5 waktu

k.      Riwayat Pengetahuan ibu tentang masa nifas


Ibu klien mengatakan belum mengetahui tentang perawatan post SC karena baru pertama
kali ini klien mengalami proses melahirkan dengan tindakan opersi SC.Klien mengatakan
diharapkan pada petugas untuk dapat menjelaskan kepada ibu tentang :
perawatan masa nifas: memberikan penjelasan agar mengetahui perawatan pada saat masa nifas
post SC

6. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pemeriksaan Umum

1.      Keadaan umum   : lemah


2.      Kesadaran           : Composmentis
3. BB sebelum hamil : 56 kg
4. BB Hamil : 66 kg
5. TB : 155 CM
3.      TTV                     : TD 120/80 mmHg, Nadi  89 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu  36,8 oC

b.Pemeriksaan Khusus

1.      Kepala                 : rambut lurus, hitam, panjang sebahu, tidak beruban, tidak ada luka
2.      Muka                  : simetris, tampak menahan nyeri,pigmentasi tidak ada,odema tidak ada.acne
tidak ada
3.      Mata                    : bentuk simetris, sclera tidak  ikterik, konjungtiva tidakanemis, tidak ada
gangguan dan alat Penglihatan,kelopak mata normal.tidak ada kelainan pada
mata
4.     Hidung                 : lubang simetris, tidak ada sekret,mukosa hidung merah muda,edema tidak
ada,nyeritekan tidak ada
5.      Mulut                   : gigi masih utuh, lidah masih bersih, nafas tidak bau, bibir tidak kering,
mukosa
lembab
6.  Telinga                 : letak simetris, tidak ada serumen, masih berfungsi dengan baik, tidak ada
gangguan pendengaran
7.  Leher                    : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjaran tyroid
8.  Dada                    : bentuk simetris, tidak ada retraksi dada, payudara menonjol besar, terapa
hangat
dan kencang, aerola hitam, puttingmenonjol, ASI belum keluar
9.  Abdomen            : terdapat luka jahitan SC ± 12 cm secara horizontal, masih dibalut (hari hari ke
0),striae ada,linea nigra ada,bising usus normal 7x/m,kondisi vesika urinaria
Kosong,TFU : ,kontraksi baik
10.  ektremitas            : tidak ada edema, pada ektremitas atas terpasang IVFD RL 20 gtt/m, tidak ada
kelainan
11.  kulit                     : turgor elastic
12.  genetalia              : labiya minora dan mayora bersih,edema tidak ada,vagina bersih,perineum
utuh,terpasang dower kateter no 18

pemeriksaan laboratorium
    

tanggal 26-06-2019
No Hasil Nilai normal
1 HB  =11,2 gr % Pria 14-15. Wanita 12-16 gr%
2 HT  = 34,0% 40-50%
3 Leukosit = 11.000/mm3 4000-10800/mm3
4 Trombosit= 321.000 150000-450000/ microliter darah
n.      therapy
No Nama obat Dosis
1 IVFD RL 20 gtt/I
2 Inj ketorolac 1 amp/ 12 jam
3 Inj gentamycin 1 amp/12 jam
4 Inj ceftriaxone 1 amp/12 jam
Inj transamin 1 amp/12 jam
6 Inj alinamin 1 amp/12 jam
7

DATA FOKUS

DATA FOKUS
a.Data Subjektif

- Klien mengatakan nyeri pada luka SC


- klien mengatakannyeri seperti tertusuk benda tajam,skala 6
-klien mengatakan belum mandi pagi ini,klien hanya dilap-lap saja
-klien mengatakn belum sikat gigi dari setelah operasi.
-klien mengataka ada verban dibagian perutnya
-klien mengatakan luka bekas operasi terasa perih

b.Data Objektif

- ekspresi wajah meringis


- Terdapat luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm
- KU lemah
- pada luka post SC tampak bersih
-T: 36,8ºC RR: 24x/I TD: 120/80 mmHg HR: 89 x/i
-HB  =11,2 gr %
-HT  = 34,0%
-Leukosit = 11.000/mm3
- Trombosit= 321.000
- kekuatan otot +3 dapat melawan gravitasi tapi tidak mampu melawan tahanan
-tampak baju klien basah oleh keringat dan agak bau.

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: SC Nyeri
Pasien mengatakan nyeri   
pada luka SC Insisi pada
DO: bagian depan
- Skala nyeri 6 nyeri dinding perut
- Post op hari ke-0
- ekspresi wajah meringis Terputuenya kontuinitas
- Terdapat luka insisi jaringan
operasi pada daerah
abdomen Nyeri
- KU lemah
2 DS : Klien mengatakan SC Defisit perawatan diri
aktivitasnya dibantu   anastesi
keluarga dan perawat
karena masih ada pengaruh
anastesi   Luka post
-klien mengatakan nyeri operasi SC
dibagian perut bila badan
digerakkan bedrest
-klien mengatakan belum
mandi pagi ini hanya dilap- hambatan mobilitas fisik
lap saja
DO :
- Post op hari ke-0
- KU lemah
- Nampak luka insisi
operasi pada daerah
abdomen 12 cm.
-kekuatan otot +3 dapat
melawan gravitasi tetapi
lemah
-tampak terpasang kateter
no.18
-tampak baju yang dipakai
klien basah oleh keringat
dan bau.
3 DS : Klien mengatakan SC Resiko infeksi
perih pada luka post SC   
DO : Pembedahan
 - Ku lemah pada bagian
- Terdapat luka insisi pada depan perut
daerah abdomen 12 cm
- pada luka post SC tampak Luka post operasi SC
verban bersih
T: 36,8ºC RR: 24x/I TD: Resiko infeksi
120/80 mmHg HR: 98 x/i
HB  =11,2 gr %
HT  = 34,0%
Leukosit = 11.000/mm3
Trombosit= 321.000
TFU :1 jari bawah pusat
Kontraksi:baik

o.      Diagnosa Keperawatan

1.      nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit


2.      Resiko Infeksi berhubungan dengan  adanya luka post operasi SC
3.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan dalam mobilitas fisik

p.      Intervensi keperawatan
No diagnosa Tujuan / kriteria Intervensi Rasionalisasi
1 Dx 1 Setelah 1. Kaji intensitas, 1.Pengkajian
dilakukan karakteristik, dan derajat yang spesifik
tindakan nyeri membantu
keperawatan nyri 2. Pertahankan tirah memilih
berkurang baring selama masa akut. intervensi yang
sampai hilang 3.Terangkan nyeri yang tepat
dengan kriteria diderita klien dan 2.Meminimalkan
hasil : Klien penyebabnya. stimulasi atau
dapat 4.Ajarkan teknik relaksasi meningkatkan
beradaptasi nafas dalam relaksasi
dengan nyeri 5.ajarkan biologic
yang dialami nurturing baby led feeding  3.Meningkatkan
Kriteria Hasil : untuk meredakan nyeri koping klien
- 6.Kolaborasi pemberian dalam melakukan
Mengungkapkan analgetika guidance
nyeri dan tegang mengatasi nyeri
di perutnya 4. Pengurangan
berkurang persepsi nyeri
-Dapat 5.untuk
melakukan menurunkan nyeri
tindakan untuk 6. Mengurangi
mengurangi onset terjadinya
nyeri nyeri dapat
-Kooperatif dilakukan dengan
dengan tindakan pemberian
yang dilakukan analgetika oral
-TTV dalam maupun sistemik
batas normal ; dalam spectrum
Suhu : 36-37 0 luas/spesifik
C, TD : 120/80
mmHg, RR :18-
20x/menit,
Nadi : 80-100
x/menit
2 Dx 2 Setelah 1.Kaji kondisi 1.Perubahan yang
dilakukan keluaran/dischart yang terjadi pada
tindakan keluar ; jumlah, warna, dishart dikaji
keperawatan dan bau dari luka operasi. setiap saat
resiko infeksi dischart keluar.
tidak terjadi Adanya warna
dengan kriteri yang lebih gelap
hasil : 2.Terangkan pada klien disertai bau tidak
- Tidak ada pentingnya perawatan luka enak mungkin
tanda – tanda selama masa post operasi. merupakan tanda
infeksi, seperti : infeksi.
merah, panas, 3.Lakukan perawatan luka 2.Infeksi dapat
bengkak, fungsio . timbul akibat
laesa 4.Terangkan pada klien kurangnya
cara mengidentifikasi kebersihan luka.
tanda –tanda infeksi

3.Inkubasi kuman
pada area luka
5.kolaborasi dengan dapat
dokter dalam pemberian menyebabkan
therapy infeksi.
4.Berbagai
manivestasi klinik
dapat menjadi
tanda nonspesifik
infeksi; demam
dan peningkatan
rasa nyeri
mungkin
merupakan gejala
infeksi.
5.mengurangi
resiko infeksi
pada klien
3 DX3 Setelah    1. monitor kemampuan    1.untuk
dilakukan klien untuk perawatan diri mengetahui
tindakan yang mandiri. sejauh mana
keperawatan 2.monitor kebutuhan klien kemampuan klien
deficit perawatan untuk alat-alat bantu untuk dalam perawatan
diri dapat teratasi kebersihan diri.
dengan kriteria diri,pakaian,berhias,makan 2.untuk
hasil: minum. mempermudah
-klien mampu 3.sediakan bantuan sampai dalam perawatan
melakukan klien mampu secara utuh diri klien
perawatan diri untuk melakukan self care. 3.agar klien
tanpa bantuan 4.dorong klien untuk mendapatkan
-klien terbebas melakukan aktivitas bantuan dalam
dari bau badan sehari-hari yang normal perawatan diri
-klien sesuai kemampuan yang secara mandiri.
menyatakan dimiliki. 4.agar klien
kenyamanan 5.dorong untuk melakukan termotivasi dalam
untuk melakukan secara mandiri tapi beri melakukan
aktivitas sehari bantuan ketika klien tidak perawatan diri
yang mampu melakukannya. sesuai dengan
behubungan 6.ajarkan pada klien dan kemampuan.
dengan keluarga untuk mendorong 5.agar klien
perawatan diri kemandirian ,untuk termotivasi dalam
memberikan bantuan perawatan diri
hanya jika pasien tidak secara mandiri
mampu untuk walaupun
melakukannya. sebagian besar
7.berikan aktivitas rutin dibantu.
sehari-hari sesuai dengan 6.agar klien dan
kemampuan. keluarga mengerti
tentang perawatan
diri pada klien.
7.agar klien
terlatih dan
terbiasa
melakukan
2)    aktivitas sehari-
hari sesuai
dengan
kemampuan.

3)   2

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama                                           : Ny. U                               umur                : 35 tahun


No RM                                        : 100.11.82.62                          diagnosa          : post section
caesaria
No Tgl/hr/ dx Implementasi Evaluasi
1 Tgl 27-06- 1.mengkaji intensitas, karakteristik, Jam 14.00
2019 dan derajat nyeri S= klien mengatakan nyeri
08:15 wib R:respon klien baik saat dikaji berkurang
DX 1 H:nyeri didaerah perut,seperti O= skala nyeri 4
tertusuk beda tajam tapi A= masalah nyeri teratasi sebagian
dangkal,skala 5,dirasakan sewaktu- P= intervensi lanjutkan
waktu 1.kaji intensitas ,karakteristik nyeri
Jam 8.25 2. mempertahankan tirah baring 2.ajari ulang biologic nurturing baby
selama masa akut. led feeding,bila klien blm jelas
H:klien lebih sering berbaring 3.kolaborasi dengan dokter dalam
Jam 08.30 3.menerangkan nyeri yang diderita pemberian therapy obat.
klien dan penyebabnya.
R:respon klien baik saat diberi
penjelasan
H:klien mengerti tetang nyeri yang
dirasakan
Jam 08.40 4.mengajarkan teknik distraksi
R:respon klien baik saat diajari
tehnik relaksasi nafas dalam
Jam 09.00 H:nyeri berkurang
5.mengajarkan biologic nurturing
baby led feeding untuk menurunkan
intensitas nyeri
R:respon klien baik saat diajari
biologic nurturing baby led feeding
H:nyeri klien berkurang
Jam 12.00
6.berkolaborasi pemberian therapy
obat
H:
        Inj ketorolac 1 amp / 8 jam

Tgl 27-06- 1.mengkaji kondisi keluaran/dischart Jam 14.00


2019 yang keluar ; jumlah, warna, dan bau S= klien mengatakan masih nyeri
12.05 wib dari luka operasi. pada luka post SC
DX 2 H: kulit disekitar luka tidak O=pada luka post SC tampak bersih
kemerahan,tidak ada tanda-tanda A=masalah resiko infeksi teratasi
infeksi. sebagian
2.menerangkan pada klien P=Intervensi lanjutkan
pentingnya perawatan luka selama 1.Kaji kondisi pengeluaran pada
masa post operasi. luka.
H:klien mengerti tentang pentingnya 2.lakukan perawatan luka
perawatan luka. 3.kolaborasi dengan dokter dalam
3.melakukan perawatan luka pemberian therapy obat
R:respon klien baik saat luka
dibersihkan
H: perawatan luka dengan mengganti
perban steril setelah luka
dibersihkan.
4.menerangkan pada klien cara
mengidentifikasi tanda infeksi
H: klien mengerti tanda – tanda
infeksi pada kulit sekitar luka seperti
merah, bengkak, bintik-bintik merah
5.berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy
H:
        Inj gentamycin 1 amp/ 8jam

        Inj ceftriaxone 1gr/12 jam

Tgl 27-06- 1.memonitor kemampuan klien Jam 14.00


2019 untuk perawatan diri mandiri S= klien mengatakan belum dapat
13. 00 wib R:respon klien baik saat ditanya melakukan perawatan diri secara
DX 3 H:klien belum mampu mandiri,sebagian besar masih
melakukanperawatan diri secara dibantu.
mandiri O=tampak pakaian klien sudah
Jam 13.05
2.memonitor kebutuhan klien untuk diganti
alat-alat perawatan diri A=masalah deficit perawatan diri
H:sudah tersedia teatasi sebagian
Jam 13.10
3.menyediakan bantuan sampai klien P=intervensi lanjutkan
mampu melakukannya sendiri 1.monitor kemampuan klien
H:klien masih dibantu dalam 2.sediakan bantuan sampai klian
aktivitas perawatan diri. mampu melakukan perawatan diri
4.mendorong klien untuk melakukan secara mandiri
Jam 13.20 aktivitas sehari-hari bila mampu
R:respon klien baik saat diberi
motivasi
H:klien termotivasi
5.mengajarkan pada klien dan
Jam 13.30
keluarga untuk mendorong
kemandirian ,bantuan jika hanya
diperlukan
R:respon klien baik
6.memberikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai dengan kemampuan
H:klien belum mampu melakukan
aktivitas,masih dibantu.

1.mengkaji intensitas, karakteristik, Jam 14.00


Tgl 28-06- dan derajat nyeri S= klien mengatakan nyeri
2019 R:respon klien baik saat dikaji berkurang
08:15 wib H:nyeri didaerah perut,seperti O= skala nyeri 4
DX 2 tertusuk beda tajam tapi A= masalah nyeri teratasi sebagian
dangkal,skala 4,dirasakan sewaktu- P= intervensi lanjutkan
waktu. 1.kaji intensitas ,karakteristik nyeri
Jam 09.00
2.mengajarkan ulang biologic 2.ajari ulang biologic nurturing baby
nurturing baby led feeding untuk led feeding,bila klien blm jelas
menurunkan intensitas nyeri 3.kolaborasi dengan dokter dalam
R:respon klien baik saat diajari pemberian obat
biologic nurturing baby led feeding
H:nyeri klien berkurang
Jam 12.00 3.berkolaborasi pemberian therapy
obat
H: inj.ketorolac 1 amp

        
TGL 28- 1.mengkaji kondisi keluaran/dischart Jam 14.00
06-2019 yang keluar ; jumlah, warna, dan bau S= klien mengatakan masih nyeri
Jam dari luka operasi. pada luka post SC
12.05WIB R:respon klien baik saat dikaji O=pada luka post SC tampak bersih
H: warna luka post operasi SC tidak A=masalah resiko infeksi teratasi
merah dan tidak bengkak panas. sebagian
Jam 12.10
2.melakukan perawatan luka P=
R:respon klien tidak menolak saat 1.Kaji kondisi pengeluaran pada
dilakukan perawatan luka luka.
H: perawatan luka dengan mengganti 2.lakukan perawatan luka
Jam 12.15 perban 3.kolaborasi dengan dokter dalam
3.menerangkan pada klien cara pemberian therapy obat
mengidentifikasi tanda –tanda
infeksi
H : klien mengerti tentang tanda
Jam 12.25 infeksi obat seperti merah, panas,
dah bintik-bintik merah
4.berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy
H:
        Inj gentamycin 1 amp/ 8jam

        Inj ceftriaxone 1gr/12 jam

TGL 28-
06-2019
Jam 12.30 1.memonitor kemampuan klien Jam 14.00
untuk perawatan diri mandiri S= klien mengatakan sudah dapat
R:respon klien baik saat ditanya melakukan perawatan diri secara
H:klien belum mampu mandiri,sebagian kecil masih
melakukanperawatan diri secara dibantu.
Jam 12.35 mandiri O=tampak pakaian klien sudah
2.menyediakan bantuan sampai klien diganti
mampu melakukannya sendiri A=masalah deficit perawatan diri
R:respon klien senang saat dibantu teatasi sebagian
aktivitas perawatan dirinya. P=intervensi lanjutkan
H:klien sebagian kecil masih dibantu 1.monitor kemampuan klien
dalam perawatan diri 2.sediakan bantuan sampai klian
mampu melakukan perawatan diri
secara mandiri

TGL 29-
06-2019
1.mengkaji intensitas, karakteristik, Jam 14.00
jam 08.30
dan derajat nyeri
R:respon klien baik saat dikaji S= klien mengatakan nyeri sangat
H:nyeri didaerah perut,seperti dicubit berkurang hamper hilang .
Jam 12.00 O= skala nyeri 2-3
,skala 3,dirasakan sewaktu-waktu.
2.berkolaborasi pemberian therapy A= masalah nyeri teratasi sebagian
obat P= intervensi dihentikan
H: inj ketorolac 1 amp

TGL 29-
06-2019 Jm 14.00
1.mengkaji kondisi keluaran/dischart
jam
yang keluar ; jumlah, warna, dan bau S= klien mengatakan nyeri hampir
12.05WIB
dari luka operasi. hilang pada luka post SC
Jam 12.10 H: warna luka post operasi SC tidak O=pada luka post SC tampak bersih
merah dan tidak bengkak panas. -tanda-tanda infeksi tidak ada
2.melakukan perawatan luka A=masalah resiko infeksi teratasi
H: perawatan luka dengan sebagian
menggunakan cara steril dengan P=intervensi dihentikan,klien
Jam 12.30 mencuci tangan sebelum dan sesudah diperbolehkan pilang oleh dr,SPOG
tindakan
3.berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy
H:
        Inj gentamycin 1 amp/ 8jam

        Inj ceftriaxone 1gr/12 jam

Jam 14.00
TGL 29- 1.memonitor kemampuan klien S= klien mengatakan sudah dapat
06-2019 untuk perawatan diri mandiri melakukan perawatan diri secara
jam R:respon klien baik saat ditanya mandiri.
09.00WIB H:klien belum mampu O=klien tampak segar bersih dan
melakukanperawatan diri secara wangi.
mandiri A=masalah deficit perawatan diri
3.menyediakan bantuan sampai klien teatasi
mampu melakukannya sendiri P=intervensi dihentikan
H:klien tidak lagi dibantu dalam
aktivitas perawatan diri.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai aplikasi intervensi biologic nurturing baby led
feeding dapat menurunkan nyeri pada post SC pada kasus Ny.U,di ruang kebidanan RSUD
Demang sepulau Raya Lampung Tengah ,dari tanggal 27-06-2019 sampai 29-06-2019,dengan
membandingkan Antara teori dengan kejadian nyata ketika melakukan asuhan keperawatan pada
Ny.U.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 27-06-2019 dan didapatkan hasil bahwa klien
mengeluh nyeri pada bekas luka operasi SC pada bagian perut bawah,nyeri seperti ditusuk benda
tajam,menyebar ke seluruh bagian perut,skala 6,klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang
timbul.Terkadang nyeri yang dirasakan berkisar 10 menit,wajah klien tampak meringis menahan
nyeri,terdapat luka insisi operasi pada daerah abdomen 12cm,tanda-tanda vital :TD
120/80mmhg,nadi:89x/m,RR:24x/m,T:36,8 derajat celcius.
Berdasarkan pengkajian didapatkan masalah keperawatan pada Ny.U yaitu nyeri akut
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi,dari diagnose
utama ini penulis memfokuskan untuk mengatasi nyeri denan intervensi biologic nurturing baby
led feeding.Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menurunkan nyeri pada post SC.Dari tindakan
ini diharapkan klien mengungkapkan nyeri berkurang sampai hilang.
Biologic nurturing baby led feeding adalah salh satu solusi untuk mengatasi nyeri post
SC.Biologic nurturing baby led feeding yaitu posisi ibu rebahan sambil bersandar dengan sudut
kemiringan Antara 15-64 derajat,kemudian bayi diletakkan diatas dada dan dibiarkan melekat
dengan sendirinya.Pada cara ini ,ibu tidak banyak mengintervensi posisi bayi,kedua tangan ibu
bebas,memegang bayi sekedar menjaganya agar tidak terguling,sehingga membuat ibu lebih
nyaman,lebih tenang,dan lebih rileks.meminimalisir ketegangan dikepala,leher,pundak dan
punggung.ibu juga tidak perlu terlalu memikirkan posisi dan pelekatan yang benar (Rini dan
Dewi,2016). Intervensi posisi biologic nurturing baby led feeding dapat dijadikan penghambat
agar impuls saraf tidak dapat berjalan bebas sehingga tidak dapat mentransmisikan impuls atau
pesan sensori ke kortek sensorik.Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori
menghilangkan nyeri (Raymond,et all,2009).Bahwa seseorang akan merasakan peningkatan
sensasi nyeri saat tubuh mengalami kelelahan.
Tindakan keperawatan pada tanggal 27-06-2019 pukul 09.00 WIByaitu dilakukan
intervensi biologic nurturing baby led feeding pada Ny.U yang sebelumnya menjelaskan tujuan
dari tindakan tersebut.Pemberian intervensi biologic nurturing baby led feeding disesuaikan
dengan penelitian Susilo Rini,Indri Heri Susanti di RSUD Goeteng Taruna Dibrata
Purbalingga,yang mengemukakan bahwa biologic nurturing baby led feeding dapat menurunkan
nyeri pada post SC.Pada pukul 14.00 WIB dilakukan evaluasi tindakan klien mengatakan nyeri
berkurang dari skala 6 menjadi skala 4,hingga pada tanggal 29-06-2019 skala nyeri klien menjadi
2-3.Untuk rencana tindak lanjut anjurkan klien untuk tetap melakukan posisi menyusui dengan
cara biologic nurturing baby led feeding.

.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN              
                    Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
                 Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).
Seperti disproporsi kepala panggul, Disfungsi uterus, Distosia jaringan lunak, Plasenta previa,
His lemah / melemah dan pada anak seperti Janin besar. Gawat janin, Letak lintang dan
Hydrocephalus.
Pada pasien post SC,diagnose utama yang ditemukan adalah masalah nyeri,salah satu
tindakan keperawatan non farmokologi yang efektif adalah biologic nurturing baby led feeding
yang dapat menurunkan skala nyeri pada ibu post SC.

B.SARAN
      
Diharapkan RSUD demang sepulau Raya selalu merekomendasikan intervensi
biologic nurturing baby led feeding sebagai intervensi pada diagnose nyeri pada ibu post SC.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan


masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta :
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai