Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organisation( WHO), memperkirakan diseluruh

dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun. Kematian tersebut

terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99%. Rasio kematian ibu di

negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu

per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9

negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO Angka Kematian Ibu

(AKI) di tahun 2011, 81 % diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan,

persalinan, dan nifas. Bahkan sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena

perdarahan, infeksi dan preeklampsia. (WHO, 2012)

Persalinan ada tiga macam yaitu spontan, buatan, dan tndakan sectio

caesaria pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal namun kadang

tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diprediksi apakah ibu hamil akan

bermasalah selama kehamilan oleh karena itu. Asuhan antenatal merupakan cara

penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan

mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Salah satunta preeklamsia, preeklamsi

adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,udema, dan protein urin yang

timbul karena kehamilan.

1
B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan secara komprehensif

pada Ibu Hamil Ny. M dengan Preeklampsia Berat di Ruang Operasi Rumah Sakit

Meuraxa B. Aceh.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa mampu:

1. Melakukan pengkajian secara lengkap pada ibu hamil Ny. M dengan

Preeklampsia Berat di Ruang Operasi di Rumah Sakit Meuraxa B. Aceh.

2. Menginterpretasikan data asuhan kebidanan serta merumuskan diagnosa

kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada ibu hamil Ny. M dengan

Preeklampsia Berat di Ruang Operasi di Rumah Sakit Meuraxa B. Aceh.

3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada ibu hamil Ny. M

dengan Preeklampsia Berat di Ruang Operasi di Rumah Sakit Meuraxa B.

Aceh.

4. Menetapkan tindakan segera pada ibu hamil Ny. M dengan Preeklampsia di

Ruang Operasi di Rumah Sakit Meuraxa B. Aceh.

5. Menyusun rencana asuhan kebidanan secara pada ibu hamil Ny. M dengan

Preeklampsia Berat di Ruang Operasi di Rumah Sakit Meuraxa B. Aceh.

6. Melakukan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu hamil Ny. M

dengan Preeklampsia Berat di Ruang Operasi di Rumah Sakit Meuraxa B.

Aceh.

2
7. Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. M

dengan Preeklampsia Berat di Ruang Operasi di Rumah Sakit Meuraxa B.

Aceh.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Membantu meningkatkan wawasan dalam menerapan ilmu yang telah di

berikan dalam perkuliahan & mengimplementasikannya dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada masyarakat.

2. Bagi lahan praktek

Menambah dan meningkatkan pelayanan dengan cara meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan yang lebih modern dalam melaksanakan asuhan

kebidanan terhadap klien.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teoritis Kasus

1. Pengertian Sectio cesaria

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui

suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009)

Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan

diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi &

Wiknjosastro, 2006)

2. Jenis-jenis Sectio cesaria

1. Sectio cesaria transperitonealis profunda

Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah

uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.

Keunggulan pembedahan ini adalah:

a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.

b. Bahaya peritonitis tidak besar.

c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak besar

karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi

seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

4
2. Sectio cacaria klasik atau section cecaria korporal

Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang

agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan

section cacaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen atas uterus.

3. Sectio cacaria ekstra peritoneal

Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya

injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan

ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada

pasien infeksi uterin berat.

4. Section cesaria Hysteroctomi

Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:

a. Atonia uteri

b. Plasenta accrete

c. Myoma uteri

d. Infeksi intra uteri berat

3. Etiologi

Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri

iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah

fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.

5
Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio

caesarea sebagai berikut :

1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu

tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak

dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa

tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui

oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan

kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses

persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis

tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran

bidang panggul menjadi abnormal.

2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan

dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan

perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah

penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi

eklamsi.

3. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban

pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.

6
4. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena

kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada

kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau

salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

5. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak

memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan

lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

6. Kelainan Letak Janin

a. Kelainan pada letak kepala

1). Letak kepala tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba

UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya

bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.

2). Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak

paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.

3). Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi

terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan

sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.

7
b. Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.

Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong

kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi

kaki (Saifuddin, 2002).

2. Preeklampsia

A. Pengertian Preeklampsia

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan (Wiknjosastro, 2010).

Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester III masa kehamilan.

Preeklampsia dibagi dalam golongan ringa dan berat. Penyakit preeklampsia

digolongkan berat satu atau lebih tanda/ gejala dibawah ini (Wiknjosastro, 2010):

· Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110

mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di

rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

a. Proteinuria lebih 5 g/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaaan kualitatif.

b. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/ 24 jam.

c. Kenaikan kadar kreatinin plasma.

d. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan

pandangan kabur.

e. Nyeri epigastruium dan nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat

terenggangnya kapsula Glisson).

8
f. Edema paru-paru dan sianosis.

g. Hemolisis mikroangiopatik.

h. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan kadar alanin

dan aspartate amino transferase.

i. Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.

j. Sindrom HELLP

B. Etiologi

Penyebab preeklampsia sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada

beberapa teori yang mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan

tersebut sehinggga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory,

adapun teori-teori tersebut antara lain (Hapsari, 2009):

a. Peran prostaksiklin dan trombokson

Pada preeeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel

vaskuler sehingga terjadi penurunan produksi prostaksiklin (PG12) yang pada

kehamilan normal meningkat. Aktivitas pengumpulan dan fibrinolosis yang

kemudian akan diganti trombin dan plasmin, trombin dan akan mengkonsumsi

anti trombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan

pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjasi vasospasme dan

kerusakan endotel.

b. Peran faktor imunologis

Preeklampsai sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi

kehamilan selanjutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama

9
pembentukanblocking antibodies terhadap antigen plasma tidak sempurna, yang

semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

c. Peran faktor genetik

Beberapa bukti yang menunjukkan pera faktor genetik pada kejadian

preeklampsia antara lain:

a) Preeklampsia hanya terjadi pada manusia

b) Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsia pada

anak-anakl dari ibu yang menderita preeklampsia/ eklampsia.

c) Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia/ eklampsia

pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsia/ eklampsia dan

bukan pada ipar mereka.

d) Peran Ranin Angiostensi Aldosteron System ( RAAS).

C. Gambaran Klinis Pre-eklamsia

Menurut Manuaba (2010), Gambaran klinis dimulai dengan kenaikan berat

badan diikuti edema kaki atau tangan, peningkatan tekanan darah, dan terakhir

terjadi proteinuria. Pada preeklamsi ringan, gejala subjektif belum dijumpai, tetapi

pada pre-eklamsia berat diikuti keluhan subjektif berupa sakit kepala terutama

daerah frontalis, rasa nyeri di daerah epigastrium, gangguan mata, penglihatan

menjadi kabur, terdapat mual sampai muntah, gangguan pernapasan sampai

sianosis, dan terjadi gangguan kesadaran. Dengan pengeluaran proteinuria,

keadaan penyakit semakin berat, akrena terjadi gangguan fungsi ginjal.

10
D. Patofisiologi

Menurut Yulaikhah (2009), gangguan fungsi pada ibu yang mengalami

preeklampsia adalah sebagai berikut:

a. Pada preeklampsia terjadi ketegangan otot yang meningkat akibat adanya rasa

nyeri (spasme) pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.

b. Pada biopsi (pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium)

ginjal, ditemukan spasmehebat arteriola glomerulus.

c. Pada beberapa kasus, lumen arteriola (arteri yang bercabang dan bentuknya

lebih kecil lagi) sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu

sel darah merah. Dengan demikian, jika semua arteriola dalam tubuh

mengalami spasme, tekanan darah akan naik, dalam usaha mengatasi kenaikan

tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.

d. Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang

berlebihan dalam ruang interstitial, belum diketahui sebabnya, mungkin karena

retensi air dan garam.

e. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan

pada glomerulus.

E. Klasifikasi Preeklamsia

Menurut Manuaba (2010), Pre-eklamsia terbagi menjadi dua, yaitu

1. Pre-eklamsia ringan

Tanda gejala yang muncul yaitu tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan

30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam, Tekanan darah diastolik 90 atau

kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam, Kenaikan berat badan

11
1 kg atau lebih dalam seminggu. Proteinuria 0,3 g atau lebih dengan tingkat

kualitatif plus 1 sampai 2 pada urine kateter atau urine aliran pertengahan.

2. Pre-eklamsia berat

Preeklampsia berat dibagi menjadi: preeklampsia berat tanpa impending

eclampsia dan preeklampsia berat dengan impending eclampsia. Disebut

impending eclampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif

berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium,

dan kenaikan progresif tekanan darah (Prawirohardjo, 2010)

Bila salah satu diantara tanda dan gejala ini ditemukan pada ibu hamil,

sudah dapat digolongkan pre-eklamsia berat.

a. Tekanan darah 160/ 110mmHg atau lebih

b. Oligouria, urine <400 cc / 24 jam

c. Proteunuria lebih dari 3 g / liter 4 + dalam pemeriksaaan kualitatif.

d. Keluhan Subjektif : nyeri di daerah epigastrium, gangguan mata, penglihatan

menjadi kabur, sakit kepala, edema paru sampai sianosis.

e. Gangguan kesadaran

f. Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus

g. Perdarahan pada retina

h. Trombosit < 100.000 / mm.

12
3. Perawatan dan pengobatan preeklampsia berat

Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang,

pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit

organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan (Prawirohardjo, 2010)

4. Monitoring selama di rumah sakit

Pemeriksaan yang sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang

tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium, dan

kenaikan cepat berat badan. Selain itu perlu dilakukan penimbangan berat badan,

pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium,

dan pemeriksaan USG dan NST.

B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney

Proses Manajemen Menurut Helen Varney (1997), Varney 1997

menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah

yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970-an. Proses ini

memperkenalkan sebuah metode dengan perorganisasian pemikiran dan tindakan-

tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien

maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang

diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari

pemikiran dan tindakan saja melainkan juga perilaku pda setiap langkah agar

pelayanan comprehensive dan aman dapat tercapai.

Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis

dan memberi pengertian yang menyatukan pengetahuan,hasil temuan, dan

13
penelitian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada

manajemen klien.

Proses manajemen terdiri dari 7 (tujuh) langkah yang berurutan dimana

setiap langkah disempurnakan secara periodic. Proses dimulai dengan

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut

membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam situasi apapun.

Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan menjadi langkah-langkah yang lebih

rinci dan bias berubah sesuai dengan kebutuhan klien.

Adapun langkah manajemen varney, yaitu :

Langkah I Pengumpulan data dasar

Yaitu dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang

diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik, meninjau catatan terbaru dan sebelumnya dan

meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi.

Langkah II Interpretasi Data Dasar

Yaitu dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose dan kebutuhan

klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan

sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik.

Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Yaitu mengidentifikasi masalah dan diagnose potensial berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil

14
mengamati kilen bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose atau masalah

ini benar-benar terjadi.

Langkah IV Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Yang

Memerlukan Penanganan Segera

Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan yaitu bukan hanya asuhan kunjungan prenatal saja tetapi juga selama

wanita tersebut bersama bidan. Beberapa data yang dikumpulkan dapat

menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera, seperti konsultasi

atau kolaborasi dengan dokter.

Langkah V Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen langkah-

langkah sebelumnya.

Langkah VI Pelaksanaan

Dilakukan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah

kelima secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan oleh bidan dan

sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah VII Evaluasi

Dilakukan evaluasi keevektivan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi karena ada

kemungkinan bahwa sebagian rencana telah efektif sedang sebagian belum

efektif.

15
C. Teori Teknik Pendokumentasian Kebidanan

Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan

pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang

berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan

pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara

tertulis dengan tanggung jawab bidan. (Sudarti, 2010;3).

Metode yang digunakan untuk pendokumentasian asuhan kebidanan

adalah metode SOAP dengan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan

Varney.

Metode pendokumnetasian SOAP yang tediri dari :

S : Subjektif

Pada data subjektif akan menggambarkan beberapa hal antara lain :

a. Menilai masalah dari sudut pandang klien.

b. Menilai ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya.

c. Dicatat sebagai kutipan langsung yang berhubungan dengan diagnosa.

d. Data tersebut menguatkan diagnosa yang akan dibuat

O : Objektif

a. Data ini dapat memberikan bukti gejala klinis klien.

b. Berisi fakta yang berhubungan dengan diagnosa .

c. Memuat data fisiologis dan hasil observasi.

d. Ada informasi hasil kajian secara tekhnologi (missal : hasil laboratorium, USG

dan sebagainya yang berarti dalam menegakkan diagnosa.

16
A : Analisa

a. Diagnosa yang ditetapkan berdasarkan data dari S dan O yang disimpulkan.

b. Selalu ada informasi baru baik S dan O karena keadaan klien terus berubah.

c. Sehingga proses pengkajian berjalan secara dinamik.

d. Dapat menganalisa suatu kejadian penting dalam perkembangan klien .

P : Penatalaksanaan

a. Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang.

b. Mengusahakan mencapai kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan klien yang

harus dicapai dalam waktu tertentu.

c. Tindakan yang harus diambil dalam membantu klien mencapai kemajuan

dalam kesejahteraan dan proses selanjutnya.

d. Didukung dengan rencana dokter bila dibuat keputusan dalam manajemen

kolaborasi.

e. Pelaksanaan rencana tindakan dalam mengatasi masalah untuk mencapai tujuan

terhadap.

17
BAB III

STUDI KASUS

A. Jenis Laporan Kasus

Laporan kasus in dibuat dalam bentuk studi kasus, dimana kegiatan studi

kasus bertujuan untuk langsung membentuk asuhan kebidanan pada ibu bersalin

dengan Preeklamsi Berat.

B. Lokasi dan Waktu

Studi kasus ini dilaksanakan di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh di

Ruang Operasi pada tanggal 9 November 2016 pada jam 11.25 wib.

C. Subjek Laporan Kasus

Subjek dalam kasus ini Ny.M yang masuk ke Ruang Operasi di Rumah

Sakit Meuraxa Kota Banda Aceh untuk bersalin secara Sectio Caesaria pada

tanggal 9 November 2016 pada jam 11.25 wib.

D. Instrument Laporan Kasus

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan

menggunakan format Manajemen Varney serta lembar dokumentasi pasien

dengan format SOAP .

18
E. Teknik Pengumpulan Data Kasus

Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara melakukan

anamnesa ataupun menanyakan kepada ibu dan dengan melakukan pemeriksaan

kebidanan.

19
BAB IV

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M DENGAN DIAGNOSA

PREEKLAMSI BERAT PADA RUANG OPERASI DI RUMAH SAKIT

MERAXA

Tanggal : 9 november 2016

Jam masuk :11:25 WIB

Tempat : Rumah Sakit Meraxa

1. Pengumpulan Data

Tanggal : 9 november 2016

Jam : 11.25 WIB

A. Identitas Biodata

Nama Istri : Ny. M Nama Suami : Tn. A

Umur : 42 tahun Umur : 40 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Sopir

Suku / Bangsa : Aceh Suku / Bangsa : Aceh

Alamat : Bukit Permai Penghasilan : Bukit permai

20
B. Anamnesa ( data subjektif)

Tanggal : 9 november 2016

Jam :11:25 WIB

1. Keluhan utama masuk kamar bersalin : ingin melahirkan

2. Perasaan ( sejak terakhir datang ke klinik) : lemah dan khawatir

3. Tanda – tanda inpartu:

Kontraksi : Tidak ada

Frekuensi : Tidak ada

Lamanya : tidak ada

Lokasi ketidak nyamanan : seluruh tubuh

4. Pengeluaran pervaginam

Darah lendir : tidak ada

Darah segar : tidak ada jumlah : Tidak ada warna : Tidak ada

Air ketuban : utuh jumlah :Tidak ada warna : Tidak ada

5. Masalah - masalah khusus : stress / depresi

6. Riwayat kehamilan sekarang :

HPHT : 05 - 02 – 2016

TTP : 12 –10 – 2016

Siklus : 28 hari

ANC :Tidak Teratur frekuensi : 1 kali

7. Riwayat imunisasi : 1 kali

8. Riwayat kehamilan, persalinan yang lalu : normal

9. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : 5 – 10 kali

21
10. Makanan dan minuman terakhir, pukul : 05:00 WIB

11. Jenis makanan : Nasi dan roti.

12. Tidur : malam 8 jam , siang 2 jam

13. Psikologis : Kurang Baik

14. Keluhan lain (bila ada) : Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : baik

Keadaan emosional : stabil

2. Tanda vital

a. Tekanan darah : 160 / 90 mmHg

b. Pols : 86 x /i

c. Pernafasan : 20 x /i

d. Suhu tubuh : 36,7 ̊ c

3. Tinggi badan : 156 cm

4. Muka : ada closma gravidarum

a. Kelopak mata : Oedema

b. Konjungtiva : Tidak pucat

Sklera : Tidak ikterik

Mulut dan gigi : lidah dan geraham : Tidak ada stomatitis

Gigi : Tidak ada caries dentis

Kelenjar tiroid : pembesaran kelenjar : Tidak ada

22
Kelenjar getah bening : pembesaran kelenjar : Tidak ada

Dada : Simetris

Jantung : Normal

Payudara :

Pembesaran : Ada

Puting susu : Menonjol

Simetris : Ada

Benjolan : Tidak ada

Rasa nyeri : Tidak ada

Lain – lain : Tidak ada

Punggung dan pinggang : Normal

Posisi tulang belakang : Lordosis

Pinggang ( nyeri ketuk) : Tidak ada

Ekstremitas atas dan bawah :

Oedema : ada

Kekakuan otot dan sendi : Normal

Kemerahan : Tidak ada

Varises : Tidak

ada

Refleks : (+/+)

Abdomen

23
a. Pembesaran : ada

b. Benjolan : Tidak ada

c. Bekas luka operasi : Tidak ada

d. Konsitensi : Keras

e. Pembesaran lain : Tidak ada

f. Kandung kemih : Kosong

5. Pemeriksaan kebidanan

Palpasi uterus : Ada

Tinggi fundus uterus : 34 cm

Kontraksi :Tidak ada

Fetus : Letak : Memanjang

Presentasi : Kepala

Posisi : Punggung

Penurunan : Tidak ada

Pergerakan : Aktif

Auskultasi

Denyut jantung fetus : 140x / menit

Frekuensi : Teratur

Puctum maksimum : 136x /menit

Ano – genital inspeksi

Perenium : Luka perut : Tidak ada

24
Vulvula vagina : warna : merah luka : Tidak ada

Fistula : tidak ada varicess: Tidak ada

Pervaginam : Tidak ada

Warna : Tidak ada

Jumlah : Tidak ada

Kelenjar bartolin : pembengkakan : Tidak ada

Konsistensi : Lunak

Haemoroid : Tidak ada

Pemeriksaan dalam

Atas indikasi :Inpartu 11 : 25 wib oleh Dokter

Dinding vagina : Normal

Portio : Tipis pembukaan serviks : Tidak ada

Posisi portio : Normal konsistensi : lunak

Lunak

Ketuban : utuh Presentasi fetus : kepala

Kepala

Penurunan bagian terendah : Tidak ada

Pemeriksaan dalam :

Vagina : Tdak ada

Porsio : Tipis

Pembukaan : tidak ada

Pengeluaran : tidak ada

25
Masalah : preeklamsia

II. Interprestasi Data Dasar

1. Diagnosa

Ibu GVIII PVII A0, usia kehamilan 36 minggu 1 dengan diagnosa

preeklamsia berat dengan tindakan section caesaria.

Data dasar :

Tekanan darah : 160/90 mmHg

Pols : 80x/m

Respirasi : 24x/m

Suhu : 36,7°c

Djj : 140 x /m

Pemeriksaan kebidanan

Palpasi uterus : Ada

Tinggi fundus uterus : 34 cm

Kontraksi : Tidak ada

Fetus : Letak : Memanjang

Presentasi : Kepala

Posisi : Punggung

Penurunan : Tidak ada

Pergerakan : Aktif

2. Masalah : Preeklamsia

III. Antisipasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Eklamsia

26
IV. Tindakan Segera Atau Kolaborasi

- Kolaborasi dengan Dr,obgyin

- Intruksi dokter untuk mempersiapkan Sectio caesaria

V. Rencana Asuhan

1. Bina huhungan baik dengan pasien dan kelurganya.

2. persiapkan pre operasi Sectio Caesaria

3. Support ibu dan keluarga

4. bantu pasien dalam menyiapkan posisi yang benar

5. lakukan tindakan operasi Sectio Caesaria (oleh dokter)

6. bereskan semua alat setelah tindakan operasi

7. bereskan ibu dan ganti pakaian ibu

8. anjurkan ibu untuk istirahat

9. pantau keadaan ibu sebelum dijemput keruangan

VI. Implementasian / pelaksanaan

1. Membina huhungan baik dengan pasien dan kelurganya.

2. Mempersiapkan pre operasi Sectio Caesaria seperti mengganti pakaian

pasien, membawa pasien keruang tunggu, bawa pasien masuk keruang

ok.

3. Mensupport ibu dan keluarga

4. Membantu pasien dalam menyiapkan posisi yang benar

27
5. Melakukan tindakan operasi Sectio Caesaria (oleh dokter)

6. Mebereskan semua alat setelah tindakan operasi

7. Membereskan ibu dan mengganti pakaian ibu

8. Menganjurkan ibu untuk istirahat

9. Memantau keadaan ibu sebelum dijemput keruangan

VII. Evaluasi

Operasi sudah berhasil dilakukan dan tidak ada penyulit dalam tindakan

operasi, bayi lahir dengan selamat dan ibu dalam keadaan lemas, ibu masih

dalam pengawasan dokter dan bidan untuk memastikan tidak ada infeksi

pada insisi section caesaria dan tidak ada perdarahan.

28
B. Pendokumentasian asuhan persalinan pada section caesaria dengan

preeklamsi berat

Pukul : 12 : 30 WIB

1. SOAP Pre Operasi

Subjektif (S)
- ibu mengatakan cemas ibu mengatakan baru pertama kali section
caesaria
- Ibu mengatakan muka dan kakinya bengkak

Obyektif (O)
- TD :160/90 mmHg
- Pols :83x/menit
- RR : 25x/menit
- Temp :36,7˚C
- Oedema : ada pada kaki dan tangan
- Protein urine : ++

Assesment (A)
Ny.M dengan GIV PVII A0 usia kehamilan 36 minggu 1 hari dengan
preeklamsi berat (PEB)

Planning (P)
1. Membina huhungan baik dengan pasien dan kelurganya.
2. Mempersiapkan pre operasi Sectio Caesaria seperti mengganti pakaian
pasien, membawa pasien keruang tunggu, bawa pasien masuk keruang
ok.
3. Mensupport ibu dan keluarga

29
4. Membantu pasien dalam menyiapkan posisi yang benar
5. Melakukan tindakan operasi Sectio Caesaria (oleh dokter)
6. Mebereskan semua alat setelah tindakan operasi
7. Membereskan ibu dan mengganti pakaian ibu
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat
9. Memantau keadaan ibu sebelum dijemput keruangan

30
2. SOAP Pemantauan kala IV
Pukul 14.00 Wib
Subjektif (S)
- ibu merasa lemas dan tidak cemas lagi
Obyektif (O)
- TD : 140/90 mmHg
- Pols : 83x/menit
- RR : 25x/menit
- Temp : 36,7˚C
- Kandung kemih : Kosong
- Perdarahan : 5 cc
- TFU : 2 jari dibawah pusat

Assesment (A)
Ny.M dengan GIV PVII A0 usia kehamilan 36 minggu 1 hari inpartu kala 4
dengan preeklamsi berat (PEB)

Planning (P)
1. Memantau kedaaan ibu padakala 4
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat.
3. Menunggu ruang kebidanan menjemput pasien dari ruang Ok keruang
Nifas.

31
3. SOAP pemantauan kala IV
Pukul 14.15
Subjektif (S)
- Ibu masih merasa lemas
Obyektif (O)
- TD : 140/90 mmHg
- Pols : 84x/menit
- RR : 24x/menit
- Temp : 36,5˚C
- Kandung kemih : Kosong
- Perdarahan : 5 cc
- TFU : 2 jari dibawah pusat

Assesment (A)
Ny.M dengan GIV PVII A0 usia kehamilan 36 minggu 1 hari inpartu kala 4
dengan preeklamsi berat (PEB)

Planning (P)
1. Pemantauan diserah terimakan dengan ruang kebidanan dan dilanjutkan
oleh perawat/bidan diruang kebidanan.

32
4. SOAP Pada Bayi Baru Lahir
Subjektif (S)
- ibu mengatakan merasa senang agtas kelahinan bayinya
Obyektif (O)
- Appearance (Warna kulit) :2
- Pulse (denyut nadi) :1
- Grimace (reflek terhadap rangsangan) :2
- Activity (Tonus otot) :2
- Respiration (bernafas) :1
Assesment (A)
By. Ny. M usia 0 hari Apgar skor bagus

Planning (P)
- Menilai sepintas
- Memberikan bayi kepada perawat atau bidan dari perinatal

33
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan tim medis Ny. M di

diagnosa mengalami preeklampsia berat (PEB). PEB adalah suatu keadaan

hipertensi yang muncul pada kehamilan > 20 minggu yang ditandai dengan

tekanan darah sistol 160 mmHg dan tekanan diastol 110 mmHg, terdapat odema

pada muka, tangan, dan kaki serta pada pemeriksaan laboratorium didapatkan

protein urinnya + 4.

Berdasarkan kegiatan praktik klinik kebidanan yang telah dilaksanakan

selama 1 minggu pada tanggal 07-13 Oktober 2016 yang dilaksanakan di ruang

OK di rumah sakit Meraxa Banda Aceh, tindakan yang dilakukan sangat sesuai

dengan teori yang kami pelajari dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

praktik. Salah satunya alat, alat yang digunakan adalah alat yang steril.

34
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Preeklampsia berat adalah suatu keadaan hipertensi yang muncul pada

kehamilan > 20 minggu yang ditandai dengan tekanan darah sistol 160 mmHg

dan tekanan diastol 110 mmHg. Secara garis besar untuk menegakkan diagnosa

PEB harus ada tanda dan gejala seperti tekanan darah Sistol 160 mmHg dan

tekanan darah diastol 110 mmHg, terdapat odema pada muka, tangan, dan kaki

serta pada pemeriksaan laboratorium didapatkan protein urinnya + 4.

Dalam makalah ini, penyusun dapat menarik kesimpulan dari kasus yang di

telah di observasi terhadap klien Ny. M G8P7A0 dengan Preeklampsia berat

bahwa:

a. Dilakukan pengkajian menyeluruh secara continue pada klien agar kondisi

pasien dapat terus dipantau.

b. Dilakukan intepretasi masalah agar didapat diagnosa masalah yang dialami

klien.

c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang dialami klien. Hal ini

dilakukan oleh dokter atau tenaga medis yang bertanggung jawab atas klien

tersebut.

d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera yang dibutuhkan oleh klien

e. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman oleh dokter atau tenaga

medis yang bertanggung jawab atas klien tersebut.

35
B. Saran

Diharapkan mahasiswa yang sedang melakukan praktik lapangan di Rumah

Sakit Meuraxa B.Aceh dapat belajar mengidentifikasi mengenai tanda dan gejala

serta komplikasi dari preeklampsia berat yang dialami oleh klien agar dilain

kesempatan mahasiswa dapat mengetahui jenis KIE yang dapat diberikan kepada

klien dengan preeklampsia berat.

Selain itu, sebaiknya dilakukan pemantauan secara holistik, efektif, dan

efisien kepada klien yang mengalami preeklampsia, khususnya preeklampsia berat

oleh tenaga medis mengingat preeklampsia berat ini dapat berisiko tinggi terhadap

ibu dan janinnya.

36
DAFTAR PUSTAKA

- Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Jakarta :


EGC
- Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
- Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri jilid I. Jakarta : EGC
- Saifuddin, Abdul Basri. 2004. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Maternal
dan Manatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
- Prawiroharjo, Sarwono, 1992, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta
- Prawiroharjo, Sarwono, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, edisi 3. INPKKF POGI, Jakarta
- Mansjoer, Arief, 2002, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Media
Aesculapiusa

37

Anda mungkin juga menyukai