PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 1
1.2.1.5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik sectio caesarea
1.2.1.6. Untuk mengetahui penatalaksanaan sectio caesarea
1.2.1.7. Untuk mengetahui prognosis sectio caesarea
1.2.1.8. Untuk mengetahui web of causation (woc) sectio caesarea
1.2.1.9. Untuk mengetahui pengkajian
1.2.1.10. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan
1.2.1.11. Untuk mengetahui intervensi (noc dan nic)
1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Agar kelompok kami memahami tentang asuhan keperawatan
pada pasien sectio caesarea dan bisa memahami lebih dalam juga
mengaplikasikannya dengan baik dan benar secara teori maupun
praktik di lapangan dan memenuhi nilai tugas seminar
1.3. MANFAAT
1.3.1. Manfaat untuk mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
Asuhan Keperawatan pada persalinan sectio caesarea
1.3.2. Manfaat untuk dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana
mahasiswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan dan sebagai
bahan pertimbangan dosen dalam menilai mahasiswa.
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 2
BAB II
STUDI LITERATUR
2.2. ETOLOGI
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 3
faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
caesarea sebagai berikut:
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion).
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan normal sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-
ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat).
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting,
yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu.
4. Bayi Kembar.
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 4
dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit
untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir.
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Plasenta Menutupi Jalan Lahir
Pada kondidi normal, plasenta atau ari-ari terletak dibagian
atas Rahim. Akan tetapi, adakalanya plasenta berada di segmen bawah
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Kondisi ini dikenal dengan istilah plasenta previa. Pada umumnya
dialami pada masa-masa hamil tua, yaitu 28 minggu keatas. Sangat
disayangkan, sampai kini tak diketahui penyebabnya. Gejalanya
antara lain pendarahan tanpa rasa nyeri dan darah yang keluar
berwarna merah segar.
Pendarahan pertama lazimnya tidak banyak. Baru
selanjutnya terjadi pendarahan hebat sampai perlu diwaspadai karena
bisa mengakibatkan kematian ibu maupun janin. Untuk
menyelamatkan si bayi, dilakukan operasi cesar. Akan tetapi, bila
janin belum cukup usia sementara pendarahannya tergolong ringan,
ibu bisa meneruskan kehamilannya tetapi harus bedrest di Rumah
sakit.
7. Persalinan Macet
Istilah kedokterannya, distosia. Penyebanya ialah kelainan
pada 3P, yakni power, passage, passenger, kemacetan pada bagian
bahu. Juga karena posisi hamil yang tidak normal, misalnya karena
ada lilitan tali pusat. Bila kemacetan terjadi saat janin sudah terlanjur
keluar sebagian badannya, posisinya diubah dari luar dengan bantuan
tangan. Pertolongan ini perlu segaera dilakukan.
Apabila tidak, bisa mengakibatkan gawat janin. Apalagi
apabila ketuban sudah berwarna hijau. Akibatnya jalan lahir bisa
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 5
mengalami kerusakan dan saluran kencing yang terdapat diatas jalan
lahir bisa terganggu membuat si ibu tak kencing beberapa hari.
8. Janin Meninggal Dalam Rahim
Kematian janin dalam Rahim umumnya terjadi pada minggu
ke-20 sampai menjelang kelahiran. Penyebabnya bisa kedua belah
pihak, yaitu ibu maupun janin itu sendiri. Factor yang disebabkan oleh
janin anatra lain plasenta yang tidak berfungsi dengan baik, masalah
pada tali pusat, dan factor air ketuban yang terlalu sedikit. Factor
penyebab dari ibu antara lain penyakit berat yang diderita ibu
misalnya jantung, ginjal, paru-paru, infeksi toksoplasma, rubella, dan
sebagainya. Sebaiknya ibu hamil waspada. Sesudah usia kehamilan
diatas 34 minggu, ibu bisa menghitung sendiri gerakan janin dalam
Rahim. Lazimnya, setiap 1jam terjadi 10-20 gerakan. Waspada bila
janin mulai berhenti bergerak dan segera hubungi dokter. Pemdeteksi
dengan USG mudah dilakukan. Tali pusat yang melilit akan
menyebabkan bayi sesak. Tetapi, bila sampai melilit erat, bayi perlu
segera dikeluarkan melalui operasi cesar. Cesar merupakan jalan satu-
satunya untuk menyelamatkan janin.
9. Kelainan Letak Janin:
a. Kelainan pada letak kepala:
1) Letak kepala tengadah.
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan
dasar panggul
2) Presentasi muka.
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi.
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 6
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
b. Letak Sungsang.
Janin seringkali berpindah-pindah posisi. Lazimnya,
pada usia 34-36 minggu posisi janin cukup fix karena rongga
Rahim sudah semakin sempit bagi dirinya yang membesar.
Posisi terbaik saat akan lahir ialah kepala menghadap jalan
lahir sehingga saat akan lahir kepala akan terdorong keluar,
dan selanjutnya bidan atau dokter akan mudah untuk
mengeluarkan seluruh anggota tubuh. Idealnya, bayi lahir
dengan kepala terlebih dahulu. Akan tetapi, adakalanya bayi
justru lahir dengan bokong duluan, baru kemudian kepala.
Sebaliknya bila hal ini terjadi, persalinan akan lebih sulit.
Kemungkinan letak bayi sungsang pada saat kelahiran
adalah 4%. Meski letaknya sungsang, ibu bisa tetap
melahirkan secara normal
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki
tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
Ada 3 jenis letak sungsang:
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 7
3. Sungsang kaki. Satu kaki memanjang ke bawah
sehingga kaki lahir sebelum pantat. Nah, bayi dengan
kedua jenis letak sungsang ini sullit dilahirkan secara
normal. Operasi cesar merupakan jalan keluar yang
dipilih. (Saifuddin,2011),(Manuaba,2002)
2.3. KLASIFIKASI
A. Sectio caesarea abdominalis
Tipe operasi sectio caesarea :
1.) Sectio caesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri.
2.) Sectio caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi
pada segmen bawah rahim
B. Sectio Caesarea transperitonialis yang terdiri dari :
1.) Sectio Caesarea ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka
peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka kavum
abdominalis.
2.) Sectio Caesarea vaginalis. Menurut sayatan pada rahim, sectio
caesaria dapat dilakukan sebagai berikut :
2.4. PATOFISIOLOGI
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi
uterus, distorsia jaringan lunak, plasenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan
untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah
dilakukan Sectio Caesarea ibu akan mengalami adaptasi post partum baik
dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 8
dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi
post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan
perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi
yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 9
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang
bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
(Saifuddin,2002)
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 10
5) Pemeriksaan elektrolit
2.7. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan awal.
2. Diet.
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah
boleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan
air teh.
3. Mobilisasi.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi.
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar.
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 11
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Fungsi gastrointestinal.
a. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut.
b. Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkan.
c. Ganti pembalut dengan cara steril.
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 12
d. Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih.
e. Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan
kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC.
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 13
11. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan :
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 14
ruangan pemulihan, Persiapan kulit pembedahan abdomen,
Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter fole.
(Manuaba,2001)
2.8. PROGNOSIS
- Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan
persediaan darah yang cukup, pelaksanaan sectio caesarea sekarang
jauh lebig aman dari pada dahulu
- Angka kematian di Rumah Sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang
kompeten <2/1000. Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas
pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi
pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung
- Anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea nasibnya tergantung dari
keadaan yang menjadi alasan untuk melakuka sectio caesarea
BAB III
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 15
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1. PENGKAJIAN
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali
pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
A. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.
B. Keluhan utama
C. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
D. Pola-pola fungsi kesehatan
1) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 16
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono,
yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
7) Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya
proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 17
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae
dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibattrauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik akibat tindakan
anestesi dan pembedahan
4) Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan tindakan anestesi, kelemahan,
penurunan sirkulasi.
5) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembeda
han, penyembuhan dan perawatan post operasi.
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 18
6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka bekas
operasi.
G. INTERVENSI
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 19
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
18. Analgesic
Administration
19. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
20. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
21. Cek riwayat alergi
22. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
23. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
24. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
25. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
26. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 20
27. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
28. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 21
proses 15. Lakukan tehnik
penyembuhan perawatan luka
luka dengan steril
16. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
3. Defisit perawatan Self care : Self Care assistane :
Activity of ADLs
diri berhubungan
Daily Living 1. Monitor
dengan kelemahan (ADLs) kemempuan klien
Setelah dilakukan untuk perawatan
fisik akibat
asuhan diri yang mandiri.
tindakan anestesi keperawatan 2. Monitor
selama 3x24 jam kebutuhan klien
dan pembedahan
ADLs klien untuk alat-alat
meningkat dengan bantu untuk
indicator: kebersihan diri,
1. Klien terbebas berpakaian,
dari bau badan berhias, toileting
2. Menyatakan dan makan.
kenyamanan 3. Sediakan bantuan
terhadap sampai klien
kemampuan mampu secara
untuk utuh untuk
melakukan melakukan self-
ADLs care.
3. Dapat 4. Dorong klien
melakukan untuk melakukan
ADLS dengan aktivitas sehari-
bantuan hari yang normal
sesuai
kemampuan yang
dimiliki.
5. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika
klien tidak
mampu
melakukannya.
6. Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian,
untuk
memberikan
bantuan hanya
jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas
rutin sehari- hari
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 22
sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan
usia klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas sehari-
hari.
H. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap melakukan rencana yang telah dibuat
pada klien. Adapun kegiatan yang ada dalam implementasi data dasar,
meninjau dan merevisi rencana asuhan yang telah dibuat, dan melaksanakan
intervensi keperawatan yang telah direncanakan (Deswa, 2009). Dalam
tahap implementasi penulis berusaha untuk melakukan implementasi yang
sesuai dengan diagnosa keperawatan, dan sesuai dengan perencanaan.
Faktor yang mendukung penulis dalam melakukan tindakan keperawatan
adalah klien kooperatif dan dapat bekerja sama dengan perawat.
I. EVALUASI
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hsil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila
kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil
belum tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap
– tahap proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. (Allen,
Carol Vestal, 1998) Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria
evaluasi adalah sebagai berikut :
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 23
LAPORAN KASUS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
ANALISA DATA
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 24
- pada luka post SC Resiko infeksi
tampak merah,
bengkak
T: 37,8ºC RR: 24x/I
TD: 120/80 mmHg
HR: 89 x/i
HB =11,2 gr %
HT = 34,0%
Leukosit =
20.800/mm3
Trombosit= 321.000
o. diagnosa keperawatan
1. nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada luka SC, Skala nyeri 4-5 nyeri
sedang, Post op hari ke-1, ekspresi wajah meringis, Terdapat luka insisi operasi
pada daerah abdomen, KU lemah.
2. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi SCditandai
dengan Klien mengatakan panas pada luka post SC, Ku lemah, Terdapat luka insisi
pada daerah abdomen 12 cm, pada luka post SC tampak merah dan bengkak, T :
37,8ºC RR: 24x/I TD : 120/80 mmHg HR: 89 x/I, HB =11,2 gr % HT = 34,0%,
Leukosit = 20.800/mm3, Trombosit= 321.000
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka operasi ditandai
dengan Klien mengatakan susah mengangkat kedua tungkai bawah, Post op hari ke-
1, KU lemah, Nampak luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm. kekuatan
otot +3.
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 25
mengurangi -Ajarkan teknik - Pengurangan
nyeri distraksi persepsi nyeri
-Kooperatif -Kolaborasi - Mengurangi onset
dengan tindakan pemberian terjadinya nyeri
yang dilakukan analgetika dapat dilakukan
-TTV dalam dengan pemberian
batas normal ; analgetika oral
Suhu : 36-37 0 maupun sistemik
C, TD : 120/80 dalam spectrum
mmHg, RR :18- luas/spesifik
20x/menit, Nadi
: 80-100 x/menit
2 Dx 2 Tujuan: Tidak -Kaji kondisi -Perubahan yang
terjadi infeksi keluaran/dischart terjadi pada dishart
selama yang keluar ; dikaji setiap saat
perawatan jumlah, warna, dischart keluar.
perdarahan dan dan bau dari luka Adanya warna yang
luka operasi.\ operasi. lebih gelap disertai
Kriteria Hasil : bau tidak enak
• Tidak ada mungkin merupakan
tanda – tanda tanda infeksi.
infeksi, seperti : -Terangkan pada -Infeksi dapat timbul
merah, panas, klien pentingnya akibat kurangnya
bengkak, perawatan luka kebersihan luka.
fungsio laesa selama masa post
operasi.
-Lakukan -Berbagai kuman
pemeriksaan dapat teridentifikasi
biakan pada melalui dischart.
dischart. -Inkubasi kuman
-Lakukan pada area luka dapat
perawatan luka menyebabkan
. infeksi.
-Terangkan pada -Berbagai
klien cara manivestasi klinik
mengidentifikasi dapat menjadi tanda
tanda inveksiobat nonspesifik infeksi;
demam dan
peningkatan rasa
nyeri mungkin
-kolaborasi merupakan gejala
dengan dokter infeksi.
dalam pemberian -mengurangi resiko
therapy infeksi pada klien
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 26
3 DX3 Tujuan : Kllien) - Kaji tingkat ) - Mungkin klien tidak
dapat kemampuan mengalami
melakukan klien untuk perubahan berarti,
aktivitas tanpa beraktivitas tetapi perdarahan
adanya masif perlu
komplikasi diwaspadai untuk
Kriteria Hasil : menccegah kondisi
klien mampu klien lebih buruk
melakukan 2
aktivitasnya 2) - Kaji pengaruh Aktivitas
secara mandiri aktivitas terhadap merangsang
kondisi luka dan peningkatan
kondisi tubuh vaskularisasi dan
umum pulsasi organ
reproduksi, tetapi
dapat mempengaruhi
kondisi luka post
operasi dan
3) - Bantu klien berkurangnya energi
untuk memenuhi 3 - Mengistiratkan
kebutuhan klilen secara
aktivitas sehari- optimal.
hari.. 4)
4) - Bantu klien
untuk melakukan - Mengoptimalkan
tindakan sesuai kondisi klien, pada
dengan abortus
kemampuan imminens, istirahat
/kondisi klien mutlak sangat
5) - Evaluasi diperlukan
perkembangan - Menilai kondisi
kemampuan umum klien.
klien melakukan
aktivitas
-
- -membantu
kolaborasidengan mempercepat
dokter dalam mobilitas fisik klien
pemberian
therapy obat
CATATAN PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 27
Nama : Ny. T umur : 24
tahun
No RM : 29 24 34 diagnosa : post
section caesaria
No Tgl/hr/ Implementasi Evaluasi
dx
1 Tgl 7 -2-mengkaji intensitas, S= klien mengatakan nyeri
2013 karakteristik, dan derajat nyeri sudah tidak ada
08:00 - mempertahankan tirah baring O= klien tampak tenang
wib selama masa akut. A= masalah nyeri teratasi
DX 1 -menerangkan nyeri yang P= intervensi dihentikan
diderita klien dan
penyebabnya.
-mengajarkan teknik distraksi
-berkolaborasi pemberian
therapy obat
H:
- Inj ketorolac 1 amp / 8 jam
Tgl 7-2- -mengkaji kondisi S= klien mengatakan masih
2013 keluaran/dischart yang keluar ; panas pada luka post SC
10:00 jumlah, warna, dan bau dari O=pada luka post SC masih
wib luka operasi. tampak merah
DX 2 H: warna luka masih merah , A=masalah resiko infeksi
bengkak dan panas teratasi sebagian
-menerangkan pada klien P=
pentingnya perawatan luka -Kaji pengeluaran pada luka
selama masa post operasi. -kolaborasi dengan dokter
-melakukan pemeriksaan dalam pemberian therapy
biakan pada dischart. obat
-melakukan perawatan luka I=
H: perawatan luka dengan -mengkaji pengeluaran pada
mengganti perban luka
-menerangkan pada klien cara -berkolaborasi dengan dokter
mengidentifikasi tanda infeksi dalam pemberian therapy
obat obat
H: klien mengerti tanda – tanda E=masalah resiko infeksi
infeksi dengan obat seperti teratasi sebagian
merah, bengkak, bintik-bintik R= kaji kembali luka post SC
merah
-berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapy
H:
- Inj gentamycin 1 amp/ 8jam
- Inj ceftriaxone 1gr/12 jam
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 28
Tgl 7-2- -mengkaji tingkat kemampuan S= klien mengatakan sudah
2013 klien untuk beraktivitas bisa mengankat tungkai
12: 00 H: klien dapat melawan bawahnya
wib garvitasi tetapi lemah . O=klien tampak tenang,
DX 3 kekuatan otot ROM +4 tingkat kekuatan otot ROM :
-mengkaji pengaruh aktivitas +5
terhadap kondisi luka dan A=masalah gangguan
kondisi tubuh umum mobilisasi fisik sudah teratasi
- membantu klien untuk P=intervensi dihentikan
memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari.
-membantu klien untuk
melakukan tindakan sesuai
dengan kemampuan /kondisi
klien
H: klien mampu melakukan
aktivitas dengan bantuan
-mengevaluasi perkembangan
kemampuan klien melakukan
aktivitas
H: tingkat kekuatan otot
klien dapat melawan gravitasi
tetapi lemah
-berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapy obat
H:
- IVFD RL 20 gtt/i
Tgl 8 -2- -mengkaji kondisi S= klien mengatakan tidak
2013 keluaran/dischart yang keluar ; panas pada luka post SC
08:00 jumlah, warna, dan bau dari O=pada luka post SC sudah
wib luka operasi. tidak ada merah dan bengkak
DX 2 H: warna luka post operasi SC T : 36,8ºC TD ; 120/80
tidak merah dan tidak bengkak mmHg HR: 80 x/I RR: 20 x/i
panas A=masalah resiko infeksi
-menerangkan pada klien teratasi
pentingnya perawatan luka P= intervensi dihentikan
selama masa post operasi.
H: klien mengikuti apa yang
diterangkan perawat
-melakukan pemeriksaan
biakan pada dischart.
H: hasil pemeriksaan biakan
tidak terdapat tanda adanya
infeksi
-melakukan perawatan luka
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 29
H: perawatan luka dengan
mengganti perban
-menerangkan pada klien cara
mengidentifikasi tanda infeksi
obat
H : klien mengerti tentang
tanda infeksi obat seperti
merah, panas, dah bintik-bintik
merah
-berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapy
H:
- Inj gentamycin 1 amp/ 8jam
- Inj ceftriaxone 1gr/12 jam
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 30
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 31
- Pasien mengatakan masih
mengenal diri sendiri dan
keluarganya
Pemeriksaan fisik
3. Keadaan umum: terlihat lemah
4. Kepala: Tidak ada benjolan, tidak ada lesi
5. Leher: Tidak ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid
6. Mata: Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia)
7. Telinga: Biasanya bentuk telinga simetris, tidak ada lesi dan cairan yang keluar
dari telinga
8. Hidung: Tidak ada polip
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 32
9. Dada: Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papila mamae.
10. Genitalia: Pengeluaran darah nifas
11. Anus: Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture.
12. Ekstremitas: Tidak ada oedema pada esktremitas
2. Diagnosa keperawatan
Data Etiologi Masalah keperawatan
Data subjektif : Nyeri Akut
- Klien mengatakan
nyeri pada daerah
luka pasca operasi
- Klien mengatakan
nyeri berpusat pada
daerah luka operasi
dan tidak
menyebar.
- Klien mengatakan
kesulitan
melakukan aktivitas
dan mobilisasi
Data objektif :
- Skala nyeri 8
- Durasi nyeri 1-2
menit (hilang
timbul)
- Klien
mengeluarkan
banyak keringat
- Pasien nampak
gelisah.
- TD : 130/80 mmHg
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 33
- Nadi : 80x/menit
- S : 37o c
- RR : 20x/menit
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 34
- 210201 Nyeri yang dilaporkan
- 210204 Panjang episode nyeri
- 210206 Ekspresi wajah nyeri
- 210225 Mengeluarkan keringat
(Moorhead, Sue.dkk.2016.Nursing OutCome Classification (NOC) Edisi ke
Lima.Singapore: Elsevier Singapore Pte Ltd)
Tindakan/intervensi Rasional
Lakukan pengkajian nyeri Untuk mengetahui letak nyeri, kualitas nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, dan beratnya nyeri yang dirasakan
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri dan factor pencetus
Pastikan perawatan analgesic bagi Untuk mengatasi rasa nyeri yang dirasa oleh
pasien dilakukan dengan pemantauan pasien
yang ketat
Gunakan strategi komunikasi Untuk mempermudah pasien dalam
terapeutik untuk mengetahui menyampaikan rasa nyeri yang diderita oleh
pengalaman nyeri dan sampaikan nya kepada petugas kesehatan
penerimaan pasien terhadap nyeri
Gunakan metode penilaian yang Untuk mengetahui perubahan-perubahann
sesuai dengan tahapan nyeri yang dirasakan pasien
perkembangan yang memungkinkan
untuk memonitor perubahan nyeri
dan akan dapat membantu
mengidentifikasi factor pencetus
aktual dan potensial (catatan
perkembangan. Catatan harian)
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 35
Berikan informasi mengenai nyeri, Agar pasien mengatahui tentang nyeri yang ia
seperti penyebab nyeri, berapa lama rasakan, penyebab terjadinya nyeri, dan ia
nyeri akan dirasakan, dan antisipasi merasakan nyeri seberapa lama
dan ketidaknyamanan akibat
prosedur
Dorong pasien untuk memonitor Untuk memberi edukasi kepada pasien perihal
nyeri dan menangani nyerinya rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien
dengan tepat
Kolaborasi dengan pasien, orang Untuk memantau konidisi pasien secara
terdekat, dan tim kesehatan lainnya berkala, pasien dalam keadaan semakin
untuk memilih dan membaik atau sebaliknya
mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri nonfarmakologi sesuai
kebutuhan
Gunakan tindakan pengontrol nyeri Untuk meringankan nyeri yang dirasakan
sebelum nyeri bertambah berat pasien
Mulai dan modifikasi tindakan Untuk memantau dan mengontrol kondisi
pengontrol nyeri berdasarkan respon pasien dari rasa nyeri yang diderita oleh pasien
pasien tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 36
section caesarea berisiko kematian 25 kali lebih besar dan berisiko infeksi
80 kali lebih tinggi dibanding persalinan pervaginam. Selain risiko dari
tindakan, sectio caesarea berpengaruh terhadap kehamilan berikutnya
karena persalinan dengan riwayat bekas sectio caesarea merupakan
persalinan yang berisiko tinggi. Saat ini sectio caesarea bukan lagi hanya
indikasi medis, tetapi banyak faktor yang bukan medis yang dapat
mempengaruhi, misalnya faktor ekonomi, kepercayaan atau adat istiadat
mengenai tanggal kelahiran anak dan lain-lain.
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 37