Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sectio caesarea merupakan pengeluaran janin melalui insisi dinding
abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). Persalinan dengan
section caesarea berisiko kematian 25 kali lebih besar dan berisiko infeksi
80 kali lebihtinggi dibanding persalinan pervaginam (Cuningham et al,
2010).
Selain risiko dari tindakan, sectio caesarea sendiri berpengaruh
terhadap kehamilan berikutnya karena persalinan dengan riwayat bekas
sectio caesarea merupakan persalinan yang berisiko tinggi (Mochtar, 2002).
Pada masa dulu sectio caesarea dilakukan atas indikasi yang terbatas pada
panggul sempit dan placenta previa. Meningkatnya angka kejadian section
caesarea pada waktu sekarang ini justru antara lain disebabkan karena
berkembangnya indikasi dan makin kecilnya risiko dan mortalitas pada
section caesarea karena kemajuan tehnik operasi dan anestesi, serta
ampuhnya antibiotika (Mochtar, 2002)
Saat ini sectio caesarea bukan lagi hanya indikasi medis, tetapi
banyak faktor yang bukan medis yang dapat mempengaruhi, misalnya
faktor ekonomi, kepercayaan atau adat istiadat mengenai tanggal kelahiran
anak dan lain-lain(Gondo, 2005). Selain itu, kehamilan diatas usia 35 tahun
berisiko 3 kali lebih besar menjalani persalinan dengan sectio caesarea
dibanding dengan usia di bawah 35 tahun.

1.2. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini yang ingin dicapai diantaranya :


1.2.1. Tujuan Umum
1.2.1.1. Untuk mengetahui definisi persalinan sectio caesarea
1.2.1.2. Untuk mengetahui etiologi persalinan sectio caesarea
1.2.1.3. Untuk mengetahui patofisiologi sectio caesarea
1.2.1.4. Untuk mengetahui manifestasi klinis sectio caesarea

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 1
1.2.1.5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik sectio caesarea
1.2.1.6. Untuk mengetahui penatalaksanaan sectio caesarea
1.2.1.7. Untuk mengetahui prognosis sectio caesarea
1.2.1.8. Untuk mengetahui web of causation (woc) sectio caesarea
1.2.1.9. Untuk mengetahui pengkajian
1.2.1.10. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan
1.2.1.11. Untuk mengetahui intervensi (noc dan nic)
1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Agar kelompok kami memahami tentang asuhan keperawatan
pada pasien sectio caesarea dan bisa memahami lebih dalam juga
mengaplikasikannya dengan baik dan benar secara teori maupun
praktik di lapangan dan memenuhi nilai tugas seminar
1.3. MANFAAT
1.3.1. Manfaat untuk mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
Asuhan Keperawatan pada persalinan sectio caesarea
1.3.2. Manfaat untuk dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana
mahasiswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan dan sebagai
bahan pertimbangan dosen dalam menilai mahasiswa.

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 2
BAB II

STUDI LITERATUR

2.1. DEFINISI SECTIO CESAREA

Sectio secarea merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di


bawah anestesia sehingga janin, plasenta dan ketuban di lahirkan melalui
insisi dinding abdomen dan uterus. Prosedur ini biasanya di lakukan setelah
viabilitas tercapai ( mis, usia kehamilan lebih dari 24 minggu ).
(Myles,2011)
Sectio Caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen.
Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau
jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu
tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan
disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Sectio Caesarea dapat merupakan
prosedur elektif atau darurat .Untuk sectio caesarea biasanya dilakukan
anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi umum, maka
persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk
mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi . (Arif Muttaqin,2010)
Sectio Caesarea adalah salah satu bentuk operasi bedah, sehingga
akan dilakukan pembiusan oleh dokter spesialis anastesi. Meski merupakan
operasi besar, cesar merupakan fenomena yang lazim, bahkan bisa di bilang
dari keseluruhan persalinan di negara maju, yang dilakukan denga bedah
cesar ini bisa mencapai 10%. Namun harus diketahui bahwa cesar
merupakan cara alternative terbaik untuk keselamatan ibu dan bayi.
(Saifuddin,2011)

2.2. ETOLOGI

Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,


perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 3
faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
caesarea sebagai berikut:
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion).
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan normal sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-
ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat).
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting,
yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu.
4. Bayi Kembar.
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 4
dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit
untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir.
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Plasenta Menutupi Jalan Lahir
Pada kondidi normal, plasenta atau ari-ari terletak dibagian
atas Rahim. Akan tetapi, adakalanya plasenta berada di segmen bawah
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Kondisi ini dikenal dengan istilah plasenta previa. Pada umumnya
dialami pada masa-masa hamil tua, yaitu 28 minggu keatas. Sangat
disayangkan, sampai kini tak diketahui penyebabnya. Gejalanya
antara lain pendarahan tanpa rasa nyeri dan darah yang keluar
berwarna merah segar.
Pendarahan pertama lazimnya tidak banyak. Baru
selanjutnya terjadi pendarahan hebat sampai perlu diwaspadai karena
bisa mengakibatkan kematian ibu maupun janin. Untuk
menyelamatkan si bayi, dilakukan operasi cesar. Akan tetapi, bila
janin belum cukup usia sementara pendarahannya tergolong ringan,
ibu bisa meneruskan kehamilannya tetapi harus bedrest di Rumah
sakit.
7. Persalinan Macet
Istilah kedokterannya, distosia. Penyebanya ialah kelainan
pada 3P, yakni power, passage, passenger, kemacetan pada bagian
bahu. Juga karena posisi hamil yang tidak normal, misalnya karena
ada lilitan tali pusat. Bila kemacetan terjadi saat janin sudah terlanjur
keluar sebagian badannya, posisinya diubah dari luar dengan bantuan
tangan. Pertolongan ini perlu segaera dilakukan.
Apabila tidak, bisa mengakibatkan gawat janin. Apalagi
apabila ketuban sudah berwarna hijau. Akibatnya jalan lahir bisa

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 5
mengalami kerusakan dan saluran kencing yang terdapat diatas jalan
lahir bisa terganggu membuat si ibu tak kencing beberapa hari.
8. Janin Meninggal Dalam Rahim
Kematian janin dalam Rahim umumnya terjadi pada minggu
ke-20 sampai menjelang kelahiran. Penyebabnya bisa kedua belah
pihak, yaitu ibu maupun janin itu sendiri. Factor yang disebabkan oleh
janin anatra lain plasenta yang tidak berfungsi dengan baik, masalah
pada tali pusat, dan factor air ketuban yang terlalu sedikit. Factor
penyebab dari ibu antara lain penyakit berat yang diderita ibu
misalnya jantung, ginjal, paru-paru, infeksi toksoplasma, rubella, dan
sebagainya. Sebaiknya ibu hamil waspada. Sesudah usia kehamilan
diatas 34 minggu, ibu bisa menghitung sendiri gerakan janin dalam
Rahim. Lazimnya, setiap 1jam terjadi 10-20 gerakan. Waspada bila
janin mulai berhenti bergerak dan segera hubungi dokter. Pemdeteksi
dengan USG mudah dilakukan. Tali pusat yang melilit akan
menyebabkan bayi sesak. Tetapi, bila sampai melilit erat, bayi perlu
segera dikeluarkan melalui operasi cesar. Cesar merupakan jalan satu-
satunya untuk menyelamatkan janin.
9. Kelainan Letak Janin:
a. Kelainan pada letak kepala:
1) Letak kepala tengadah.
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan
dasar panggul
2) Presentasi muka.
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi.
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 6
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
b. Letak Sungsang.
Janin seringkali berpindah-pindah posisi. Lazimnya,
pada usia 34-36 minggu posisi janin cukup fix karena rongga
Rahim sudah semakin sempit bagi dirinya yang membesar.
Posisi terbaik saat akan lahir ialah kepala menghadap jalan
lahir sehingga saat akan lahir kepala akan terdorong keluar,
dan selanjutnya bidan atau dokter akan mudah untuk
mengeluarkan seluruh anggota tubuh. Idealnya, bayi lahir
dengan kepala terlebih dahulu. Akan tetapi, adakalanya bayi
justru lahir dengan bokong duluan, baru kemudian kepala.
Sebaliknya bila hal ini terjadi, persalinan akan lebih sulit.
Kemungkinan letak bayi sungsang pada saat kelahiran
adalah 4%. Meski letaknya sungsang, ibu bisa tetap
melahirkan secara normal
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki
tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
Ada 3 jenis letak sungsang:

1. Sungsang sebagian. Ini adalah yang paling sering


terjadi. Kaki bayi terlipat lurus ke atas sejajar
tubuhnya, sehingga dapat menyentuh wajahnya atau
melipat dibawah dagunya. Bayi memasuki saluran
kelahiran dalam posisi terlipat seperti bokong duluan
yang keluar
2. Sungsang sepenuhnya. Kaki bayi terlipat disamping
bokong. Seakan posisi bayi ”jongkok” dengan
bokong diatas mulut Rahim, lutut terangkat ke perut

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 7
3. Sungsang kaki. Satu kaki memanjang ke bawah
sehingga kaki lahir sebelum pantat. Nah, bayi dengan
kedua jenis letak sungsang ini sullit dilahirkan secara
normal. Operasi cesar merupakan jalan keluar yang
dipilih. (Saifuddin,2011),(Manuaba,2002)

2.3. KLASIFIKASI
A. Sectio caesarea abdominalis
Tipe operasi sectio caesarea :
1.) Sectio caesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri.
2.) Sectio caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi
pada segmen bawah rahim
B. Sectio Caesarea transperitonialis yang terdiri dari :
1.) Sectio Caesarea ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka
peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka kavum
abdominalis.
2.) Sectio Caesarea vaginalis. Menurut sayatan pada rahim, sectio
caesaria dapat dilakukan sebagai berikut :

· Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig


· Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
· Sayatan huruf T (T-incision). (Williams,2006)

2.4. PATOFISIOLOGI
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi
uterus, distorsia jaringan lunak, plasenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan
untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah
dilakukan Sectio Caesarea ibu akan mengalami adaptasi post partum baik
dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 8
dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi
post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan
perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi
yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa


bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu
sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak
yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak
efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus dan akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri
pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari
mobilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada
di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu mobilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan
insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf – saraf di sekitar daerah
insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 9
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang
bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
(Saifuddin,2002)

2.5. MNIFESTASI KLINIS

Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang


lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post
partum.Manifestasi klinis sectio caesarea antara lain : (Doenges,2001)

1) Nyeri akibat ada luka pembedahan


2) Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3) Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
5) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
6) Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
7) Biasanya terpasang kateter urinarius
8) Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9) Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10) Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11) Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya minus
paham prosedur
12) Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1) Hemoglobin atau hematokrit (HB/HT) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasidan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2) Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi.
3) Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4) Urinalisis / kultur urine.

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 10
5) Pemeriksaan elektrolit

2.7. PENATALAKSANAAN

1. Perawatan awal.

a. Letakan pasien dalam posisi pemulihan.


b. Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.
d. Transfusi jika diperlukan.
e. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi,
segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan
pasca bedah.

2. Diet.
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah
boleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan
air teh.

3. Mobilisasi.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi.
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar.
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 11
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.

4. Fungsi gastrointestinal.

a. Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair.


b. Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul.
c. Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat.
d. Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.

5. Perawatan fungsi kandung kemih.

a. Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau


sesudah semalam.
b. Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih.
c. Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang
sampai minimum 7 hari atau urin jernih.
d. Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100 mg
per oral per hari sampai kateter dilepas.
e. Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24-48 jam/lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

6. Pembalutan dan perawatan luka.

a. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut.
b. Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkan.
c. Ganti pembalut dengan cara steril.

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 12
d. Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih.
e. Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan
kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC.

7. Jika masih terdapat perdarahan.

a. Lakukan masase uterus.


b. Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik
atau RL) 60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin.

8. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien


bebas demam selama 48 jam :
a. Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam.

 Efek samping: - mual


- muntah
- ruam kulit
- antibiotik kolitis
b. Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam.
c. Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam.

9. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan:

a. Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting.


b. Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam.
c. Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol.
d. Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.

10. Obat-obatan lain :


Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 13
11. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan :

a. Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan


komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi.
b. Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
c. Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan
lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.
d. Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
e. Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi.
f. Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
g. Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
menaikkan tekanan intra abdomen.
h. Pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas, karena bila
terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang
mungkin disebab-kan karena pengaruh obat-obatan, anestetik,
narkotik dan karena tekanan diafragma. Selain itu juga penting
untuk mempertahankan sirkulasi dengan mewaspadai terjadinya
hipotensi dan aritmia kardiak. Oleh karena itu perlu memantau
TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran selama 2 jam dan 4 jam
sekali.
i. Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa
nyeri dan kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu
adanya orientasi dan bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi
dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
j. Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah,
frekuensi nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin
Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai
adanya penyimpangan.
k. Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia;
regional atau general Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan
sectio caesaria. Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.
Pemberian oksitosin sesuai indikasi. Tanda vital per protokol

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 14
ruangan pemulihan, Persiapan kulit pembedahan abdomen,
Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter fole.
(Manuaba,2001)

2.8. PROGNOSIS
- Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan
persediaan darah yang cukup, pelaksanaan sectio caesarea sekarang
jauh lebig aman dari pada dahulu
- Angka kematian di Rumah Sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang
kompeten <2/1000. Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas
pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi
pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung
- Anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea nasibnya tergantung dari
keadaan yang menjadi alasan untuk melakuka sectio caesarea

BAB III

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 15
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1. PENGKAJIAN
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali
pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
A. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.
B. Keluhan utama
C. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
D. Pola-pola fungsi kesehatan
1) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 16
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono,
yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
7) Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

E. PEMERIKSAAN FISIK
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya
proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 17
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae
dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibattrauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik akibat tindakan
anestesi dan pembedahan
4) Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan tindakan anestesi, kelemahan,
penurunan sirkulasi.
5) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembeda
han, penyembuhan dan perawatan post operasi.

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 18
6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka bekas
operasi.

G. INTERVENSI

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN NOC NIC
1. Nyeri akut  Paint level  Pain Management 1. Dengan mengaji
 Paint control 1. Lakukan pengkajian akan
berhubungan
 Comfort level nyeri secara mengetahui
dengan pelepasan Setelah dilakukan komprehensif
lokasi,
asuhan termasuk lokasi,
mediator nyeri karakteristik,
keperawatan karakteristik, durasi,
(histamin, selama 3x24 jam frekuensi, kualitas dan durasi,
diharapkan nteri faktor presipitasi frekuensi,
prostaglandin)
berkurang dengan 2. Observasi reaksi kualitas dan
akibattrauma indicator: nonverbal dari faktor
1. Mampu ketidaknyamanan presipitasi nyeri
jaringan dalam
mengontrol 3. Gunakan teknik
2. Melihat reaksi
pembedahan nyeri (tahu komunikasi terapeutik
penyebab untuk mengetahui nonverbal
(section caesarea) seperti raut
nyeri, mampu pengalaman nyeri
menggunakan pasien wajah pasien
tehnik 4. Kaji kultur yang 3.
nonfarmakolo mempengaruhi respon
gi untuk nyeri
mengurangi 5. Evaluasi pengalaman
nyeri, mencari nyeri masa lampau
bantuan)\ 6. Evaluasi bersama
2. Melaporkan pasien dan tim
bahwa nyeri kesehatan lain tentang
berkurang ketidakefektifan
dengan kontrol nyeri masa
menggunakan lampau
manajemen 7. Bantu pasien dan
nyeri keluarga untuk
3. Mampu mencari dan
mengenali menemukan dukungan
nyeri (skala, 8. Kontrol lingkungan
intensitas, yang dapat
frekuensi dan mempengaruhi nyeri
tanda nyeri) seperti suhu ruangan,
4. Menyatakan pencahayaan dan
rasa nyaman kebisingan
setelah nyeri 9. Kurangi faktor
berkurang presipitasi nyeri
5. Tanda vital 10. Pilih dan lakukan
dalam rentang penanganan nyeri
normal (farmakologi, non

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 19
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
18. Analgesic
Administration
19. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
20. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
21. Cek riwayat alergi
22. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
23. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
24. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
25. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
26. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 20
27. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
28. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

2. Gangguan  Tissue Integrity  Pressure Management


: Skin and 1. Anjurkan pasien
integritas kulit
Mucous untuk menggunakan
berhubungan Membranes pakaian yang longgar
 Wound Healing 2. Hindari kerutan pada
dengan tindakan
: primer dan tempat tidur
pembedahan sekunder 3. Jaga kebersihan kulit
Setelah dilakukan agar tetap bersih dan
tindakan kering
keperawatan 4. Mobilisasi pasien
selama 3x24 jam (ubah posisi pasien)
kerusakan integritas setiap dua jam sekali
kulit pasien teratasi 5. Monitor kulit akan
dengan kriteria adanya kemerahan
hasil: 6. Oleskan lotion atau
1. Integritas kulit minyak/baby oil pada
yang baik bisa derah yang tertekan
dipertahankan 7. Monitor aktivitas dan
(sensasi, mobilisasi pasien
elastisitas, 8. Monitor status nutrisi
temperatur, pasien
hidrasi, 9. Memandikan pasien
pigmentasi) dengan sabun dan air
2. Tidak ada hangat
luka/lesi pada 10. Kaji lingkungan dan
kulit peralatan yang
3. Perfusi jaringan menyebabkan
baik tekanan
4. Menunjukkan 11. Observasi luka :
pemahaman lokasi, dimensi,
dalam proses kedalaman luka,
perbaikan kulit karakteristik,warna
dan mencegah cairan, granulasi,
terjadinya jaringan nekrotik,
sedera berulang tanda-tanda infeksi
5. Mampu lokal, formasi traktus
melindungi 12. Ajarkan pada
kulit dan keluarga tentang luka
mempertahanka dan perawatan luka
n kelembaban 13. Kolaburasi ahli gizi
kulit dan pemberian diae
perawatan TKTP, vitamin
alami 14. Cegah kontaminasi
6. Menunjukkan t feses dan urin
erjadinya

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 21
proses 15. Lakukan tehnik
penyembuhan perawatan luka
luka dengan steril
16. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
3. Defisit perawatan  Self care :  Self Care assistane :
Activity of ADLs
diri berhubungan
Daily Living 1. Monitor
dengan kelemahan (ADLs) kemempuan klien
Setelah dilakukan untuk perawatan
fisik akibat
asuhan diri yang mandiri.
tindakan anestesi keperawatan 2. Monitor
selama 3x24 jam kebutuhan klien
dan pembedahan
ADLs klien untuk alat-alat
meningkat dengan bantu untuk
indicator: kebersihan diri,
1. Klien terbebas berpakaian,
dari bau badan berhias, toileting
2. Menyatakan dan makan.
kenyamanan 3. Sediakan bantuan
terhadap sampai klien
kemampuan mampu secara
untuk utuh untuk
melakukan melakukan self-
ADLs care.
3. Dapat 4. Dorong klien
melakukan untuk melakukan
ADLS dengan aktivitas sehari-
bantuan hari yang normal
sesuai
kemampuan yang
dimiliki.
5. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika
klien tidak
mampu
melakukannya.
6. Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian,
untuk
memberikan
bantuan hanya
jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas
rutin sehari- hari

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 22
sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan
usia klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas sehari-
hari.

H. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap melakukan rencana yang telah dibuat
pada klien. Adapun kegiatan yang ada dalam implementasi data dasar,
meninjau dan merevisi rencana asuhan yang telah dibuat, dan melaksanakan
intervensi keperawatan yang telah direncanakan (Deswa, 2009). Dalam
tahap implementasi penulis berusaha untuk melakukan implementasi yang
sesuai dengan diagnosa keperawatan, dan sesuai dengan perencanaan.
Faktor yang mendukung penulis dalam melakukan tindakan keperawatan
adalah klien kooperatif dan dapat bekerja sama dengan perawat.

I. EVALUASI
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hsil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila
kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil
belum tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap
– tahap proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. (Allen,
Carol Vestal, 1998) Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria
evaluasi adalah sebagai berikut :

1. Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan


bekerjasama dalam persiapan prabedah
2. Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman
3. Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda
atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di
rumah sakit.
4. Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi
dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan
5. Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi
6. uterus berlanjut secara normal
7. Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 23
LAPORAN KASUS

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin)


akibattrauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: SC Nyeri
Pasien mengatakan
nyeri pada luka SC Insisi
DO: pada bagian depan dinding
- Skala nyeri 4-5 nyeri perut
sedang,
- Post op hari ke-1 Terputuenya kontuinitas
- ekspresi wajah jaringan
meringis
- Terdapat luka insisi Nyeri
operasi pada daerah
abdomen
- KU lemah
2 DS : Klien SC Gangguan
mengatakan susah mobilitas fisik
mengangkat kedua Insisi
tungkai bawahnya pada bagian depan perut
DO :
- Post op hari ke-1 Luka
- KU lemah post
- Nampak luka insisi operasi SC
operasi pada daerah
abdomen 12 cm. Kelemahan penurunan
-kekuatan otot +3 sirkulasi
dapat melawan
gravitasi tetapi lemah Gangguan mobilitas fisik
3 DS : Klien SC Resiko infeksi
mengatakan panas
pada luka post SC
DO : Pembedahan pada bagian
- Ku lemah depan perut
- Terdapat luka insisi
pada daerah abdomen Luka post operasi SC
12 cm

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 24
- pada luka post SC Resiko infeksi
tampak merah,
bengkak
T: 37,8ºC RR: 24x/I
TD: 120/80 mmHg
HR: 89 x/i
HB =11,2 gr %
HT = 34,0%
Leukosit =
20.800/mm3
Trombosit= 321.000

o. diagnosa keperawatan
1. nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada luka SC, Skala nyeri 4-5 nyeri
sedang, Post op hari ke-1, ekspresi wajah meringis, Terdapat luka insisi operasi
pada daerah abdomen, KU lemah.
2. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi SCditandai
dengan Klien mengatakan panas pada luka post SC, Ku lemah, Terdapat luka insisi
pada daerah abdomen 12 cm, pada luka post SC tampak merah dan bengkak, T :
37,8ºC RR: 24x/I TD : 120/80 mmHg HR: 89 x/I, HB =11,2 gr % HT = 34,0%,
Leukosit = 20.800/mm3, Trombosit= 321.000
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka operasi ditandai
dengan Klien mengatakan susah mengangkat kedua tungkai bawah, Post op hari ke-
1, KU lemah, Nampak luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm. kekuatan
otot +3.

No Diagnose Tujuan / kriteria Intervensi Rasionalisasi


1 Dx 1 Tujuan : Klien - Kaji intensitas, -Pengkajian yang
dapat karakteristik, dan spesifik membantu
beradaptasi derajat nyeri memilih intervensi
dengan nyeri yang tepat
yang dialami - Pertahankan -Meminimalkan
Kriteria Hasil : tirah baring stimulasi atau
- selama masa meningkatkan
Mengungkapkan akut. relaksasi
nyeri dan tegang
di perutnya -Terangkan nyeri -Meningkatkan
berkurang yang diderita koping klien dalam
-Dapat klien dan melakukan guidance
melakukan penyebabnya. mengatasi nyeri
tindakan untuk

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 25
mengurangi -Ajarkan teknik - Pengurangan
nyeri distraksi persepsi nyeri
-Kooperatif -Kolaborasi - Mengurangi onset
dengan tindakan pemberian terjadinya nyeri
yang dilakukan analgetika dapat dilakukan
-TTV dalam dengan pemberian
batas normal ; analgetika oral
Suhu : 36-37 0 maupun sistemik
C, TD : 120/80 dalam spectrum
mmHg, RR :18- luas/spesifik
20x/menit, Nadi
: 80-100 x/menit
2 Dx 2 Tujuan: Tidak -Kaji kondisi -Perubahan yang
terjadi infeksi keluaran/dischart terjadi pada dishart
selama yang keluar ; dikaji setiap saat
perawatan jumlah, warna, dischart keluar.
perdarahan dan dan bau dari luka Adanya warna yang
luka operasi.\ operasi. lebih gelap disertai
Kriteria Hasil : bau tidak enak
• Tidak ada mungkin merupakan
tanda – tanda tanda infeksi.
infeksi, seperti : -Terangkan pada -Infeksi dapat timbul
merah, panas, klien pentingnya akibat kurangnya
bengkak, perawatan luka kebersihan luka.
fungsio laesa selama masa post
operasi.
-Lakukan -Berbagai kuman
pemeriksaan dapat teridentifikasi
biakan pada melalui dischart.
dischart. -Inkubasi kuman
-Lakukan pada area luka dapat
perawatan luka menyebabkan
. infeksi.
-Terangkan pada -Berbagai
klien cara manivestasi klinik
mengidentifikasi dapat menjadi tanda
tanda inveksiobat nonspesifik infeksi;
demam dan
peningkatan rasa
nyeri mungkin
-kolaborasi merupakan gejala
dengan dokter infeksi.
dalam pemberian -mengurangi resiko
therapy infeksi pada klien

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 26
3 DX3 Tujuan : Kllien) - Kaji tingkat ) - Mungkin klien tidak
dapat kemampuan mengalami
melakukan klien untuk perubahan berarti,
aktivitas tanpa beraktivitas tetapi perdarahan
adanya masif perlu
komplikasi diwaspadai untuk
Kriteria Hasil : menccegah kondisi
klien mampu klien lebih buruk
melakukan 2
aktivitasnya 2) - Kaji pengaruh Aktivitas
secara mandiri aktivitas terhadap merangsang
kondisi luka dan peningkatan
kondisi tubuh vaskularisasi dan
umum pulsasi organ
reproduksi, tetapi
dapat mempengaruhi
kondisi luka post
operasi dan
3) - Bantu klien berkurangnya energi
untuk memenuhi 3 - Mengistiratkan
kebutuhan klilen secara
aktivitas sehari- optimal.
hari.. 4)
4) - Bantu klien
untuk melakukan - Mengoptimalkan
tindakan sesuai kondisi klien, pada
dengan abortus
kemampuan imminens, istirahat
/kondisi klien mutlak sangat
5) - Evaluasi diperlukan
perkembangan - Menilai kondisi
kemampuan umum klien.
klien melakukan
aktivitas
-
- -membantu
kolaborasidengan mempercepat
dokter dalam mobilitas fisik klien
pemberian
therapy obat

CATATAN PERKEMBANGAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 27
Nama : Ny. T umur : 24
tahun
No RM : 29 24 34 diagnosa : post
section caesaria
No Tgl/hr/ Implementasi Evaluasi
dx
1 Tgl 7 -2-mengkaji intensitas, S= klien mengatakan nyeri
2013 karakteristik, dan derajat nyeri sudah tidak ada
08:00 - mempertahankan tirah baring O= klien tampak tenang
wib selama masa akut. A= masalah nyeri teratasi
DX 1 -menerangkan nyeri yang P= intervensi dihentikan
diderita klien dan
penyebabnya.
-mengajarkan teknik distraksi
-berkolaborasi pemberian
therapy obat
H:
- Inj ketorolac 1 amp / 8 jam
Tgl 7-2- -mengkaji kondisi S= klien mengatakan masih
2013 keluaran/dischart yang keluar ; panas pada luka post SC
10:00 jumlah, warna, dan bau dari O=pada luka post SC masih
wib luka operasi. tampak merah
DX 2 H: warna luka masih merah , A=masalah resiko infeksi
bengkak dan panas teratasi sebagian
-menerangkan pada klien P=
pentingnya perawatan luka -Kaji pengeluaran pada luka
selama masa post operasi. -kolaborasi dengan dokter
-melakukan pemeriksaan dalam pemberian therapy
biakan pada dischart. obat
-melakukan perawatan luka I=
H: perawatan luka dengan -mengkaji pengeluaran pada
mengganti perban luka
-menerangkan pada klien cara -berkolaborasi dengan dokter
mengidentifikasi tanda infeksi dalam pemberian therapy
obat obat
H: klien mengerti tanda – tanda E=masalah resiko infeksi
infeksi dengan obat seperti teratasi sebagian
merah, bengkak, bintik-bintik R= kaji kembali luka post SC
merah
-berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapy
H:
- Inj gentamycin 1 amp/ 8jam
- Inj ceftriaxone 1gr/12 jam

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 28
Tgl 7-2- -mengkaji tingkat kemampuan S= klien mengatakan sudah
2013 klien untuk beraktivitas bisa mengankat tungkai
12: 00 H: klien dapat melawan bawahnya
wib garvitasi tetapi lemah . O=klien tampak tenang,
DX 3 kekuatan otot ROM +4 tingkat kekuatan otot ROM :
-mengkaji pengaruh aktivitas +5
terhadap kondisi luka dan A=masalah gangguan
kondisi tubuh umum mobilisasi fisik sudah teratasi
- membantu klien untuk P=intervensi dihentikan
memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari.
-membantu klien untuk
melakukan tindakan sesuai
dengan kemampuan /kondisi
klien
H: klien mampu melakukan
aktivitas dengan bantuan
-mengevaluasi perkembangan
kemampuan klien melakukan
aktivitas
H: tingkat kekuatan otot
klien dapat melawan gravitasi
tetapi lemah
-berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapy obat
H:
- IVFD RL 20 gtt/i
Tgl 8 -2- -mengkaji kondisi S= klien mengatakan tidak
2013 keluaran/dischart yang keluar ; panas pada luka post SC
08:00 jumlah, warna, dan bau dari O=pada luka post SC sudah
wib luka operasi. tidak ada merah dan bengkak
DX 2 H: warna luka post operasi SC T : 36,8ºC TD ; 120/80
tidak merah dan tidak bengkak mmHg HR: 80 x/I RR: 20 x/i
panas A=masalah resiko infeksi
-menerangkan pada klien teratasi
pentingnya perawatan luka P= intervensi dihentikan
selama masa post operasi.
H: klien mengikuti apa yang
diterangkan perawat
-melakukan pemeriksaan
biakan pada dischart.
H: hasil pemeriksaan biakan
tidak terdapat tanda adanya
infeksi
-melakukan perawatan luka
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 29
H: perawatan luka dengan
mengganti perban
-menerangkan pada klien cara
mengidentifikasi tanda infeksi
obat
H : klien mengerti tentang
tanda infeksi obat seperti
merah, panas, dah bintik-bintik
merah
-berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapy
H:
- Inj gentamycin 1 amp/ 8jam
- Inj ceftriaxone 1gr/12 jam

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan


dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC

Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 30
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo

Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA


a. Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Nutrisi - Pada klien nifas biasanaya
terjadi peningkatan nafsu
makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya
2. Pola Eliminasi - Pasien sulit BAB terjadi
konstipasi
3. Pola Aktifitas - Pasien kesulitan untuk
melakukan aktivitas serta
mobilisasi. Pasien mengatakan
nyeri meningkat pada saat
mengejan dan menurun pada
saat ia berbaring
4. Pola Istirahat Tidur - Pasien kesulitan tidur karena
merasakan nyeri dibagian
abdomen
5. Pola Persepsi/kognitif - Pola sensori Pasien merasakan
nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat
involusi uteri
6. Pola Konsep Diri - Pasien mengatakan dihargai
oleh tetangganya, suaminya,
dan keluarganya

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 31
- Pasien mengatakan masih
mengenal diri sendiri dan
keluarganya

7. Pola Hubungan Peran - Peran pasien sebagai ibu rumah


tangga terganggu karena
ketidaknyamanan pasien untuk
melakukan aktifitas pasca
operasi
8. Pola Reproduksi Seksual - Terjadi disfungsi seksual yaitu
perubahan dalam hubungan
seksual
9. Pola Toleransi Terhadap - Pasien mengatakan menerima
Stress/koping keadaannya sebagai seorang ibu
dan akan memberikan ASI
ekslusif pada bayinya dan akan
merawatnya dengan penuh
kasih sayang
10. Pola Integritas Ego - Pasien mengatakan ia beragama
islam dan bersyukur atas
kelahiran anaknya tersebut

Pemeriksaan fisik
3. Keadaan umum: terlihat lemah
4. Kepala: Tidak ada benjolan, tidak ada lesi
5. Leher: Tidak ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid
6. Mata: Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia)
7. Telinga: Biasanya bentuk telinga simetris, tidak ada lesi dan cairan yang keluar
dari telinga
8. Hidung: Tidak ada polip

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 32
9. Dada: Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papila mamae.
10. Genitalia: Pengeluaran darah nifas
11. Anus: Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture.
12. Ekstremitas: Tidak ada oedema pada esktremitas

2. Diagnosa keperawatan
Data Etiologi Masalah keperawatan
Data subjektif : Nyeri Akut
- Klien mengatakan
nyeri pada daerah
luka pasca operasi
- Klien mengatakan
nyeri berpusat pada
daerah luka operasi
dan tidak
menyebar.
- Klien mengatakan
kesulitan
melakukan aktivitas
dan mobilisasi
Data objektif :
- Skala nyeri 8
- Durasi nyeri 1-2
menit (hilang
timbul)
- Klien
mengeluarkan
banyak keringat
- Pasien nampak
gelisah.
- TD : 130/80 mmHg

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 33
- Nadi : 80x/menit
- S : 37o c
- RR : 20x/menit

Diagnosa keperawatan : Nyeri akut b/d luka pasca operasi


Nanda Noc-Nic pada diagnosa keperawatan Nyeri Akut

Diagnosa Keperawatan ( NANDA) : 00132 Nyeri Akut Hal. 469


Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan ( international association for the study of pain ); awitan yang tiba-
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi.
Batasan Karakteristik :
- Ekspresi wajah nyeri (mis; mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan
mata berpancar atau tetap pada satu focus, meringis)
- Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis; skala
Wong-Baker FACES, skala analog visual, skala penilaian numerik)
- Mengekspresikan perilaku (mis; gelisah, merengek, menangis, waspada)
Faktor yang Berhubungan :
- Agens cedera fisik (mis; abses, amputasi, luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan)
(T.Heather,Herdman dan Kamitsuru S.2016.NANDA International Diagnosa
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC)

Kriteria Hasil (OUTCOMES): 2102 Tingkat Nyeri Hal. 577


Definisi : keparahan dari nyeri yang diamati atau dilaporkan
Skala Outcome Keseluruhan :

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 34
- 210201 Nyeri yang dilaporkan
- 210204 Panjang episode nyeri
- 210206 Ekspresi wajah nyeri
- 210225 Mengeluarkan keringat
(Moorhead, Sue.dkk.2016.Nursing OutCome Classification (NOC) Edisi ke
Lima.Singapore: Elsevier Singapore Pte Ltd)

Intervensi (NIC): 1400 Manajemen Nyeri Hal. 198


Definisi : Pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang
dapat diterima oleh pasien
(Bulechek. Gloria M.dkk.2016.Nursing Interventions Classification (NiC) Edisi
keEnam.Singapore: Elsevier Singapore Pte Ltd)

Tindakan/intervensi Rasional
Lakukan pengkajian nyeri Untuk mengetahui letak nyeri, kualitas nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, dan beratnya nyeri yang dirasakan
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri dan factor pencetus
Pastikan perawatan analgesic bagi Untuk mengatasi rasa nyeri yang dirasa oleh
pasien dilakukan dengan pemantauan pasien
yang ketat
Gunakan strategi komunikasi Untuk mempermudah pasien dalam
terapeutik untuk mengetahui menyampaikan rasa nyeri yang diderita oleh
pengalaman nyeri dan sampaikan nya kepada petugas kesehatan
penerimaan pasien terhadap nyeri
Gunakan metode penilaian yang Untuk mengetahui perubahan-perubahann
sesuai dengan tahapan nyeri yang dirasakan pasien
perkembangan yang memungkinkan
untuk memonitor perubahan nyeri
dan akan dapat membantu
mengidentifikasi factor pencetus
aktual dan potensial (catatan
perkembangan. Catatan harian)

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 35
Berikan informasi mengenai nyeri, Agar pasien mengatahui tentang nyeri yang ia
seperti penyebab nyeri, berapa lama rasakan, penyebab terjadinya nyeri, dan ia
nyeri akan dirasakan, dan antisipasi merasakan nyeri seberapa lama
dan ketidaknyamanan akibat
prosedur
Dorong pasien untuk memonitor Untuk memberi edukasi kepada pasien perihal
nyeri dan menangani nyerinya rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien
dengan tepat
Kolaborasi dengan pasien, orang Untuk memantau konidisi pasien secara
terdekat, dan tim kesehatan lainnya berkala, pasien dalam keadaan semakin
untuk memilih dan membaik atau sebaliknya
mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri nonfarmakologi sesuai
kebutuhan
Gunakan tindakan pengontrol nyeri Untuk meringankan nyeri yang dirasakan
sebelum nyeri bertambah berat pasien
Mulai dan modifikasi tindakan Untuk memantau dan mengontrol kondisi
pengontrol nyeri berdasarkan respon pasien dari rasa nyeri yang diderita oleh pasien
pasien tersebut.

(Bulechek. Gloria M.dkk.2016.Nursing Interventions Classification (NiC) Edisi


keEnam.Singapore: Elsevier Singapore Pte Ltd)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sectio caesarea merupakan pengeluaran janin melalui insisi dinding


abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). Persalinan dengan

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 36
section caesarea berisiko kematian 25 kali lebih besar dan berisiko infeksi
80 kali lebih tinggi dibanding persalinan pervaginam. Selain risiko dari
tindakan, sectio caesarea berpengaruh terhadap kehamilan berikutnya
karena persalinan dengan riwayat bekas sectio caesarea merupakan
persalinan yang berisiko tinggi. Saat ini sectio caesarea bukan lagi hanya
indikasi medis, tetapi banyak faktor yang bukan medis yang dapat
mempengaruhi, misalnya faktor ekonomi, kepercayaan atau adat istiadat
mengenai tanggal kelahiran anak dan lain-lain.

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA 37

Anda mungkin juga menyukai