Di Susun Oleh:
NIM : 2018.C.10a.0977
Nim : 2018.C.10a.0977
Pembimbing Akademik
Kristinawati, S.Kep.,Ners
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. F Dengan
Post Patum SC (Section Caesarea)”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK III).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawati S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Ika Paskaria , S.Kep.,Ners selaku koordinator praktik pra klinik keperawatan II
Program Studi Sarjana keperawatan
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 6
1.2 Rumuan Masalah..................................................................................... 9
1.3 Tujuan...................................................................................................... 9
1.4 Manfaat.................................................................................................... 10
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi................................................................................................ 11
2.1.2 Anatomi fisiologi................................................................................. 11
2.1.3 Etiologi................................................................................................ 13
2.1.4 Klasifikasi............................................................................................ 14
2.1.5 Patofisiologi........................................................................................ 16
2.1.6 Manifestasi klinis (tanda dan gejala)................................................... 19
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................... 19
2.1.8 Pemeriksaan penunjang....................................................................... 20
2.1.9 Penatalaksanaan medis........................................................................ 20
2.2 Manajemen asuhan keperawatan
2.2.1 Pengkajian keperawatan...................................................................... 28
2.2.2 Diagnosa keperawatan......................................................................... 30
2.2.3 Intervensi keperawatan........................................................................ 30
2.2.4 Implementasi keperawatan.................................................................. 32
2.2.5 Evaluasi keperawatan.......................................................................... 32
BAB 3 Asuhan keperawatan
3.1 Pengkajian................................................................................................ 33
3.2 Diagnosa.................................................................................................. 45
3.3 Intervensi................................................................................................. 46
3.4 Implementasi............................................................................................ 51
3.5 Evaluasi.................................................................................................... 51
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 54
4.2 Saran ....................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah sectio caesarea (SC) berasal dari bahasa latin caedere yang berarti memotong
atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada tindakan
pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim
ibu (Todman, 2007; Lia et.al, 2010).
Menurut Amru sofian, (2011) SC adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut; seksio sesarea juga
dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata SC sebuah
negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Rumah Sakit pemerintah kira –
kira 11 % sementara rumah sakit swasta lebih dari 30% (Gibbson L. et all, 2010).
Menurut WHO peningkatan persalinan dengan sectio caesarea di seluruh Negara selama
tahun 2010 – 2012 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia (Kounteya, S. 2010).
Angka persalinan melalui SC di Amerika Serikat telah meningkat empat kali lipat,
dari 5,5 per 100 kelahiran pada tahun 1970 menjadi 22,7 per 100 kelahiran pada tahun
1985. Insidensi operasi SC dalam masingmasing unit obstetrik bergantung pada populasi
pasien dan sikap dokter. Sekarang ini angkanya berkisar antara 10 sampai 40 persen dari
semua. kelahiran, karena SC telah ikut mengurangi angka kematian perinatal. Angka
persalinan SC yang ada sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada berbagai upaya untuk
menguranginya karena meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu (Ensor et al., 2010).
Pada kasus SC angka mortalitas dua kali angka pada pelahiran pervaginam,
disamping itu angka morbiditas yang terjadi akibat infeksi, kehilangan darah, dan
kerusakan organ internal lebih tinggi pada persalinan SC (Kulas, 2008).
Tindakan SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun pada janin seperti proses persalinan normal lama atau kegagalan
proses persalinan normal, plasenta previa, panggul sempit, distosia serviks, pre eklamsi
berat, ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, janin letak lintang,
letak bokong, fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Angka persalinan dengan
SC di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) masih tinggi, sehingga angka ini harus ditekan
dengan upaya tindakan SC berdasar indikasi, peningkatan pengetahuan ibu hamil
mengenai indikasi SC yang tepat (Selawati L, 2013).
Menurut Solehati & kosasih, (2013), masalah yang biasanya muncul setelah
dilakukannya operasi SC antara lain: terjadinya aspirasi (25-50%), emboli pulmonari,
perdarahan, infeksi pada luka, infeksi uterus, infeksi pada traktus urinarius, cedera pada
kandung kemih, tromboflebitis dan gangguan rasa nyaman nyeri. Apabila masalah-
masalah tersebut tidak segera diatasi, maka masalahnya menjadi panjang dan dapat
menimbulkan masalah baru seperti: pembentukan adhesion (perlengkatan), obstruksi
usus, kesulitan penggunaan otot untuk sit-up, dan nyeri pelvik. Pada kasus post SC
masalah yang sering muncul setelah tindakan operasi SC adalah nyeri. Rasa nyeri adalah
pengalaman sensori tidak menyenangkan. (Smeltzer, 2010).
Dari data-data di atas menunjukkan bahwa Post Partum SC ( Section Caesarea)
merupakan kasus yang sangat berbahaya saat ini, oleh sebab itu saya mengambil kasus “
Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Dengan Post Patum SC (Section Caesarea)”.’
Kelahiran terhambat
Post OP SC
B1 B2 B3 B4 B5 B6
(Breating) (Blood) (Brain) (Bledder) (Bowel) (Bone)
1) Perawatan awal
2) Letakan pasien dalam posisi pemulihan.
3) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit
sampai sadar.
4) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.
5) Transfusi jika diperlukan.
6) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan
ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.
2.2 Manajemen Askep
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Anamnesa, Indentitas pasien, riwayat penyakit,keluhan utama
1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (D.0077. Hal 172)
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan(D.0129. Hal
282)
3) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat.
(D.0142. Hal 304)
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri(D.0055.Hal 126)
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot(D.0056. Hal 128 )
6) Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.(D.0039. Hal 92)
2.2.3 Intervensi
3. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan ( Pencegahan Infeksi I.14539 Hal.278)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
pertahanan primer tubuh diharapkan pasien mengetahui dan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sitemik
yang tidak adekuat. mencegah resiko infeksi dengan
(D.0142 Hal 304) kriteria hasil : Terapeutik :
1. Pasien mampu mengidentifikasi 1. Batasi jumlah pengunjung
resiko meningkat. (5)
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Kemampuan melakukan
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
strategi kontrol resiko
lingkungan pasien
meningkat. (5)
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
3. Kemampuan pasien mengubah
prilaku meningkat. (5) Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Kemampuan pasien
menghindari faktor resiko 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
meningkat. (5)
3. Ajarkan etika batuk
5. Kemampuan mengenali
perubahan status kesehatan 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
meningkat.(5)
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan (Dukungan Tidur I. 05174, hal 48)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
nyeri (D.0055 Hal 126) diharapkan pola tidur pasien kembali 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
membaik dengan kriteria hasil :
1. Keluhan sulit tidur menurun.(5) 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
2. Keluhan sering terjaga menurun. 3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
(5)
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
3. Keluhan tidak puas tidur pasien
Terapeutik :
menurun.(5)
1. Modifikasi lingkungan
4. Keluhan pola tidur pasien
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
berubah menurun. (5)
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
5. Keluhan istirahat tidak cukup
menurun. (5) 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
6. Kemampuan beraktivitas pasien 5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
meningkat. (5)
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makan/ minuman yang mengganggu
tidur
4. Anjurkan menggunakan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
5. Anjarkan faktor-faktor yang berkontrubusi terhadap gangguan
pola tidur
6. Ajarkan teknik relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan (Dukungan Mobilisasi I.05173, hal 30)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
kelemahan otot(D.0056. diharapkan mobilisasi fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Hal 128 ) meningkat dengan kriteria hasil :
1. Kekuatan otot pasien cukup 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
meningkat.(5)
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
2. Rentang gerak pasien cukup mobilisasi
meningkat.(4)
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
3. Nyeri menurun.(5)
Terapeutik :
4. Kecemasan pasien menurun. (5) 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
6. Gerakan terbatas pasien 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
menurun. (5) pergerakan
6 Resiko Syok Setelah dilakukan tindakan ( Manajemen syok hipovolemik I.02050. hal. 222)
Hipovolemik keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
berhubungan dengan diharapkan Tingkat syok menurun 1. Monitor status kardiopulmonal
perdarahan yang dengan kriteria hasil :
berlebihan, pindahnya 1. Kekuatan nadi meningkat. (5) 2. Monitor status oksigenasi
cairan intravaskuler ke
2. Output urine meningkat. (5) 3. Monitor status cairan
ekstravaskuler.
(D.0039) 3. Tingkat kesadaran 4. Periksa tingkat kesadaran dan respom pupil
meningkat. (5)
5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
4. Pucat pada wajah pasien
menurun. (5) Terapeutik :
1. Pertahankan jalan napas paten
5. Tekanan nadi membaik. (5)
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturnasi oksigen
6. Mean arterial pressure >94%
membaik.(5)
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis,jika perlu
7. Frekuensi napas membaik.(5)
4. Lakukan penekanan langsung (direct pressure) pada
8. Frekuensi nadi membaik. (5) pendarahan eksternal
5. Berikan posisi syok
6. Pasang jalur IV berukuran besar
7. Pasang kateter urine untuk dekompresi lambung
8. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dean
elektrolit
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L pada orang
dewasa
2. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 mL/kgBB
pada anak
3. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang pelaksanaannya
berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya
(intervensi).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
b. IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. B
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : O
Alamat : Jln. Raden Saleh IV, Gang II
b. Status Kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri Pada bagian luka post SC
b. Riwayat Kesehatan sekarang : (PQRST)
Pada tanggal 06 April 2021 pukul 09.00 WIB Ny F diantar oleh keluarganya
kerumah sakit bersama suami nya dan dirawat dirawat dirumah sakit dengan
keluhan Nyeri pada bagian luka post SC pada bagian perut bawah ,nyeri yang
dirasakan pasien seperti ditusuk-tusuk,skala nyeri 7 ( Nyeri berat) nyeri hilang
timbul. Hasil pemeriksaan awal kesadaran compos menthis,TTV : TD 120/80 N :
80x/menit RR : 20x/menit S :36,5 ℃,pasien tampak terpasang infus Nacl 0,9 %
20 tpm ditangan sebelah kiri.
Genogram 3 generasi :
Keterangan:
: Perempuan
: Laki – laki
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Garis keturunan
Umu Masalah
Tgl Jenis Tempat/ Jenis Keadaa
No r BB Hami
partus partus Penolong kelamin Lahir Nifas Bayi n Anak
hamil l
1 07 Mei 40 SC RS Laki-laki 4,9 Baik
2021 minn kg
gu
- Varises : ……………………………
Melatia Paska
ANALISIS DATA
SC
Perawatan kurang
Do :
1. Adanya luka Post Sc ± 8
cm pada bagian perut
Resiko Infeksi
- Terdapat
kemerahan/peradangan
disekitar luka post Sc
- Nyeri pada luka post SC
(Skala 7 Nyeri Berat).
- Tampak ada
pembengkakan disekitar
luka post SC
- Luka menganggu
pergerakan
- Leukosit : 14,25 10ˆ3/ UL
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 38,5 0c Luka Post Partum SC
Nadi : 80 x/menit
RR: 20 x/menit ,
Nyeri Pada saat beraktivitas
Intoleransi Aktivitas
Ds :
Kelemahan otot
Pasien mengatakan sulit
untuk bergerak karena takut
ADL dibantu
luka operasi nya akan
bertambah lebih nyeri
Do :
- Pasien tampak
berhati-hati pada saat
melakukan gerakan
- Aktifitas ADL pasien
tampak dibantu oleh
suami,keluarga dan
perawat
- Pasien tampak hanya
melakukan aktifitas
diatas bed
- Pasien tampak takut
melakukan mobilasis
Ds : Kurang nya terpapar informasi
Pasien mengatakan pasien
tidak memahami tentang
Kurang nya pengetahuan
bagaimana cara memberi ASI Defisit Pengetahuan
tentang pemberian ASI ekslusif
Ekslusif pada bayi
Do :
Defisit Pengetahuan
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak cemas
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedara fisik ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
pada bagian luka post SC,pasien tampak meringis,pasien tampakgelisah SDKI (D.0077)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat pasien
mengatakan nyeri pada bagian luka bekas post SC , adanya luka Post Sc ± 8 cm pada
bagian perut tanda-tanda infeksi, Terdapat kemerahan/peradangan , Nyeri pada luka post
SC (Skala 7 Nyeri Berat), Tidak ada pembengkakan, luka menganggu pergerakan.
(D.0142. Hal 304)
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien mengatakan sulit
untuk bergerak karena takut luka operasi nya akan bertambah lebih nyeri,pasien tampak
bergerak hati-hati, ADL pasien tampak dibantu oleh suami,keluarga dan perawat SDKI
(D.0058)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang nya terpapar informasi ditandai dengan
pasien tampak gelisah, pasien tampak bingung dan khawatir SDKI (D.0080)
RENCANA KEPERAWATAN
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Diagnosa 1 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:
2. Menganjurkan memonitor nyeri secara
Jumat, 07 Mei 2021 Pukul mandiri Pasien mengatakan masih nyeri pada bagian luka post
09.00-10.00 Wib 3. Mengajarkan Tekhnik relaksasi napas SC
dalam O:
4. Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri 1. Pasien tampak meringis
5. Menganjurkan untuk beristirahat ketika 2. Skala nyeri pasien 7 (nyeri berat)
nyeri muncul 3. Pasien tampak memonitor nyeri secara mandiri Melatia Paska
6. Memberikan Pendidikan kesehatan 4. Pasien melakukan teknik napas dalam pada saat
tentang nyeri nyeri timbul
7. Berkolaborasi dalam pemberian
5. Pasien tampak beristirahat pada saat nyeri timbul
analgesic
6. Pasien tampak paham ketika diberikan pendidikan
kesehatan tentang manajemen nyeri
7. Pasien tampak diberikan injeksi katerolak 30 ml IV
1x1
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam
2. Menganjurkan
memonitor nyeri secara mandiri
3. Menganjurkan untuk
beristirahat ketika nyeri muncul
4. Berkolaborasi dalam
pemberian analgesic
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 38,5 0c
Nadi : 80 x/menit
RR: 20 x/menit
Diagnosa 3
1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau S : Pasien tampak sudah bisa melakukan aktivitas nya
Sabtu , 08 Mei 2021 keluhan fisik lainnya secara bertahap
2. Mengidentifikasi toleransi fisik
Pukul 09.00-10.00 Wib O:
melakukan pergerakan
3. Memonitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum memulai 1. Pasien tampak mulai berlatih jalan dan beraktivitas
mobilisasi sendiri
4. Memonitor kondisi umum selama 2. Pasien tampak mulai bersemangat untuk melakukan
melakukan mobilisasi aktivitas
5. Melibatkan keluarga untuk membantu 3. Tekanan darah pasien tampak normal Melatia Paska
pasien dalam meningkatkan pergerakan
4. Kondisi pasien mulai membaik
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi 5. ADL pasien tampak sesekali dibantu suami.
6. Pasien dan keluarga tampak memahami tujuan dari
mobilisasi
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
OLEH :
Melatia Paska
2018.C.10a.0977
Topik
Pendidikan
Sasaran :
Tujuan
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga mampu memahami dan
mampu menjelaskan tentang Cara Pemberian ASI Eksklusif.
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk selembar
mengenai informasi Cara Pemberian ASI Eksklusif.
.3.1 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Sabtu, 8 Mei 2021
2. Pukul : 09.00-09.30 s/d
3. Alokasi : 20 Menit
A. TEMPAT
Setting Tempat :
Keterangan:
: Moderator
: Leader
: Klien
: Dokumentator
: Fasilitator
: Keluarga klien
B. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Peserta dan keluarga hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan di ruang RS
3) Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
1) Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “Perawatan Payudara”.
2) Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
3) Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Definisi Perawatan Payudara”.
2. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Manfaat dan Tujuan Perawatan
Payudara”.
3. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Waktu Pelaksanaan, Hal-Hal
yang Perlu di Perhatikan, Teknik, dan Langkah-Langkah Perawatan Payudara”.
4. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Akibat Tidak Melakukan
Perawatan Payudara”.
MATERI PENYULUHAN
1. ASI Eksklusif
a. Pengertian ASI Ekslusif
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,lactose dan
garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi (Haryono dan Setianingsih, 2014). Pada usia 6 bulan pertama, bayi
hanya perlu diberikan ASI saja atau dikenal dengan sebutan ASI eksklusif (Maryunani,
2010). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi 0-6 bulan tanpa pemberian
tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim (Haryono
dan Setianingsih, 2014).
ASI diproduksi dalam korpus alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu,
selanjutnya dari alveolus air susu akan diteruskan ke dalam saluran yang disebut duktus
laktiferus. Setelah persalinan, produksi susu dipengaruhi oleh isapan mulut bayi yang mampu
merangsang prolaktin keluar. ASI merupakan cairan susu yang diproduksi ibu yang
merupakan makanan terbaik untuk kebutuhan gizi bayi. Pengertian ASI eksklusif adalah
pemberian air susu ibu, segera setelah persalinan sampai bayi berusia 6 bulan tanpa
tambahan makanan lain, termasuk air putih. Pemberian mineral, vitamin, maupun obat boleh
diberikan dalam bentuk cair sesuai anjuran dokter. Hal ini dikarenakan sistem pencernaan
bayi masih belum sempurna, khususnya usus halus pada bayi masih berbentuk seperti
saringan pasir, pori-pori pada usus halus ini memungkinkan protein atau kuman akan
langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori
dalam usus bayi ini akan menutup setelah berumur 6 bulan. Setelah usia bayi mencapai 6
bulan, bukan berarti pemberian ASI dihentikan, bayi diberikan makanan pendamping lain
secara bertahap sesuai dengan usianya dan ASI tetap boleh diberikan sampai anak berusia 2
tahun.
Terimakasih