Anda di halaman 1dari 64

STASE MATERNITAS (POSTNATAL)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


Ny. F DENGAN POST PARTUM SC (SECTIO CAESAREA)

Di Susun Oleh:

Nama : Melatia Paska

NIM : 2018.C.10a.0977

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Studi Kasus ini Disusun Oleh :

Nama : Melatia Paska

Nim : 2018.C.10a.0977

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : ” Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. F Dengan


Post Patum SC (Section Caesarea)”

Telah melakukan ujian praktik sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklinik Keperawatan III (PPK III) pada Program Studi S1 keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Laporan keperawatan telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Kristinawati, S.Kep.,Ners
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. F Dengan
Post Patum SC (Section Caesarea)”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK III).

Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawati S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Ika Paskaria , S.Kep.,Ners selaku koordinator praktik pra klinik keperawatan II
Program Studi Sarjana keperawatan
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita

Palangka Raya, 06 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 6
1.2 Rumuan Masalah..................................................................................... 9
1.3 Tujuan...................................................................................................... 9
1.4 Manfaat.................................................................................................... 10
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi................................................................................................ 11
2.1.2 Anatomi fisiologi................................................................................. 11
2.1.3 Etiologi................................................................................................ 13
2.1.4 Klasifikasi............................................................................................ 14
2.1.5 Patofisiologi........................................................................................ 16
2.1.6 Manifestasi klinis (tanda dan gejala)................................................... 19
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................... 19
2.1.8 Pemeriksaan penunjang....................................................................... 20
2.1.9 Penatalaksanaan medis........................................................................ 20
2.2 Manajemen asuhan keperawatan
2.2.1 Pengkajian keperawatan...................................................................... 28
2.2.2 Diagnosa keperawatan......................................................................... 30
2.2.3 Intervensi keperawatan........................................................................ 30
2.2.4 Implementasi keperawatan.................................................................. 32
2.2.5 Evaluasi keperawatan.......................................................................... 32
BAB 3 Asuhan keperawatan
3.1 Pengkajian................................................................................................ 33
3.2 Diagnosa.................................................................................................. 45
3.3 Intervensi................................................................................................. 46
3.4 Implementasi............................................................................................ 51
3.5 Evaluasi.................................................................................................... 51
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 54
4.2 Saran ....................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah sectio caesarea (SC) berasal dari bahasa latin caedere yang berarti memotong
atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada tindakan
pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim
ibu (Todman, 2007; Lia et.al, 2010).
Menurut Amru sofian, (2011) SC adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut; seksio sesarea juga
dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata SC sebuah
negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Rumah Sakit pemerintah kira –
kira 11 % sementara rumah sakit swasta lebih dari 30% (Gibbson L. et all, 2010).
Menurut WHO peningkatan persalinan dengan sectio caesarea di seluruh Negara selama
tahun 2010 – 2012 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia (Kounteya, S. 2010).
Angka persalinan melalui SC di Amerika Serikat telah meningkat empat kali lipat,
dari 5,5 per 100 kelahiran pada tahun 1970 menjadi 22,7 per 100 kelahiran pada tahun
1985. Insidensi operasi SC dalam masingmasing unit obstetrik bergantung pada populasi
pasien dan sikap dokter. Sekarang ini angkanya berkisar antara 10 sampai 40 persen dari
semua. kelahiran, karena SC telah ikut mengurangi angka kematian perinatal. Angka
persalinan SC yang ada sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada berbagai upaya untuk
menguranginya karena meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu (Ensor et al., 2010).
Pada kasus SC angka mortalitas dua kali angka pada pelahiran pervaginam,
disamping itu angka morbiditas yang terjadi akibat infeksi, kehilangan darah, dan
kerusakan organ internal lebih tinggi pada persalinan SC (Kulas, 2008).
Tindakan SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun pada janin seperti proses persalinan normal lama atau kegagalan
proses persalinan normal, plasenta previa, panggul sempit, distosia serviks, pre eklamsi
berat, ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, janin letak lintang,
letak bokong, fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Angka persalinan dengan
SC di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) masih tinggi, sehingga angka ini harus ditekan
dengan upaya tindakan SC berdasar indikasi, peningkatan pengetahuan ibu hamil
mengenai indikasi SC yang tepat (Selawati L, 2013).
Menurut Solehati & kosasih, (2013), masalah yang biasanya muncul setelah
dilakukannya operasi SC antara lain: terjadinya aspirasi (25-50%), emboli pulmonari,
perdarahan, infeksi pada luka, infeksi uterus, infeksi pada traktus urinarius, cedera pada
kandung kemih, tromboflebitis dan gangguan rasa nyaman nyeri. Apabila masalah-
masalah tersebut tidak segera diatasi, maka masalahnya menjadi panjang dan dapat
menimbulkan masalah baru seperti: pembentukan adhesion (perlengkatan), obstruksi
usus, kesulitan penggunaan otot untuk sit-up, dan nyeri pelvik. Pada kasus post SC
masalah yang sering muncul setelah tindakan operasi SC adalah nyeri. Rasa nyeri adalah
pengalaman sensori tidak menyenangkan. (Smeltzer, 2010).
Dari data-data di atas menunjukkan bahwa Post Partum SC ( Section Caesarea)
merupakan kasus yang sangat berbahaya saat ini, oleh sebab itu saya mengambil kasus “
Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Dengan Post Patum SC (Section Caesarea)”.’

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny.F Dengan Post Patum SC (Section Caesarea)?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Adapun tujuan umum dari laporan ini adalah:
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan Pada Ny.F
Dengan Post Patum SC (Section Caesarea).
1.3.2 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Post Partum SC (Section Caesarea.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Ny.F
Dengan Post Patum SC (Section Caesarea)
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny.F Dengan Post Patum SC
(Section Caesarea).
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada Ny.F Dengan Post Patum SC (Section
Caesarea).
1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi pada Ny.F Dengan Post
Patum SC (Section Caesarea).
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny.F Dengan Post
Patum SC (Section Caesarea).
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny.F Dengan Post Patum SC (Section
Caesarea).
1.3.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan
menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya
Post Partum SC (Section Caesarea).
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan dapat mengedukasi keluarga untuk dapat selalu menjaga kesehatannya
dan sebagai sumber informasi pada keluarga tentang Post Partum SC (Section Caesarea).
1.4.3 Bagi Institusi
Menjadi sumber refrensi bagi institusi pendidikan maupun rumah sakit.
1.4.4 Bagi IPTEK
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis dalam keperawatan
yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada pasien dengan Post Partum SC
(Section Caesarea).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi Post Partum SC ( Sectio Caesarea)
Sectio caesarea adalah suatu persalianan buatan di mana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta
berat badan di atas 500 gram. (Mitayani, 2009).Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut; seksio
sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim. (Amru sofian, 2011).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Carpenito L. J, 2001).
a. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV kurang 8
cm).
b. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan
sectio.
c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu
mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan selanjutnya
dilakukan sectio caesarea ulang.
d. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu operasi
dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung dilakukan
histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari
kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi,
misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
Post Partum adalah suatau masa antara kelahiran sampai dengan organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. (Reeder, 2011). Post Partum
merupakan masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum kehamilan. Lama Post Partum ini antara 6-8
minggu. (Solehati & Kosasih, 2015 yang melaporkan penelitian tahun 2002 oleh
Mochtar).
2.1.2 Klasifikasi
Secara umum tindakan sectio caesarea dapat dibagi menjadi 4
(empat) jenis (Mochtar R, 2002), yaitu:
1) Sectio Transperitonealis Profunda
Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan/kelebihan cara ini anatara lain seabagai berikut:
a) Perdarahan insisi tidak banyak.
b) Penjahitan luka lebih mudah
c) Penutupan luka dengan reperitonial yang baik
d) Bahaya peritonitis tidak besar
e) Tumpang tindih dari peritonial flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritonium
f) Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri tidak besar di
kemudian hari
Kelemahan/kerugian adalah sebagai berikut:
a) Luka dapat menyebar ke kiri, kanan dan bawah, yang dapat
menyebabkan putusnya ateri uterina.
b) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
2) Sectio caesarea Peritoneal
Insisi dibuat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih mudah dilakukan,
hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan sectio caesarea
transperitonialis profunda misalnya, melekat erat uterus pada dinding perut karena
sectio yang sudah atau insisi segmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan
yang banyak.
Kelebihan:
a) Mengeluarkan janin lebih cepat.
b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
c) Sayatan bisa diperpanjang paroksimal atau distal.
Kekurangan:
a) Infeksi mudah menyebar secara intra abdomial karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya sering terjadi ruptur uteri spontan.
3) Sectio caesarea Peritoneum
Dilakukan tanpa membuka peritonium parietalis dengan demikian tidak
membuka kavum abdominal. Dulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi,
akan tetapi dengan kemajuan pengobatan infeksi pembedahan ini jarang
dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin
berat.
Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kroning.
b. Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr.
Berdasarkan saat dilakukan sectio caesarea dapat dibagi atas:
a) Sectio primer: direncanakan pada waktu antenatal care.
b) Sectio sekunder: tidak direncanakan terlebih dahulu sewaktu sulit.
4) Sectio caesarea Hysteroctomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
a) Antonia uteria.
b) Plasenta accrete.
c) Myoma uteri.
d) Infeksi intra uteri berat.
2.1.3 Etiologi
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal
distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuranukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
a. Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang
paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil
atau mati, kerusakan dasar panggul.
b. Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c. Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap
paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin,
2002).
2.1.4 Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu
distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah
dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk
oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari
insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik
dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional
dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anestesi janin sehingga kadangkadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret
yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga
mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik
juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk
batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu
dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.(Saifuddin,MansjoerPrawirohardjo,2002)
Sirkulasi uteroplasenta↓
Faktor predisposisi :
WOC Post Partum SC (Section Caesarae)  Ketidak seimbangan sepalo
Tidak timbul HIS
pelvic
 Kehamilan kembar
 Distress janin
Tidak ada perubahan pada  Presentsi janin
serviks  Preeklampsi / eklampsi

Kelahiran terhambat

Post OP SC

B1 B2 B3 B4 B5 B6
(Breating) (Blood) (Brain) (Bledder) (Bowel) (Bone)

Peningkatan Kontraksi uterus Nifas Penurunan kerja Estrogen Pre Op SC


sekresi mukosa (post pembedahan) PONS
meningkat
Luka terbuka
Atonia aliran post dientri Penurunan
Reflex batuk Terputusnya Penurunan Kurang
darah uteri kerja otot-
kontinuitas laktasi informasi
otot
jaringan
Perawatan eliminasi
Kontraksi Kurang MK : Menyusui
Akumulasi Kurannya
Berlebihan Pengeluaran Tidak Efektif
sekret MK : pengetahuan
mediator nyeri tentang proses
MK : Resiko Konstipasi
Perdarahan pembedahan
Infeksi
MK : Jalan meningkat Nyeri saat
Nafas Tidak
beraktivitas
Efektif MK : Ansietas
MK : Resiko Syok
Hivopolemik MK : Nyeri
Akut
2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan post sectio
caesarea, antara lain :
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
b. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.
c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
d. Bising usus tidak ada.
e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
f. Balutan abdomen tampak sedikit noda.
g. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut (Mochtar R,
2002: 121) adalah sebagai berikut :
a. Infeksi puerperal (nifas)
1) Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
2) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
3) Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
b. Perdarahan
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
2) Atonia uteri.
3) Perdarahan pada placental bed.
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila reperitonealisasi
terlalu tinggi.
d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea
(Prawirohardjo, 2007) yaitu:
1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat.
3. Pemberian analgetik dan antibiotik.
4. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam
5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam
pertama setalah pembedahan.
6. Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari tempat tidur
dengan bantuan orang lain.
7. Perawatan luka: insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari ke
empat setelah pembedahan.
8. Pemeriksaan laboratorium: Hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk
memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyarakatkan hipovolemia.

Perwatan Post Operasi

1) Perawatan awal
2) Letakan pasien dalam posisi pemulihan.
3) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit
sampai sadar.
4) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.
5) Transfusi jika diperlukan.
6) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan
ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.
2.2 Manajemen Askep

2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Anamnesa, Indentitas pasien, riwayat penyakit,keluhan utama

2.2.1.2 Riwayat Kesehatan


1) Keluhan Utama : Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya
rasa nyeri. Lokasi luka biasanya terdapat pada daerah- daerah yang menonjol,
misalnya pada daerah abdomen , daerah tangan , telapak kaki,.
2) Riwayat Penyakit Sekarang : Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan
keluhan dirasakan, lokasi keluhan, intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang
memperberat atau memperingan serangan, serta keluhan- keluhan lain yang
menyertai dan upaya- upaya yang telah dilakukan perawat disini harus
menghubungkan masalah kulit dengan gejalanya seperti: gatal, panas, mati rasa,
immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan neuropati
3) Riwayat Kesehatan masa lalu:
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan
hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa
lalu yang masih relevan. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan luka dapat
dipengauhi oleh penyakit-penyakit yang diturunkan seperti : DM, alergi,
Hipertensi ( CVA ). Riwayat penyakit kulit dan prosedur medis yang pernah
dialami klien. Hal ini untuk memberikan informasi apakah perubahan pada kulit
merupakan manifestasi dari penyakit sistemik seperti : infeksi kronis, kanker, DM
2.2.1.3 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien biasanya baik atau compos
mentis (CM) dan umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah
atau cemas akibat adanya kerusakan integritas kulit yang dialami.
2) B1 (Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal.
3) B2 (Blood)
Tekanan darah biasanya mengalami peningkatan atau dalam batas normal tidak
ada bunyi jantung tambahan dan tidak ada kelainan katup.
4) B3 (Brain)
Kaji adanya hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, terlihat
kelemahan/kehilangan fungsi. Pergerakan mata atau kejelasan penglihatan,
dilatasi pupil. Agitasi berhubungan denan nyeri atau ansietas.
5) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Perubahan pola
kemih seperti inkontinesia urin, disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau
urin, dan kebersihan.
6) B5 (Bowel)
Kaji adanya konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising
usus, anoreksia, adanya anoreksia abdomen, dan nyeri tekan abdomen.
7) B6 ( Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Kaji adannya berat tiba-tiba
mungkin teralokasi pada area jaringan dapat berkurang pada imobilisasi,
kontraktur atrofi otot ,laserasi kulit dan perubahan warna.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (D.0077. Hal 172)
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan(D.0129. Hal
282)
3) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat.
(D.0142. Hal 304)
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri(D.0055.Hal 126)
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot(D.0056. Hal 128 )
6) Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.(D.0039. Hal 92)
2.2.3 Intervensi

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri I.08238, hal 201)
dengan diskontuinitas keperawatan selama 1x7 jam Observasi :
jaringan (D.0077.Hal diharapkan nyeri dapat terkontrol 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi frekuensi,kualitas,intensitas
172) dengan kriteria hasil : nyeri
1. Keluhan nyeri pasien menurun. 2. Identifikasi skala nyeri
(5) 3. Identifikasi respon nyeri secara non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Meringis pasien menurun.(5). 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
3. Skala nyeri berkurang 0-3
7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
4. Kegelisahan pasien menurun.(5) 8. Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik :
5. Ketegangan otot pasien.(5) 1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
6. Kesulitan tidur pasien menurun 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
7. Kemampuan menuntaskan 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
aktivitas pasien meningkat. (5) meredakan nyeri
Edukasi :
8. TTV dalam batas normal 1. Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesic
2. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan ( Perawatan luka I.14564, Hal.328)
kulit berhubungan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
dengan kerusakan diharapkan keutuhan kulit meningkat 1. Monitor karakteristik luka
jaringan(D.0129 Hal dengan kriteria hasil :
282) 2. Monitor tanda-tanda infeksi
1. Suhu kulit membaik.(5)
Terapeutik :
2. Sensasi kulit membaik.(5)
1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
3. Tekstur kulit membaik.(5)
2. Cukur rambut disekitar daerah luka, jika perlu
4. Nyeri menurun.(5)
3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai
5. Kemerahan pada kulit menurun. kebutuhan
(5)
4. Besihkan jaringan nekrotik
6. Elastisitas kulit meningkat.(5)
5. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
6. Pasang balutan sesuai jenis luka
7. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
8. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
9. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
10. Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-
1,5 g/kgBB/hari
11. Berikan suplemen vitamin dan mineral
12. Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transcutaneous), jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi prosedur debridement
2. Kolaborasi pemberian antibiotik

3. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan ( Pencegahan Infeksi I.14539 Hal.278)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
pertahanan primer tubuh diharapkan pasien mengetahui dan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sitemik
yang tidak adekuat. mencegah resiko infeksi dengan
(D.0142 Hal 304) kriteria hasil : Terapeutik :
1. Pasien mampu mengidentifikasi 1. Batasi jumlah pengunjung
resiko meningkat. (5)
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Kemampuan melakukan
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
strategi kontrol resiko
lingkungan pasien
meningkat. (5)
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
3. Kemampuan pasien mengubah
prilaku meningkat. (5) Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Kemampuan pasien
menghindari faktor resiko 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
meningkat. (5)
3. Ajarkan etika batuk
5. Kemampuan mengenali
perubahan status kesehatan 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
meningkat.(5)
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

4. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan (Dukungan Tidur I. 05174, hal 48)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
nyeri (D.0055 Hal 126) diharapkan pola tidur pasien kembali 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
membaik dengan kriteria hasil :
1. Keluhan sulit tidur menurun.(5) 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur

2. Keluhan sering terjaga menurun. 3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
(5)
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
3. Keluhan tidak puas tidur pasien
Terapeutik :
menurun.(5)
1. Modifikasi lingkungan
4. Keluhan pola tidur pasien
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
berubah menurun. (5)
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
5. Keluhan istirahat tidak cukup
menurun. (5) 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
6. Kemampuan beraktivitas pasien 5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
meningkat. (5)
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makan/ minuman yang mengganggu
tidur
4. Anjurkan menggunakan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
5. Anjarkan faktor-faktor yang berkontrubusi terhadap gangguan
pola tidur
6. Ajarkan teknik relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan (Dukungan Mobilisasi I.05173, hal 30)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
kelemahan otot(D.0056. diharapkan mobilisasi fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Hal 128 ) meningkat dengan kriteria hasil :
1. Kekuatan otot pasien cukup 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
meningkat.(5)
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
2. Rentang gerak pasien cukup mobilisasi
meningkat.(4)
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
3. Nyeri menurun.(5)
Terapeutik :
4. Kecemasan pasien menurun. (5) 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu

5. Kelemahan fisik menurun. (5) 2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu

6. Gerakan terbatas pasien 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
menurun. (5) pergerakan

7. Kekakuan sendi menurun. (5) Edukasi :


1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

6 Resiko Syok Setelah dilakukan tindakan ( Manajemen syok hipovolemik I.02050. hal. 222)
Hipovolemik keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
berhubungan dengan diharapkan Tingkat syok menurun 1. Monitor status kardiopulmonal
perdarahan yang dengan kriteria hasil :
berlebihan, pindahnya 1. Kekuatan nadi meningkat. (5) 2. Monitor status oksigenasi
cairan intravaskuler ke
2. Output urine meningkat. (5) 3. Monitor status cairan
ekstravaskuler.
(D.0039) 3. Tingkat kesadaran 4. Periksa tingkat kesadaran dan respom pupil
meningkat. (5)
5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
4. Pucat pada wajah pasien
menurun. (5) Terapeutik :
1. Pertahankan jalan napas paten
5. Tekanan nadi membaik. (5)
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturnasi oksigen
6. Mean arterial pressure >94%
membaik.(5)
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis,jika perlu
7. Frekuensi napas membaik.(5)
4. Lakukan penekanan langsung (direct pressure) pada
8. Frekuensi nadi membaik. (5) pendarahan eksternal
5. Berikan posisi syok
6. Pasang jalur IV berukuran besar
7. Pasang kateter urine untuk dekompresi lambung
8. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dean
elektrolit
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L pada orang
dewasa
2. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 mL/kgBB
pada anak
3. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang pelaksanaannya
berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya
(intervensi).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Melatia Paska


NIM : 2018.C.10a.0977
Ruangan Praktik :-
Tanggal & Jam Pengkajian : Kamis, 07 Mei 2021, pukul 08.00

FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM


A. Pengumpulan data
a. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. F
Tempat/Tgl lahir : Palangkaraya,25 April 1997
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak/ Indonesia
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Gol. Darah : B
Alamat : Jln. Raden Saleh IV, Gang II
Diagnosa Medis : Post Partum SC
Penghasilan perbulan : Rp.500.000
Tanggal masuk RS : 06 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 07 Mei 2021
Nomor Medrek : -

b. IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. B
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : O
Alamat : Jln. Raden Saleh IV, Gang II
b. Status Kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri Pada bagian luka post SC
b. Riwayat Kesehatan sekarang : (PQRST)
Pada tanggal 06 April 2021 pukul 09.00 WIB Ny F diantar oleh keluarganya
kerumah sakit bersama suami nya dan dirawat dirawat dirumah sakit dengan
keluhan Nyeri pada bagian luka post SC pada bagian perut bawah ,nyeri yang
dirasakan pasien seperti ditusuk-tusuk,skala nyeri 7 ( Nyeri berat) nyeri hilang
timbul. Hasil pemeriksaan awal kesadaran compos menthis,TTV : TD 120/80 N :
80x/menit RR : 20x/menit S :36,5 ℃,pasien tampak terpasang infus Nacl 0,9 %
20 tpm ditangan sebelah kiri.

c. Riwayat Kesehatan yang lalu


Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular,menurun dan
menahun seperti TBC, hepatitis,asma, jantun, DM,HT,dan lain-lain

d. Riwayat Kesehatan keluarga


Pasien mengatakan keluarganya tidak menderita penyakit-penyakit
menular,menurun dan menahun

Genogram 3 generasi :
Keterangan:
: Perempuan
: Laki – laki
: Pasien
: Meninggal

: Tinggal serumah
: Garis keturunan

e. Riwayat obstetric dan ginekologi


1. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat Menstruasi :
- Menarche 13 tahun Lamanya haid : 5-7 hari
- Siklus : 28 hari Banyaknya : 3 kali ganti pembalut
- Sifat darah (warna, bau/gumpalan, dysmenorhoe) : Merah,
- HPHT : 03 September 2020
- Taksiran persalinan : 07 Mei 2021
b. Riwayat Perkawinan : (suami dan isteri)
- Lamanya pernikahan : 2 Tahun
- Pernikahan yang ke : 1 (satu)
c. Riwayat Keluarga Berencana :
- Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil: Pasien mengatakan tidak
pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnya
- Waktu dan lamanya penggunaan : -
- Apakah ada masalah dengan cara tersebut : tidak ada
- Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan sekarang :Belum
direncanakan
- Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga : 2
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G 1 P 0 A 0

Umu Masalah
Tgl Jenis Tempat/ Jenis Keadaa
No r BB Hami
partus partus Penolong kelamin Lahir Nifas Bayi n Anak
hamil l
1 07 Mei 40 SC RS Laki-laki 4,9 Baik
2021 minn kg
gu

b. Riwayat Kehamilan sekarang :


- Keluhan waktu hamil :pasien mengatakan tidak ada keluhan pada saat hamil.
- Imunisasi : 3 kali
- Penambahan BB selama hamil :Pasien mengatakan berat badan pasien
bertambah selama hamil 7 kg
- Pemerikasaan Kehamilan :Teratur/Tidak
- Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan :RS
c. Riwayat Persalinan sekarang :
- P……………………A………………………
- Tanggal melahirkan : 07 Mei 2021 Jam 03.00
- Jenis Persalinan : SC Lamanya persalinan :45 menit
- Penyulit Persalinan : Tidak ada
- Pendarahan :Tidak ada
- Jenis kelamin bayi : Laki-laki ,BB :4,9 kg, APGAR Score :10
3. Pemerikasaan Fisik
3.1. Ibu
i. Keadaan umum - Suhu 36,5 ℃,0C
BB sebelum hamil 55 kg - Nadi 80 x/menit
- Pernapasan 20 x/menit
- Tekanan Darah 120/80 x/menit
- BB : 63 Kg
- Tinggi badan : 153 Cm
- Kesadaran : Composmenthis
- Turgor Kulit : Normal
ii. Kepala - Warna rambut : Hitam
- Keadaan : Baik
c. Muka - Oedema : Tidak ada
- Cloasma gravidarum :Tidak ada
d. Mulut - Mukosa mulut & bibir :Bersih dan lembab
- Keadaan gigi : Normal
- Fungsi pengecapan : Normal
- Keadaan mulut :
Bersih
- Fungsi menelan : Normal
e. Mata - Konjunctiva:tidak pucat
- Sklera : Putih dan bersih
- Fungsi Pengelihatan:Normal
f. Hidung - Pendarahan/Peradangan : Tidak ada
- Keadaan/kebersihan : bersih
g. Telinga - Keadaan : Bersih
- Fungsi pendengaran : Baik
h. leher - Pembesaran kel. Tyroid : Tidak ada
- Distensi Vena Jugularis:Tidak ada
- Pemebesaran KGB : Tidak ada
i. Daerah dada - Suara napas : Vesikuler
- Jantung dan paru-paru - Bunyi jantung :S1 dan S2 Normal
- Retraksi dada : Tidak ada

- Payudara - Perubahan : Tidak ada


- Bentuk buah dada : Bulat
- Hyperigmentasi areola :Tidak ada
- Keadaan puting susu :Merah muda
- Cairan yang keluar :Putih
- Keadaan/Kebersihan :Bersih
- Nyeri/Tegang : Nyeri pada saat dipegang
- Skala nyeri : 2 ( nyeri ringan)
j. Abdomen - Tinggi FU : 1 jari dibawah pusat tidak
terdapat maasa
- Kontraksi Uterus :ada dan teraba keras
- Konsistensi Uterus : Baik
- Posisi Uterus :2 jari dibawah pusat tidak
terdapat maasa
- Diastasis RA :
- Bising usus :25x/menit
k. Genetalia Eksterna

Keluhan :…………………….. - Oedema :


……………………………

- Varises : ……………………………

- Pembesaran Kel Bartolin :.....................


- Pengeluaran/lochea :..............................
Warna :
Jumlah :
Bau :
- Blas : ..................................................
l. Anus - Haemorrhoid :
………………………

m. Ekstermitas Atas & Bawah


- Refleks patela : ......................................
- Varises : ........................................
- Oedema : ........................................
- Simetris : ........................................
- Kram : ........................................
3.2.Bayi
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital : Normal
3. Kepala : Simetris
4. Dada : Simetris
5. Abdomen : Normal
6. Genetalia : Normal
7. Anus : Normal
8. Ekstremitas : Normla
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
- Frekuensi makan : 3 kali sehari
- Jenis makanan : Nasi,lauk pauk,sayuran,dan buah-buahan, -
Makanan yang disukai : semua jenis makanan
- Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
- Makanan pantang / alergi : Tidak ada
- Nafsu makan : Baik
- Porsi makan : Sedang
- Minum (jumlah dan jenis) : Air putih 8-10 gelas
b. Pola Eliminasi
1. Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 1 x sehari
- Warna : kecoklatan
- Bau : -
- Konsistensi : lembek
- Masalah / Keluhan : Tidak ada keluhan
2. Buang Air Kecil (BAK)
- Frekuensi : 6x sehari
- Warna : jernih
- Bau : : Amoniak
- Masalah / Keluhan : tidak ada keluhan
c. Pola tidur dan istirahat
- Waktu tidur : Pada malam hari dari pukul 09.00-05.00 WIB
pada siang hari dari pukul 12.00-04.00 WIB
- Lama tidur/hari : Malam hari 8 jam dan pada siang hari 4 jam
- Kebiasaan pengantar tidur : tidak ada
- Kebiasaan saat tidur : tidak ada
- Kesulitan dalam tidur : tidak ada
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kegiatan dalam pekerjaan : Seperti menyapu,mencuci piring, dan menjemur
pakaian
- Olah raga : Pasien mengatakan sesudah melahirkan tidak
pernah olah raga
- Mobilisasi dini : -
- Kegiatan di waktu luang : Membaca buku,menonton tv
- Menyusui (posisi, cara, frekuensi) :
e. Personel Hygiene
- Kulit : Sawo matang
- Rambut : Hitam lebat
- Mulut dan Gigi : Bersih tidak ada caries gigi
- Pakaian : Rapi
- Kuku : Bersih,pendek
f. Ketergatungan fisik
- Merokok : …………… ……………… …………..
- Minuman keras : …………… ……………… …………..
- Obat-obatan : …………… ……………… …………..
- Lain-lain : …………… ……………… …………..
5. Aspek Psikososial dan Spiritual
a. Pola pikir dan persepsi
- Apakah ibu telah mengetahu cara memberi ASI dan memberi makanan tambahan
pada bayi : Pasien mengatakan kurang mengetahui
- Apakah ibu merencanakan pemberiaan ASI pada bayinya : iya
- Jenis kelamin yang diharapkan : Laki-laki dan perempuan
- Siapa yang membantu merawat bayi dirumah : orang tua
- Apakah ibu telah mengetahui nutrisiibu menteteki :Pasien mengatakan pasien
tidak mengetahui
- Apakah hamil ini diharapkan : sangat diharapkan
- Apakah ibu merencanakan untuk mengimunisasikan bayinya :iya
- Apakah ibu telah mengetahui cara memandikan dan merawat tali pusat
:Pasien mengatakan pasien masih kurang mengetahui cara merawat tali pusat dan
memandikan bayi
b. Persepsi diri
- Hal yang amat dipikirkan saat ini : nyeri pada bagian luka post SC
- Harapan setelah menjalani perawatan : pasien berharap nyeri pada luka post SC
berkurang dan pasien mampu melakukan aktifitas seperti biasa
- Perubahan yang dirasa setelah hamil :Tidak ada
c. Konsep diri
- Body image :pasien mengatakan bahwa pasien bahagia dengan kehidupan nya
sekarang
- Peran :pasien anak kedua dari 2 bersaudara dan seorang istri, ibu
- Ideal diri :pasien adalah seorang yang ramah, pasien berharap dapat cepat pulang
dan mengurus anak dan suami nya
- Identitas diri : pasien lulusan SMA dan sudah menikah
- Harga diri :pasien mengatakan pasien sangat berguna dan berarti
d. Hubungan/Komunikasi
- Bicara : jelas/relevan/mampu mengekpresikan/mampu mengerti orang lain :......
- Bahasa utama : Indonesia Bahasa daerah :Dayak
- Yang tinggal serumah : Suami
- Adat istiadat yang dianut :
- Yang memegang peranan penting dalam keluarga :Suami dan istri
- Motivasi daru suami : Suaminya selalu menyemangati pasien semoga cepat
sembuh
- Apakah suami perokok : tidak
- Kesulitan dalam keluarga :tidak ada
e. Kebiasaan Seksual
- Gangguan hubungan seksual :tidak ada
- Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : Kurang memahami
f. Sistem nilai - kepercayaan
- Siapa dan apa sumber kekuatan : pasien mengtakan Tuhan
- Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda : Pasien mengatakan
penting
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam frekuensi) sebutkan :
Sholat
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah Sakit,
sebutkan : Membaca Al-quran dan sholat
6. Pemerikasaan Penunjang
a. Darah
- HB : 12,5 g/dL Golongan darah/Rh B
- Gula darah : 33,9 g/dL
- Leukosit : 14,25 10ˆ3/ UL
b. Urine
- Protein : 4,5 Sedimen :
- Reduksi : Negatif -
c. Pemeriksaan tambahan
- Rontgent : USG
I. PENGOBATAN
1. Cefadroxil 10 mg 2x1
2. Caterolak 30mg/mL 1 x 1
3. Terfacef 1 mg 1x1
4. Infus Nacl 0,9 % 20 tpm

Palangka Raya, Kamis 07 Mei 2021


Mahasiswa

Melatia Paska

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH


DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Ds : Nifas (Post Pembedahan) Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri
pada bagian luka bekas post Terputusnya kontinuitas
SC jaringan
P : Nyeri bertambah ketika
banyak bergerak pengeluaran mediator nyeri
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
nyeri saat beraktivitas
R : nyeri pada bagian perut
S : 7 ( nyeri berat)
T : Nyeri hilang timbul
Do :
1. Pasien tampak meringis
2. Pasien tampak gelisah
3. Pasien tampak bersikap
protektif
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 38,5 0c
Nadi : 80 x/menit
RR: 20 x/menit ,
Ds : Post pembedahan
Pasien mengatakan nyeri Risiko Infeksi
pada bagian luka bekas post Luka terbuka post dientri

SC
Perawatan kurang
Do :
1. Adanya luka Post Sc ± 8
cm pada bagian perut
Resiko Infeksi
- Terdapat
kemerahan/peradangan
disekitar luka post Sc
- Nyeri pada luka post SC
(Skala 7 Nyeri Berat).
- Tampak ada
pembengkakan disekitar
luka post SC
- Luka menganggu
pergerakan
- Leukosit : 14,25 10ˆ3/ UL
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 38,5 0c Luka Post Partum SC
Nadi : 80 x/menit
RR: 20 x/menit ,
Nyeri Pada saat beraktivitas
Intoleransi Aktivitas
Ds :
Kelemahan otot
Pasien mengatakan sulit
untuk bergerak karena takut
ADL dibantu
luka operasi nya akan
bertambah lebih nyeri
Do :
- Pasien tampak
berhati-hati pada saat
melakukan gerakan
- Aktifitas ADL pasien
tampak dibantu oleh
suami,keluarga dan
perawat
- Pasien tampak hanya
melakukan aktifitas
diatas bed
- Pasien tampak takut
melakukan mobilasis
Ds : Kurang nya terpapar informasi
Pasien mengatakan pasien
tidak memahami tentang
Kurang nya pengetahuan
bagaimana cara memberi ASI Defisit Pengetahuan
tentang pemberian ASI ekslusif
Ekslusif pada bayi
Do :

Defisit Pengetahuan
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak cemas

- Pasien tampak sering


bertanya tentang
bagaiman pemberian
ASI ekslusif pada
bayi
- Pasien tampak
bingung pada saat
ditanya

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedara fisik ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
pada bagian luka post SC,pasien tampak meringis,pasien tampakgelisah SDKI (D.0077)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat pasien
mengatakan nyeri pada bagian luka bekas post SC , adanya luka Post Sc ± 8 cm pada
bagian perut tanda-tanda infeksi, Terdapat kemerahan/peradangan , Nyeri pada luka post
SC (Skala 7 Nyeri Berat), Tidak ada pembengkakan, luka menganggu pergerakan.
(D.0142. Hal 304)
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien mengatakan sulit
untuk bergerak karena takut luka operasi nya akan bertambah lebih nyeri,pasien tampak
bergerak hati-hati, ADL pasien tampak dibantu oleh suami,keluarga dan perawat SDKI
(D.0058)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang nya terpapar informasi ditandai dengan
pasien tampak gelisah, pasien tampak bingung dan khawatir SDKI (D.0080)
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. F


Ruang Rawat : -
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x8 1. Identifikasi skala nyeri 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
dengan agen pencedara fisik jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan kriteria pasien
ditandai dengan pasien hasil : 2. Anjurkan memonitor 2. Agar pasien mampu memonitor
mengeluh nyeri pada bagian 1. Keluhan nyeri pasien menurun.(5) nyeri secara mandiri nyeri ketika nyeri tiba-tiba
3. Ajarkan Tekhnik muncul
luka post SC,pasien tampak
2. Meringis pasien menurun.(5). relaksasi napas dalam 3. Agar pasien mampu
meringis,pasien tampakgelisah mengurangi nyeri dengan
SDKI (D.0077) 3. Skala nyeri berkurang 0-3
4. Anjurkan memonitor tekhnik relaksasi
4. Kegelisahan pasien menurun.(5) nyeri secara mandiri 4. Agar dapat mengukur tingkat
5. Anjurkan untuk nyeri
5. Ketegangan otot pasien.(5)
beristirahat ketika 5. Istirahat akan merelaksasi
6. Kesulitan tidur pasien menurun nyeri muncul semua jaringan sehingga akan
meningkatkan kenyamanan.
7. Kemampuan menuntaskan aktivitas pasien
6. Memberikan 6. Agar pasien mengetahui
meningkat. (5)
Pendidikan kesehatan tentang nyeri yang dialami
tentang nyeri pasien.
7. Kolaborasi dalam 7. Kolaborasi dalam pemberian
pemberian analgesic analgetik dalam mengurangi
rasa nyeri pasien.
2. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 1. Monitor tanda dan 1. Untuk melihat adanya
jam diharapkan risiko infeksi dapat di atasi dengan gejala infeksi lokal dan perubahan suhu tubuh
dengan pertahanan primer
kriteria hasil : sistemik 2. Untuk mengurangi risiko
tubuh yang tidak adekuat 1. Kemerahan menurun (5) 2. Batasi jumlah terpapar dari luar
2. Nyeri menurun (5) pengunjung 3. Personal hygiene
pasien mengatakan nyeri
3. Kultur area luka membaik (5) 3. Cuci tangan sebelum 4. Untuk menghindari risiko
pada bagian luka bekas post dan sesudah kontak infeksi
dengan pasien 5. Untuk menjaga agar luka
SC , adanya luka Post Sc ±
4. Bersihkan dengna tetap steril
8 cm pada bagian perut cairan NaCL sesuai 6. Mengedukasi klien dan
kebutuhan keluarga
tnda-tanda infeksi rubor :
5. Pertahankan teknik 7. Kolaborasi untuk tindakan
Terdapat steril saat melakukan yang bermanfaat untuk
perawatan luka pasien
kemerahan/peradangan ,
6. Jelaskan tanda dan
dolor : Nyeri pada luka post gejala infeksi
7. Kolaborasi dalam
SC (Skala 7 Nyeri Berat),
pemberian injeksi
0
kalor : Suhu 38,5 C, antibiotik Cefriaxone 4
gram 3x1
tumor : Tidak ada
pembengkakan,
fungsiolaesa : Luka
menganggu pergerakan.
(D.0142. Hal 304)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 1) Identifikasi adanya 1) Mengidentifikasi kelemahan
3. Intoleransi Aktivitas jam diharapkan mobilisasi fisik meningkat dengan nyeri atau keluhan pada pasien
berhubungan dengan kriteria hasil : fisik lainnya 2) Mengetahui faktor yang
kelemahan ditandai dengan 1. Kekuatan otot pasien cukup meningkat.(5) 2) Identifikasi toleransi mempengaruhi intoleransi
pasien mengatakan sulit 2. Rentang gerak pasien cukup meningkat.(4) fisik melakukan aktivitas
untuk bergerak karena takut 3. Nyeri menurun.(5) pergerakan 3) Supaya tidak terjadi cedera
luka operasi nya akan 4. Kecemasan pasien menurun. (5) 3) Monitor frekuensi pada saat melakukan
5. Kelemahan fisik menurun. (5) jantung dan tekanan mobilisasi
bertambah lebih
6. Gerakan terbatas pasien menurun. (5) darah sebelum 4) Mencegah terjadi nya
nyeri,pasien tampak 7. Kekakuan sendi menurun. (5) memulai mobilisasi cedeara yang dapat
bergerak hati-hati, ADL 4) Monitor kondisi umum memperberat mobilasasi
pasien tampak dibantu oleh selama melakukan 5) Agar dapat dilakukan oleh
suami,keluarga dan perawat mobilisasi keluarga dalam mengajar
SDKI (D.0058) kan mobilasasi pada pasien
5. Libatkan keluarga 6) Agar menambah
untuk membantu pengetahuaan dan wawasan
pasien dalam pasien
meningkatkan
pergerakan
6. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi

4. Defisit Pengetahuan 1) Identifikasi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x8
berhubungan dengan masalah yang 1) Memudakan
jam diharapkan tingkat tingkat ansietas menurun
kurang nya terpapar dengan kriteria hasil : dialami mengidentifikasi
informasi ditandai dengan 2) Ciptakan ruangan masalah pasien
pasien tampak gelisah, 1. Perilaku tegang menurun dengan skor 5 yang tenang dan 2) Agar pasien merasa
pasien tampak bingung nyaman nyaman
2. Perilaku gelisah menurun dengan skor 5 3) Anjurkan pasien 3) Agar rasa cemas pasien
dan 3. Verbalisasi kebingungan menurun dengan skor 5 berdoa berkurang
khawatir dengan kondisi 4. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 4) Anjurkan pasien 4) Mengurangi rasa cemas
nya SDKI (D.0080) dihadapi menurun dengan skor 5 melakukan teknik pasien terhadap kondisi
menenangkan yang dialami
hingga perasaan
pasien tenang
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Diagnosa 1 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:
2. Menganjurkan memonitor nyeri secara
Jumat, 07 Mei 2021 Pukul mandiri Pasien mengatakan masih nyeri pada bagian luka post
09.00-10.00 Wib 3. Mengajarkan Tekhnik relaksasi napas SC
dalam O:
4. Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri 1. Pasien tampak meringis
5. Menganjurkan untuk beristirahat ketika 2. Skala nyeri pasien 7 (nyeri berat)
nyeri muncul 3. Pasien tampak memonitor nyeri secara mandiri Melatia Paska
6. Memberikan Pendidikan kesehatan 4. Pasien melakukan teknik napas dalam pada saat
tentang nyeri nyeri timbul
7. Berkolaborasi dalam pemberian
5. Pasien tampak beristirahat pada saat nyeri timbul
analgesic
6. Pasien tampak paham ketika diberikan pendidikan
kesehatan tentang manajemen nyeri
7. Pasien tampak diberikan injeksi katerolak 30 ml IV
1x1
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

1. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam
2. Menganjurkan
memonitor nyeri secara mandiri
3. Menganjurkan untuk
beristirahat ketika nyeri muncul
4. Berkolaborasi dalam
pemberian analgesic

Diagnosa 2 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi S:


lokal dan sistemik Pasien mengatakan luka bekas post SC mulai membaik
Jumat, 07 Mei 2021 Pukul 2. Membatasi jumlah pengunjung
Pukul 11.00-12.30 Wib 3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah O:
kontak dengan pasien 1. Masih tampak luka Post Sc ± 8 cm pada bagian
4. Bersihkan dengan cairan NaCL sesuai perut
kebutuhan 2. kemerahan/peradangan tampak berkurang
5. Pertahankan teknik steril saat melakukan 3. Nyeri pada luka post SC (Skala 6 Nyeri Berat).
perawatan luka 4. Pembengkakan disekitar luka post SC mulai
6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi berkurang
7. Berkolaborasi dalam pemberian 5. Tampak nilai Leukosit : 12,25 10ˆ3/ UL
antibiotik, jika perlu 6. Luka menganggu pergerakan
Melatia Paska
7. Pasien dan keluarga mulai paham tanda dan gejala
infeksi
8. Berkolaborasi pemberian injeksi antibiotik
Cefriaxone 4 gram 3 x 1
TTV :

TD : 120/80 mmHg
Suhu : 38,5 0c
Nadi : 80 x/menit
RR: 20 x/menit

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi 3, 4, dan 5

Diagnosa 3
1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau S : Pasien tampak sudah bisa melakukan aktivitas nya
Sabtu , 08 Mei 2021 keluhan fisik lainnya secara bertahap
2. Mengidentifikasi toleransi fisik
Pukul 09.00-10.00 Wib O:
melakukan pergerakan
3. Memonitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum memulai 1. Pasien tampak mulai berlatih jalan dan beraktivitas
mobilisasi sendiri
4. Memonitor kondisi umum selama 2. Pasien tampak mulai bersemangat untuk melakukan
melakukan mobilisasi aktivitas
5. Melibatkan keluarga untuk membantu 3. Tekanan darah pasien tampak normal Melatia Paska
pasien dalam meningkatkan pergerakan
4. Kondisi pasien mulai membaik
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi 5. ADL pasien tampak sesekali dibantu suami.
6. Pasien dan keluarga tampak memahami tujuan dari
mobilisasi

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1,3,5,6

Diagnosa 4 1) Memberikan penjelasan pada klien S :


tentang Cara pemberian Asi Eksklusif
Sabtu, 08 Mei 2021 Pasien mengatakan sudah paham tentang bagaimana
2) Memberikan informasi pada klien dan
Pukul 09.00-10.00 Wib keluarga tentang Cara pemberian Asi cara memberi ASI Ekslusif pada bayi
Eksklusif
O: Melatia Paska
3) Meminta klien dan keluarga mengulangi
kembali tentang materi yang telah
1. Pasien tampak sudah paham dengan cara pemberian
diberikan.
ASI Eksklusif

2. Pasien tidak tampak bingung pada saat ditanya


tentang Cara pemberian Asi Eksklusif

3. Pasien tidak tampak sering bertanya tentang


bagaimana cara pemberian ASI Eksklusif

A : Masalah keperawatan teratasi


P : Intervensi dihentikan
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sectio caesarea adalah suatu persalianan buatan di mana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh
serta berat badan di atas 500 gram. (Mitayani, 2009).Seksio sesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut; seksio sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim. (Amru sofian, 2011).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Carpenito L. J, 2001).
3. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV kurang
8 cm).
4. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa
(partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal, baru
dilakukan sectio.
5. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu
mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang.
6. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu operasi
dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung dilakukan
histerektomi oleh karena suatu indikasi.
7. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari
kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi,
misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
Post Partum adalah suatau masa antara kelahiran sampai dengan organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan sebelum masa hamil. (Reeder, 2011). Post Partum merupakan masa
pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum kehamilan. Lama Post Partum ini antara 6-8 minggu. (Solehati & Kosasih,
2015 yang melaporkan penelitian tahun 2002 oleh Mochtar).
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan
menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya
Post Partum SC (Section Caesarea).
4.2.2 Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan dapat mengedukasi keluarga untuk dapat selalu menjaga kesehatannya
dan sebagai sumber informasi pada keluarga tentang Post Partum SC (Section Caesarea).
4.2.3 Bagi Institusi
Menjadi sumber refrensi bagi institusi pendidikan maupun rumah sakit.
4.2.4 Bagi IPTEK
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis dalam keperawatan
yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada pasien dengan Post Partum SC
(Section Caesarea).
Daftar Pustaka
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana, Jakarta : EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :


Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia :


Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :


Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

OLEH :

Melatia Paska

2018.C.10a.0977

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

SAP : Cara Pemberian ASI EKSKLUSIF

Topik

Pendidikan

Sasaran :

Pasien dan Keluarga

Tujuan

Tujuan Instruksional

Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga mampu memahami dan
mampu menjelaskan tentang Cara Pemberian ASI Eksklusif.

Tujuan Instruksi Khusus:

1. Menjelaskan pengertian ASI Eksklusif.


2. Menjelaskan Cara Pemberian ASI Eksklusif
3. Menjelaskan Tanda gejala bayi cukup ASI Eksklusif.
4. Menjelaskan Manfaat ASI Eksklusif.
5. Menjelaskan Bagaimana Cara menyimpan ASI Eksklusif dengan baik
Metode

1. Ceramah dan Tanya Jawab


Media

1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk selembar
mengenai informasi Cara Pemberian ASI Eksklusif.
.3.1 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Sabtu, 8 Mei 2021
2. Pukul : 09.00-09.30 s/d
3. Alokasi : 20 Menit

No Kegiatan Waktu Metode


1 Pendahuluan : 3 Menit  Menjawab salam
 Memberi salam dan memperkenalkan  Mendengarkan
diri  Menjawab pertanyaan
 Menjelaskan maksud dan tujuan
penyuluhan
 Melakukan evaluasi vadilasi
2 Penyajian : 7 Menit  Mendengarkan dengan
1) Menjelaskan pengertian ASI Eksklusif. seksama
2) Menjelaskan Cara Pemberian ASI  Mengajukan pertanyaan
Eksklusif
3) Menjelaskan Tanda gejala bayi cukup
ASI Eksklusif.
4) Menjelaskan Manfaat ASI Eksklusif.
5) Menjelaskan Bagaimana Cara
menyimpan ASI Eksklusif dengan baik

3 Evaluasi : 5 Menit  Menjawab


 Memberikan pertanyaan akhir dan  Mendemontrasi
evaluasi
4 Terminasi : 5 Menit  Mendengarkan
 menyimpulkan bersama-sama hasil  Menjawab salam
kegiatan penyuluhan
 menutup penyuluhan dan mengucapkan
salam

.3.2 Tugas Pengorganisasian


1) Moderator : Melatia Paska
Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin sidang
(rapat,diskusi) yang menjadi pengarahan pada acara pembicara atau pendiskusi masalah
Tugas:
1. Membuka acara penyuluhan.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan kontrak dan waktu disampaikan.
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalan diskusi
2) Penyaji : Melatia Paska
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan memberitahukan kepada
moderator agar moderator dapat memberi arahan selanjutnya kepada peserta-peserta
diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan.
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
3. Mengucapkan salam penutup.
3) Fasilitator: Melatia Paska
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami tujuan
bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut
tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan.
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
4) Simulator : Melatia Paska
Simulator adalah seseorang yang bertugas untuk menyimulasikan suatu peralatan kepada
audience.
Tugas :
1. Memperagakan macam-macam gerakan.
5) Dokumentator : Melatia Paska
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang berkaitan
dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen pada saat kegiatan
berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan Somatitis.
6) Notulen : Melatia Paska
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan, seminar, diskusi,
atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis oleh seorang Notulis yang
mencatat seperti mencatat hal-hal penting. Dan mencatat segala pertanyaan dari peserta
kegiatan.
Tugas :
Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan

A. TEMPAT
Setting Tempat :

Keterangan:

: Moderator

: Leader

: Klien

: Dokumentator

: Fasilitator

: Keluarga klien

B. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Peserta dan keluarga hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan di ruang RS
3) Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
1) Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “Perawatan Payudara”.
2) Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
3) Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Definisi Perawatan Payudara”.
2. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Manfaat dan Tujuan Perawatan
Payudara”.
3. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Waktu Pelaksanaan, Hal-Hal
yang Perlu di Perhatikan, Teknik, dan Langkah-Langkah Perawatan Payudara”.
4. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Akibat Tidak Melakukan
Perawatan Payudara”.

MATERI PENYULUHAN

1. ASI Eksklusif
a. Pengertian ASI Ekslusif
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,lactose dan
garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi (Haryono dan Setianingsih, 2014). Pada usia 6 bulan pertama, bayi
hanya perlu diberikan ASI saja atau dikenal dengan sebutan ASI eksklusif (Maryunani,
2010). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi 0-6 bulan tanpa pemberian
tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim (Haryono
dan Setianingsih, 2014).

ASI diproduksi dalam korpus alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu,
selanjutnya dari alveolus air susu akan diteruskan ke dalam saluran yang disebut duktus
laktiferus. Setelah persalinan, produksi susu dipengaruhi oleh isapan mulut bayi yang mampu
merangsang prolaktin keluar. ASI merupakan cairan susu yang diproduksi ibu yang
merupakan makanan terbaik untuk kebutuhan gizi bayi. Pengertian ASI eksklusif adalah
pemberian air susu ibu, segera setelah persalinan sampai bayi berusia 6 bulan tanpa
tambahan makanan lain, termasuk air putih. Pemberian mineral, vitamin, maupun obat boleh
diberikan dalam bentuk cair sesuai anjuran dokter. Hal ini dikarenakan sistem pencernaan
bayi masih belum sempurna, khususnya usus halus pada bayi masih berbentuk seperti
saringan pasir, pori-pori pada usus halus ini memungkinkan protein atau kuman akan
langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori
dalam usus bayi ini akan menutup setelah berumur 6 bulan. Setelah usia bayi mencapai 6
bulan, bukan berarti pemberian ASI dihentikan, bayi diberikan makanan pendamping lain
secara bertahap sesuai dengan usianya dan ASI tetap boleh diberikan sampai anak berusia 2
tahun.

b. Komposisi ASI Eksklusif


Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras,
keadaan nutrisi dan diit ibu. Air susu ibu menurut stadium laktasi adalah kolostrom, ASI
transisi/peralihan dan ASI matur (Fikawati dkk, 2015).
1) Kolostrom
Cairan pertama kali yang keluar dari kelenjar payudara, mengandung tissue debris
dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara
sebelum dan sesudah masa puerperium.Kolostrom keluar pada hari pertama sampai hari
keempat pasca persalinan.Cairan ini mempunyai viskositas kental, lengket dan berwarna
kekuning-kuningan. Cairan kolostrom mengandung tinggi protein, mineral
garam,vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi dibandingkan
dengan ASI matur. Selain itu, kolostrom rendah lemak dan laktosa.Protein utamanya
adalah immunoglobulin (IgG, IgA, IgM) berguna sebagai antibodi untuk mencegah dan
menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit. Volume kolostrom antara 150-300 ml/24
jam. Meskipun kolostrom hanya sedikit volumenya, tetapi volume tersebut mendekati
kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Kolostrom berfungsi sebagai pencahar
ideal yang dapat
mengeluarkan zat-zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan
kondisi saluran pencernaan agar siap menerima makanan yang akan datang (Nugroho,
2011).
2) ASI Peralihan
Merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI matur. ASI peralihan
keluar sejak hari ke 4-10 pasca persalinan.Volumenya bertambah banyak dan ada
perubahan warna dan komposisinya. Kadar immunoglobulin menurun, sedangkan kadar
lemak dan laktosa meningkat (Nugroho, 2011).
3) ASI Matur
ASI yang keluar dari hari ke 10 pasca persalinan sampai seterusnya.Komposisi
relative konstan (adapula yang menyatakan bahwa komposisi ASI relative mulai konstan
pada minggu ke 3 sampai minggu ke 5), tidak mudah menggumpal bila dipanaskan.ASI
pada fase ini yang keluar pertama kali atau pada 5 menit pertama disebut sebagai
foremilk. Foremilk lebih encer, kandungan lemaknya lebih rendah namun tinggi laktosa,
gula protein, mineral dan air (Nugroho, 2011).
c. Kandungan Zat Gizi ASI
1) Karbohidrat
Karbohidrat pada ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang sangat tinggi
dibandingkan dengan susu formula. Jumlah laktosa yang lebih banyak terkandung dalam
ASI membuat rasa ASI menjadi lebih manis dibandingkan dengan susu formula. Laktosa
akan difermentasikan menjadi asam laktat dalam pencernaan bayi, suasana asam
memberi beberapa keuntungan bagi pencernaan bayi, antara lain:
a) Menghambat pertumbuhan bakteri patologis.
b) Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan
mensitesis protein.
c) Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat.
d) Memudahkan absorbsi dari mineral seperti kalsium, fosfor, dan magnesium
2) Protein
ASI mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan dengan susu formula,
namun protein ASI yang diebut “whey” ini bersifat lebih lembut sehingga mudah dicerna
oleh pencernaan bayi.
Protein dalam ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung
laktoglobulin dan bovibe serum albumin yang lebih sering menyebabkan alergi pada
bayi. (Rukiyah
Aiyeyeh,dkk,2011)
3) Lemak
Kadar lemak antara ASI dengan susu formula relatif sama, namun lemak dalam
ASI mempunyai beberapa keistimewaan antara
lain:
a) Bentuk emulsi lemak lebih sempurna karena ASI mengandung enzim lipase yang
memecah trigliserida menjadi digliserida kemudian menjadi monogliserida sehingga
lemak dalam ASI lebih mudah dicerna dalam pencernaan bayi.
b) ASI mengandung asam lemak tak jenuh yaitu omega-3, omega-6, dan DHA yang
dibutuhkan oleh bayi untuk membentuk jaringan otak.
4) Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap dan cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi sampai berusia 6 bulan. Kandungan mineral dalam ASI adalah konstans, tetapi ada
beberapa mineral spesifik yang kadarnya dipengaruhi oleh diit ibu. Kandungan zat besi
dan kalsium paling stabil dan tidak dipengaruhi oleh diit ibu.
Mineral lain adalah kalium, natrium, tembaga, mangan, dan fosfor
5) Vitamin
Vitamin dalam ASI cukup lengkap, vitamin A, D, dan C cukup, sedangkan
golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik kurang. Vitamin lain yang
tidak tekandung dalam ASI bergantung pada diit ibu
6) Air ASI terdiri dari 88% air, air berguna untuk melarutkan zat-zat yang terkandung dalam
ASI. Kandungan air dalam ASI yang cukup besar juga bisa meredakan rasa haus pada
bayi.
d. Manfaat ASI Eksklusif
Menurut Haryono dan Setianingsih (2014) manfaat ASI Eksklusif bagi bayi, antara lain:
1) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi terutama diare. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi
tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit tetapi
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan
pada bayi. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi, mengandung
karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-
hari pertama kelahiran.
2) Membantu mengeluarkan mekonium (feses bayi)
3) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas terkontaminasi, Immunoglobin A
(IgA) dalam ASI kadarnya tinggi yang dapat melumpuhkan bakteri pathogen E.Coli
dan berbagai virus di saluran pencernaan.
4) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang
mengikat zat besi di saluran pencernaan.
5) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri E.Coli, salmonella dan virus.
Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
6) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 1.000 sel per mil. Terdiri
dari 3 macam, yaitu: Bronchus Asociated
Lympocite Tisue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocite Tisue (GALT)
antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocite Tisue (MALT)
antibodi jaringan payudara ibu.
7) Faktor Bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen untuk menunjang
pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus
bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
8) Interaksi antara ibu dan bayi dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan
psikologik bayi. Pengaruh kontak langsung ibubayi: ikatan kasih saying ibu-bayi
terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi
akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh
ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih di dalam
rahim.
9) Interaksi antara ibu-bayi dan kandungan gizi dalam ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. ASI
mengandung berbagai zat gizi yang bisa meningkatkan kecerdasan bayi, seperti asam
lemak esensial, protein, vitamin B kompleks, yodium, zat besi, dan seng.
Manfaat ASI Eksklusif bagi ibu antara lain:
1) Mengurangi terjadinya perdarahan dan anemia
2) Menunda kehamilan
3) Mengecilkan rahim
4) Lebih cepat langsing kembali
5) Mengurangi resiko terkena kanker 6) Tidak merepotkan dan menghemat waktu
7) Memberi kepuasan bagi ibu.
8) Risiko osteoporosis dapat dipastikan lebih kecil bagi wanita yang telah hamil dan
menyusui bayinya. Selama hamil dan menyusui akan terjadi proses pengeroposan
tulang, namun tulang akan cepat pulih kembali bahkan akan lebih baik dari kondisi
tulang semula karena absorpsi kalsium, kadar hormon paratiroid, dan kalsitriol serum
meningkat dalam jumlah besar.
9) ASI lebih murah dan ekonomis dibandingkan dengan susu formula.
10) ASI lebih steril dibadingkan dengan susu formula yang terjangkit kuman dari luar.
11) Ibu yang menyusui akan memiliki hubungan emosional yang lebih kuat dibandingkan
dengan ibu yang tidak menyusui
bayinya.
12) ASI merupakan kontrasepsi alami yang dapat menunda
kehamilan ibu.
e. Dampak tidak diberikan ASI Eksklusif
Dampak bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif akan lebih rentan untuk terkena
penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes setelah ia dewasa serta dapat
menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas (Arifa Y, dan Shrimarti R.D, 2017).
Sementara untuk ibu sendiri akan beresiko mengalami kanker payudara, mengeluarkan biaya
lebih mahal apabila bayi maupun ibu terkena penyakit , karena memang beresiko rentan
terhadap penyakit. Selain itu untuk biaya susu formula menggantikan ASI pada bayi.
f. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibedakan menjadi tiga
yaitu faktor pemudah (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors)dan faktor
pendorong (reinforcing factors) (Haryono dan Setianingsih, 2014).
Cara Pemberian ASI ASI EKSKLUSIF MANFAAT ASI
Eksklusif ASI eksklusif yaitu ASI yang a. Manfaat Bagi bayi
diberikan pada bayi baru lahir  Memberikan kekebalan
sampai usia 6 bulan pertama tanpa pada bayi
disertai makanan tambahan.  Mudah dicerna
MANFAAT ASI  Komposisi ideal
EKSKLUSIF  Memberi ikatan kasih
sayang
Adanya zat anti infeksi yang
terkandung dalam ASI akan
memberikan adanya daya tahan
terhadap penyakit.pemberian ASI
eksklusif mulai BBL 6 bulan akan
Oleh memberikan kekebalan bagi bayi.

Nama : Melatia Paska b. Manfaat Bagi ibu


Nim :2018.C.10a.0977
 Murah dan mudah di
dapat
Tingkat : III B  Involusi jadi lebih baik
 Memberikan kasih
sayang
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA
 Praktis
RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PRODI S1
KEPERAWATAN TAHUN AJARAN
2020/2021
TANDA-TANDA BAYI
CUKUP ASI
 Kenaikan BB sesuai
 Bayi tidur pulas
 Bayi tenang dan aktif
TANDA-TANDA BAYI
KURANG ASI
 Penurunan BB
 Dehidrasi
 Urin berwarna gelap
CARA PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF
ASI eksklusif diberikan
pada bayi sampai 6 bulan
pertama, bayi hanya
mendapat ASI saja tanpa
diberi makanan tambahan.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai