LP HNP
LP HNP
S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA NUKLEUS
PULPOSUS (HNP) PADA WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS MARINA PERMAI KOTA
PALANGKA RAYA
Oleh :
Nama : Hepi Nopita Sari
NIM : 2019.C.11a.1011
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................
1.4.1 Bagi Mahasiswa...........................................................................................
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga.............................................................................
1.4.3 Bagi Institusi................................................................................................
1.4.4 Bagi IPTEK ................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
2.1 Konsep Penyakit Hernia Nucleus Pulposus (HNP).............................................
2.1.1 Definisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP).................................................
2.1.2 Anatomi Fisologi.......................................................................................
2.1.3 Etiologi......................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................................
2.1.5 Fatosiologi (WOC) ...................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis .....................................................................................
2.1.7 Komplikasi ...............................................................................................
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ..........................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .............................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan .......................................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan .............................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ...............................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan .........................................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan .................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................................
3.1 Pengkajian .......................................................................................................
3.2 Diagnosa ..........................................................................................................
3.3 Intervensi .........................................................................................................
3.4 Implementasi ...................................................................................................
3.5 Evaluasi ...........................................................................................................
BAB 4 PENUTUP ....................................................................................................
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang utama. Insiden NPB di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa.
Kurang lebih 60%-80% individu setidaknya pernah mengalami nyeri punggung
dalam hidupnya. Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak
di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%. insidens
tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri
punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita, dan
menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%)
penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25% di antaranya perlu dirawat
inap untuk evaluasi lebih lanjut.
Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya merupakan keluhan atau
gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Penyebab NPB antara lain
kelainan muskuloskeletal, system saraf, vaskuler, viseral, dan psikogenik. Salah
satu penyebab yang memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik maupun terapi
spesifik) adalah hernia nukleus pulposus (HNP).1 Hernia Nucleus Pulposus
(HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang
belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah,
sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang
belakang kita.
Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh keluarnya nukleus pulposus dari
diskus melalui robekan annulus fibrosus keluar menekan medullas spinalis atau
mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan rasa
nyeri yang hebat. Menurut data World Health Organication (WHO) 2012, nyeri
pinggang bawah juga sering dikeluhkan oleh pegawai kantoran. Nyeri tersebut
merupakan ketidaknyamanan bagi mereka. Prevalensi nyeri pinggang bawah pada
populasi lebih kurang 16.500.000 per tahun di inggris. Pasien HNP yang berobat
jalan berkisar 1.600.000 orang dan yang dirawat di rumah sakit lebih kurang
100.000 orang.
Dari keseluruhan nyeri punggung bawah, yang mendapat tindakan operasi
berjumlah 24.000 orang pertahunnya. Penelitian oleh Fernandez et al (2009) pada
orang dewasa diperoleh pravelensi HNP adalah 19,9% di Spanyol. HNP lebih
banyak terjadi pada perempuan (67,5%) daripada laki-laki (33%). Pasien HNP
dari usia 31-50 tahun 1,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan usia 16-30
tahun. Angka kejadian pasien HNP meningkat tajam pada remaja (lebih awal
terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki) dengan usia 12-41 tahun
yang dilakukan berdasarkan studi cross sectional di Denmark. Angka kejadian
HNP lebih sering pada usia dewasa, dimana 20,7% dari populasi perempuan dan
21% dari populasi laki-laki di benua Australia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam laporan pendahuluan ini adalah :
Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa
medis Hernia Nucleus Pulposus (HNP) Di Puskesmas Marina Permai Palangka
Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien Ny. S
dengan diagnosa medis Hernia Nucleus Pulposus (HNP) Di Puskesmas Marina
Permai Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan dan
mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
1.3.2.2 Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
1.3.2.3 Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan diagnosa
medis Hernia Nucleus Pulposus (HNP) Di Puskesmas Marina Permai Palangka
Raya secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Hernia Nucleus Pulposus (HNP) dan
Asuhan Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien Ny. S
dengan diagnosa medis Hernia Nucleus Pulposus (HNP) Di Puskesmas Marina
Permai Palangka Raya melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara
komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
yang berguna bagi status kesembuhan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Phrenic C3 – C5 Diafragma
Radial C5 – C8, T1 Kulit dan otot pada lengan dan tangan
posterior, ibu jari, telunjuk dan jari
tengah
Median C5 – C8, T1 Kulit dan otot pada lengan dan tangan
Ulnar C8, T1 Kulit dan otot pada lengan dan tangan
anterior, kelingking dan jari manis
2. Kolumna Vertebra
Saraf spinalis dilindungi oleh 33 tulang kolumna vertebra yang
fungsi lainnya adalah sebagai penyangga struktur spinalis dan merupakan
bagian mayor sistim rangka aksial.Gambar 2.2 memperlihatkan bahwa,
semakin ke bawah, struktur vertebral body semakin besar (Bledsoe, et al,
2006).
4. Dermatomedan MyotomeLumbar
Untuk sensasi pada kulit, AANN (2009) mengilustrasikan
distribusi dermatome dan myotome lumbarseperti yang terlihat pada
gambar 2.4. Distribusi impuls saraf ke dermatomeakan terpengaruh jika
bagian dari lumbar pendistribusi mengalami herniasi.
5. Diskus Intervertebralis
Diskus intervertebralis adalah bantalan yang berada diantara
vertebra, dan lokasinya langsung bersentuhan dengan saraf spinalis, serta
berperan sebagai shock absorbersdan memberikan fleksibilitas normal
pada kolumna vertebra (Hospital for Special Surgery, 2009).Diskus
Intervertebralis dilindungi oleh jaringan fibrosa yang dinamakan annulus
(Nettina & Mills, 2006).Gambar 2.5dan 2.6 memperlihatkan diskus
intervertebralis yang sehat.
Gambar 2.5. Diskus Intervertebralis (tampak atas) (Ogiela & Zieve, 2012)
LATERAL
b. Pemeriksaan Motoris
a) Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi
di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat.
b) Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.
c) Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas , tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari
lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan
menahan gerakan.
d)
c. Pemeriksaan Sensoris
a) Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.
b) Skoliosis dengan konkavitas ke sisi tungkai yang nyeri, sifat sementara.
c) Pemeriksaan sensasi raba, nyeri, suhu, profunda, dan sensasi getar (vibrasi) untuk
menentukan dermatom yang terganggu.
d) Palpasi dimulai dari area nyeri yang ringan ke arah yang paling terasa nyeri.
e) Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau cermat sehingga tidak
membingungkan klien.
b. Tes-tes Khusus
a) Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)
Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat
pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada
hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Adanya
tanda Laseque lebih menandakan adanya lesi pada L4-5 atau L5-S1 daripada herniasi
lain yang lebih tinggi (L1-4), dimana tes ini hanya positif pada 73,3% penderita.
b) Cara yang dilakukan: Tungkai penderita diangkat perlahan tanpa fleksi di lutut
sampai sudut 90°.
c) Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari ibu jari
kaki (L5).
d) Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5), atau
plantarfleksi (S1).
e) Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit.
f) Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki.
g) Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan indikasi
untuk segera operasi.
h) Kadang-kadang terdapat anestesia di perineum, juga merupakan indikasi untuk operasi.
i) Tes valsava (pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul
nyeri) dan naffziger untuk menaikkan tekanan intratekal.
c. Tes Refleks
Refleks tendon achilles menurun atau menghilang jika radiks antara L5-S1 terkena.