LAPORAN PENDAHULUAN
FLAIL CHEST
KENDARI
2018
A. DEFINISI
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. (Price,2005).
disebabkan oleh trauma. Hal ini dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak.
Fraktur terbuka (kompleks) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau
2. Grade II luka lebih besar, luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
3. Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak
yaitu tulang frontal, temporal, orbito zigomatikus, nasal, maksila dan mandibula.
Fraktur maksilofasial lebih sering terjadi sebagai akibat dari faktor yang datangnya
dari luar seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan akibat olah
Ada banyak faktor etiologi yang menyebabkan fraktur kompleks frontal itu
dapat terjadi, seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan akibat
olahraga, kecelakaan akibat peperangan dan juga sebagai akibat dari tindakan
kecelakaan lalu lintas ini biasanya sering terjadi pada pengendara sepeda motor.
Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian tentang keselamatan jiwa mereka pada
saat mengendarai sepeda motor di jalan raya, seperti tidak menggunakan pelindung
kepala (helm), kecepatan dan rendahnya kesadaran tentang beretika lalu lintas.
C. PATOFISIOLOGI
Gaya yang menyebabkan cidera dapat dibedakan jadi 2, yaitu high impact
atau low impact. Keduanya dibedakan apakah lebih besar atau lebih kecil dari 50
kali gaya gravitasi. Setiap region pada wajah membutuhkan gaya tertentu hingga
supraorbital, maxilla, dan mandibula (bagian syimphisis dan angulus) dan frontal
membutuhkan gaya yang high impact agar bias mengalami kerusakan. Sedangkan
os zygoma dan os nasal dapat mngalami kerusakan hanya dengan terkena gaya
yang low impact. Fraktur kompleks frontal disebabkan oleh trauma langsung.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Depersi malar
4. Flame sign : kerusakan dan depresi tendon canthal lateral, pendarahan sub
conjunctival, paresthesi pada sisi lateral hidung dan bibir bagian atas, diplopia
segi estetika dan defisit fungsional. Perawatan fraktur zigoma bervariasi dari tidak
ada intervensi dan observasi meredanya oedem, disfungsi otot ekstraokular dan
parestesi hingga reduksi terbuka dan fiksasi interna. Intervensi tidak selalu
perawatan yang tepat harus diberikan seperti fraktur lain yang mengalami
1. Penatalaksanaan Medis
arkus yang terisolasi bisa diangkat melalui pendekatan Gillies klasik. Adapun
dalam yakni dengan menggeser elevator di bidang dalam untuk fasia, cedera
pada cabang frontal dari syaraf wajah harus dihindari. Sehingga arkus dapat
kembali ke posisi anatomis yang lebih normal. Bila hanya arkus zigoma saja
yang terkena fraktur, fragmen-fragmen harus direduksi melalui suatu
2. Penatalaksanaan Keperawatan
pemeriksaan yakni secara ekstra oral dan intra oral. Pada pemeriksaan ekstra
dapat terlihat adanya kehitaman pada sekeliling mata, mata juling, ekhimosis,
palpasi terdapat edema dan kelunakan pada tulang pipi. Pada pemeriksaan intra
dapat terlihat adanya ekimosis pada sulkus bukal atas di daerah penyangga
terkena injuri. Sedangkan secara palpasi terdapat kelunakan pada sulkus bukal
F. PEMERIKSAAN RADIOGRAFIS
untuk memperjelas suatu diagnosa klinis serta untuk mengetahui letak fraktur.
informasi yang cukup, dapat juga digunakan foto oklusal dan periapikal. Computed
Tomography (CT) scans dapat juga memberi informasi bila terjadi trauma yang
biasa. Banyak pasien dengan trauma wajah sering menerima atau mendapatkan CT-
scan untuk menilai gangguan neurologi, selain itu CT-scan dapat juga digunakan
sepertiga tengah wajah dapat menggunakan Water’s view, lateral skull view,
G. KOMPLIKASI
1. Kehilangan darah – tulang memiliki suplai darah yang kaya. Istirahat yang buruk
2. Cedera organ, jaringan atau struktur di sekitarnya – misalnya otak bisa rusak
oleh patah tulang tengkorak. Organ dada dapat terluka jika pecah tulang rusuk.
H. ALAT PENGOBATAN
tulang bersama-sama.
DAFTAR PUSTAKA
Carter Michael A. (2006). Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Edisi 6. Jakarta : EGC
Lukman Ningsih, Nurma. (2000). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta : Media A
Esculapius
Nursalam. (2001). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik. Jakarta :
Salemba Medika
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
Alih bahasa, Brahm U Pendit. Edisi 6.Jakarta: EGC
Rasjad Chairuddin. (2009). Struktur dan Fungsi Tulang Dalam : Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif Watampone
Suratun, Heryati, Manurung Santa, Raenah Een. (2008). Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC
Fatimah, Siti. (2012). BAB II Konsep Dasar Fraktur. Diambil pada tanggal 01 Januari
2015 pukul 14.00 WIB dari http://digilib.unimus.ac.id/jtptunimus.gdl-
sitifatimah-5395-2-07-bab