Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KERATITIS DI DESA


BLANDONGAN KOTA PASURUAN

Disusun Oleh :
SITI NUR KHASANAH

(202073027)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes BINA SEHAT PPNI KAB.MOJOKERTO
TA.2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan ini diajukan oleh :

Nama : Siti Nur khasanah

NIM :202073027

Program Studi : Profesi Ners

Judul Asuhan Keperawatan : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Keratitis Di Desa
Blandongan Kota Pasuruan

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan medikal bedah.

Mojokerto,

Pembimbing akademik

(…………………….)
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Keratitis


1.1.1 Definisi Keratitis
Keratitis adalah peradangan kornea yang disebabkan oleh iritasi pada
mata, kekurangan vit. A dan infeksi virus, bakteri, jamur yang dapat
mengakibatkan keruhnya kornea dan menurunkan tajam penglihatan.
(Roderick et al, 2009). Keratitis adalah peradangan pada kornea yang dapat
disebabkan karena infeksi agen mikroba dan pemajanan yang menyebabkan
iritasi pada mata. Keratitis Mikrobial terjadi diakibatkan adanya abrasi pada
kornea mata yag menjadi pintu masuk infeksi pada kornea oleh berbagai
organisme bakteri, virus, jamur atau parasit. Keratitis Pemajanan terjadi
apabila kornea mengalami kekeringan disebabkan kurangnya kelembaban
pada kornea dan penurunan fungsi kelopak mata. Pemajanan kornea dapat
disebabkan oleh kelumpuhan area wajah (paresis saraf fasialis) dan pada klien
koma atau dalam pengaruh anestesi. Kekeringan kornea dapat menyebabkan
ulkus pada kornea dan terjadi infeksi sekunder.

1.1.2 Etiologi Artritis Keratitis


Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya (Ilyas, 2004) :

a. Virus
b. Bakteri
c. Jamur
d. Kekurangan vitamin A
e. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari dan terkena aparan cahaya
kuat lain seperti pengelasan
f. Iritasi pada mata yang disebabkan masuknya benda asing (corpus alienum)
atau penggunaan lensa kontak yang berlebihan.
g. Mata kering yang disebabkan gangguan pembentukan air mata atau adanya
robekan pada kelopak mata
h. Reaksi akibat paparan debu, polusi, serbuk sari, atau penggunaan kosmetik
dan obat tetes mata
i. Efek samping obat.
j. Gangguan nervus trigeminus
k. Hipersensitivitas

1.1.3 Tanda Dan Gejala Keratitis


Mansjoer et al (2001) menyebutkan bahwa tanda gejala keratitis berupa
adanya infiltrat pada kornea. Infiltrat dapat terbentuk di seluruh lapisan
kornea. Gejala umum yang biasa terjadi adalah radang pada kelopak mata
( bengkak), mata berair, mata merah, nyeri, penurunan tajam penglihatan,
sensitif terhadap cahaya. Menurut Smaltzer dan Bare (2001) tanda gejala
yang timbul pada keratitis adalah adanya inflamasi bola mata yang jelas,
cairan mukopurulen dengan kelopak mata saling melekat saat bangun, terasa
benda asing di mata, ulserasi epitel, fotofobia dan dapat terjadi perforasi
kornea.

Keratitis biasanya digolongkan berdasarkan lapisan kornea yang


terkena: yaitu keratitis profunda apabila mengenai lapisan stroma dan keratitis
superfisialis apabila mengenai lapisan epitel dan bowman.keratitis
superfisialis dapat diklasifikasikan l;agi berdasarkan bentuk klinis yang
muncul, antara lain adalah (Ilyas, 2004):

a. Keratitis punctata superfisialis: ditandai dengan adanya bintik-bintik putih


pada permukaan kornea. Keratitis ini dapat disebabkan oleh blefaritis,
paparan sinar ultraviolet, keratopati logaftalmus, sindrom dry eye, pemakaian
lensa kontak, keracunan obat topical dan trauma kimia ringan.

b. Keratitis flikten : ditandai dengan adanya benjolan putih yang bermula di area
limbus tetapi mempunyai kecenderungan infiltrasi di area kornea.

c. Keratitis sika : keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar


lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva yang menyebabkan
kekeringan pada mata.
d. Keratitis lepra : biasa disebut keratitis neuroparalitik yaitu keratitis yang
diakibatkan karena adanya gangguan trofik saraf.

e. Keratitis nummularis : berbentuk bercak putih bulat multiple pada permukaan


kornea.

Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain adalah :

1. Keratitis sklerotikans yaitu kekeruhan kornea dengan bentuk segi tiga yang
menyertai skleritis

2. Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital

1.1.4 Klasifikasi Keratitis


Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya (Ilyas, 2004) :

l. Virus
m. Bakteri
n. Jamur
o. Kekurangan vitamin A
p. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari dan terkena aparan cahaya
kuat lain seperti pengelasan
q. Iritasi pada mata yang disebabkan masuknya benda asing (corpus alienum)
atau penggunaan lensa kontak yang berlebihan.
r. Mata kering yang disebabkan gangguan pembentukan air mata atau adanya
robekan pada kelopak mata
s. Reaksi akibat paparan debu, polusi, serbuk sari, atau penggunaan kosmetik
dan obat tetes mata
t. Efek samping obat.
u. Gangguan nervus trigeminus
v. Hipersensitivitas

Menurut Biswell (2010), keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan


beberapa hal:

a. Berdasarkan lapisan yang terkena


1) Keratitis Pungtata

Keratitis pungtata adalah keratitis yang mengenai lapisan superfisial


dan subepitel pada kornea dan berbentuk infiltrat halus pada kornea
( Ilyas, 2004). Faktor penyebab Keratitis Pungtata tidak spesifik dan
dapat terjadi akibat infeksi Herpes simpleks, Herpes zoster,
Blefaritis neuroparalitik, vaksinasi, trakoma, mata kering (dry eye),
trauma, radiasi, keracunan obat seperti neomisin dan tobramisin

2) Keratitis Marginal

Keratitis Marginal merupakan keratitis dengan infiltrasi subtrat


terdapat pada bagian tepi kornea sejajar dengan limbus. Infeksi
konjungtiva dapat menyebabkan terjadinya keratitis marginal atau
keratitis kataral. Keratitis marginal biasanya terdapat pada pasien
paruh baya dengan adanya riwayat blefarokonjungtivitis ( Ilyas,
2004). Penyebabnya yaitu Strepcoccus pneumonie, Moraxella
lacunata, Hemophilus aegepty, dan Esrichia

3) Keratitis Interstisial

Keratitis interstitial adalah kondisi serius dimana infeksi keratitis


diikuti oleh infiltrasi pembuluh darah ke dalam kornea yang dapat
menyebabkan transparansi kornea berkurang dan akhirnya menjadi
keruh. Keratitis interstitial dapat menyebabkan komplikasi kebutaan
pada. Keratitis Interstisial terjadi akibat alergi atau infeksi spiroket
ke dalam stroma kornea dan akibat tuberkulosis (Ilyas, 2004).

Faktor penyebab paling sering dari keratitis interstitial adalah sifilis


kongenital. Keratitis yang disebabkan oleh sifilis kongenital
biasanya ditandai dengan tanda trias Hutchinson yaitu terjadi
keratitis interstisial pada mata, tuli labirin pada telinga, dan gigi seri
berbentuk obeng, sadlenose, dan pemeriksaan serologis yang positif
terhadap sifilis (Hollwich, 1993).

b. Berdasarkan penyebabnya
1) Keratitis Bakteri

Keratitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri dapat menyebabkan


komplikasi yang mengancam penglihatan. Hal ini disebabkan proses
nyerinya terjadi cepat dan disertai dengan injeksio konjungtiva,
fotofobia dan adanya penurunan visus, inflamasi endotel, tanda
reaksi bilik mata depan, dan hipopion yang sering terjadi pada pasien
dengan ulkus kornea bakterial. Penggunaan lensa kontak, obat
kortikosteroid dan grafting kornea yang terinfeksi dapat menjadi
faktor predisposisi terjadinya infeksi bakteri.

Streptococcus pneumonia merupakan penyebab umum keratitis


bakteri di banyak bagian di dunia. Bakteri lain yang menjadi yaitu
Staphylococcus aureus, Streptococcus beta-hemolyticus, S.
epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Moraxella liquefaciens,
Mycobacterium fortuitum,., Haemophilus influenza, Neiseria sp,
Corynebacterium dhiptheriae, merupakan agen berbahaya karena
dapat berpenetrasi ke dalam epitel kornea yang terinfeksi.
Manifestasi klinis pada keratitis bakteri sulit untuk ditentukan jenis
bakteri yang menjadi penyebabnya, walaupun demikian sekret yang
berwarna kehijauan dan bersifat mukopurulen menjadi tanda khas
untuk infeksi yang disebabkan P. aerogenosa. Ulkus kornea pada
keratitis bakteri terletak di sentral, namun beberapa dapat terbentuk
di area perifer.

2) Kreatitis Jamur

Keratitis jamur awalnya banyak terjadi di kalangan pekerja


pertanian, namun semenjak pemakaian secara luas obat
kortikosteroid dalam pengobatan mata, kasus ini juga banyak
dijumpai diantara penduduk perkotaan. Ulkus kornea fungi hanya
timbul bila stroma kornea kemasukan sangat banyak organisme,
yang masih mungkin timbul di daerah pertanian.
Tanda pada keratitis jamur berupa adanya infiltrat kelabu, ,
peradangan bola mata, hipopion, ulserasi superfisial dan lesi satelit
( umumnya infiltrat terjadi di tempat yang jauh dari daerah ulserasi
utama).

3) Kreatitis Virus
Infeksi virus yang sering terjadi pada kornea disebabkan oleh infeksi
Herpes simpleks virus (HSV). Virus herpes merupakan parasit
obligat intraselular yang dapat ditemukan pada mukosa, rongga
mulut, rongga hidung, mata dan vagina. Penularan virus dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan cairan dan jaringan yang berasal
dari mata, rongga mulut, rongga hidung, dan alat kelamin yang
mengandung virus (Ilyas, 2004). Pasien dengan HSV keratitis
memiliki keluhan utama nyeri pada mata, mata merah, mata berair,
penglihatan kabur, fotofobia, dan penurunan tajam penglihatan
terutama jika terkena bagian pusat kornea (Ilyas, 2004).

4) Keratitis Acanthamoeba

Keratitis yang disebabkan infeksi Acanthamoeba biasanya terkait


dengan penggunaan lensa kontak (Dorland, 2002). Tanda gejala khas
pada keratitis jenis ini adalah terdapat cincin stroma, ulkus kornea
indolen, dan infiltrat perineural. Tanda gejala awal berupa hanya
terbatas perubahan-perubahan yang semakin banyak ditemukan pada
epitel kornea. Keratitis Acanthamoeba sering salah didiagnosis
sebagai keratitis herpes (Biswell, 2010).

1.1.5 Patofisiologi Keratitis

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung jaringan mata yang


berbentuk uniform dan transparan sebagai jendela yang dilalui berkas
cahaya menuju retina. Kornea memiliki sifat tembus cahaya disebabkan
strukturnya yang uniform, avaskular, dan deturgesens. keadaan dehidrasi
relatif jaringan kornea atau deturgesens dipertahankan oleh fungsi
pelindung epitel. Epitel kornea merupakan pelindung yang efisien untuk
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam kornea. Epitel kornea
terdiri dari satu lapis sel-sel pelapis permukaan posterior kornea yang tidak
dapat diperbarui. Sel-sel ini berfungsi mempertahankan kejernihan optik
kornea sebagai pompa cairan dan menjaga agar kornea tetap tipis dan
basah. Jika sel-sel ini mengalami cedera atau abrasi, akan timbul edema
dan penebalan kornea yang dapat menggangu tajam penglihatan
(AAO,2008) .

Sistem imunitas sewaktu peradangan tidak dapat langsung datang


karena kornea bersifat avaskular. Sel-sel yang terdapat di dalam stroma
akan bekerja sebagai makrofag diikuti injeksi perikornea oleh pembuluh
darah yang terdapat di limbus. Hasil akhirnya terbentuk infiltrat, yang
tampak berupa bercak kelabu, dengan permukaan yang licin dan berwarna
keruh (Roderick et al, 2009).

Kerusakan pada sel epitel dapat menyebabkan ulkus kornea yang


dapat menyebar ke dalam permukaan stroma. Toksin dari kornea dapat
menyebar ke iris dan badan siliar pada proses peradangan yang hebat.
Peradangan pada iris dan badan siliar menimbulkan kekeruhan pada cairan
COA (camera occuli anterior), diikuti terbentuknya hipopion yaitu
akumulasi sel darah putih (pus) di ruang anterior mata (Roderick et
al,2009).

Apabila peradangan terus menyebar ke bagian dalam tanpa


mengenai membran descement akan timbul tonjolan pada membran
descement yang disebut descementocele atau mata lalat. Penyembuhan
keratitis dengan peradangan yang dalam dapat menimbulkan jaringan parut
berupa makula, nebula, atau leukoma (Roderick et al, 2009).

1.1.6 Pathway Keratitis


1.1.7 Pemeriksaan Penunjang Keratitis
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien dengan keratitis menurut Ilyas
(2004) adalah

1) Pemeriksaan visus/tajam penglihatan: Pemeriksaan visus dilakukan


untuk mengetahui tingkat fungsi penglihatan pada masing masing mata
secara terpisah.

2) Uji fluoresein: Uji ini dilakukan untuk mengetahui kerusakan pada epitel
kornea yang diakibatkan erosi, keratitis epitelial. Hasil tes positif bila
terlihat warna hijau pada defek epitel kornea.

3) Uji dry eye: Pemeriksaan kekeringan mata termasuk penilaian terhadap


lapisan air mata (tear film), danau air mata (teak lake) , dan uji break up
time untuk mengetahui fungsi fisiologik film air mata yang melindungi
kornea.

4) Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10 % pada kerokan kornea

5) Uji sensibilitas kornea: Untuk mengetahui keadaan sensibilitas kornea


yang berkaitan dengan penyakit mata akibat gangguan ujung saraf
sensibel kornea oleh infeksi herpes simpleks atau akibat kelainan saraf
trigeminus oleh herpes zooster

6) Uji fistel: Untuk melihat adanya fistel atau kebocoran kornea akibat
adanya perforasi kornea
7) Uji biakan dan sensitivitas: mengidentifikasi patogen penyebab keratitis

8) Uji plasido: mengidentitifikasi kelainan permukaan kornea

Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan menurut (Roderick et al,


2009)
1) Tonometri digital palpasi: Cara ini dilakukan bila pemeriksaan mata
dengan tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai seperti pada
kasus infeksi kornea, sikatrik kornea dan kornea ireguler.

2) Ofthalmoskop: pemeriksaan ofthalmoskop dapat mengidentifikasi


kelainan serabut retina, serat yang atropi, dan tanda lain seperti
perdarahan peripapilar.

3) Keratometri: Keratometri bertujuan untuk mengetahui tingkat


kelengkungan kornea, secara subjektif juga dapat dilihat tear lake
yang kering atau yang terisi air mata dengan cara mengalihkan fokus
kearah lateral bawah

1.1.8 Penatalaksanaan Keratitis


Terapi yang dapat dilakukan pada pasien dengan keratitis menurut Tjay dan
Rahardja (2007) adalah:

1) Pemberian antibiotik, air mata buatan.

2) Antivirus, anti inflamasi dan analgesik

3) Pada keratitis bakterial diberikan gentacimin 15 mg/ml, tobramisin 15 mg/ml,


seturoksim 50 mg/ml.

4) Terapi pada keratitis jamur berupa pemberian ekanazol 1% yang berspektum


luas.

5) Pemberian sikloplegik untuk mengurangi nyeri akibat spasme siliar dan


menghindari terbentuknya sinekia posterior

1.1.9 Komplikasi Keratitis


Komplikasi keratitis yang perlu diwaspadai adalah penipisan kornea
yang dapat menyebabkan perforasi kornea dan mengakibatkan endophtalmitis
sampai hilangnya penglihatan (kebutaan) (Roderick et al, 2009). Beberapa
komplikasi yang lain diantaranya:

9) Ulkus kornea
10) Gangguan refraksi
11) Perforasi kornea
12) Glaukoma sekunder
13) Jaringan parut permanent

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pola Persepsi Kesehatan

a. Identitas klien Nama:

Umur dan tanggal lahir: Keratitis dapat terjadi pada semua usia
Jenis kelamin: Keratitis bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan
Suku bangsa:

Pekerjaan:

Pendidikan:

Status menikah:

Alamat:

Diagnosa medis: Keratitis

b. Identitas penanggung jawab meliputi nama, tanggal lahir, umur, jenis


kelamin, alamat.

c. Alasan MRS dan Keluhan Utama: Tanyakan kepada pasien adanya


keluhan seperti nyeri, mata merah, mata berair, silau dan sekret pada mata.

d. Riwayat penyakit sekarang: Informasi yang dapat diperoleh meliputi


informasi mengenai riwayat trauma pada mata, penurunan tajam
penglihatan, gejala penyakit mata seperti nyeri meliputi lokasi, kualitas,
durasi, waktu terjadi, pusing dan silau.

e. Riwayat penyakit dahulu: Tanyakan pada klien riwayat penyakit yang


pernah dialami klien seperti diabetes mellitus, herpes zooster, herpes
simpleks,
f. Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien
ada yang pernah mengalami penyakit yang sama dengan pasien atau
riwayat penyakit menular pada anggota keluarga.

2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Pada klien yang mengalami keratitis tidak mengalami gangguan pada sistem
pernafasan, tidak sesak, tidak ada alat bantu nafas, tidak adanya cuping
hidung, perkusi dada vesikuler, frekuensi pernafasan cenderung normal (16-
20/menit) dan tidak ada suara nafas tambahan.
b. B2 (Blood)
Tidak ada iktus jantung pada palpasi. Nadi mungkin meningkat, iktus tidak
teraba. Pada auskultasi ada suara S1 dan S2 tunggal dan tidak ada
murmur.B3
c. B3 (Brain)
1) Ketajaman penglihatan: Uji formal ketajaman penglihatan harus
merupakan bagian dari setiap data dasar pasien. Tajam penglihatan
diuji dengan kartu mata (snellen) yang diletakkan 6 meter.
2) Palpebra superior: Merah, sakit jika ditekan
3) Palpebra inferior: Bengkak, merah, ditekan keluar secret
4) Konjungtiva tarsal superior dan inferior Inspeksi adanya :
i. Papil, timbunan sel radang sub konjungtiva yang berwarna merah
dengan pembuluh darah ditengahnya
ii. Membran, sel radang di depan mukosa konjungtiva yang bila diangkat
akan berdarah, membran merupakan jaringan nekrotik yang
terkoagulasi dan bercampur dengan fibrin, menembus jaringan yang
lebih dalam dan berwarna abu – abu.
iii. Pseudomembran, membran yang bila diangkat tidak akan berdarah
iv. Litiasis, pembentukan batu senyawa kalsium berupa perkapuran yang
terjadi pada konjungtivitis kronis
v. Sikatrik, terjadi pada trakoma.
5) Konjungtiva bulbi: sekresi, injeksi konjungtival, injeksi siliar, edema
konjungtiva berat, kemosis konjungtiva bulbi, flikten peradangan
disertai neovaskulrisasi
6) Kornea: erosi kornea, uji fluoresin positif, infiltrat, tertimbunnya sel
radang, pannus (terdapat sel radang dengan adanya pembuluh darah
yang membentuk tabir kornea), flikten, ulkus, sikatrik
7) Bilik depan mata: hipopion (penimbunan sel radang dibagian bawah
bilik mata depan), hifema (perdarahan pada bilik mata depan)
8) Iris: rubeosis (radang pada iris), gambaran kripti pada iris
9) Pupil: reaksi sinar, isokor, pemeriksaan fundus okuli dengan
optalmoskop untuk melihat, adanya kekeruhan pada media
penglihatan yang keruh seperti pada kornea, lensa dan badan kaca.

c. B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan.B5 (Bowel)
Tidak ada gangguan pada BAB, Tidak ada penurunan nafsu makan
d. B6 (Bone)
Pada klien hipertensi cenderung merasa lemah dan tida bisa mempertahankan
aktivitas sehari-hari.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
b. TTV: TD (biasanya naik), Nadi (biasanya naik), RR (biasanya naik), Suhu
( biasanya naik )

c. Tingkat kesadaran: Baik


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan


Keratitis adalah

a. Nyeri akut berhubungan dengan reaksi inflamasi pada kornea


b. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
d. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
e. Resiko infeksi berhubungan dengan kontak sekret dengan mata sehat atau
mata orang lain

RENCANA KEPERAWATAN

NO TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


Dx HASIL

1. Tujuan keperawatan  Observasi TTV  Untuk mengetahui keadaan


: setelah dilakukan umum pasien
asuhan keperawatan  Kaji lokasi, intensitas,dan
 Membantu dalam
selama 2x24 jam tipe, skala nyeri. mengendalikan kebutuhan
diharapkan Nyeri manajemen nyeri
berkurang, hilang, teratasi.  Bantu klien dalam
 Membantu klien mengenal
Kreteria hasil : mengidentifikasi factor faktor pencetus terjadinya
 Mampu Mengontrol nyeri
Nyeri ( Tahu penyebab pencetus
 Relaksasi napas dalam
nyeri, mampu  Ajarkan relaksasi nafas merupakan tindakan
menggunakan tehnik penurunan nyeri
nonfarmakologi untuk dalam: teknik terkait
 Istirahat dapat menurunkan
mengurangi nyeri, ketegangan otot rangka metabolisme setempat dan
Mencari bantuan) mengurangi pergeraskan
 Melaporkan bahwa nyeri yang dapat mengurangi
pada sendi yang sakit
berkurang dengan intensitas nyeri.  Obat untuk meringankan
menggunakan nyeri
manajemen nyeri  Tingkatkan istirahat
 Mampu mengenali nyeri  Kolaborasi pemberian obat
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda tidur (jika perlu)
nyeri)
 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.
2.1.7 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini
muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien. Tindakan yang
dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat
pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pada klien akan berbeda, disesuaikan
dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien.
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas
perawat.Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui alasan
mengapa tindakan tersebut dilakukan.Perawat harus yakin bahwa tindakan
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah direncanakan,
dilakukan dengan tepat, aman serta sesuai dengan kondisi klien, selalu dievaluasi
apakah sudah efektif dan selalu didokumentasikan menurut urutan watu (Doenges,
dkk., 2006).

2.1.8 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini perawat
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang
sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah diatasi
seluruhnya, hanya sebagian atau belum teratasi semuanya. Evalusi adalah proses
yang berkelanjutan yaitu proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor
kondisi klien untuk mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan
tindakan keperawatan, kebutuhan klien saat ini, perlunya dirujuk pada tempat
kesehatan lain, apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosis supaya kebutuhan
klien bisa terpenuhi (Doenges, dkk., 2006).
ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian
a) Identitas pasien
Nama : An.I
Usia : 14 tahun
Pekerjaan : Sekolah
Agama :Islam
Status perkawinan :-
Tanggal Pengkajian : 27 Desember 2020
DX MEDIS : Keratitis
B. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
1. POLA PERSEPSI KESEHATAN
a) Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada kedua mata
b) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada kedua mata, rasa ngeres ( seperti ada pasir dalam
mata) gatal, panas, dan kemerahan disekitar mata dirasakan sejak 2 hari yang lalu,
pada saat mata pasien terkena debu dan pasien mengucek kedua matanya sehingga
kemerahan dan mengalami sakit mata.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pasien pernah menderita penyakit yang sama sejak 1 tahun
yang lalu.
d) Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan ataupun
menular
e) Riwayat alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi

C. Pengkajian Sistem

Keadaan umum
GCS
B1 (Breathing)
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada retraksi intercostea, RR
21x/menit
Perkusi : Sonor

Palpasi : ekspansi paru kanan dan kiri sama, focal fremitus getaran kanan dan
kiri sama
Auskultasi : tidak terdapat suara nafas tambahan
B2 (Blood)
Inspeksi : tidak nampak ictus cordis
Palpasi : akral teraba hangat
Auskultasi : suara jantung normal irama regular, TD : 120/80mmHg , Nadi :
88x/meni
B3 (Brain)
GCS : 456
Kesadaran : composmentis
Tidak ada kaku kuduk
Mata : Terdapat nyeri tekan, mata merah dan bengkak, terdapat lingkaran hitam
disekitar mata, konjungtiva merah, sclera merah, reflek pupil pada cahaya kurang baik,
penglihatan pasien kabur mata sebelah kanan, pasien menggunakan kacamata.
Telinga : Pendengaran normal, bentuk telinga simetris, tidak ada serumen
Pasien mengatakan tidur mengalami sulit tidur, tidur Malam 7-8jam/hari. Pasien
mengatakan tidur siang kurang lebih 2 jam/hari
B4 (Bladder)
Tidak ada keluhan pada perkemihan
Produksi urin : Warna kuning jernih
Pasien mengatakan BAK 3-4kali/ hari,
Pasien mengatakan bab 1-2 kali/hari
Pasien mampu ke toilet secara mandiri
B5 (Bowel)
Inspeksi : tidak ada lesi, bentuk simetris
Auskultasi : bising usus 15x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada distensi abdomen, tidak teraba pembesaran hepar
Pasien mengatakan makan hanya 2 kali sehari selalu habis dalam 1 porsi, minum ±1liter
air/hari , pasien mengatakan tidak makan makanan bersantan .

B6 (Bone)
Warna kulit : sawo matang
Turgor kulit Baik
Tidak Terdapat bekas luka pada bagian ekstremitas atas dan bawah
Tidak terdapat deformitas, tidak terdapat perdarahan, tidak terjadi fraktur pada
ekstremitas atas dan bawah
Kemampuan pergerakan sendiri Bebas

D. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Ds: Pasien mengatakan nyeri pada kedua Trauma Nyeri
mata, rasa ngeres,
( Benda asing “Debu”) Akut
• Mata terasa gatal, panas, dan kemerahan
• Klien mengatakan sudah mengalami
keluhan seperti yang dirasakan saat ini Mengenai lapisan kornea
sejak 3 hari yang lalu
• Skala Nyeri : 4
P = Nyeri muncul saat pagi hari setelah Inflamasi
bangun tidur, dan saat Melihat sinar
Q = Seperti ditusuk tusuk
R= Nyeri pada mata kanan dan kiri Terbentuknya ilfiltrasi,
S = Skala 4 sel plasma, pada
T = Nyeri dirasakan
hilang timbul konjungtiva dan kornea

Do: Keadaan umum : Baik


Penimbunan infiltrasi
GCS : 456
• Klien tampak meringis
• Klien tampak gelisah Kerusakan epitel kornea
• TTV:
TD : 120/80 mmHg
Nyeri akut
RR : 21 x/menit
S : 36,5 C
N : 88 x/menit
Ds : Pasien mengatakan Mata terasa gatal,
panas, dan kemerahan Keratitis Resiko
Do : Keadaan umum : Baik Infeksi
GCS : 456
Menggagu kejernihan
 Klien tampak sering mengucek mata
dan kelengkungan kornea
 Klien tampak kesakitan
 Mata tampak merah mata
 Terdapat goresan pada kornea mata
sebelah kanan
TD : 120/80 mmHg Pandangan kabur
RR : 21 x/menit
S : 36,5 C Penurunan fungsi
N : 88 x/menit
penglihatan

Gangguan persepsi
sensori

Perubahan status
kesehatan

Resiko Infeksi

E. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan reaksi inflamasi pada kornea ditandai dengan
penglihatan kabur, skala nyeri 4
b. Resiko infeksi berhubungan reaksi inflamasi pada kornea ditandai dengan kontak
sekret dengan mata sehat atau mata orang lain
F. RENCANA KEPERAWATAN

NO Dx TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


HASIL

1. Tujuan keperawatan :  Observasi TTV  Untuk mengetahui keadaan


Nyeri Akut setelah dilakukan asuhan umum pasien
keperawatan selama 2x24  Kaji lokasi,
 Membantu dalam
jam diharapkan Nyeri intensitas,dan tipe, skala mengendalikan kebutuhan
berkurang, hilang, teratasi. manajemen nyeri
Kreteria hasil : nyeri.
 Membantu klien mengenal
 Mata pada Merah  Bantu klien dalam faktor pencetus terjadinya
berkurang nyeri
 Bengkak pada mata mengidentifikasi factor
 Relaksasi napas dalam
berkurang pencetus merupakan tindakan
 Nyeri pada mata penurunan nyeri
berkurang  Ajarkan relaksasi nafas
 Menjaga kebersihan diri
 Gatal pada mata dalam: teknik terkait agar dapat menurunkan
berkurang metabolisme setempat dan
ketegangan otot rangka
 Mampu Mengontrol mengurangi pergeraskan
Nyeri ( Tahu penyebab yang dapat mengurangi tangan ke mata
nyeri, mampu
intensitas nyeri.  Obat untuk meringankan
menggunakan tehnik nyeri
nonfarmakologi untuk  Berikan pengertian
mengurangi nyeri,
Anjurkan memonitor
Mencari bantuan)
 Mampu mengenali nyeri secara mandiri –
nyeri
Anjurkan menggunakan
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda analgetik secara tepat
nyeri)
 Menyatakan rasa  Edukasi kepada pasien
nyaman setelah nyeri tentang kebersihan agar
berkurang.
mampu memagemen
nyeri
 Kolaborasi pemberian
obat tidur (jika perlu)
Tujuan keperawatan :  mencegah infeksi silang
 Lakukan tehnik steril
2. setelah dilakukan asuhan  tanda infeksi salah
Resiko keperawatan selama 2x24  Monitor TTV (TD, satunya ialah
Infeksi jam diharapkan Klien tidak peningkatan TTV
menunjukkan tanda-tanda Nadi, Suhu, RR)
 Tehnik yang tepat dalam
infeksi  Gunakan/tunjukkan membersihkan mata
 Meningkatkan dapat menurunkan
penyembuhan luka teknik yang tepat untuk
resiko infeksi
tepat waktu, bebas membersihkan mata dari  dapat menularkan
drainase factor, infeksi
eritema, dan demam. dalam keluar dengan
 mencegah penularan
 Mengidentifika si bola kapas untuk tiap infeksi
intervensi untuk  istirahat dapat
mencegah/ menurunkan usapan, ganti balutan.
membantu proses
resiko infeksi  Tekankan pentingnya penyembuhan
 Pasien mampu  mencuci tangan dapat
menyebutkan tindakan tidak menyentuh/
mencegah infeksi
pencegahan infeksi di menggaruk mata yang  memberikan
rumah pengetahuan dasar
sakit kemudian yang
bagaimana cara
sehat memproteksi diri
 Anjurkan untuk  mencegah komplikasi

memisahkan handuk, lap


atau sapu tangan
 Anjurkan pasien
istirahat untuk
mengurangi gerakan
mata
 Diskusikan pentingnya
mencuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
 Lakukan penkes tentang
pencegahan dan
penularan
 Kolaborasi dan Monitor
pemberian actor tic dan
kaji efek sampingnya
G. IMPLEMENTASI

Tanggal Jam Tindakan keperawatan Nama


perawat
27 Des 19.00 1. Mengobservasi TTV pasien, Siti nur
2020 TD : 120/80 mmhg khasanah
(Nyeri S : 36,5 oC
Akut) N : 88 x/menit
R : 21 x/menit
2. Menanyakan lokasi nyeri, tipe dan skala
19.15 nyeri
H/:P = nyeri dibagian kedua mata, skala
nyeri 4
19.20 3. Menanyakan kepada pasien waktu,dan actor
pencetus terjadinya nyeri
H/:P = Nyeri muncul saat pagi hari setelah
19.25 bangun tidur, nyeri kambuh saat melihat
sinar dan saat mengucek mata,
4. Mengajarkan tekhnik non farmakologi :
acto nafas dalam
H/:P = klien mampu menirukan teknik nafas
19.33 dalam dan mengatakan sedikit lebih rileks
5. Edukasi kepada pasien untuk memotong kuku,
dilarang mengucek mata

H/:P = pasien kooperatif


19.40

6. Mengingatkan pasien untuk meneteskan obat


matanya tepat waktu
Obat : Lubricen : 6 tetes / hari
Lfx : 6 tetes / hari
Oculenta : 6 tetes / hari
H/:P = Pasien kooperatif
08.00
1. Mengobservasi TTV pasien
TD : 110/80 mmhg
28-Des- S : 36 oC
2020 08.15 N : 78 x/menit
(Nyeri R : 20 x/menit
Akut) 2. Menanyakan lokasi nyeri, tipe dan skala nyeri
H/:P = nyeri dibagian kedua mata, namun
08.20 nyerinya sudah berkurang skala nyeri 3
3. Menanyakan kepada pasien waktu,dan actor
pencetus terjadinya nyeri
H/:P = Nyeri muncul saat pagi hari setelah
bangun tidur, nyeri kambuh saat melihat sinar
08.25 dan saat mengucek mata,
4. Mengajarkan tekhnik non farmakologi : acto
nafas dalam
H/:P = klien mampu menirukan teknik nafas
dalam dan mengatakan sedikit lebih rileks
08.30 5. Edukasi kepada pasien untuk memotong kuku,
dilarang mengucek mata

H/:P = pasien kooperatif


08.35 6. Mengingatkan pasien untuk meneteskan obat
matanya tepat waktu
H/:P = Pasien kooperatif

29 Des 07.00  Mengobservasi TTV


2020 TD : 110/80 mmhg
(Resiko S : 36 oC
Infeksi) N : 78 x/menit
R : 20 x/menit
07.10  Memberikan edukasi pentingnya tidak
menyentuh/ menggaruk mata yang sakit
kemudian yang sehat
H/:P = pasien Kooperatif dan mengatakan tidak
akan menggaruk/ menyucek mata lagi
07.15  menganjurkan untuk memisahkan handuk, lap
atau sapu tangan
H/:P = pasien Kooperatif dan menerima
masukan dari perawat
07.20  menganjurkan pasien istirahat untuk mengurangi
gerakan mata
H/:P = pasien Kooperatif dan mau tidur tepat
waktu
07.25  mendiskusikan pentingnya mencuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan kepada pasien dan
keluarga
H/:P = pasien Kooperatif dan pasien mengatakan
akan mencuci tangan dulu sebelum dan sesudah
mengobati matanya
07.30  Kolaborasi dan Monitor pemberian obat
Obat : Lubricen : 6 tetes / hari
Lfx : 6 tetes / hari
Oculenta : 6 tetes / hari
H/:P = Pasien kooperatif

30-Des-
2020 07.00  Mengobservasi TTV
(Resiko TD : 110/80 mmhg
Infeksi) S : 36 oC
N : 78 x/menit
R : 20 x/menit
07.10  Memberikan edukasi pentingnya tidak
menyentuh/ menggaruk mata yang sakit
kemudian yang sehat
H/:P = pasien Kooperatif dan mengatakan tidak
akan menggaruk/ menyucek mata lagi
07.15  menganjurkan untuk memisahkan handuk, lap
atau sapu tangan
H/:P = pasien Kooperatif dan menerima
masukan dari perawat
07.20  menganjurkan pasien istirahat untuk mengurangi
gerakan mata
H/:P = pasien Kooperatif dan mau tidur tepat
waktu
07.25  mendiskusikan pentingnya mencuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan kepada pasien dan
keluarga
H/:P = pasien Kooperatif dan pasien mengatakan
akan mencuci tangan dulu sebelum dan sesudah
mengobati matanya
07.30  Kolaborasi dan Monitor pemberian obat
Obat : Lubricen : 6 tetes / hari
Lfx : 6 tetes / hari
Oculenta : 6 tetes / hari
H/:P = Pasien kooperatif

H. EVALUASI KEPERAWATAN

NO EVALUASI S- TTD
Dx O-A-P
27-Des- S : Pasien mengatakan nyeri pada kedua mata, rasa ngeres Mata terasa gatal,
2020 panas, dan kemerahan
(Nyeri
Akut) O: Keadaan umum : Baik
TD : 120/80 mmHg
RR : 21 x/menit
S : 36,5 C
N : 88 x/menit
P = Nyeri muncul saat pagi hari setelah bangun tidur, Melihat sinar
Q = Seperti ditusuk tusuk
R= Nyeri pada mata kanan dan kiri
S= Skala 4
T= Nyeri dirasakan
hilang timbul
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, frekuensi,
kualitas dan factor pencetus.

S : Pasien mengatakan nyeri pada kedua mata, rasa ngeres Mata terasa gatal,
panas, dan kemerahan
O: Keadaan umum : Baik
TD : 110/80 mmhg
S : 36 oC
28-Des- N : 78 x/menit
2020 R : 20 x/menit
(Nyeri P = Nyeri muncul saat pagi hari setelah bangun tidur, Melihat sinar
Akut) Q = Seperti ditusuk tusuk
R= Nyeri pada mata kanan dan kiri
S= Skala 3
T= Nyeri dirasakan hilang timbul

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi
Dengan melakukan teknik non farmakologi dilakukan oleh klien dan mengobati
secara rutin dan tepat waktu

29- 12- S : Pasien mengatakan Mata terasa gatal, panas, dan kemerahan
2020
(Resiko O: Keadaan umum : Baik
infeksi) GCS : 456
 Klien tampak sering mengucek mata
 Klien tampak kesakitan
 Mata tampak merah
 Terdapat goresan pada kornea mata
TD : 120/80 mmHg
RR : 21 x/menit
S : 36,5 C
N : 88 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Menganjurkan pasien untuk tidak mengucek/menyentuh mata, monitor istirahat
pasien untuk mengurangi gerak mata,

30- 12- S : Pasien mengatakan Mata terasa gatal, panas, dan kemerahan
2020
(Resiko O: Keadaan umum : Baik
infeksi) GCS : 456
 Klien mengatakan sakitnya berkurang
 Mata tampak merah
 Terdapat goresan pada kornea mata
TD : 110/80 mmhg
S : 36 oC
N : 78 x/menit
R : 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Menganjurkan pasien untuk tidak mengucek/menyentuh mata, monitor istirahat
pasien untuk mengurangi gerak mata, pemberian obat kepada pasien tepat waktu

Anda mungkin juga menyukai