Anda di halaman 1dari 18

1

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN POLIO

Dosen Pengampu :

Reni Tri Subekti,SST,M.Kes.

DISUSUN OLEH:

1. DEDI RIYADI 142012017013


2. DISKA AYOMI 142012017018
3. ERPIN ANDANI 142012017020
4. IVANA DEA 142012017022
5. SUCI BERLIANA 142012017040

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMAMDIYAH PRINGSEWU (UMPRI)
LAMPUNG
2020
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Illahi Robbi atas segala
nikmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Polio, makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu komponen tugas pada mata kuliah penyakit tropis di (UMPRI)Fakultas
Kesehatan S1 Ilmu Keperawatan.

Makalah ini mencoba memaparkan tentang Asuhan Keperawatan Pasien


Dengan Polio.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusuanan


makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penambahan wawasan kami di
masa yang akan dating.

Demikian akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya terima kasih.

Pringsewu, Februari 2020

Penyusun
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................i


KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi.......................................................................................
b. Etiologi.......................................................................................
c. Klasifikasi .................................................................................
d. Manifestasi Klinis......................................................................
e. Patofisologi ...............................................................................
f. Pathway......................................................................................
g. Pemeriksaan Penunjang.............................................................
h. Penatalaksanaan ........................................................................

2.1 Konsep Dasar Askep


a. Pengkajian ..................................................................................
b. Diagnosa Keperawatan ...............................................................
c. Intervensi.....................................................................................

BAB III PENUTUP


Kesimpulan........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio
dan biasanya menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut
(AFP=Acute Flaccid Paralysis). Program eradikasi polio global telah
dicanangkan oleh WHO dengan target dunia bebas polio tahun 2008,
sedangkan Indonesia bebas polio ditargetkan pada tahun 2005.

Saat ini Indonesia sebenarnya sudah dapat dikatakan bebas polio karena sejak
tahun 1996 tidak diketemukan lagi virus polio liar dari kasus kasus AFP yang
diambil spesimen fesesnya. Akan tetapi mengingat kinerja surveilans AFP
yang jelek pada tahun 2000 dan 2001 (AFP rate <1/10.000) (1)dan cakupan
imunisasi polio yang juga rendah (<80%) di beberapa daerah seperti Gorontalo,
Maluku, Maluku Utara dan Papua, WHO menyatakan bahwa Indonesia harus
melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang ke IV.

2.1 TUJUAN

Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami


tentang penyakit poliomilitis.
5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR TEORI


a. Definisi
Merupakan penyakit infeksi akut oleh sekelompok virus
ultramikroskop yang bersifat neurotrofik yang awalnya menyerang
saluran pencernaan dan pernafasan yang kemudian menyerang susunan
saraf pusat melalui peredaran darah (Chairuddin,2003). Penyakit ini
menyebabkan kelemahan motorik yang asimetris dengan adanya
gangguan bulbar dan pernafasan dalam korteks (Patrick davery).

Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus


dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang
belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian
susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang


disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut,
menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan
kadang kelumpuhan (paralysis).

b. Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3
yaitu :
1. Tipe I (Brunchilde)
2. Tipe II (Lansing)
6

3. Tipe III (Leon): Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati


dengan pengeringan /oksidan. Virus ini hanya menyerang sel-sel dan
daerah susunan syaraf tertentu.
Klasifikasi infeksi virus polio: (Sumarno,2002)
 Minor illness (penyakit dengan gejala ringan)
 Major illness (termasuk jenis non-paralitik dan paralitik)

Dari segi klinis dibagi atas dua tipe:

1. Tipe bulbar: tipe ini ditemukan pada Batang otak


2. Bentuk spinal: kelainan tipe ini memberikan komplikasi ortopedi
Cara penularan dapat melalui, inhalasi, makanan dan minuman,
bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain. Penularan
melalui oral berkembangbiak diusus →verimia virus+DC faecese
beberapa minggu (Chairuddin).

c. Klasifikasi
Ada 2 klasifikasi yaitu :
1. Polio non-paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam,
muntah, sakit perut, lesu, densesitif. Terjadi kram otot pada leher
dan punggung. Otot terasa lembek jika disentuh.
2. Polio paralisis kurang dai 1% orang yang terinfeksi virus polio
berkembang menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan.
Polio paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari
berikutnya akan muncul gejala dan tanda-tanda lain, seperti: sakit
kepala, kram otot leher dan punggung, sembelit/kostipasi, sensitive
terhadap rasa raba.
Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi
terinfeksinya,yaitu:
1) Polio SpinalStrain Polio SpinalStrain poliovirus ini menyerang
saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang
mengontrol pergerakan padabatang tubuh dan otot tungkai.
7

Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan


permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan
mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan
terjadipada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini
akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan
diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang
belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik.
Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada
penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum
divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian
batang saraf tulang belakang dan batangotak. Infeksi ini akan
mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang
serabut saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya virus
dalamsistem saraf pusat, virus akan menghancurkan
motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan
regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan
bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan
pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi
inidisebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada
sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada
batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut
quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan
menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkenaorang
dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan
dantungkai.
2) Bulbar Polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami
sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung
motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf otak, yang
mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan
bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan
dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf
8

auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal


yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di
kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang
mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf
tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan
kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang
menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan
mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah
terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim
‘perintah bernapas’ ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi
penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri
kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan
trakoestomi untuk menyedot cairan yang disekresikan
sebelum masuk kedalam paru-paru.
Namun trakesotomi juga sulit dilakuan apabila penderita telah
menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu
paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi
tekanan udara didalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah,
paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi,
paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara
terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih
parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.

d. Manifestasi Klinis
Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :
1. Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak
terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak
terdapat gejala klinik sama sekali.
9

2. Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam


sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise,
anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan,
konstipasi dan nyeri abdomen.
3. Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan
poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih
hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau
masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini
dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak,
ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non
paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet
atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis
fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya
antara lain :
1) Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot
leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak
ekstremitas.
2) Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak
dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan
sirkulasi.
3) Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk
spinal dan bentuk bulbar.
4) Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran
menurun, tremor dan kadang kejang.

e. Patofisologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu.
Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama
dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam
10

3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena


poliomyelitis ialah :
1. Medula spinalis terutama kornu anterior
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial
serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital
3. Sereblum terutama inti-inti virmis
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan
kadang-kadang nucleus rubra
5. Talamus dan hipotalamus
6. Palidum
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.

f. Pathway

Virus Polio

Sel daerah susunan saraf tertentu

Sebagian saraf rusak

Kerusakan ringan menimbulkan gejala

Penyembuhan fungsi neuron 3-4 minggu

Mengenai daerah

Medspin batang inti saraf serebelum hipotalamus korteks serebri


11

Malaise, demam, kelelahan, muntah dll.

g. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan lab:
 Pemeriksaan darah tepi perifer
 Cairan serebrospinal
 Pemeriksaan serologic
 Isolasi virus voli
2. Pemeriksaan radiology
3. Pemeriksaan MRI dapat menunjukkan kerusakan kerusakan di
daerah kolumna anterior
4. Pemeriksaan likor memberikan gambaran sel dan bahan kimia
(kadar gula dan protein).
5. Pemeriksaan histologik corda spinalis dan batang otak untuk
menentukan kerusakan yang terjadi pada sel neuron.
h. Penatalksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
1) Poliomielitis aboratif
 Diberikan analgetk dan sedative
 Diet adekuat
 Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya
dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian
diperiksa neurskeletal secara teliti.
2) Poliomielitis non paralitik
 Sama seperti aborif
 Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan
dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3) Poliomielitis paralitik
 Perawatan dirumah sakit
12

 Istirahat total
 Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
 Fisioterafi
 Akupuntur
 Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis
abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala
kelainan aktifitas dapat dimulai lagi.Poliomielitis paralitik/non
paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2
minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat
terjadi paralysis pernapasan.
Fase akut :
Analgetik untuk rasa nyeri otot. Lokal diberi pembalut hangat
sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak
kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap
tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek
menelan tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia
aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah
dan dimiringkan kesalah satu sisi.
Sesudah fase akut :
Kontraktur.atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy.
Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.

2.1 Konsep Dasar Askep


a. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. Pemeriksaan fisik
1) Nyeri kepala
2) Paralisis
3) Refleks tendon berkurang
4) Kaku kuduk
13

5) Brudzinky
b. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan
muntah.
2. Hipertermi b/d proses infeksi.
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas
b/d paralysis otot.
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.
6. Ansietas dan keluarga b/d kondisi penyakit.

c. Intervensi

No NOC NIC
1.  Nutritional Status : Nutrition Management
 Nutritional Status : food  Kaji adanya alergi makanan
and  Kolaborasi dengan ahli gizi
 Fluid Intake untuk menentukan jumlah
 Nutritional Status : kalori dan nutrisi yang
nutrient dibutuhkan pasien
 Intake  Yakinkan diet yang dimakan

 Weight control mengandung tinggi setat

Kriteria Hasil : untuk mencegah konstipasi

 Adanya peningkatan  Monitor jumlah nutrisi dan

berat badan sesuai kandungan kalori

dengan tujuan  Berikan informasi tentang

 Mampu kebutuhan nutrisi

mengidentifikasi  Kaji kemampuan pasien


kebutuhan nutrisi tidak untuk mendapatkan nutisi
ada tanda-tanda Nutrition Monitoring
malnutrisi.  BB pasien dalam batas
 Menunjukkan normal
14

peningkatan fungsi  Monitor adanya penurunan


pengecapan dari berat badan
menelan  Monitor mual dan muntah
2. Thermoregulation Faver treatment
Kriteria Hasil:  Monitor suhu
 Suhu tubuh dalam rentang
 Monitor warna dan suhu
normal
kulit
 Nadi dan RR dalam
 Monitor tekanan darah, nadi
rentang normal
dan RR
 Tidak ada perubahan warna
 Kompres pasien pada lipat
kulit dan tidak ada pusing
paha danaksila
 Berikan anti piretik
 Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Temperatur regulation
 Monitor suhu minimal tiap 2
jam
 Rencanakan monitor suhu
secara kontinyu
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
3.  Respiratory status : ventilation
 Respiratory status : airway  Posisikan pasien untuk
patency memaksimalkan ventilasi
 Vital sign status  Auskultasi suara nafas, catat
Kriteria Hasil :
adanya suara tambahan
 Mendemontrasikan batuk
 Monitor respirasi dan O
efektif dan suara nafas yang
 Monitor pola pernafasan
bersih, tidak ada sianosis dan
abnormal
dyspneu (mampu
 Monitor suara paru-paru
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
15

mudah, tidak ada pursed


lips)

4.  Pain level  Lakukan pengkajian nyeri


 Pain control secara komprehensif termasuk
 Comfort level lokasi, karakteristik.
Kriteria Hasi :
 Kaji tipe dan sumber nyeri
 Mampu mengontor nyeri
untuk menentukan intervensi
 Melaporkan bahwa nyeri
 Berikan analgetik untuk
berkurang
mengurangi nyeri
 Mampu mengenali nyeri
 Kolaborasikan dengan dokter
 Mentakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
5.  Joint movement: Active  Kaji kemampuan pasien
 Mobility level dalam mobilisasi
 Self care : ADLs
 Latih pasien dalam
 Transfer performance
pemenuhan kebutuhan ADLs
Kriteria Hasil :
secara mandiri sesuai
 Klien meningkatkan dalam
kemampuan
aktifitas fisik
 Berikan alat bantu jika klien
 Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas memerlukan

 Memverbalisasikan persamaan  Ajarkan pasien bagaimana


dalam meningkatkan kekuatan merubah posisi dan berikan
dan kemampuan perpindahan bantuan jika diperlukan
 Memperagakan pengunaan alat
bantu untuk mobilisasi (walker)

6.  Anxiety level  Identifikasi tingkat


 Social Anxety level kecemasan
Kriteria Hasil :
 Dengarkan dengan penuh
 Klien mampu mengidentifikasi
perhatian
dan menggunakan gejala cemas
 Gunakan pendekatan yang
 Mengidentifikasi,
menenangkan
mengungkapkan dan
16

menunjukkan teknik untuk  Bantu pasien mengenal situasi


mengontor cemas yang menimbulkan
 Vital sign dalam batas normal kecemasan
 Postur tubuh, eksprsi wajah,
 Intruksikan pasien
bahasa tubuh dan aktivitas
menggunakan teknik relaksasi
menunjukkan berkurangnya
kecemasan

BAB III

PENUTUP
17

Kesimpulan
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh
virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang
belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian
susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif. A.H dan Kusuma. H. (2016). Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc, Jilid 2 Mediaction Publising : Yogyakarta
18

Prof. Chairuddin Rasjad, MD.PhD. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang


Lamumpatue. Ujung Padang 2003.

Sumarno. ( 2002). Buku Ajar infeksi & Pediatri Tropis edisi kedua.IDAI.Jakarta

Rain Princess. (2016). Askep Polio. Dari :


https://www.scribd.com/doc/142382636/Askep-Polio

Anda mungkin juga menyukai