Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TUMOR WILM’S

Dosen Pembimbing :

Ns. Zakiyah Mujahidah, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

1. Mega Laras Ningrum (1032181038)


2. Wulan Suci Rahmawati (1032181038)
3. Ulfah Dwiyanti (1032191055)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN

1
JAKARTA TA. 2019-2020

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua. Puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa,
yang mana berkat tuntunan dan kemudahan dari-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Tumor Wilm’s” ini tanpa halangan.
Penyusunan makalah ini didasarkan atas pemenuhan tanggung jawab dan ditujukan
untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Keperawatan Anak II. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak
dengan Tumor Wilm’s bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Makalah ini terinterprestasi
oleh usaha maksimal yang tidak luput dari kontribusi, bantuan para kerabat dan teman. Serta
kamI mengucapkan terima kasih kepada Ns. Zakiyah Mujahidah, S.Kep., M.Kep selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Anak II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Terlepas dari hal tersebut, kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan dari berbagai segi. Kritik dan saran akan sangat saya perlukan agar makalah ini
dapat disempurnakan.

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................................3

BAB I....................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN................................................................................................................................4

1. Latar Belakang...........................................................................................................................4

2. Rumusan Masalah......................................................................................................................4

3. Tujuan........................................................................................................................................4

BAB II..................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN...................................................................................................................................5

1. Definsi.......................................................................................................................................5

2. Etiologi......................................................................................................................................5

3. Klasifikasi..................................................................................................................................6

4. Manifestasi Klinis......................................................................................................................7

5. Patofisiologi...............................................................................................................................7

6. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................................8

7. Penatalaksanaan.........................................................................................................................9

8. Asuhan Keperawatan...............................................................................................................12

3
9. Dampaknya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia..............................................17

BAB III...............................................................................................................................................19

PENUTUP..........................................................................................................................................19

 Kesimpulan..............................................................................................................................19

 Saran........................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................20

4
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tumor (Neoplasma) adalah pertumbuhan baru jaringan yang tidak terkontrol dan
progresif.Salah satu contoh tumor akibat genetik ini adalah tumor wilms, tumor wilms
adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat, terbentuk dari unsur
embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun. Penyebabnya tidak
diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor wilms berasal dari
proliferasi patologik blastema metanefron. Biasanya pasien dibawa ke dokter oleh
orang tuanya karena diketahui perutnya membucit ,ada benjolan di perut sebelah
atas,atau diketahui kencing berdarah
Insidensi Tumor wilms menyebabkan neoplasma ginjal sebagian besar anak dan
terjadi dengan frekuensi hampir sama pada kedua jenis kelamin dari semua ras,
dengan indikasi tahunan 7,8 per juta anak yang berusia kurang dari 15 tahun.
Gambaran tumor Wilms yang paling penting adalah kaitannya dengan anomaly
congenital, yang paling umum adalah anomaly urogenotal (4,4%), hemihipertrofi
(2,9%), dan aniridia sporadic (91,1%).
Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah
kontalateral normal,dilakukan nefrektomi radikal.pebedahan ini kadang kala diawali
dengan pemberian sitostatika atau radiasi

2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana patofisiologi Tumor Wilm’s?
B. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan Tumor Wilm’s?

3. Tujuan
A. Mengetahui patofisiologi Tumor Wilm’s
B. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anak dengan Tumor Wilm’s

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definsi
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang tumbuh dari
sel embrional primitive di ginjal. Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-
anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang
lebih besar atau orang dewasa. Tumor Wilms merupakan tumor ganas
intraabdomen yang tersering pada anak-anak dan tumbuh dengan cepat (progesif).
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan
cepat, terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia
lima tahun (Kamus Kedokteran Dorland).
Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering dijumpai
pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal, biasanya
muncul sebagai massa asimtomatik di abdomen atas atau pinggang. Tumor sering
ditemukan saat orang tua memandikan atau mengenakan baju anaknya atau saat
dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap anak yang tampak sehat.

6
(Basuki,2011).

2. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik.Tumor wilms
berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti :
a. WAGR syndrome, kelainan yang mempengaruhi banyak sistem tubuh
diantaranya:
 Aniridia – bayi lahir tanpa iris mata

 Genitourinary malformation

 Retardasi mental
Orang dengan sindrom WAGR memiliki kemungkinan 45 sampai 60 persen untuk bisa terjadi tumor
Wilms, bentuk kanker ginjal yang langka. Jenis kanker ini paling sering didiagnosis pada anak-
anak namun terkadang terlihat pada orang dewasa
b. Deny-Drash Syndrome
Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun dan sangat
langka. Didapati perkembangan genital yang abnormal. Anak dengan sindrom ini berada
dalam resiko tinggi terkena tipe kanker lain, selain Tumor Wilms.
c. Beckwith- Wiedemann Syndro
Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal, lidah yang
besar, pembesaran organ – organ. Tumor wilms berasal dari proliferasi patologik
blastema metanefron akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron
untuk menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan
blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-34
minggu. Beberapa kasus disebabkan karena defek genetik yang diwariskan dari orang tua.
Ada dua gen yang ditemukan mengalami defek yaitu Wilms Tumor 1 atau Wilms Tumor
2. Dan juga ditemukan kelainan mutasi di kromosom lain
Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang
juga menderita Tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat
keturunan yang berbeda dengan kasus Tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus
Tumor wilms diturunkan secara autosomal dominan.

3. Klasifikasi
a. Penyebaran tumor wilms menurut TMN sebagai berikut :
i. T : Tumor primer 1)
 T1 : Unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 80 cm 2)

7
 T2 : Unilateral permukaan > 80 cm 3)
 T3 : Unilateral ruptur sebelum penanganan
 T4 : Bilateral
ii. N : Metastasis limfa
 N0 : Tidak ditemukan metastasis
 N1 : Ada metastasis limfa
iii. M : Metastasis jauh
 M0 : Tidak ditemukan
 M+ : Ada metastasis jauh
b. The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi lima stadium
tumor Wilms, yaitu :
A. Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul.
Tumor ini dapat direseksi dengan lengkap.
B. Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan
ginjal dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena
renalis dan kelenjar limfe para-aortal. Tumor masih dapat di reseksi
dengan lengkap.

C. Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya
ke hepar, peritoneum, dll. d. Stadium IV Tumor menyebar secara
hematogen ke rongga abdomen, paru-paru, otak, tulang.
D. Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,
otak, tulang.

4. Manifestasi Klinis
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya
nyeri perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang
menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang menembus

8
sistim pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat
protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul adalah :
a. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-
pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi
jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri
mengeluarkan renin.
b. Anemia
c. Penurunan berat badan
d. Infeksi saluran kencing
e. Malaise
f. Anoreksia
Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital lainnya,
seperti aniridia, hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia dan
retardasi mental

5. Patofisiologi
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh
dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor
tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas
berupa glomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan bowman
yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan. Pertama-
tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian di invasi oleh sel
tumor.

Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabu-abuan
homogen,lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat). Tumor tersebut akan
menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakan sebagai suatu massa
abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.
Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh 2 trauma mutasi
pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel pertama dari gen
suppressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan postzigot. Mutasi kedua
adalah inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor spesifik.
Gen WT1 pada kromosom 11p13 adalah gen jaringan spesifik untuk sel
blastema ginjal dan epitel glomerolus dengan dugaan bahwa sel precursor kedua

9
ginjal merupakan lokasi asal terjadinya Wilms Tumor. Ekspresi WT1 meningkat
pada saat lahir dan menurun ketika ginjal telah makin matur. WT1 merupakan
onkogen yang dominan sehingga bila ada mutasi yang terjadi hanya pada 1 atau 2
alel telah dapat menimbulkan Wilms Tumor. Gen WT2 pada kromosom 11p15
tetap terisolasi tidak terganggu.
Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel,
blastema dan stroma. Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran
histopatologik tumor Wilms dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu
tumor risiko rendah (favourable), dan tumor risiko tinggi (unfavourable)
Munculnya tumor Wilm’s sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh
dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau
pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain.

6. Pemeriksaan Penunjang
Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di abdomen.
Pada 10-25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik memberi kesan
tumor ginjal.
a. IVP → Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises
(perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini berguna
untuk mengetahui fungsi ginjal.
b. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien
dengan tumor Wilms bilateral.
c. Ultrasonografi → USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan
pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal.
USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital
USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran,
lebih predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan menampakkan
area yang echotekstur heterogenus.
d. CT-Scan → memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor wilms.
Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya
menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan
tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal

10
yang lain. Pada gambar CT-Scan Tumor Wilms pada anak laki-laki usia 4 tahun
dengan massa di abdomen. CT scan memperlihatkan massa heterogenus di
ginjal kiri dan metastasis hepar multiple. CT scan dengan level yang lebih
tinggi lagi menunjukkan metastasis hepar multipel dengan thrombus tumor di
dalam vena porta.
e. Magnetic Resonance Imaging (MRI) → MRI dapat menunjukkan informasi
penting untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena cava inferior
termasuk perluasan ke daerah intarkardial. Pada MRI tumor Wilms akan
memperlihatkan hipointensitas (low density intensity) dan hiperintensitas (high
density intensity)
f. Laboratorium → Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang
menunjang untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH)
meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga
dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga
terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien dengan
metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada analisa serum.

7. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan tumor wilms adalah mengusahakan penyembuhan
dengan komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan
kombinasi pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini
dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Jika secara klinis tumor masih berada
dalam stadium dini dan ginjal di sebelah kontra lateral normal, dilakukan
nefrektomi radikal.
Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan.
masingmasing jenis ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah
menyingkirkan tumor dan memberikan kemoterapi atau terapi radiasi yang sesuai.
Apabila tumor besar maka pembedahan definitive mungkin harus di tunda sampai
kemoterapi atau radiasi selesai. Kemoterapi dapat memperkecil tumor dan
memungkinkan reaksi yang lebih akurat dan aman.
Penatalaksanaan Medis :
a. Farmakologi
Kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi.

11
Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang
berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping
yang rendah terhadap sel yang normal. Terapi sitostatika dapat diberikan pra
maupun pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang
mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi
tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko ruptur intraoperatif
dan mengecilkan massa tumor sehingga lebih midah direseksi total. Ada lima
macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor Wilms,
yaitu Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan siklofosfamid.
Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga
pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di
sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.
 Aktinomisin D Golongan antibiotika yang berasal dari spesies
Streptomyces, diberikan lima hari berturut-turut dengan dosis 15
mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis total tidak melebihi 500
mikrogram. Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu digunakan
sebagai terapi prabedah.
 Vincristine Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya
diberikan dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena
(tidak lebih dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat menimbulkan
neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi
pada waktu pemberian secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi
dengan obat lain karena jarang menyebabkan depresi hematologi,
sedangkan bila digunakan sebagai obat tunggal dapat menyebab relaps.
 Adriamisin Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces
pencetius, diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari
selama tiga hari berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m2. obat ini
tidak dapat melewati sawar otak dapat menimbulkan toksisitas pada
miokard bila melebihi dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.
 Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20
mg/m2/hari selama lima hari berturut-turut.
 Cyclophospamide Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 –

12
1800 mg/m2/hari secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral
100-300 mg/m2/hari.
b. Non Farmakologi
Pembedahan
 Keperawatan perioperatif Karena banyak anak dengan tumor wilms
mungkin mendapat obat kemoterapi kardiotoksik, maka mereka harus
diperiksa oleh ahli onkologi dan di izinkan untuk menjalani operasi.
Mereka perlu menjalani pemeriksaan jantung yang menyeluruh untuk
menentukan status fungsi jantung. Tumor wilms jangan di palpasi untuk
menghindari rupture dan pecahnya sel-sel tumor. Pasien di letakkan
dalam posisi telentang dengan sebuah gulungan di bawah sisi yang
terkena. Seluruh abdomen dan dada di bersihkan.
 Hasil akhir pada pasien pascaoperatif Pasien tumor wilms menerima
kemoterapi dan terapi radiasi yang sesuai dengan lesi. Gambaran
histologik lesi merupakan suatu indicator penting untuk prognosis,
karena gambaran tersebut menentukan derajat anaplasia. Anak yan
histologiknya relative baik. Maka memiliki prognosis baik. Sedangkan
anak yang gambaran histologiknya buruk, maka memilii prognosis
buruk. Terapi dibuat sespesifik mungkin untuk masing-masing anak,
karena terapi yang lebih sedikit menghasilkan kualitas hidup yang lebih
baik dengan lebih sedikit efek sampingnya.
Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis
tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar
limfe retroperitoneal total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di
daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral
cukup tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor
tersebut harus diangkat.
Radioterapi
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi
radioterapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan
penyulit jantung, hati dan paru. Karena itu radioterapi hanya
diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan

13
patologi prognosis buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa
tumor pasca bedah juga diberikan radioterapi. Radioterapi dapat juga
digunakan untuk metastase ke paru, otak, hepar serta tulang

8. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
 Identital klien
Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti
cucian daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu
makan, mual , muntah dan diare. Badan panas hanya satu hari pertama
sakit.
 Pengkajian fisik
a. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,
edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual
, muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak
adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit
dapat terjadi karena uremia.
b. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat
diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria
sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
c. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan
klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan
darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila
tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru
maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu
napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien

14
mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat
menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien
terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh
spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat
menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan
gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur,
pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tibatiba orang
tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini
d. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus
e. Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa
gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan
bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
f. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema
dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali
seperti semula.
g. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan
lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan
anak banyak diam.
2. Diagnosa Keperawatan
 Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi
cairan dalam jaringan dan ruang ketiga.
 Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan
intake.
 Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan
dengan kehilangan protein dan cairan.

15
 Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan.
 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita penyakit yang mengancam kehidupan.
3. Rencana Keperawatan
 Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi
cairan dalam jaringan dan ruang ketiga.
Tujuan Intervensi Rasional
Tujuan : Pasien 1. Catat intake dan 1. Evaluasi harian
tidak output secara keberhasilan
menunjukan akurat . terapi dan dasar
bukti-bukti 2. Kaji perubahan penentuan
akumulasi cairan edema dan tindakan
atau akumulasi Pembesaran 2. Indikator
cairan yang abdomensetiap akumulasi
ditujukan pasien hari ,Timbang cairan
minimum BB tiap hari dijaringan dan
Pasien mendapat dalam skala dirung ketiga
volume cairan yang sama c. 3. BJ Urine dan
yang tepat Uji urin untuk albuminnuria
berat jenis, menjadi
albumin. indikator
3. Atur masukan regimen terapi
cairan dengan 4. Sehingga anak
cermat tidak
4. Berikan diuretik mendapatkan
sesuai order lebih dari
dari tim medis jumlah yang
ditentukan
5. Pengurangan
cairan
ekstravaskuler
sangat
diperlukan

16
dalam
mengurangi
oedema

 Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan


kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.

Tujuan Intervensi Rasional


Memenuhi 1. Catat intake dan 1. Monitoring
kebutuhan cairan output makanan asupan nutrisi
secara akurat bagi tubuh
2. Kaji adanya tanda- 2. Gangguan nutrisi
tanda perubahan dapat terjadi
nutrisi : Anoreksi, secara berlahan.
Letargi, Diare sebagai
hipoproteinemia. reaksi oedema
3. Beri diet yang intestine dapat
bergizi memperburuk
4. Beri makanan status nutrisi
dalam porsi kecil 3. Mencegah status
tapi sering nutrisi menjadi
5. Beri suplemen lebih buruk
vitamin dan besi 4. Membantu dalam
sesuai instruksi proses
metabolisme

 Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan


kehilangan protein dan cairan

Tujuan Intervensi Rasional


Kehilangan cairan 1. Pantau tanda vital 1. Bukti fisik defisit
intravaskuler atau setiap 4 jam cairan.
syok hipovolemik 2. Laporkan adanya 2. Sehingga
yang ditujukan penyimpangan pengobatan
pasien minimum dari normal segera dilakukan

17
atau tidak ada 3. Berikanalbumin 3. Meningkatkan
bergaram rendah tekanan osmotik
sesui indikasi koloid sehingga
mempertahangkan
cairan dalam
vaskuler
4.

 Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia.

Tujuan Intervensi Rasional


Pasien tidak 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menentukan
mengalami nyeri 2. Lakukan tehnik tindakan
atau nyeri pengurangan nyeri selanjutnya
menurun sampai nonfarmakologis 2. Sebagai
tingkat yang 3. Berikan analgesik analgesik
dapat diterima sesuai ketentuan tambahan
anak. 4. Berikan obat dengan 3. Mengurangi rasa
jadwal preventif sakit
5. Hindari aspirin atau 4. Untuk mencegah
senyawa kambuhnya nyeri
5. Karena aspirin
meningkatkan
6. kecenderungan
pendarahan

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan.


Tujuan Intervensi Rasional
Pasien mendapat 1. Pertahangkan tirah 1. Mengurangi
istrahat yang baring bilah terjadi pengeluaran
adekut edema berat energi
2. Seimbangkan istrahat 2. Mengurangi
dan aktivitas bila kelelahan pada
ambulasi pasien

18
3. Intrusikan pada anak 3. Untuk
untuk istrahat bila ia menghemat
merasa lelah energi

 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang


menderita penyakit yang mengancam kehidupan.
Tujuan Intervensi Rasional
Pasien (keluarga) 1. Jelaskan alasan 1. Memberikan
menunjukan setiap tes dan pengertian pada
pengetahuan tentang prosedur keluarga
prosedur 2. Jelaskan 2. Memberikan
diagnostik/terapi prosedur operatif pengetahuan
dengan jujur pada keluarga
3. Jelaskan tentang 3. Memberikan
proses penyakit pengetahuan
4. Bantu keluarga pada keluarga
merencanakan 4. Meringangkan
masa depan beban pada
khususnya dalam keluarganya
membatu anak
menjalani
kehidupan yang
normal.

9. Dampaknya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia


Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan
cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan. Hierarki
kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan
perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat
memberikan perawatan.
Dasar kebutuhan manusia adalah terpenuhinya tingkat kepuasan agar manusia
bisa mempertahankan hidupnya. Peran perawat yang utama adalah memenuhi
kebutuhan dasar manusia dan tercapainya suatu kepuasan bagi diri sendiri serta

19
kliennya, meskipun dalam kenyataannya dapat memenuhi salah satu dari kebutuhan
membawa dampak terhadap perubahan sistem dalam individu (biologis, intelektual,
emosional, social, spiritual, ekonomi, lingkungan, patologi dan psikopatologi).Faktor
Mempengaruhi Kebutuhan Manusia diantaranya :
A. Penyakit
Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan
kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi
organ tubuh memerlukan pemenuhan besar dari biasanya.
B. Hubungan keluarga
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan
dasar karena adanya saling percaya merasakan kesenangan hidup tidak ada rasa
curiga
C. Konsep Diri
Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Konsep diri yang positif akan memberikan makna dan keutuhan bagi seseorang.
Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali
kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah
memenuhi kebutuhannya.
D. Tahap Perkembangan
Sejalan dengan meningkatnya umur, manusia mengalami perkembangan dan
pada setiap tahap perkembangan tersebut memilikikebutuhan yang berbeda, baik
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
Jadi dengan seseorang anak mengalami penyakit tumor wilms ini maka secara
otomatis pemenuhan kebutuhan dasar nya pun terganggu bai secara psikologis
maupun fisiologi. Karena ada beberapa fungsi organ tubuhnya yang perlu pemenuhan
lebih dari yang biasanya.
Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi
merupakan orang yang sehat, dan sesorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang
tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat
pada satu atau lebih dimensi manusia.

20
21
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang tumbuh dari
sel embrional primitive di ginjal. Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-
anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang
lebih besar atau orang dewasa. Tumor Wilms merupakan tumor ganas
intraabdomen yang tersering pada anak-anak dan tumbuh dengan cepat (progesif).
Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering dijumpai
pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal, biasanya
muncul sebagai massa asimtomatik di abdomen atas atau pinggang. Tumor sering
ditemukan saat orang tua memandikan atau mengenakan baju anaknya atau saat
dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap anak yang tampak sehat.
(Basuki,2011). Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor
genetik.

 Saran
Hasil penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan
dan pengalaman serta menambah wawasan sendiri dalam melakukan pemberian
asuhan keperawatan pada anak dengan Tumor Wilm’s. Dalam upaya memberikan
asuhan keperawatan pada anak dengan Tumor Wilim’s yang diberikan dapat tepat,
peneliti selanjutnya diharapkan harus benar-benar menguasai konsep menangani Anak
dengan Tumor Wilim’s itu sendiri, selain itu penulis juga harus melakukan pengkajian
dengan tepat agar asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai dengan masalah yang di
temukan pada Pasien. Salah satunya yaitu dengan komunikasi yang efektif dalam
melakukan pengkajian pada Pasien

22
DAFTAR PUSTAKA

 Bambang Permono, M. R. (2019). . Tumor Wilms .

 Hardjowijoto S, D. D. (2010). Management of Wilms’ Tumor in Department of


Urology Soetomo Hospital. Jurnal Bedah Indonesia Vol.33 No.1, 1-5.

 J. Crowin, E. (2013). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Kedokteran EGC.

 Nelson, B. K. (2010). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta.

 Nurarif, A. d. (2015). NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Media Action Publishing.

 Tongoankar HB, Q. S. (2011). Willm's Tumor. India Jurnal of Uralogy.

23

Anda mungkin juga menyukai