Makalah Ini Dibua Untuk Memenuhi Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok Pada Praktik
Keperawatan Komunitas II
Dibimbing Oleh:
Fatimah, M.Kep., Ns.Sp.Kep.Kom
Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh:
Aldi Syahputra (1032191003)
Alfigo Florianus PT (1032101005)
Dhea Dela Pratiwi (1032191012)
Egy Srininta Ginting (1032191015)
Miftakhul Nurjanah (1032191031)
Windy Lestari (1032191049)
Zuhriyana Nilam Sari (1032191051)
Riska Alya Alawiyah (1032191054)
Mega Laras Ningrum (1032181039)
UNIVERSITAS MH THAMRIN
SARJANA KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’aaikum, dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga tugas makalah kelompok Keperawatan Komunitas II dengan tema
“HIPERTENSI” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibbuat
sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Keperawatan
Komunitas II.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu
kami dalam penyusunan makalah ini, baik teman – teman, dosen, dan semua yang telah
membantu kami, tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga isi dari makalah ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi siapa saja yang membacanya, terutama teman – teman fakultas kesehatan
keperawatan Universitas Mohammad Husni Thamrin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...… ii
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
Latar Belakang…………………………………………………………………………… 1
Tujuan…………………………………………………………………………………….. 1.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS……………………………………………....… 2
Konsep Masalah Keperawatan…………………………………………………………... 2
Konsep Lansia……………………………………………………………………………. 11
Konsep Keperawatan Komunitas……………………………………………………...… 12
BAB III : PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN………………………….... 28
Pengkajian Keperawatan dri RT 008 dan 009 Kel. Susukan Kec. Ciracas…………….. 28
Diagnosis Keperawatan Kelompok Khusus……………………………………………... 32
Perencanaan Keperawatan Kelompok Khusus……………………………………….… 33
Evaluasi Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus…………………………………..…. 34
BAB IV : PEMBAHASAN………………………………………………………… 36
Pengkajian Keperawatan………………………………………………………………… 36
Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………………... 37
Perencanaan Keperawatan………………………………………………………………. 40
Implementasi Keperawatan……………………………………………………………… 41
Evaluasi Keperawatan…………………………………………………………………… 42
BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……………………………… 44
Kesimpulan………………………………………………………………………………. 44
Rekomendasi…………………………………………………………………………….. 44
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..... 45
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang
mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang
ditimbulkannya baik jangka panjang maupun jangka pendek sehingga membutuhkan
penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi
menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (Kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari
berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian ternyata prevalensi
hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang
dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun
adalah penderita hipertensi.
Hipertensi saat ini dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat yang
berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress,obesitas, kurangnya olahraga,
merokok, alkohol dan makan-makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.
2. Tujuan :
a. Mahasiswa melakukan Pengkajian Keperawatan di RT.008 dan 009/RW 07 Kel.
Susukan, Kec. Ciracas
b. Mahasiswa menemukan Diagnosis Keperawatan pada warga di RT 008 dan 009/RW
07
c. Mahasiswa menentukan Perencanaan Keperawatan pada warga di RT 008 dan 009/
RW 07
d. Mahasiswa melakukan Implementasi Keperawatan pada warga di RT 008 dan 009/
RW 07
e. Mahasiswa melakukan Evaluasi Asuhan Keperawatan pada warga di RT 008 dan
009 / RW 07
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
B. Klasifikasi hipertensi
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Ringan)
Stadium 2 (Hipertensi 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Sedang)
Stadium 3 (Hipertensi Berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
Maligna)
2
Sumber : (Triyanto, 2014)
C. Etiologi Hipertensi
Penyebab Hipertensi:
A. Pengebab Hipertensi Essensial
o Herediter atau faktor genetik.
o Lingkungan, termasuk asupan garam, obesitas, pekerjaan, kurang olahraga,
asupan alkohol, stress psikososial, jenis kelamin dan usia.
o Sistem renin, angiotensin, dan aldosteron.
o Defek membran sel dan ekskresi Na, yaitu penurunan pengeluaran Na dari
dalam sel yang disebabkan oleh kelainan pada sistem Na+K+ATPase dan
Na+H+exchanger.
o Resistensi insulin atau hiperinsulinemia mengakibatkan retensi natrium
ginjal, meningkatkan aktivitas saraf simpatis, meningkatkan tekanan darah
arteri, dan hipertrofi otot polos.
B. Penyebab Hipertensi Sekunder
o Penggunaan estrogen.
o Penyakit ginjal.
o Hipertensi vaskuler renal.
o Hiperaldosteronisme primer.
o Sindrom crushing.
o Feokromositoma.
o Koarktasio aorta.
o Kehamilan.
3
D. Faktor-faktor resiko hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan tidak dapat dikontrol
menurut (Sutanto, 2010) antara lain :
a. Faktor yang dapat dikontrol
Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan
dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Kegemukan (Obesitas)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan
mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun
mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan
wanita langsing pada usia yang sama. Curah jantung dan sirkulasi volume
darah penderita hipertensi yang obesitas. Meskipun belum diketahui secara
pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibanding penderita hipertensi dengan berat badan
normal.
2. Kurang Olahraga
Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada umumnya
cenderung mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah.
Dengan olahraga kita dapat meningkatkan kerja jantung. Sehingga darah
bisa dipompadengan baik keseluruh tubuh.
3. Konsumsi Garam Berlebihan
Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi
garam berlebihan dengan kemungkinan mengidap hipertensi. Garam
merupakan hal yang penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi.
Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan
volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan
diikuti oleh peningkatan ekresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga
kembali pada kondisi keadaan sistem hemodinamik (pendarahan) yang
normal. Pada hipertensi primer (esensial) mekanisme tersebut terganggu,
disamping kemungkinan ada faktor lain yang berpengaruh.
a) Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa mereka tidak
mengonsumsi garam, tetapi masih menderita hipertensi. Ternyata
4
setelah ditelusuri, banyak orang yang mengartikan konsumsi garam
adalah garam meja atau garam yang ditambahkan dalam makanan saja.
Pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hampir disemua makanan
mengandung garam natrium termasuk didalam bahanbahan pengawet
makanan yang digunakan.
b) Natrium dan klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsetrasi natrium didalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya kembali, cairan
intreseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler
meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada
timbulnya hipertensi.
4. Merokok dan Mengonsumsi Alkohol
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan
kesehatan selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam
pembuluh darah, nikotin dapat menyebabkan pengapuran pada dinding
pembuluh darah. Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan
kesehatan karena dapat meningkatkan sistem katekholamin, adanya
katekholamin memicu naik tekanan darah
5. Stress
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika
ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat
meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks maka
tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaan stres maka terjadi
respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran atau
pengangkutan natrium. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika beraktivitas)
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres
berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. Hal
tersebut belum terbukti secara pasti, namun pada binatang percobaan yang
diberikan stres memicu binatang tersebut menjadi hipertensi.
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol
1. Keturunan (Genetika)
5
Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar
terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada
kembar monozigot (berasal dari satu sel telur) dibandigkan heterozigot
(berasal dari sel telur yang berbeda). Jika seseorang termasuk orang yang
mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) dan tidak melakukan
penanganan atau pengobata maka ada kemungkinan lingkungannya akan
menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam waktu sekitar tiga
puluhan tahun akan mulai muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi
dengan berbagai komplikasinya.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan
dengan wanita. Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang
mendorong terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang
nyaman, terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol.
Biasanya wanita akan mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah
masa menopause
3. Umur
Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan seseorang
menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan
penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko
terhadap timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang
erterosklerosis serta pelebaran pembulu darah adalah faktor penyebab
hipertensi pada usia tua. Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas
usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.
E. Patofisiologi
Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa rerjadi
melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi
kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh
yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
6
terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk
mengarut karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya darah
dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika
terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air
dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi
ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi
tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah
melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam
dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga
bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang
memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan
hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam mengembalikan tekanan darah;
karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal
(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah
satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto 2014).
Pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekwensinya , aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume secukupnya), mengakibatkan penurunan curah jantunng dan
meningkatkan tahanan perifer (Prima,2015).
F. Manifestasi Klinis
Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi umumnya
tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah tinggi mungkin
merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung, perut mual, masalah
7
pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan, cemas atau gelisah,
detak jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara berdenging di telinga, disfungsi
ereksi, sakit kepala, pusing. Sedangkan menurut (Pudiastuti,2011) gejala klinis yang
dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa : pengelihatan kabur karena
kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema
dependen dan adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.
G. Komplikasi Hipertensi
Menurut (Triyanto, 2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan sebagai berikut :
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak
mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah sakit kepala
secara tiba-tiba, seperti orang binggung atau bertingkah laku seperti orang
mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya
wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta
tidak sadarkan diri secara mendadak.
b. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infrak. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah
akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran
8
glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi
kronik.
d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung
dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu, kaki dan
jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru menyebabkan
sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau
sering dikatakan edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam
ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuronneuron disekitarnya
kolap dan terjadi koma.
Sedangkan menurut Menurut (Ahmad,2011) Hipertensi dapat diketahui
dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipeertensi, apabila tidak
ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal karena
komplikasi kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal
ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :
a. Otak : Menyebabkan stroke
b. Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan
c. Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark jantung)
d. Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi antara lain :
a. General Check-Up
Jika seseorang di duga menderita hipertensi, dilakukan beberapa pemeriksaan,
yakni wawancara untuk mengetahui ada tidaknya riwayat keluarga penderita.
Pemeriksaan fisik, pemeriksan laboratorium, pemeriksaan ECG, jika perlu
pemeriksaan khusus, seperti USG, Echocaediography (USG jantung), CT Scan,
dan lain-lain. Tujuan pengobatan hipertensi adalah mencegah komplikasi yang
ditimbulkan. Langkah pengobata adalah yang mengendalikan tensi atau tekanan
darah agar tetap normal.
b. Tujuan pemeriksaan laboratolriun untuk hipertensi ada dua macam yaitu:
9
- Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan segera setelah
didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan.
- Panel hidup sehat dengan hipertensi : untuk memantau keberhasilan
terapi.
I. Penatalaksanaan
Menurut (junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan hipertensi
berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
a. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa
obatobatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan
darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat
seperti :
- Pembatasan asupan garam dan natrium
- Menurunkan berat badan sampai batas ideal
- Olahraga secara teratur
- Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
- Mengurangi/ tidak merokok 6. menghindari stress
- menghindari obesitas
b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)
Selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang
utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan,
antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan
penghambat konfersi enzim angiotensi.
- Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam
dan air. Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan jumlah
cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding
pembuluh darah.
- Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah
dan mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.
10
- ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah
sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan
tekanan darah.
- Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan
pembuluh darah.
c. Terapi herbal
Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai
obat hipertensi sebai berikut :
1. Daun seledri
Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna tegak dengan
ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki bau yang khas,
identik dengan sayur sub. Bentung batangnya bersegi, bercabang, memiliki ruas,
dan tidak berambut.bunganya berwarna putih, kecil, menyerupai payung, dan
majemuk. Buahnya berwarna hijau kekuningan berbentuk kerucut. Daunnya
memiliki pertulangan yang menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai. Tangkai
daun yang berair dapat dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan
sebagai penyedap masakan, seperti sayur sop.
Contoh ramuan seledri seerhana sebagai berikut :
- Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelar air
- Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar, rebus
seledri hingga mendidih dan tinggal setengahnya, minum air rebusannya
sehari dua kali setelah makan.
Hubungan dengan hipertensi, seledri berkasiat menurunkan tekanan darah
(hipotensis atau anti hipertensi). Sebuah cobaan perfusi pembuluh darah
menunjukan bahwa apigenin mempunyai efek sebagai vasodilator perifer yang
berhubungan dengan efek hipotensifnya. Percobaan lain menunjukkan efek
hipotensif herbal seledri berhubungan dengan integritas sistem saraf simpatik
(Mun’im dan hanani, 2011).
2. LANSIA
A. Pengertian
Menurut Utomo, S.T.R.I. (2015), lansia merupakan tahap akhir siklus hidup
manusia, meurpakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindari dan akan
11
dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak kemunduran
dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan
penampilan fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya.
B. Batasan pada lansia
Batasan menurut WHO (dalam Utomo, S.T.R.I. 2015), lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun. 3) Usia tua (old) antara 75-90 tahun.
3) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
C. Penyakit yang menonjol pada lansia
Menurut Nugroho (dalam Utomo, S.T.R.I. 2015), penyakit yang menonjol pada lansia
yaitu :
1) Gangguan pembuluh darah (hipertensi dan stroke)
2) Gangguan metabolik DM
3) Gangguan persendian antritis, sakit punggung, dan terjatuh
4) Gangguan sosial kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi.
3. KONSEP KOMUNITAS
A. Definisi keperawatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu
yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular.
Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan
prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang
mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
12
termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono,
2017).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui
langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010). Menurut American Nurses Association (ANA, 1973),
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan
masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak
membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat.
13
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care)
f. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan atau
keperawatan. Mendorong dan menigkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan atau keperawatan
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri.
i. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
MANUSIA
KEPERAWATAN KESEHATAN
3 Tingkatan Pencegahan (SEHAT-SAKIT)
LINGKUNGAN
(Phsic, Biologic, Psyhologist,
Cultural, dan Spiritual)
18
Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dapat diberikan secara langsung
pada semua tatanan pelayanan kesehatan , yaitu :
a) Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang
mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat inap
b) Di rumah
Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada keluarga di
rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care dapat
meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai
resiko tinggi masalah kesehatan.
c) Di sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care) diberbagai
institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan karyawan).
Perawat sekolah melaksanakan program screening kesehatan, mempertahankan
kesehatan, dan pendidikan kesehatan.
d) Di tempat kerja/industry
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik
dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi
seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok serta pengawasan
makanan.
e) Di barak-barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus akut,
penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
f) Dalam kegiatan Puskesmas keliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan kepada individu,
kelompok masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan yang
dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus
penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
g) Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti wreda, dan
panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga pemasyarakatan
(Lapas).
h) Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
19
1) Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia mendapat
perlakukan kekerasan
2) Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
3) Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
4) Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV
(ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan WTS.
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing dan mendidik
individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan
perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya.
20
c. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti ;
- Ibu hamil
- Bayi baru lahir
- Balita
- Anak usia sekolah
- Usia lanjut
a. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah :
- Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin
lainnya.
- Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
2) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya :
- Wanita tuna susila
- Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
- Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
3) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah :
- Panti werdha
- Panti asuhan
- Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
- Penitipan balita
I. Prinsip Keperawatan Komunitas
Memberikan dukungan serta merawat, bukan hanya kepada invididual, namun
juga keluarga. Dengan demikian, dilihat dari pengertian serta tujuan di atas bisa
disimpulkan bahwa penekanan keperawatan komunitas terletak pada ‘health promotion,
health maintenance, disease, prevention and treatment of minor illments and restoration
of health and rehabilitation (MN, 2012).
a. Pelaksanaannya berdasarkan kebutuhan dan fungsi dalam program kesehatan
21
yang menyeluruh;
b. Maksud dan tujuannya hendaknya jelas dalam pelayanan;
c. Kelompok yang terorganisasi atau perwakilannya adalah bagian integral dari
program kesehatan komunitas;
d. Keperawatan komunitas tersedia bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa
membedakan asal, sosial budaya, ekonomi, umur, jenis kelamin, politik serta
bangsa;
e. Keperawatan komunitas mengakui keluarga dan komunitas adalah bagian dari
unit pelayanan;
f. Pendidikan kesehatan dan pelayanan konsultasi adalah bagian integral dari
keperawatan komunitas;
g. Penerima jasa pelayanan kesehatan perlu diikut-sertakan dalam perencanaan
terkait dengan tujuan bagi pemeliharaan kesehatan
h. Perawat komunitas harus kualified
i. Keperawatan komunitas harus dilandaskan pada kebutuhan pasien dan
kelangsungan pelayanan kepada pasien yang tepat;
j. Evaluasi pelayanan kesehatan ini harus dikerjakan secara periodik dan
Kontinyu.
k. Perawat komunitas berfungsi sebagai bagian terpenting dari tim kesehatan
l. Perawat komunitas membantu mengarahkan pasien yang membutuhkan
dukungan finansial
m. Community health agency perlu menyediakan program kelangsungan
pendidikan bagi perawat (MN, 2012)
J. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai
lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah
kerja perawat tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program
praktek.
b. Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah dan
kesehatan utama.
c. Penyusunan instrumen data.
22
d. Uji coba instrumen pengumpulan data.
e. Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan
program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.
f. Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader kesehatan
setempat.
g. Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi,
epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.
h. Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan,
menyiapkan dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah
dan menyebarkan undangan.
i. Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
- Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
- Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah,
garis besar rencana kegiatan
- Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah
ditetapkan.
- Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas kesehatan
dari instansi terkait.
2. Tahap pelaksaaan
a. Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan
kelompok kerja kesehatan.
b. Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja
kesehatan:
- Pelatihan kader kesehatan
- Penyuluhan kesehatan
- Simulasi/demonstrasi
- Pembuatan model/percontohan
- Kunjungan rumah (home health care)
- Kerja bakti, daan lain-lain.
c. Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan
kegiatan.
23
3. Tahap evaluasi
a. Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal
kesesuaian, kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari
komunitas.
b. Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan,
keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam
pemecahan masalah.
4. Tahap asuhan keperawatan
Menggunakan pendekatan proses keperawatan, dengan langkah-langkah :
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi.
5. Metode / cara yang digunakan
a. Mengunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat
1) Tujuan pengorganisasian Komunitas :
Diharapkan mampu berproses dalam mengidentifikasikan
kebutuhannya, mengembangkan keyakinan untuk memenuhi kebutuhan
dengan menggunakan potensi dan sumber daya yang ada di dalam komunitas
dan di luar komunitas.
2) Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :
a) Persiapan :
Pengenalan komunitas
Pendekatan Jalur Formal : Dilakukan terhadap instansi
birokrasi yang bertanggung jawab pada wilayah komunitas
dengan cara :
Pegajuan proposal dan perijinan
Penjelasan tujuan dan program
~> Hasil : surat ijin / persetujuan
Pendekatan Jalur Informal : Dilakukan setelah adanya
ijin/persetujuan dari institusi dari birokrasi dengan melakukan
pendekatan kepada :
24
Tokoh-tokoh masyarakat
Ketua RW, RT
Kader kesehatan : dengan menjelaskan tujuan, program
kegiatan, meminta dukungan dan partisipasi serta kontrak
kerjasama
Pengenalan masalah
Tujuannya untuk mengetahui masalah kesehatan secara
menyeluruh yang benar-benar menjadi kebutuhan komunitas saai ini.
Dengan tahap pengenalan masalah sebagai berikut :
Membuat instrument pengkajian/pengumpulan data
Diawali dengan survey awal pada komunitas yang menjadi
sasaran, meliputi :
Survey wilayah
Survey populasi
Survey masalah utama dan factor peyebab
Survey kebojakan program dan fasilitas pelayanan
kesehatan
Membuat instrument pengumpulan data, tabulasi data :
Membuat table tabulasi data
Menghitung frekuensi distribusi
Membuat table, diagram, grafik frekuensi distribusi
Analisa Data
Analisa Deskripti : Membuat gambaran suatu keadaan dari
obyek yang diteliti
Analisa Korelasi : Menganalisa tingkat hubungan pngaruh
dari dua atau lebih subvariabel yang diteliti dengan
menggunkan perhitungan statistik.
Perumusan Masalah
Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas
yang dikaji dengan berdasarkan hasil analisa data
Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA
Formulasi :
- Problem
25
- Etiologi
- Data yang menyokong
Penyadaran komunitas
Tujuan :
Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh
komunitas
Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan masalah
Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat aktif
menjadi tenaga potensial dalam kegiatan pemecahan
masalah.
Kegiatan : Mengadakan musyawarah komunitas dengan metode
lokakarya mini, dengan langkah :
Penyajian data hasil survey
Diskusi kelompok :
- Perumusan masalah dan faktor penyebab
- Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk
masalah, waktu, tempat, penanggung jawab dan biaya)
- Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) dari
anggota komunitas yang merupakan calon kader
kesehatan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
yang direncanakan.
Penyajian hasil diskusi kelompok
Tanggapan-tanggapan dari tokoh formal, informal, puskesmas
b. Pelaksanaan
Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanankan
dengan melihat aktifitas kelompok kerja yang telah terbentuk melalui kerja sama
dengan aparat desa/kelurahan, puskesmas/dinkes yang meliputi kegiatan:
1) Pelatihan kader
2) Penyuluhan kesehatan
3) Pelayanan kesehatan langsung
4) Home care
5) Rujukan
26
c. Evaluasi
Hal-hal yang harus dievaluasi :
1) Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan
2) Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek)
3) Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan
4) Rencana tindak lanjut
K. Keperawatan Kesehatan Komunitas di Masa Mendatang
Saat ini permasalahan kesehatan yang dihadapi cukup kompleks, upaya kesehatan
belum dapat menjangkau seluruh masyarakat meskipun dapat dilihat beberapa terobosan
dalam upaya pembangunan bidang kesehatan. Hal ini ditunjukkan dengan masih
tingginya angka kematian bayi yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) serta
angka kematian ibu yaitu 307 per 100.000 kelahiriran hidup (SDKI 2002-2003), Masalah
kesehatan lainnya adalah munculnya penyakit-penyakit (emerging diseases) seperti
HIV/AIDS, SARS, Chikungunya, dan meningkatnya kembali penyakit penyakit menular
(re-emerging diseases) seperti TBC, malaria, serta penyakit yang dapat dicegah dengan
immunisasi. Sementara itu untuk penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung
dan penyakit pembuluh darah, juga terjadi peningkatan. Selain permasalahan penyakit,
krisis dalam komunitas seperti bencana dan terjadinya kekerasan juga menjadi fokus
perhatian kita, oleh sebab itu di tahun-tahun mendatang dapat diprediksi bahwa
kebutuhan akan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas yang berkualitas meningkat.
Pada akhirnya kemampuan kita untuk menangkap peluang dan berespon terhadap
perubahan dan tantangan di masa mendatang merupakan dasar yang kuat bagi
perkembangan keperawatan kesehatan komunitas. Kompetensi perawat kesehatan
komunitas, perawatan kesehatan di rumah, peran perawat Puskesmas di komunitas,
kepemimpinan serta pemakaian teknologi informasi diprediksi menjadi fokus dari sistem
kesehatan komunitas di masa mendatang.
27
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN
RT 009
28
5 > 60 46
Jumlah 386
29
keluarga inti ditambah keluarga lain seperti bibi, paman, kakek, nenek dan
sebagainya.
Nilai, Keyakinan dan Agama
Warga Rt. 008 dan Rt.009 sebagian besar menganut agama Islam, di Rt. 01 & Rt.
11. Untuk anak-anak mereka ikut pengajian. Tidak ada nilai dan keyakinan warga
yang menyimpang dari agama yang dianut.
b. Subsistem Komunitas
a) Lingkungan fisik
Setelah dilakukan observasi oleh kelompok, keadaan lingkungan fisik di sekitar
RT 008 & 009 tampak rumah padat penduduk, akses jalan kecil dan hanya bisa
dilalui oleh kendaraan roda dua, sanitasi cukup baik, gorong-gorong juga tampak
bersih, akan tetapi daerahnya rawan banjir, lapangan kosong untuk bermain hanya
ada di RT 008, dekat dengan jalan raya besar dan terdengar bising kendaraan,
kondisi rumah warga rata-rata jenisnya permanen, lingkungan juga cukup bersih.
Batasan wilayah RT 008 dan RT 009 terdiri dari :
RT 008
- Utara : berbatasan dengan Rt. 09
- Timur : berbatasan dengan Rt. 04
- Selatan : berbatasan dengan Rt. 13
- Barat : berbatasan dengan Rt. 05
RT 009
- Utara : berbatasan dengan rt. 12
- Timur : berdekatan dengan PT. Erlangga
- Selatan :-
- Barat : berbatasan dengan Rt. 01
30
b) Politik dan Pemerintahan
Di wilayah RT 008 & 009 untuk posyandu digabung dengan RT lain jadi
berdasarkan RW. posyandu lansia digabung dengan RT lain, posyandu balita
terdapat di RT 008. Untuk posyandu lansia dan balita dilakukan setiap sebulan
sekali. Di wilayah RT 008 dan 009 juga terdapat 6 kader masing-masing di tiap
RT yaitu kader jumantik, kader darsa wisma, kader kesehatan. Selama ada
pandemi, kegiatan jumantik dilakukan secara mandiri oleh tiap keluarga dan nanti
hasilnya dilaporkan ke kader jumantik untu didata.
b) Persepsi perawat
Setelah dilakukannya beberapa pertanyaan didapatkan sebagian masyarakat
antusias terhadap program gerakan sehat. Jumlah penyakit tidak menular (Hipertensi)
yang ada di RT 008 sebanyak 8 orang dan RT 009 sebanyak 12 orang, sehingga
masalah yang dapat diidentifiasi adalah hipertensi.
32
- Masyarakat mengatakan kesadaran untuk melakukan aktivitas fisik kurang
karena kesulitan mengatur waktu.
Data objektif :
- Dari hasil pemeriksaan tekanan darah didapatkan nilai rata-rata sistol 150
mmHg dan diastol 90 mmHg.
- Hasil kuesioner :
Pengetahuan : setelah kuesioner pegetahuan disebarkan kepada 26 responden
dari RT 008 dan RT 009 yang ada di RW 07, didapatkan hasil bahwa
masyarakat sudah memiliki pengetahuan tentang Hipertensi dengan baik tetapi
terdapat kurangnya kesadaran untuk menjaganya.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN KELOMPOK
RT 008 & 009
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil NIC NOC
Pemeliharaan Setelah 1. Peningkatan Latihan 1. Perilaku patuh : Aktivitas
Kesehatan Tidak dilakukan a. Gali pengalaman yang disarankan
Efektif intervensi individu a. Membahas aktivitas
selama 1x40 sebelumnya rekomendasi dengan
Definisi : menit, mengenai professional
Ketidakmampuan diharapkan latihan kesehatan
mengidentifikasi, masyarakat RT b. Gali hambatan b. Mengidentifikasi
mengelola, 008& RT 009 untuk manfaat yang
dan/atau mampu melakukan diharapkan dari
menemukan meningkatkan latihan aktivitas fisik
bantuan untuk pemeliharaan c. Dampingi c. Mengidentifikasi
mempertahankan kesehatan individu pada hambatan untuk
kesehatan. dengan baik saat melaksanakan
agar derajat mengembangka aktifitas fisik yang
kesehatan di n program ditentukan
RT 008 & RT latihan untuk d. Berpartisipasi dalam
009 meningkat. memenuhi aktivitas fisik
kebutuhannya sehari-hari yang
d. Lakukan latihan ditentukan
33
bersama e. Memodifikasi
individu, jika aktivitas fisik seperti
diperlukan yang diarahkan oleh
e. Libatkan kesehatan
keluarga/ orang professional
yang memberi
perawatan dalam 2. Perilaku patuh : Diet
merencanakan yang disarankan
dan a. Berpartisipasi dalam
meningkatkan menetapkan tujuan
program latihan diet yang bisa
f. Informasikan dicapai dengan
individu professional
mengenai kesehatan
manfaat b. Memilih makanan
kesehatan dan dan cairan yang
efek fisiologis sesuai dengan diet
latihan yang ditentukan
g. Monitor c. Memilih porsi yang
kepatuhan sesuai dengan diet
individu yang ditentukan
terhadap d. Memakan makanan
program latihan yang sesuai dengan
diet yang ditentukan
2. Manajemen Nutrisi
a. Intruksikan
pasien/ keluarga
mengenai
kebutuhan
nutrisi (yaitu
membahas
pedoman diet)
b. Atur diet yang
diperlukan
34
(yaitu
menyediakan
makanan protein
tinggi,
menyarankan
menggunakan
bumbu dan
rempah-rempah
sebagai
alternative untuk
garam,
menyediakan
pengganti gula,
menambah atau
mengurangi
kalori,
menambah atau
mengurangi
vitamin, mineral
atau suplemen)
c. Anjurkan
pasien/ keluarga
terkait dengan
kebutuhan diet
untuk kondisi
sakit (yaitu
untuk pasien
dengan penyakit
ginjal, diabetes
mellitus, dll)
35
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS
Implementasi atau melakukan tindakan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
disusun berdasarkan diagnosis yang diangkat. Implementasi keperawatan terhadap keluarga
mencakup hal-hal dibawah ini :
1) Meningkatkan kesadaran atau penerimaan setiap keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan
2) Membantu warga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
4) Membantu warga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi
sehat Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
E. EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS
A. Konsep Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan dalam proses keperawatan pada
tahap evaluasi ini dilakukan kembali pengkajian ulang mengenai respon pasien
terhadap tindakan yang sudah diberikan oleh perawat. Pada tahap ini dilakukan
kegiatan untuk menentukan apakah rencana keperawatan dan apakah bisa dilakukan
atau tidak, merevisi atau bisa juga dihentikan.
B. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
- Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan.
- Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan.
- Masyarakat hadir tepat waktu sebelum penyuluhan dimulai.
2. Evaluasi Proses
- Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan waktu yang direncanakan,
karena terhambat oleh persiapan alat yang digunakan.
- 100% dari undangan hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Peserta berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan
pendapat selama jalannya diskusi
- Tidak ada peserta yang keluar masuk selama jalannya kegiatan
3. Evaluasi Hasil
Setelah kuesioner pegetahuan disebarkan kepada 26 responden dari RT 008 dan
RT 009 yang ada di RW 07, didapatkan hasil bahwa masyarakat sudah memiliki
pengetahuan tentang Hipertensi dengan baik tetapi terdapat kurangnya
kesadaran untuk menjaganya.
36
37
BAB IV
PEMBAHASAN (TEORI, HASIL PENELITIAN TERKAIT HIPERTENSI, FAKTOR
PENDUKUNG, FAKTOR PENGHAMBAT DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN
MASALAH)
A . Pengkajian Keperawatan
Proses pengkajian keperawatan meliputi melakukan pengumpulan riwayat kesehatan,
melakukan pengkajian kesehatan, mewawancara keluarga pasien atau orang terdekat pasien,
meneliti. Catatan kesehatan, mengorganisasi, menganalisa, mensintesa, dan mengumpulkan
data, (Potter and Perry, 2005).
a. Pengertian Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995;Dermawan, 2012).
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut Lyer et al (1996,
dalam Setiadi, 2012).
b. Tujuan Pengkajian
Tujuan pengkajian menurut Dermawan (2012) adalahsebagai berikut:
a. Untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
c. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.
c. Tipe data
Tipe data menurut Setiadi (2012) adalah sebagai berikut:
a. Data subjektif
38
Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah kesehatannya.
Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien, perasaan
dan ide tentang status kesehatannya. Sumber data lain dapat diperoleh dari keluarga,
konsultan dan tenaga kesehatan lainnya.
b. Data objektif
Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran dari status kesehatan
pasien..
C. Diagnosa keperawatan
1. Pengertian Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan dari analisa data
(Carpenito, 2009). Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensia. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilhan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat menurut
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Allen, 1998).
39
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang
menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun potensial. Dimana
perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengtasinya ( Sumijatun, 2010 ).
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah
pasien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan
keperawatan menurut Gordon (1982, dalam Dermawan, 2012).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat, tegas, dan jelas
tentang respon klien terhadap masalah kesehatan/penyakit tertentu yang aktual dan
potensial karena ketidaktahuan, ketidakmauan, atau ketidakmampuan pasien/klien
mengatasinya sendiri yang membutuhkan tindakan keperawatan untuk mengatasinya
( Ali, 2009 ).
40
4. Komponen Diagnosa Keperawatan
Komponen diagnosa keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut:
a. Problem
Problem adalah gambaran keadaan pasien dimana tindakan keperawatan dapat
diberikan. Masalah atau problem adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan pasien secara jelas dan sesingkat mungkin.
Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati,
supaya :
(1) Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum.
(2) Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan.
(3) Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan
masalah medis.
(4) Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data
pengkajian dan intervensi keperawatan.
D. Etiologi
Etiologi atau faktor penyebab adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah
status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Merupakan pedoman untuk
merumuskan intervensi. Unsur – unsur dalam identifikasi etiologi meliputi unsur PSMM :
(1) Patofisiologi penyakit : semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat menyebabkan
atau mendukung masalah.
(2) Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial).
(3) Medikasi (berhubungan dengan program perawatan atau pengobatan) : keterbatasan
institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
(4) Maturasional : adolensent (ketergantungan dalam kelompok), young adult (menikah,
hamil, menjadi orang tua), dewasa (tekanan karier).
41
Komponen diagnosa keperawatan menurut PPNI (2010) terdiri dari masalah (P), etiologi atau
penyebab (E) dan tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dengan penyebab (PE).
F. Tipe Diagnosa Keperawatan
Tipe diagnosa keperawatan menurut Carpenito (2009) sebagai berikut:
a. Diagnosa Keperawatan Aktual.
Diagnosa keperawatan aktual adalah diagnose menjelaskan masalah yang
nyata terjadi saat ini. Pada diagnosa keperawatan aktual batasan karakteristiknya
adalah tanda dan gejala yang bila terlihat dalam waktu yang sama mewakili diagnosa
keperawatan. Batasan karakteristik dibedakan menjadi karakteristik mayor dan minor.
Mayor setidaknya satu tanda harus ada untuk validasi diagnosa, minor mendukung
bukti tetapi boleh tidak ada.
b. Diagnosa keperawatan risiko.
Diagnosa keperawatan risiko adalah keputusan klinis yang divalidasi oleh
faktor risiko. Tidak terdapat tanda dan gejala mayor.
c. Diagnosa keperawatan potensial.
Diagnosa keperawatan potensial adalah diagnosa yang didasarkan atas kondisi
sehat klien untuk mencapai tingkat kesehatan yang lebih tinggi.
d. Diagnosa keperawatan kemungkinan.
Diagnosa keperawatan kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah yang
diduga akan terjadi, masih memerlukan data tambahan.
e. Diagnosa keperawatan sindroma
Diagnosa keperawatan sindroma adalah sekelompok atau kumpulan dari
beberapa diagnosa keperawatan yang terjadi secara bersamaan yang memiliki
penyebab tunggal. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia
nomor 40 tahun 2017 menyatakan bahwa salah satu kompetensi perawat adalah
merumuskan diagnosa keperawatan.
G. Perencanaan keperawatan
1. Pengertian perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan,
kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan,
2012). Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang
42
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik (Manurung, 2011).
Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha
membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien
(Setiadi, 2012).
2. Tujuan perencanaan keperawatan
Tujuan rencana tindakan dibagi menjadi dua menurut Dermawan (2012) yaitu:
a) Tujuan administratif
1. Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada pasien atau kelompok.
2. Untuk membedakan tanggungjawab perawat dengan profesi kesehatan
lainnya.
3. Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi
keperawatan.
4. Untuk menyediakan kriteria klasifikasi pasien.
H. Implementasi Keperawatan
1. Pengertian implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
pasien (Riyadi, 2010). Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
2. Pedoman implementasi keperawatan
Pedoman implementasi keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut:
a. Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah
memvalidasi rencana. Validasi menentukan apakah rencana masih relevan,
masalah mendesak, berdasar pada rasional yang baik dan diindividualisasikan.
Perawat memastikan bahwa tindakan yang sedang diimplementasikan, baik oleh
pasien, perawat atau yang lain, berorientasi pada tujuan dan hasil. Tindakan
selama implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan.
b. Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan kompeten
dan efisien di lingkungan yang sesuai. Perawat harus kompeten dan mampu
melaksanakan keterampilan ini secara efisien guna menjalankan rencana.
Kesadaran diri dan kekuatan serta keterbatasan perawat menunjang pemberian
43
asuhan yang kompeten dan efisien sekaligus memerankan peran keperawatan
profesional.
c. Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi.
Selama melaksanakan implementasi, keamanan fisik dan psikologis dipastikan
dengan mempersiapkan pasien secara adekuat, melakukan asuhan keperawatan
dengan terampil dan efisien, menerapkan prinsip yang baik,
mengindividualisasikan tindakan dan mendukung pasien selama tindakan
tersebut.
d. Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan perawatan
kesehatan dan rencana asuhan. Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan
terdiri atas deskripsi tindakan yang diimplementasikan dan respon pasien
terhadap tindakan tersebut. Tindakan yang tidak diimplementasikan juga dicatat
disertai alasan. Dokumentasi rencana asuhan untuk meningkatkan
kesinambungan asuhan dan untuk mencatat perkembangan pasien guna
mencapai kriteria hasil.
I. Evaluasi Keperawatan
1. Pengertian evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani,
2009).Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2011).
2. Penilaian keberhasilan
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan, apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka
perlu dicari penyebabnya. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor :
a. Tujuan tidak realistis.
b. Tindakan keperawatan yang tidak tepat.
c. Terdapat faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
Alasan pentingnya penilaian sebagai berikut :
a. Menghentikan tindakan atau kegiatan yang tidak berguna.
b. Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan.
44
c. Sebagai bukti hasil dari tindakan perawatan.
d. Untuk pengembangan dan penyempurnaan praktik keperawatan.
3. Tipe pernyataan evaluasi
Tipe pernyataan evaluasi menurut Setiadi (2012) sebagai berikut:
Tipe pernyataan tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
a. Pernyataan evaluasi formatif.
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat
atau setelah dilakukan tindakan keperawatan dan ditulis pada catatan
perawatan.
b. Pernyataan evaluasi sumatif.
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan.
4. Bentuk evaluasi
Bentuk evaluasi menurut Deswani (2009) sebagai berikut:
a. Evaluasi struktur.
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.
b. Evaluasi proses.
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan
sesuai wewenang.
c. Evaluasi hasil.
Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi pasien. Respon perilaku pasien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
45
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian dilakukan selama 2 hari dari tanggal 6 Juni sampai dengan 7 Juni 2022
ditemukan, masalah kesehatan Hipertensi pada masyarakat RT 08 & RT 09 / RW 07
kelurahan Susukan kecamatan Ciracas.
2. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan untuk hipertensi adalah Ketidakefektifan
Manajemen Kesehatan.
3. Rencana keperawatan komunitas yang akan diberikan kepada masyarakat RT 08 &
09/ RW 07 kelurahan Susukan kecamatan Ciracas adalah pendidikan kesehatan
berupa penyuluhan kesehatan dan penyebaran leaflet, dan pemaparan materi melalui
PPT tentang pencegahan hipertensi
4. Evaluasi yang didapatkan adalah pengetahuan warga meningkat setelah diberikan
penyuluhan kesehatan terkait hipertensi, warga dapat mengikuti senam Yoga dengan
baik dan akan melakukan di rumah pada waktu senggang.
B. REKOMENDASI
Diharapkan seluruh warga RT 008 dan 009 diberikan penyuluhan kesehatan secara
rutin agar dapat menjalankan kebiasaan baik dalam mencegah hipertensi seperti aktivitas fisik
maupun senam yoga seperti yang telah diajarkan oleh mahasiswa maupun mahasiswi
Universitas MH Thamrin di waktu senggang.
46
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN
ABSENSI PESERTA
48
49
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) IMPLEMENTASI KELUARGA
Kegiatan penyuluhan
No. Tahap Kegiatan demonstrasi Kegiatan peserta Waktu
1. Pembukaan Salam pembuka Menjawab salam 5 menit
Menyampaikan tujuan, Menyimak
waktu dan topik
2. Pelaksanaan Menanyakan hal-hal yang Mendengarkan dengan 40 menit
50
sudah diketahui oleh penuh perhatian
keluarga (validasi) terkait Berdiskusi untuk
dengan materi yang akan penentuan prioritas
disampaikan masalah
Memberikan penyuluhan Menanyakan hal-hal yang
kesehatan sesuai materi belum jelas
Memberikan kesempatan Ikut serta memberi
bertanya pendapay untuk
perencanaan kegiatan
3. Evaluasi Menanyakan kembali Menjawab pertanyaan 10 menit
materi yang sudah
diberikan dan perasaan
keluarga setelah diberikan
penyuluhan
4. Penutup Menyampaikan Mendengarkan dan 5 menit
kesimpulan menjawab salam
Memberikan leaflet
Menetapkan kontrak
pertemuan selanjutnya
kepada peserta
Mengucapkan terimakasih
dan salam penutup
Evaluasi
Prosedur : akhir kegiatan
Waktu : 10 menit
Bentuk soal : tanya jawab
Pertanyaan dan jawaban
a. Pengertian dari Hipertensi ?
b. Sebutkan minimal 3 tanda gejala Hipertensi ?
c. Sebutkan Pengertian Senam Yoga ?
d. Sebutkan Tujuan Senam Yoga ?
e. Sebutkan 2 dari 4 gerakan senam Yoga Hipertensi?
51
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA PASIEN HIPERTENSI
A. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat
memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagai besar (90%) penyebab hipertensi tidak
diketahui (hipertensi esenial). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembukuh darah dari
tepi dan peningkatan volume aliran darah.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistoliik
140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. Penderita hipertensi mengalami
peningkatan tekanan darah melebihi batas normal, dimana tekanan darah normal sebesar
110/90 mmHg. Teknan darah dipengaruhi oleh curah jantung, tekanan perifer pada
pembuluh darah dan volume atau isi darah yang bersirkulasi. Hipertensi dapat
menyebabkan komplikasi seperti penyakit jantung koroner, left ventricle hypertrophy
dan stroke yang merupakan pembawa kematian tertinggi.
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup berbahaya di
seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko utama yang mengarah kepada
penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit
ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit jantung iskemik dan stroke menjadi dua
penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2018).
2. Klasifikasi
1) Klasifikasi menurut Joint National Commite 8.
52
3) Klasifikasi berdasarkan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu sekunder dan
primer. Hipertensi sekunder meruupakan jenis yang penyebab spesifikasinya dapat diketahui.
(Sustranidan Alam, 2004).
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi benigna
dan hipertensi maligna. Hipertenso baligna aadalah keadaan hipertensi yang tidak
menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita di cek up. Hipertensi
maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan
kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ seperti otak, jantung dan ginjal (Azam,
2005).
3. Etiologi
berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
1) Hipertensi primer ( Esensial)
53
Disebut juga hipertensi idapotik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis renin.
Angiptensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Fakroe-faktor yang meningkatkan
resiko : obesitas, merokok, alkohol, dan polisitemia
2) Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu : penggunaan esterogen, penyakit ginjal sindrom chusing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
a. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
- Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
- Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
b. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
- Elastisitas dinding aorta menurun
- Katup jantung menbal dan menjadi kaku
- Kemampuan jantung memompa menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan turunnya
kontraksi dan volume
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
- Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi 2 :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering kali dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan, dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasienn yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
- Mengeluh sakit kepala
54
- Lemas
- Kelelahan
- Sesak nafas
- Gelisah
- Mual
- Muntah
- Epitakis
- Telinga berdering
- Dunia terasa berputar
- Rasa berat di tengkuk
- Sukar tidur
- Cepat marah
- Mata berkunang-kunang dan pusing
5. Patofisiologi
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengidikasikan faktor resiko seperti : hipovolemik,
anemia
2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin
55
4) Urinalisasi : darah, protesin, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM
a. CTS scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
b. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
c. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal
d. Foto dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katub, pembesaran
jantung
7. Penatalaksaan
1) Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan motalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg
2) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi dengan obat : terapi dengan obat bisa menggunakan amlodpine, karena
amlodipine obat calsium channel clockres untuk menurunkan tekanan darah
tinggi. Amlodipine bekerja melebar pembuluh darah sehingga darah dapat
mengalir lebih mudah. Obat ini dapat digunakan sebagai mandiri. Menurunkan
tekanan darah tinggi membantu mencegah stroke, serangan jantung dan masalah
ginjal
b. Terapi tanpa obat : terapi tanpa obat digunkan sebgai tindkan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat, tetapi
tanpa obat ini meliputi : diet destriksi garam secara moderat dari 10 gr/hari
menjadi diet rendah 5gr/hari. kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Berhenti merokok
d. Latihan fisik/ olahraga
8. Masalah yang sering muncul
1) Penurunan penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vaskontriksi,
hipertropi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokrad
2) Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia
3) Intolerasi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
4) Ketidakefektifan koping
5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
6) Resiko cedera
56
7) Defisit pengetahuan
8) Ansientas
9. Faktor Resiko Hipertensi
faktor resiko terjadinya hipertensi terdiri dari faktor yang dapat di modifikasi dan faktor
yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. riwayat keluarga/keturunan
jika seseorang yang memiliki riwayat hipertensi di dalam keluarga, maka
kecenderungan menderita hipertensi juga lebih besar dibandingkan dengan keluarga
yang tidak memiliki hipertensi. (Siyad, 2011)
b. jenis kelamin
angka jejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki (5-47%) daripada wanita
(7-38%).
c. Umur
Insiden hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur. Sebanyak 50-600% dari penderita
hipertensi berusia 60 tahun. Memiliki tekanan darah >140/90 mmHg. Pada kelompok usia
>70 tahun berpotensi 2,97 kai terjadinya hipertensi. Tingginya hipertensi pada lanjut usia
disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh dasar besar, sehingga lumen menjadi
lebih sempit dibandingkan pembuluh darah menjadi kaku sehingga menimbulkan tekanan
darah sistolik.
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
a. Diet
Modifikasi diet dapat dilakukan dengan mengatur pola makan. Angka kejadian
hipertensi hipertensi lebih banyak terjadii pada pasien yang memiliki kebiasaan
mengonsumsi lemak dan garam secara berlebihan.
b. Obesitas
Obesitas dapat menimbulkan resiko penyakit kardio vaskular. Dari berbagai penelitian
bahwa peningkatan tekanan berat badan dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini
karena terjadi sumbatan di pembuluh darah yang diakibatkan oleh penumpukan lemak
dalam tubuh.
c. Kurangnya aktivitas fisik/olahraga
57
Aktivitas fisik dikaitkan dengan pengelolaan pasien hipertensi. Pada individu dengan
hipertensi dengan melakukan olahraga aerobik seperti jalan kaki dengan teratur,
joging, bersepeda akan menurunkan tekanan darah.
d. Merokok dan mengonsumsi alkohol
Merokok merupakan faktor resiko penyebab kematian yang dilakukan oleh penyakit
jantung, kanker, stroke dan penyakit paru.
e. Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi adalah karena adanya aktivitas syaraf
simpatif yang dapat meingkatkan tekanan darah. Individu yang sering mengalami
stress, akan cenderung lebih mudah terkena hipertensi sehigga stress merupakan salah
satu faktor resiko pencetus.
B. Terapi Yoga
1. Pengertian
Yoga adalah suatu sistem pelatihan guna mencapai keseimbangan antara dua
kekuatan yang berbeda di dalam tubuh, seperti tubuh bagian atas dan bawah, tubuh
bagian kiri dan kanan, tarikan nafas, energi positif dan negatif yang dapat
meningkatkan sirkulasi darah keseluruh tubuh (Riaddi, 2019)
2. Macam-macam yoga
2.1 Hatha Yoga
Hatha yoga adalah jenis yoga dengan system pelatihan menggunakan berbagai
teknik membentuk sikap tubuh disertai dengan teknik pernafasan guna
mencapai keseimbangan antara dua kekuatan yang berada didalam tubuh.
2.2 Bhakti Yoga
Bhakti yoga adalah jenis yoga memfokuskan diri untuk menuju hati.
2.3 Raja Yoga
Raja yoga adalah jenis yoga yang menitik beratkan pada teknik meditasi dan
kontemplasi.
2.4 Jhana Yoga
Jhana yoga adalah jenis yoga yang menerapkan metode untuk meraih
kebijaksanaan dan pengetahuan.
2.5 Karma Yoga
58
Karma yoga adalah jenis yoga yang mempercayai adanya raingkarnasi.
2.6 Tantra Yoga
Tantra yoga adalah jenis yoga yang sedikit berbeda dengan yoga lain, bahkan
ada yang menganggap yoga ini mirip dengan ilmu sihir.
3. Manfaat yoga
59
untuk membedakannya dengan jenis yoga lainnya. Yoga asuna mengutamakan
postur tubuh, focus pada pernafasan (brathing) dan konsentrasi pada jalannya
pikiran.
2) Pranayama
Pranayama adalah jenis latihan yoga yang berkaitan dengan fungsi
permafasan. Kata “prana” berarti nafas dan “ayama” yang artinya pengaturan.
Jadi, apabila digabungkan pranayama berarti pengaturan nafas. Bernafas
merupakan kebutuhan yang penting bagi tubuh. Apabila seseorang mampu
mengatur irama bernafasan hal ini tentu dapat membantu orang tersebut
memperoleh tubuh dan pikiran yang lebih sehat.
3) Meditasi
Tujuan dari yoga adalah menenangkan proyeksi pikiran seperti khayalan yang
sedang kita pikirkan. Pada dasarnya jenis yoga asana dan pranayama
diciptakan untuk membantu mempersiapkan tubuh dan pikiran seseorang
masuk dalam sebuah keheningan dan meditasi.
60
5. Aktifitas Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Yoga
1) Lakukan yoga dilingkungan yang bersih, tentang, udara segar, tempat terbuka, serta
perasaan bahagia.
2) Jangan makan minimal tiga jam sebelum melakukan latihan yoga dan baru boleh
makan tiga puluh menit setelah selesai melakukan yoga.
3) Selama latihan yoga berlangsung hendaknya tidak bergurau dan tertawa.
4) Lakukan pemanasan sebelum berlatih yoga dengan berlari-lari kecil ditempat sambal
mengibaskan jari tangan dan kaki, serta mengayunkan lengan beberapa saat.
5) Setelah pernafasan, lakukan peregangan tubuh, mulai dari leher, bahu, tangan,
pinggang, lutut hingga sendi pergelangankaki. Pergelangan leher wajib dilakukan
untuk menghindar pusing selama beryoga dan menjaga kestabilan tubuh. Pergerangan
dapat dilakukan sambal duduk atau berdiri.
6) Pada saat melakukan yoga hendaknya selalu berpikiran positif dan yakin akan
menjadi lebih baik.
7) Jangan melakukan gerakan yoga dengan gerakan tingkat lanjut bila sedang sakit berat,
mentruasi, atau hamil, kecuali melakukangerakan tertentu yang disarankan. Lebih
baik konsultasikan keada instruktur yoga sesuai dengan kondisi tubuh.
8) Setelah selesai yoga, lanjutkan dengan pemijatan dan relaksasi, disarankan untuk
tidak menyentuhair.
61
a. Bernafas dalam. Tehnik pernafasan yoga meningkatkan kapasitas paru-paru agar
proses pernafasan menjadi optimal. Tehnik pernafasan yoga juga membantu
menguatkan organ tubuh bagian dalam dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk
relaks
b. Pola makan seimbang. Pola makan yang seimbanga dan memenuhi asupan gizi bagi
tubuh akan meningkatkan kesehatan secara holistic
c. Istirahat yang cukup
d. Beripikir positif
62
DAFTAR PUSTAKA
63
LAPORAN KEGIATAN HARIAN (ACTIVITY DAILY REPORT)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
Pembimbing Klinik
( .............................................. )
64
Kelompok 3 komunitas Tempat Ciracas RW 007 Hari: Selasa, 31 mei 2022
JAM KEGIATAN RASIONAL RESPON HASIL
09.00-selesai Ke rumah RT, Perkenalan ke rt Bapak, ibu RT
perkenalan dengan setempat, sekaligus beserta dawis
dawis, dan pencarian keliling RT setempat menyambut dengan
data untuk mencari data baik kedatangan dan
riwayat penyakit di maksud tujuan dari
beberapa warga mahasiswa/i
RT.09 dengan cara
mendatangi beberapa
rumah yang memiliki
bayi, balita, ibu
hamil, lansia, dan
yang memiliki
riwayat penyakit
Pembimbing Klinik
( .............................................. )
65
Kelompok 3 komunitas Tempat Ciracas RW 007 Hari: Rabu, 1 juni 2022
JAM KEGIATAN RASIONAL RESPON HASIL
09.00-selesai Pengecekan TTV, Mengukur tekanan Beberapa didapatkan
seperti tekanan darah darah warga yang warga memiliki
ke beberapa warga memiliki hipertensi tekanan darah yang
yang sudah tinggi
ditargetkan.
Pembimbing Klinik
( .............................................. )
66
Kelompok 3 komunitas Tempat Ciracas RW 007 Hari: Kamis, 2 juni 2022
JAM KEGIATAN RASIONAL RESPON HASIL
10.00- selesai Jumantik Membantu kader Tidak didapatinya
RT.008 dan 009 jentik2 di sekitaran
untuk keliling kubangan air rumah
mengecek Jentik warga RT.008 dan
nyamuk di setiap 009
rumah
Pembimbing Klinik
( .............................................. )
67
Kelompok 3 komunitas Tempat Ciracas RW 007 Hari: Jumat, 3 juni 2022
JAM KEGIATAN RASIONAL RESPON HASIL
10.00- selesai Pengecekan GDS Pengecekan GDS Didapati beberapa
pada beberapa warga warga memiliki hasil
yang sudah GDS yang tinggi
ditargetkan dan akibat kurang
memiliki riwayat patuhnya meminum
penyakit gula obat
Pembimbing Klinik
( .............................................. )
68
LAPORAN HASIL IMPLEMENTASI PRAKTIK
KEPERAWATAN KOMUNITAS II
Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok
Pada Praktik Keperawatan Komunitas II
Dosen Pembimbing :
Fatimah, M.Kep., Ns.Sp.Kep.Kom
Ns. Surwaningsih, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh :
1. Aldi Syahputra 1032191003
2. Alfigo Florianus PT 1032191005
3. Dhea Dela Pratiwi 1032191012
4. Egy Srinita Ginting 1032191015
5. Miftakhul Nurjanah 1032191031
6. Riska Alya Alawiyah 1032191054
7. Zuhriyana Nilam Sari 1032191051
8. Windy Lestari 1032191049
9. Mega Laras Ningrum 1032181035
69
I. LAPORAN PERSIAPAN KEGIATAN
Nama Kegiatan : Rileksasi Senam Yoga Untuk Hipertensi
Sasaran : Warga Lansia dan Dewasa Dengan Hipertensi
Waktu : 70 menit
Tanggal : 09 Juni 2022
Tempat : Mushola Ikhwanul Muslimin RT 008
Metode : Ceramah & Demonstrasi senam hipertensi
- Terdapat beberapa hal yang kami rancang dan persiapkan sebelum acara
dimulai. Mulai dari mempersipkan segala dokumen yang dibutuhkan untuk
mengkaji lingkungan tersebut, melakukan pengkajian ke TKP terkait masalah
apa yang mendominasi di daerah tersebut, dan mempersipkan kebutuhan-
kebutuhan untuk hari h acara. Terkait persiapan, kelompok juga tak lupa
mengenai perizinan ke pihak setempat (RT dan kader). Kelompok juga
mempersiapkan mengenai peralatan, materi, konsumsi dan tempat yang akan
digunakan.
- Terdapat beberapa peralatan yang dipersiapkan, diantaranya: soundsystem,
timbangan, tensimeter, buku tamu, kabel roll, termometer, bangku, tikar,
infokus, layar monitor, dan meja. Terkait materi, kelompok telah
mempersiapkan materi dalam bentuk penayangan ppt. Materi yang kelompok
sajikan berupa materi mengenai hipertensi dan juga yoga. Kelompok juga
mempersiapkan mengenai konsumsi.
- Kelompok menyiapkan konsumsi teruntuk masyarakat undangan, dosen, dan
juga pihak terkait. Untuk tempat yang digunakan, kelompok mendapat arahan
agar melaksanakan kegiatan di lapangan mushola rt 8. Semua persiapan dan
rencana telah lerlaksana dengan lancar, namun terdapat beberapa hambatan
yang kami termukan saat sebelum acara, yaitu: sempitnya lokasi yang akan
diakses saat acara, minimnya lahan parkir yang tersedia, minimnya lahan
untuk kegiatan berlangsung, sulitnya mengatur peralatan layar untuk pemateri
menyajikan materi nya dan padat nya lingkungan sekitar lokasi yang
digunakan (dan mungkin dapat mengganggu warga sekitar yang tidak
berkepentingan dikarenakan suara soundsystem yang kencang).
-
70
II. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
- Kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari Kamis, 9 Juni 2022 di musollah
ihwanul muslimin. Jumlah peserta penyuluhan sebanyak 26 orang dengan warga
dari RT 008 sebanyak 16 orang dan warga RT 009 sebanyak 10 orang
- Kegiatan dibuka dengan cek tekanan darah pada warga, lalu mengisi kuesioner
terkait Hipertensi dan Yoga dilanjutkan dengan pemberian materi pendidikan
kesehatan tentang hipertensi serta jenis senam yoga dan ditutup dengan
melakukan senam yoga
- Mahasiswa berperan dan bertanggung jawab sesuai peran yang diberikan,
meliputi,
1. Ketua Pelaksana: Aldi Syahputra
2. Bendahara: Dhea Dela Pratiwi
3. Sekertaris: Mega Laras Ningrum
4. MC: Riska Alya Alawiyah
5. Pemateri: Zuhriyana Nilam Sari & Windy Lestari
6. Moderator: Miftakhul Nurjannah
7. Observer&Fasilitator: Nabila Purnama sari
8. Dokumentasi: Dhea Dela & Aldi Syahputra
9. Perlengkapan: Alfigo Florianus Putra Tomodok & Egy Srinita Ginting
- Adapun susunan acara pada kegiatan penyuluhan "Hipertensi dengan Yoga”
adalah sebagai berikut:
1. Acara pembukaan
Acara dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan pemeriksaan tekanan darah
warga serta mengisi kuesioner. Lalu acara dibuka oleh MC di teras musola
Ihwanul Muslimin dengan mengucapkan salam, menjelaskan tujuan dari
kegiatan, kontrak waktu serta sambutan dari dosen pembimbing dan kedua
RT.
2. Pelaksanaan penyuluhan
Dilakukan nya pengisian materi oleh presentator. Kemudian dilanjutkan
dengan sesi diskusi atau tanya jawab yang dipimpin oleh moderator. Diakhir
sesi diskusi dilanjutkan dengan peragaan yoga yang dipimpin oleh pelatih
yoga serta pembagian snack dan leaflet tentang Hipertensi dengan Yoga ke
setiap peserta
3. Penutup
71
Setelah semua leaflet dibagikan, MC mengevaluasi feedback pada warga,
menutup acara, mengucapkan salam serta melakukan sesi dokumentasi
bersama
III. LAPORAN HASIL KEGIATAN
- Peserta yang datang terhitung ada sebanyak 26 orang. Dari semua warga yang
datang, semuanya memiliki riwayat hipertensi
- Para peserta mengikuti senam yoga dengan tertib dan rapih, begitupun saat
kegiatan penyuluhan berlangsung. Terdapat 3 orang yang bertanya selama
diadakannya kegiatan penyuluhan
- Setting tempat sudah sesuai dengan yang direncanakan dan perlengkapan yang
digunakan terdiri dari ppt dan leaflet, proyektor, dan soundsystem dapat
digunakan.
- Mahasiswa sudah sesuai dengan peran dan bertanggung jawab sesuai dengan
yang diberikan pada SAP.
- Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan berjalan lancar sesuai dengan kesepakatan
dan proses yang direncanakan. Warga RT 008 & RT 009 tampak aktif dan
antusias dalam pelaksanaan kegiatan yoga dan penyuluhan kesehatan
- Warga mengatakan merasa senang dan tenang dengan kegiatan penyuluhan
Kesehatan dan mengatakan mendapat tambahan pengetahuan tentang Hipertensi
dan bagaimana cara melakukan senam yoga
72
V. LAMPIRAN
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN: PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
HIPERTENSI PADA WARGA DI RT 008 DAN RT009/ RW 07 KELURAHAN
SUSUKAN KECAMATAN CIRACAS
Disusun untuk Memenuhi Nilai Praktik Kerja Lapangan pada Mata Kuliah Keperawatan
Komunitas II
Dosen Pembimbing :
Fatimah, S.Kp., M.Kep., Sp. Kep.Kom.
Ns. Surwaningsih, S.Kep., M.Kep
Di susun Oleh :
Aldi Syahputra (1032191003)
Alfigo Florianus PT (1032101005)
Dhea Dela Pratiwi (1032191012)
Egy Srinita Ginting (1032191015)
Mega Laras Ningrum (1032191039)
Miftakhul Nurjanah (1032191031)
Windy Lestari (1032191049)
Zuhriyana Nilam Sari (1032191051)
Riska Alya Alawiyah (1032191054)
73
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat
memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagai besar (90%) penyebab hipertensi tidak
diketahui (hipertensi esenial). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembukuh darah dari tepi
dan peningkatan volume aliran darah. Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan
yang cukup berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko utama
yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung,
stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit jantung iskemik dan
stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2018).
Hasil dari wawancara pada ketua RT di kelurahan susukan didapatkan data bahwa
sebanyak 15 warga RT 008 yang memiliki Riwayat hipertensi dan 10 warga RT 009 yang
memiliki Riwayat hipertensi. Dengan melihat kondisi lingkungan rumah yang mayoritas
warganya berusia ≥40 tahun dan pola hidup setiap individu yang kurang memperhatikan
kesehatan sehingga berisiko menderita hipertensi. Kader RT 008 dan RT 009 kelurahan
susukan sudah bekerjasama dengan pihak puskesmas ciracas untuk melakukan upaya
menangani kasus hipertensi dengan menyelenggarakan kegiatan PTM setiap 1 bulan sekali
yaitu pemeriksaan fisik seperti cek tekanan darah, gula, asam urat, dan kolesterol. Namun
karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan akan bahaya hipertensi maka banyak warga
di RT 008 dan 009 kelurahan susukan yang terkena hipertensi. Berdasarkan hasil
wawancara kader di RT 008 dan RT 009 terdapat kegiatan senam yang dilakukan setiap
minggunya. Selain kurangnya kesadaran dan pengetahuan, terdapat penyebab lain yang
mempengaruhi hipertensi pada warga di RT 008 dan RT 009 yaitu kurangnya berolahraga.
Walaupun sudah memiliki jadwal tetap untuk melaksanakan senam, masih banyak warga
RT 008 dan RT 009 yang malas mengikuti senam Yoga di lingkungan RTnya sehingga
berisiko terkena Hipertensi karena kurangnya olahraga dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah dilakukan survey ditemukan kasus warga yang menderita hipertensi adalah
orang dewasa dan lansia. Maka dari itu untuk mencegah terjadinya komplikasi dari
hipertensi, kami akan melakukan kegiatan penyuluhan mengenai hipertensi dan cara
penangannya pada warga di RT 008 dan RT 009 kelurahan susukan kecamatan ciracas
Jakarta Timur.
74
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, warga RT 008 dan RT 009 kelurahan
susukan kecamatan ciracas Jakarta timur mendapatkan pemahaman mengenai
hipertensi dan penanganan hipertensi yaitu dengan Rileksasi Senam Yogahipertensi.
2. Tujuan Khusus
1. Menambah wawasan pengetahuan mengenai hipertensi
2. Memberdayakan masyarakat dalam mengatasi hipetensi
3. Mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dan berperan aktif dalam penanganan
hipertensi dengan melakukan senam hipertensi
C. Sasaran
Warga RT 008 dan RT 009 kelurahan susukan kecamatan ciracas Jakarta Timur
D. Strategi Pelaksanaan
1. Persiapan
1.1 Lingkungan
1. Lingkungan yang nyaman sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan
2. Lingkungan yang jauh dari kebisingan
3. Tertatanya ruangan untuk penyuluhan
1.2 Alat dan Bahan
1. Tensimeter
2. Leaflet
3. PPT
1.3 Sasaran
Warga RT 008 dan RT 009 kelurahan susukan kecamatan ciracas Jakarta
Timur
1.4 Metode
Ceramah, tanya jawab, demontrasi
1.5 Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Juni 2022
Pukul : 10.00 WIB s/d Selesai
Tempat : Mushola Ikhwanul Muslimin
Waktu : 1 x 70 Menit
75
2. Pelaksanaan
No Kegiatan Waktu
1. Fase Orientasi :
1. Memberikan salam dan ucapan terimakasih
2. Perkenalan 10 menit
3. Kontrak waktu untuk penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan diberikan
5. Tujuan diadakannya penyuluhan
6. Membagikan lembar soal pre-test
2. Fase Inti :
1. Pengertian Hipertensi
2. Gejala Hipertensi
3. Penyebab Hipertensi
4. Klasifikasi Hipertensi
5. Komplikasi Hipertensi 45 menit
6. Penanganan Hipertensi
7. Pengertian Rileksasi Senam Yoga dalam
menurunkan tekanan darah
8. Manfaat melakukan Senam Yoga
9. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya
10. Melakukan senam hipertensi bersama warga
3. Fase Terminasi :
1. Membagikan lembar soal pre-test
2. Memberikan leaflet kepada peserta
penyuluhan
3. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk 15 menit
bertanya
4. Menyimpulkan materi
5. Memberi reward
6. Mengucapkan terimakasih
7. Mengucapkan salam
76
3. Kriteria Evaluasi
3.1 Evaluasi Struktur
Kesiapan media meliputi :
1. Leaflet, PPT
2. Penentuan waktu : 10.00 WIB s/d Selesai
3. Penentuan tempat : Mushola Ikhwanul Muslimin
4. Pemberitahuan kepada warga : Pemberitahuan tentang penyuluhan
hipertensi dan rileksasi yoga 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan dengan
pemberian surat melalui RT dan RW setempat
3.2 Evaluasi Proses
1. Warga sangat antusias untuk mengikuti kegiatan yang diselengarakan, dan
warga juga kooperatif dalam berjalamya kegiatan, hingga warga mengikuti
kegiatan dari awal sampai akhir.
2. Masyarakat menunjukkan pertanyaan atau tidak.
3. Kegiatan penyuluhan berjalan tertib.
F. Stuktur Organisasi
77
Observasi & Fasilitator : Nabila Purnama Sari
Dokumentasi : Dhea Dela Pratiwi & Aldi Syahputra
Perlengkapan : Alfigo Florianus PT & Egy Srinita Ginting
G. Rencana Anggaran
78
DAFTAR PUSTAKA
79
No : 089/PS.S1 Kep-F.Kes/UMHT/VI/2022
Lamp : -
Hal : Undangan Kegiatan Penyuluhan Kesehatan dan Senam
Hipertensi
Kepada Yth.
Warga RT 008 dan RT 009 RW 07 Kelurahan
Susukan Di
Jakarta
Dengan Hormat,
Besar harapan kami agar Ibu/Bapak dapat ikut serta dalam kegiatan ini.
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.
80
HASIL PENGKAJIAN
Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan diagnosis keperawatan masalah kesehatan
hipertensi yaitu:
a) Ketidakefektifan manajemen kesehatan
Definisi : pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah kesehatan
ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status
kesehatan yang diharapkan.
Batasan karakteristik secara teori :
- Data subjektif : mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program
perawatan atau pengobatan.
- Data objektif : gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor, gagal
menerapkan program perawatan atau pengobatan dalam kehidupan sehari-
hari, aktivitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan
kesehatan.
Batasan karakteristik secara fakta :
Data Subjektif dari hasil wawancara, didapatkan data :
- Sebagian besar masyarakat menyampaikan bahwa ada 10 orang yang
mempunyai riwayat hipertensi.
- Masyarakat mengatakan tidak menjaga pola makan (konsumsi makanan
berlemak, bersantan, asin, dll).
- Masyarakat mengatakan kesadaran untuk melakukan aktivitas fisik kurang
karena kesulitan mengatur waktu.
Data Objektif :
- Dari hasil pemeriksaan tekanan darah didapatkan nilai rata-rata sistol 140
mmHg dan diastol 90 mmHg.
- Hasil kuesioner:
a. Pengetahuan: Setelah kuisioner pengetahuan disebarkan kepada 26
responden dari RT 008 & 009 yang ada di RW 07. Didapatkan hasil
bahwa masyarakat sudah memiliki pengetahuan tentang Hipertensi
dengan baik tetapi kurangnya kesadaran untuk menjaganya.
81
DOKUMENTASI
82
83
84