Anda di halaman 1dari 30

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA KLIEN Tn. M DENGAN HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MPUNDA KOTA BIMA

Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

OLEH :

MUHAMMAD ADHAR BULQIA

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

2019/2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. M dengan Hipertensi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Mpunda Kota Bima

Nama : Muhammad Adhar bulqia

Asuhan keperawatan ini telah di setujui dan disahkan pada


Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

Muhammad Adhar Bulqia

Mengatahui
Pembimbing Akademik

Rahmani Ramli, S.Kep, Ns, Mph

ii
KATA PENGANTAR

Tiada kata paling indah dan paling mulia yang patut penulis panjatkan
kepada Allah SWT kecuali rasa syukur atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Gerontik yang berjudul “ Resume
Asuhan Keperawatan gerontik pada Klien Tn. M Dengan Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Mpunda Kota Bima. Dalam menyelesaikan asuhan Keperawatan Gerontik
ini penulis sadari sepenuhnya sangat banyak
kesulitan yang dialami, namun berkat Allah SWT yang senantiasa memberikan
petunjuk-Nya dan keyakinan pada kemampuan diri sendiri sehingga segala hambatan
yang penulis hadapi dapat teratasi. Terimakasih yang tak ternilai penulis ucapkan
Kepada keluarga dan teman-teman penulis yang sangat penulis sayangi atas segala
doa dan kasih sayang yang tak henti-hentinya tercurahkan demi keberhasilan penulis.

Akhir kata, semoga asuhan Keperawatan Keluarga ini dapat bermanfaat bagi
kita semua khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peneliti selanjutnya
di Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Mataram serta kiranya Allah SWT selalu
memberi rahmat kepada kita semua. Amin.

Bima, Juli 2020

Penulis

Muhammad Adhar Bulqia

iii
LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH KEPERAWATAN UTAMA KLIEN


Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang berusia
18 tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang
dengan penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang hipertensi. Oleh
karena itu sering ditemukan penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan
komplikasi seperti serangan jantung, stroke.
Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi
6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey
tahun 2014 menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian
terbesar nomor 3 di Indonesia dengan prosentasi sebesar 6,7% setelah stroke dan
penyakit jantung. Pelayanan kesehatan untuk penyakit hipertensi pada Lansia
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada Lansia meliputi pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi
keperawatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa
efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada semua tatanan
puskesmas (Koes Irianto, 2014).
Berdasarkan catatan dan laporan dari Sistem Informasi Kesehatan
Puskesmas Mpunda yang pelayanannya mencakup beberapa Desa menunjukkan
bahwa hipertensi masuk dalam daftar 10 besar penyakit terbanyak urutan nomor
satu tahun 2019. Pada tahun 2019 didapatkan data total penderita hipertensi
sejumlah 560 orang yang semuanya adalah hipertensi dan pada tahun 2020 dari
bulan Januari sampai April terdapat 210 kunjungan dengan diagnosa hipertensi.
Dari latar belakang di atas, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan dengan
asuhan keperawatan pada keluarga Tn, J

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan
darah tinggi secara terus- menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan

4
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung
bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan
kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan
penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N Ejournal keperawatan volume
4 nomor 1, Mei 2016)
2. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi
sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan
diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak


diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan
hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik)
dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar
menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan
dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan
metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan
resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan
kelainan darah.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah
diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung,
ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan
kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena tumor kelenjar
adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi
bukan faktor penyebab.
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat
kalasifikasi Smeltzer, 2012), yaitu :
Tabel 2.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik
Dan Diastolik

Kategori TD Sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg


Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg

5
Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

Sumber : Smeltzer, et al, 2012


Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang
dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang
Dewasa.

TD Sistolik
Kategori TD diastolik (mmHg)
(mmHg)

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg


Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg

Sumber : Triyanto, 2014


3. Patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi
ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang
bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih
lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui
baroreseptor, reflek kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan
reflek yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem
lain yang kurang cepat merespon perubahan tekanan darah melibatkan
respon ginjal dengan perngaturan hormon angiotensin dan vasopresor.
Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang merupakan
bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis ditandai
oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga
mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri
tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada
arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan
darah kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan
aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang
dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan

6
gangguan fungsi diastolic karena gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi. (Hull,
1996; dalam Bustan 2007).
Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak terdapat
pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume cairan darah
ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi
penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak
dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi
gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
4. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus
optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri coroner
dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi
ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat.Apabila
jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat
terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa sebagian
besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah
akibat peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.

7
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosterone
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiofaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi
dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin
dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi.
q. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi. (Anonim, 2013)
6. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada
organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :

8
 Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,
otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang
dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
 Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila
tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
 Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat
laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh
yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
 Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
7. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
b. Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi obesitas
juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun
kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat
badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan
sebanyak 5 mmHg.
c. Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan
konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan tekanan

9
sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
d. Batasi konsumsi alkohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol
harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan
tekanan darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami
hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak
meminum berakohol.
e. Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet
potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet
tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel,
kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan menurut
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang
terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-buahan sebanyak
3-
5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yamg
cukup.
f. Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang
tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi
merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi
seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari rokok karena
dapat memperberat hipertensi.
g. Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak
menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress
sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat
tinggi.
h. Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya pijat
yang dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar
aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi
dankomplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur energi tidak
terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka
risikohipertensi dapat ditekan.
8. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :

10
a. Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh
sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
b. Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk
menghambat aktifitas saraf simpatis.
c. Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya
pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami
gangguan pernafasan seperti asma bronkhial.
d. Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
e. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin
II dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat
penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada resptor.
g. Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.
9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita
diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria
ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada
wanita ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita hipertensi
berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan dengan perubahan
hormon pada wanita setelah menopause (Endang Triyanto, 2014).
2. Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah
di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat
secara cepat. Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka
tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang lansia cenderung
mempunyai tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).

11
3. Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga
yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium individu sehingga pada orang tua
cenderung beresiko lebih tinggi
menderita hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang
yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi
(Buckman, 2010).
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan
darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah,
kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi
oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada perilaku atau pola
hidup sehat (Armilawaty, Amalia H, Amirudin R., 2007).
10. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol
a. Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya
melakukan aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan
energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat badan atau obesitas
dan akan memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D., & N. Prayitno,
2013).
b. Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan
tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa
melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
c. Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di
dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah.
d. Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah
tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H.
Hadi Martono Kris Pranaka,
2014-2015).
e. Minum alcohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan

12
peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat
menyebabkan darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.
f. Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu
cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5- 10 mmHg.
g. Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan
meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi
vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.
Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya
maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan
kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi detak jantung
semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh
akan semakin cepat.
Artritis Reumatoid adalah suatu gangguan kronik yang menyerang
berbagai organ, merupakan salah satu dari sekelompok penyakit
jaringan ikat difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak
diketahui, biasanya terjadi destruksi sendi progresif walaupun
episode peradangan sendi mengalami masa remisi (Price S. A, 2006).

C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1.    Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama
dan hal yang penting di lakukan baik saat klien pertama kali masuk rumah
sakit maupun selama klien dirawat di rumah sakit.
a.  Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1.   Keluhan utama
Nyeri, sakit kepala, pusing, penglihatan berputar
2.     Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan klien diambil untuk menemukan
masalah primer klien, seperti: tekanan darahnya tetap naik atau ada
turunnya, riwayat stroke, kesulitan mengerakan tubuh, kesemutan.
3.    Riwayat kesehatan sekarang
4.    Riwayat kesehatan keluarga
c. Purubahan pola fungsi
1. Aktivitas/ Istirahat

13
- Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
- Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
- Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyaki cebrocaskuler, episode palpitasi.

- Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,


jugularis,radialis, tikikardi, murmu stenosis valvular,
distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/
bertunda.
3. Integritas Ego
- Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
ultiple(hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
- Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu).
5. Makanan/cairan
- Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan
BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan
diuretic
- Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
6. Neurosensori
- Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan
secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
- Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman
tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyaman
- Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit
kepala.
8. Pernafasan

14
- Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
- Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9. keamanan
- Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
10. Pembelajaran / Penyuluhan
- Gejala : Faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit serebrovaskuler, ginjal - Faktor resiko etnik,
penggunaan pil KB atau hormon lain Penggunaan obat / alcohol.

D. Diagnosa Keperawatan

1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi


2.     Anxietas berhubungan dengan krisis situasional
3.     Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik

E. Intervensi Keperawatan Hipertensi

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi


Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Setelah diberikan perawatan pasien akan:
a)    Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:
1.     tidak pernah
2.     jarang
3.     kadang-kadang
4.     sering
5.     selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan
b)    Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1.     sangat berat
2.     berat
3.     sedang
4.     ringan
5.     tidak ada
Indicator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah

15
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
gelisah
c)    memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan
d)   mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-10)
e)   melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
f)    mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi
factor tersebut
g)   melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
h)   melaporkan pola tidur yang baik
Intervensi keperawatan (NIC)
Pengkajian
a)    Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
b)    Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
c)     Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic
dan kemungkinan efek sampingnya
d)   Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri
dan respon pasien
e)    Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan
tingkat perkembangan pasien
Manajemen nyeri:
a)    Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan
factor presipitasinya
b)    Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang
tidak mampu berkomunikasi efektif
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a)    Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat
tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel.
b)    Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai
c)     Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan

16
d)   Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)
Manajemen nyeri:
a)    Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
b)    Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
Aktivitas kolaboratif
a)    Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
b)    Manajemen nyeri:
c)     Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
d)   Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa
lalu
Perawatan dirumah
a)    Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah
b)    Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan
dalam pemberian obat

Diagnosa 2 : Anxietas berhubungan dengan krisis situasional


Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Setelah diberikan perawatan klien akan menunjukkan:
a)    Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai
sedang dan selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diri,
koping.
b)    Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh
indicator sibagai berikut:
1.     tidak pernah
2.     jarang
3.      kadang-kadang
4.     sering
5.     selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh
tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan
ansietas

17
Intervensi Keperawatan NIC
Pengkajian
a)    kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik
setiap……..
b)    kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas
c)     gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas dimasa lalu
d)   reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan pengambilan keputusan
pasien
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
a)    buat rencana penyuluhan dengan tujuan yang realistis, termasuk kebutuhan
untuk pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah
dipelajari
b)    berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok bantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat
rekreasi
c)     informasikan tentang gejala ansietas
d)   ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic dan
gejala penyakit fisik
e)    penurunan ansietas (NIC);
f)      sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis
g)    instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
h)   jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami selama
prosedur
Aktivitas kolaboratif
a)    penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika
perlu
Aktivitas lain
a)    pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan berikan
ketenangan serta rasa nyaman
b)    beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
c)     bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas
d)   sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi
untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
e)    coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif

18
f)     dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis
g)    yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal
dan nonverbal secara bergantian
h)   sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
i)    sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima
oleh pasien
j)     singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
k)    penurunan ansietas (NIC);
l)     gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
m)  nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien
n)   damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut
o)    berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu
p)   jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
q)    bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakberdayaan


fisik
Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:
a)    Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi
aktivitas, ketahanan, penghematan energy, kebugaran fisik, energy
psikomotorik, dan perawatan diri, ADL.
b)    Menunjukkan toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:
1.     gangguan eksterm
2.     berat
3.     sedang
4.     ringan
5.     tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen saat beraktivitas
Frekuensi pernapasan saat beraktivitas
Kemampuan untuk berbicara saat beraktivitas fisik
Mendemonstrasikan penghematan energy, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:
1.     tidak pernah
2.     jarang
3.     kadang-kadang

19
4.     sering
5.     selalu
Indikator 1 2 3 4 5
Menyadari keterbatasan energy
Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
Mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energy
Intervensi keperawatan (NIC)
Pengkajian
a)    Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan ADL
b)    Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
c)     Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Manajemen energy (NIC):
a)    Tentukan penyebab keletihan
b)    Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas
c)     Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas
d)   Pantau respon nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energy yang adekuat
e)    Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam
jam
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
a)    Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk:
b)    Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
c)     Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi yang perlu
dilaporkan ke dokter
d)   Pentingnya nutrisi yang baik
e)    Penggunaan peralatan seperti oksigen saat aktivitas
f)      Penggunaan tehnik relaksasi selama aktivitas
g)    Dampak intoleransi aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga
h)   Tindakan untuk menghemat energy
Manajemen energy (NIC):
a)    Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang akan
meminimakan konsumsi oksigen
b)    Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan
Aktivitas kolaboratif
a)    Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu
penyebab
b)    Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk
merencanakan dan memantau program aktivitas, jika perlu.

20
c)     Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan jiwa
dirumah
d)   Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan
bantuan perawtan rumah, jika perlu
e)    Rujuk pasien keahli gizi untuk perencanaan diet
f)      Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan
penyakit jantung
Aktivitas lain
a)    Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode istirahat
b)    Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, jika perlu
c)     Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah aktivitas
d)   Rencanakan aktivitas bersama pasien secara terjadwal antar istirahat dan latihan
Manajemen energy (NIC);
a)    Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
b)    Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energy paling banyak
c)     Bantu pasien untuk aktivitas fisik teratur
d)   Bantu rangsangan lingkungan untuk relaksasi
e)    Bantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan membuat dan
menggunakan dokumentasi tertulis untuk mencatat asupan kalori dan energy
Perawatan dirumah
a)    Evaluasi kondisi rumah yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas
b)    Kaji kebutuhan terhadap alat bantu, oksigen dan lain sebagainga dirumah

21
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 28 Juni 2020 pukul 09.00 Wita


Nama pengkaji : Muhammad Adhar Bulqia

I. PENGKAJIAN
A. Data Biografi
Nama : Tn. M

Tempat & Tanggal Lahir : Bima, 07 Agustus 1965

Jenis Kelamin : Laki-laki

Golongan Darah :B

Pendidikan Terakhir : SD

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

TB / BB : 157 cm / 50 kg

Penampilan : Bersih dan rapi

Alamat : Rt 8 Rw 03 Lingk. Bedi

Orang yang dapat dihubngi : Anak

22
Alamat : Rt 08 Rw 03 Lingk. Bedi

B. Alasan Masuk

Saat dilakukan pengkajian Tn. M mengeluh kepala terasa sakit, keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda berat pada daerah kepala
dan leher, skala nyerinya 6. Tn M juga mengatakan cemas dan takut tubuhnya tidak bisa digerakan seperti tetangganya. Hasil
pemeriksaan : Tn. M tampak meringis, Tn. M tampak gelisah.

C. Analisa Data

No Data Problem Etiologi

1 DS : Nyeri Akut Agen Injuri


Biologi,
Tn. M mengeluh kepala terasa sakit kimia, fisik
karena tekanan darahnya yang
kembali naik, keluhan yang
dirasakan seperti tertekan benda
berat pada daerah kepala dan leher,
skala nyerinya 6. Tn M juga
mengatakan sakit kepala yang
dirasakan hilang timbul.

23
DO:
1 Tn M tampak meringis
2. Tn M tampak gelisah.
3. Tanda-tanda vital.
TD:180/110
N: 96x/m
RR: 18x/m
S : 37 ̊ C

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologi

24
E. RENCANA KEPERAWATAN

Hari/Tgl Diagnosa Intervensi Rasional


No Tujuan
Jam Keperawatan
1 29/06/2020 Nyeri akut Setelah dilakukan NIC
09.30 wita berhubungan tindakan keperawatan Pain Manajemen
dengan agen selama 1 x 8 jam  Lakukan pengkajian nyeri  Melakukan observasi akan
injuri Biologi, diharapkan nyeri klien secara komprehensif (lokasi, membantu menceritakan
Kimia, Fisik berkurang karakteristik durasi, frekuensi, pengalaman nyeri yang
NOC : kualitas dan faktor presipitasi) dirasakan
1. Level Nyeri  Gunakan intervensi  Terapi komplementer seperti
2. Kontrol nyeri Nonfarmakologi jika relaksasi, distraksi dan
3. Level kenyamanan memungkinkan hipnotis memerankan
Kriteria Hasil peranan penting dalam
1. Mampu mengentrol menajemen nyeri secara
nyeri keseluruhan
2. Melaporkan bahwa  Gunakan lingkungan, kebiasaan,  Intervensi pemberian terapi
nyeri berkurang dan terapi nonfarmakologi farmakologi dengan keluahan
dengan untuk mengurangi nyeri nyeri akan optimal dengan
menggunakan mensinergikannya dengan
menajemen nyeri lingkungan dan terapi
3. Mampu mengenali nonfarmakologi
nyeri Administrasi analgetik  12 benar obat sangat penting
4. menyatakan rasa dilakukan untuk menghindari
nyaman setelah  tentukan lokasi, karakteristik, terjadinya kesalahan
nyeri berkurang kualitas, dan derajat nyeri pemberian obat kepada

25
sebelum pemberian obat pasien, sehingga hal yang
 cek jenis obat, dosis dan tidak diinginkan akan dapat
frekuensi dihindari dan tidak
 cek riwayat alergi memberikan efek negatif
 tentukan pilihan analgesik pada pasien
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 tentukan dosis, dan rute
optimal obat
 evaluasi efektifitas analgesik,
tanda dan gejala

F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari Diagnosa Evaluasi Tindakan Ttd /Nama


Tanggal Tindakan Keperawatan
Keperawatan SOAP Perawat
Jam

28/062020 Nyeri akut 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif. Subjektif :


16.00 wita berhubungan 2. Mengobservasi tanda-tanda - Klien mengatakan nyeri masih
dengan agen 3. Mengajarkan / demonstrasikan teknik dirasakan namun sudah sedikit
injuri
manajemen nyeri (teknik relaksasi). berkurang (skala nyeri 4).
Biologi,
Kimia, Fisik 4. Mengajarkan/demonstrasikan teknik - Klien mengatakan mampu
manajemen nyeri (distraksi). mengontrol nyeri dengan teknik
5. Menganjurkan/demonstrasikan pada Tn relaksasi dan distraksi (Klien
.M dan keluarga kompres hangat pada melakukan teknik distraksi nyeri
kepala bagian belakang. dengan membaca Al-Quran).

26
6. Menganjurkan Tn. M untuk meningkatkan - Klien mengatakan nyeri sedikit
istrahat. berkurang setelah melakukan
7. Menganjurkan keluarga memberi teknik menejeman nyeri yang
lingkungan yang nyaman untuk klien diajarkan.
untuk mengurangi nyeri. - Klien mengatakan merasa lebih
8. Mengkolaborasikan Pemberian Terapi nyaman dan nyeri berkurang
untuk mengurangi nyeri dengan Dokter setelah melakukan kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
Objektif :
- Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi, distraksi dan kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
- Klien tidak lagi terlihat gelisah
dan meringis.
- Tanda-tanda vital :
TD : 150/100.
N : 90 x/m
RR : 18 x/m
S : 36,8 ̊ C
A : Masalah teratasi sebagian
Planning :
- Kaji skala nyeri
- Observasi TTV

27
- Anjurkan melakukan teknik
relaksasi.
- Anjurkan melakukan teknik
distraksi.
- Anjurkan memberi kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
- Anjurkan Klien meningkatkan
istrahat.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Penyakit Hipertensi Dan Cara Penanganannya. Diakses Mei 2018
Dari

Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Bustan, M.N. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta:
Rineka Cipta

Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta :
Kemenkes RI; 2014.

Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung: IKAPI

Masriadi . 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : TIM

Nurarif & Kusuma. 2013. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction

Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction

Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes RI

Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC

Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara


Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Udjiati, W. J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Yusuf, I. 2008. Hipertensi Sekunder. Jurnal Medicines.

29
30

Anda mungkin juga menyukai