Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN-

HIPERTENSI PADA TN AR. K DI INTERNA KELAS III


RUMAH SAKIT TOTO KABILA
KAB. BONE BOLANGO

MINI RISET

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam


Menyelesaikan Profesi Ners UNG

ANGGI LANGONI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Menkes, hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya,


karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan
orang merasa sehat dan energik. Menurut hasil Riskesdas Tahun 2007, sebagian
besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya
sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat.
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH) dalam
Nawi (2006), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3
juta diantaranya meninggal setiap tahunnya. Diperkirakan pada tahun 2025,
kejadian hipertensi terutama di negara berkembang akan mengalami kenaikan
sekitar 80% dari 639 juta kasus di tahun 2000, yaitu menjadi 1,15 milyar kasus.
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan
penduduk saat ini.
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer),
karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu.Selain itu, hipertensi juga merupakan faktor risiko utama untuk
stroke, gagal jantung dan penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih
besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2006).
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan
prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%.
Untuk provinsi Gorontalo data penderita Hipertensi selama tahun 2013
mencapai 9,6% dari jumlah penduduk. Data dari dinas kesehatan Kabupaten Bone
Bolang, selama tahun 2013 penduduk yang menderita hipertensi tercatat sebesar
5,7% dan pada tahun 2014 sebesar 6,1% (data Dinkes, 2015). Data melalui rekam
medic RSUD Toto Kabila didapatkan jumlah penderita Hipertensi selama tahun
2013 sebanyak 211 pasien dan tahun 2014 jumlah ini mengalami peningkatan
sebanyak 365 pasien. Hipertensi juga menduduki urutan ke 5 dari 10 penyakit
terbesar yang dirawat diRSUD Toto Kabila (Data Rekam Medik, 2015).
Gejala hipertensi pada umumnya tidak nyata, banyak yang sudah terlambat
dan berkomplikasi barulah diketahui penyebabnya. Seseorang yang mempunyai
penyakit darah tinggi mempunyai resiko besar terhadap penyakit lainnya, tidak
hanya penyakit jantung koroner saja tapi penyakit gagal ginjal, kebutaan dan
stroke bisa terjadi. Makin tinggi tekanan darah seseorang maka semakin tinggi
pula resikonya, maka dari itu seseorang harus mengetahui tekanan darahnya
karena hipertensi merupakan penyakit yang mempunyai tingkatan agar mendapat
perhatian dan perawatan sedini mungkin, karena dengan perawatan yang tepat dan
cepat dapat mencegah hal-hal yang mengerikan seperi stroke.
Penatalaksanaan hipertensi ini memerlukan waktu yang lama dan
melibatkan berbagai profesi tenaga kesehatan seperti dokter, perawat dan ahli gizi.
Banyaknya kejadian harus mendapatkan perhatian serius mengingat banyaknya
resiko terjadinya komplikasi, maka peran tenaga medis termasuk juga perawat
adalah merawat pasien hipertensi dan berusaha untuk memotvasi klien untuk
berusaha berobat dan menerapkan pola hidup sehat dan berolahraga secara teratur,
maka perlu dilakukan pemberian perawatan baik oleh keluarga maupun tim
kesehatan dalam hal ini perawat.
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan
suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan.
Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu
lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah
mengikuti perkembangan zaman
Perilaku pasien hipertensi dapat verbal dan non verbal. Inkonsistensi
antara dua perilaku ini dapat dijadikan faktor kesiapan perawat dalam memenuhi
kebutuhan pasien. Perilaku verbal yang menunjukan perlunya pertolongan seperti
keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan dan lain sebagainya. Sedangkan
perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas motorik: senyum,
berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya.. Penyelesaian masalah
tidak efektifnya perilaku pasien layak diprioritaskan. Reaksi dan tindakan perawat
harus dirancang untuk menyelesaikan perilaku seperti halnya memenuhi
kebutuhan yang sesuai dengan masalah hal tersebut
Para perawat menggunakan dasar ilmu pengetahuan sebagaipedoman
untuk rasionalisasi yang dikembangkan oleh perawatsendiri, sehingga para
perawat dapat mengetahui apa, mengapa danbagaimana asuhan keperawatan harus
dilaksanakan atau diberikankepada klien.
Keberhasilan seorang perawat profesional dalammemberikan pelayanan
keperawatan sangat tergantung pada kemampuannya mensintesis berbagai ilmu
tersebut danmengaplikasikannya kedalam suatu bentuk pelayanan profesional.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin melakukan sebuah kajian mendalam
tentang “Asuhan Keperawatan pada pasien Hipertensi di Rumah Sakit Toto
Kabila Bone Bolango”

1.2 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Hipertensi pada Tn A.K Di Rumah

Sakit Umum Daerah Toto Kabila Kabila Bone Bolango.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Konsep Medik pada Penyakit Hipertensi

b. Mengetahui Konsep Keperawatan pada Penyakit Hipertensi.

c. Mengetahui Asuhan keperawatan Hipertensi pada Tn A.K Di Rumah

Sakit Umum Daerah Toto Kabila Kabila Bone Bolango.


1.3 Manfaat

1. Bagi Tempat Peneliti

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi ruangan ICU

dalam menangani pasien hipertensi. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini di harapkan dapat digunakan dalam menambah

pengetahuan dan pengalaman, serta dapat berguna dalam penelitian selanjutnya


BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Konsep Medik Hipertensi


Membahas mengenai Pengertian Hipertensi, Penyebab, Klasifikasi
Hipertensi, Patofisiologi, Gejala Hipertensi, Faktor-faktor Resiko, Pencegahan
Hipertensi, Penatalaksanaan, Komplikasi Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tekanan darah normal bagi
setiap orang adalah 120/80. Itu berarti tekanan darah sistoliknya 120 dan tekanan
darah diastoliknya 80.Bila tekanan darah tidak melewati batas 140/90, masih
dikategorikan normal (Brunner and Suddarth, 2014).
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan
sistolik yang intermiten atau menetap.Pengukuran tekanan darah serial 150/95
mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan
hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia(Brunner and
Suddarth, 2014)
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan
peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi
sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60
tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan
bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang).
2.1.2 Etiologi
Brunner and Suddarth, 2014 (2014), berdasarkan penyebabnya, hipertensi
dibedakan menjadi dua bagian yaitu hipertensi primer (esensial) dan hipertensi
sekunder.
1. Hipertensi Esensial
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi.Dimana samapai saat ini
belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa yang mempengaruhi
dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti : faktor genetik, stress dan
psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam
dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium).
2. Hipertensi Sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan
jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab
hipertensi sekunder di antaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,
diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endrokrin lainnya seperti
obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan
seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi


Tabel 2.1
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Derajat
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre-Hipertensi < 120-139 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II >160 ≥100
(Sumber: JNC VII, 2003)

Tabel 2.2
Klasifikasi Derajat Tekanan Darah menurut European Society of Cardiology
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal 120-129 80-84
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 ≥ 100
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 190 < 90
(sumber: ESC, 2007 dalam Wijaya & Putri, 2013)

2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus.ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal.Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting
pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah (Brunner and Suddarth, 2014 (2014),

2.1.5 Gejala Hipertensi


Penyakit hipertensi sering disebut sebagai ‘The Silent Disease’ atau
penyakit tersembunyi.Hipertensi dapat menyerang siapa saja, dari berbagai
kelompok umur dan status social ekonomi.Secara umum, hipertensi merupakan
suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah yang tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan
kerusakan ginjal (Sutanto, 2010).
Menurut Waluyo (2002) pada beberapa kasus, hipertensi menunjukkan
gejala, dan memang ada sejumlah gejala umum yang dapat menjadi pegangan
dalam diagnosis, antara lain: penglihatan sering kabur, emosi tidak stabil, sering
terseinggung, mudah marah, kadang kebingungan, sering keletihan, mual dan/atau
muntah, banyak berkeringat, rasa panas di wajah, sakit dada, mimisan, suara di
dalam telinga, jantung terasa berdebar, kepala terasa berdenyut, sakit kepala.

2.1.6 Faktor-faktor Resiko


1. Keturunan (Genetika)
Faktor keturunan memang memiliki peran yang besar terhadap munculnya
hipertensi.Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi
lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari satu sel telur)
disbanding heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda).
2. Jenis kelamin
Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan
wanita.Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang mendorong
terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman terhadap
pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol. Biasanya wanita akan
mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah masa menopause.
3. Umur
Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita
hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang
timbul akibat adanya interaksi dari hipertensi. Hilangnya jaringan arterosklerosis
serta pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua
(Sutanto, 2010 dalam Suiraoka, 2012).
4. Obesitas
Obesitas atau kegemukan juga merupakan salah satu faktor resiko timbulnya
hipertensi.Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi.Curah
jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi
dari penderita hipertensi yang tidak mengalami obesitas.
5. Asupan garam
Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi garam
berlebihan dengan kemungkinan mengidap hipertensi.Garam merupakan hal yang
sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi.Pengaruh asupan garam
terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma atau cairan tubuh
dan tekanan darah (Sutanto, 2012).
6. Kurang olahraga
Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada umumnya cenderung
mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah. Dengan olahraga kita
dapat meningkatkan kerja jantung.Sehingga darah bisa dipompa dengan baik ke
seluruh tubuh.
7. Merokok dan mengkonsumsi alkohol
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan selain
dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah, nikotin dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.Mengkonsumsi alkohol
juga membahayakan kesehatan karena dapat meningkatkan sintesis
katekholamin.Adanya katekholamin memicu kenaikan tekanan darah (Suiraoka,
2012).
2.1.7 Pencegahan Hipertensi
Ada beberapa pencegahan hipertensi Menurut Mayo Clinik (2005) yaitu:
1. Mengelola Stres
Stres adalah yang dirasakan saat tntutan emosi, fisik atau lingkungan tak
mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan untuk mengatasinya dengan
efektif.Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika sedang
ketakutan, tegang, atau dikejar deadline maka tekanan darah akan meningkat.
Tapi akan kembali turun bila kondisi tubuh rileks.
Cara untuk menghadapi stres adalah perubahan pola hidup, merencanakan
semua aktivitas dengan baik dan sesuai jadwal, berpikir positif, tidur dan istirahat
yang cukup, menyiapkan cadangan keuangan, berolahraga, makan makanan yang
bergizi, membina hubungan sosial dengan baik, menyediakan waktu untuk hal-hal
yang khusus, tertawa dan rekreasi. Penggunaan teknik relaksasi seperti napas
dalam, meditasi dan relaksasi progresif juga dapat membantu menurunkan stress.
2. Olahraga
Aktivitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah sebab
membuat jantung memompa lebih banyak darah.Makin ringan kerja jantung untuk
memompa darah makin sedikit beban tekanan pada arteri.Dengan aktivitas yang
teratur juga dapat menurunkan berat badan.Aktivitas fisik yang teratur dapat
menurunkan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg.
3. Pola Makan
Selain pengurangan asupan natrium, pengaturan pola makan juga diperlukan
guna mencegah peningkatan tekanan darah.Diet rendah lemak dengan mengurangi
atau menghindari makanan berminyak seperti gorengan, daging yang berlemak,
dan kuning telur.Hindari konsumsi daging kambing, buah durian dan minuman
beralkohol tinggi. Perbanyak makan makanan segar seperti buah-buahan, sayuran
dan produk susu rendah lemak serta mengurangi makanan yang diproses atau
diawetkan.
4. Hentikan merokok, kurangi alkohol, kopi
Nikotin dalam tembakau menyebabkan meningkatnya tekanan darah.Nikotin
diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam paru-paru dan diedarkan ke
aliran darah.Dalam beberapa detik nikotin mencapai otak.Otak bereaksi terhadap
nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin
(adrenalin).
Alkohol juga dapat memicu naiknya tekanan darah. Cara kerjanya sama
seperti nikotin dalam rokok yaitu merangsang pelepasan epinefrin (adrenalin),
selain itu mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar juga dapat menurunkan kadar
kalsium dan magnesium.
Pada orang-orang tertentu kafein pada kopi dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah.Hal ini terjadi karena kafein memblokir efek adenosin yaitu hormon
yang menjaga agar pembuluh darah tetap lebar dan merangsang kelenjar adrenal
untuk melepaskan kortisol dan adrenalin lebih banyak.
5. Konsultasi dengan Petugas Kesehatan
Konsultasi dengan petugas kesehatan profesional mengenai hipertensi yang
diderita akan membantu kita lebih mengerti tentang resiko, pencegahan dan
pilihan pengobatan dari hipertensi. Beberapa pertanyaan yang harus ditanyakan
dengan petugas kesehatan antara lain :
1. Berdasarkan riwayat pengobatan, gaya hidup, dan riwayat keluarga,
apakah saya beresiko menderita hipertensi?
2. Seberapa tinggi tekanan darah saya?
3. Berapa tekanan darah saya seharusnya?
4. Apakah yang sebaiknya saya lakukan untuk mencegah/ mengobati
hipertensi?
5. Perubahan gaya hidup seperti apa yang seharusnya saya lakukan?
6. Olahraga apa yang sebaiknya saya lakukan?

2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Ardiansyah (2012) penatalaksanaan pada hipertensi dibagi dua yaitu:
1. Farmakologi
Terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat berikut:
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg per hari dengan dosis tunggal pada
pagi hari (pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai
hemokonsentrasi / udem paru).
b. Reserpine 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tuggal
c. Propranolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikan 20 mg
dua kali sehari (kontraindikasi untuk penderita asma).
d. Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari (kontraindikasi
pada kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).
e. Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikkan 10 mg dua kali
sehari.
2. Nonfarmakologi
Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup penderita, yakni
dengan cara:
a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
b. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar
kolesterol darah tinggi.
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup).
d. Mengurangi konsumsi alkohol
e. Berhenti merokok dan olahraga aerobic yang tidak terlalu berat (penderita
hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali).

2.1.9 Komplikasi Hipertensi


Menurut Yahya, 2005 dalam buku Wijaya 2013, Komplikasi hipertensi dapat
terjadi pada organ-organ yaitu:
1. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung coroner. Pada penderita hipertensi, beben kerja jantung
akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak
mampu memompa sehingga banyak cairan tertahan diparu maupun
jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau oedema.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
3. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan di dalam ginjal
akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tdak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui darah dan terjadi penumpukan di
dalam tubuh.
4. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi
dan dapat menimbulkan kebutaan.

2.2 Konsep Keperawatan Hipertensi


2.2.1 Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :
 Kelemahan
 Letih
 Napas pendek
 Gaya hidup monoton
Tanda :
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,
penyakit serebrovaskuler
Tanda :
 Kenaikan TD
 Nadi : denyutan jelas
 Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
 Bunyi jantung : murmur
 Distensi vena jugularis
 Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler
mungkin lambat
3. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
 Letupan suasana hati
 Gelisah
 Penyempitan kontinue perhatian
 Tangisan yang meledak
 otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
 Peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )
5. Makanan / Cairan
Gejala :
 Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
 Mual
 Muntah
 Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
BB normal atau obesitas
 Edema
 Kongesti vena
 Peningkatan JVP
 glikosuria
6. Neurosensori
Gejala :
 Keluhan pusing / pening, sakit kepala
 Episode kebas
 Kelemahan pada satu sisi tubuh
 Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
 Episode epistaksis
Tanda :
 Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori (
ingatan )
 Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
 Perubahan retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
 nyeri hilang timbul pada tungkai
 sakit kepala oksipital berat
 nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala :
 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
 Takipnea
 Ortopnea
 Dispnea nocturnal proksimal
 Batuk dengan atau tanpa sputum
 Riwayat merokok
Tanda :
 Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
 Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
 Sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
10. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
 Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
 Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
 Penggunaan obat / alkohol
2.2.2 Diagnosa Keperawatan (NANDA, NOC, NIC)
a. Daftar diagnosa keperawatan
- Penurunan curah jantug
- Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral
- Intoleran Aktifitas
- Nyeri Akut
b. NANDA, NOC, NIC
NO NANDA NOC NIC
1 Penurunan curah jantung (00029) NOC : NIC :
Domain :4 1. Cardiac Pump Cardiac Care
Kelas : 4 effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada (
Definisi : intensitas,lokasi, durasi)
Ketidakadekuatan darah yang dipompa 2. Catat adanya disritmia jantung
oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan 3. Catat adanya tanda dan gejala
metabolic tubuh Kriteria Hasil: penurunan cardiac putput
1. Tanda Vital dalam rentang 4. Monitor status kardiovaskuler
Batas Karakteristik : normal (Tekanan darah, Nadi, 5. Monitor status pernafasan yang
 Takikardi respirasi) menandakan gagal jantung
Palpitasi 2. Tidak ada penurunan kesadaran 6. Monitor abdomen sebagai indicator
 Kulit Lembab penurunan perfusi
 Dispneu Skala : 7. Monitor balance cairan
1. Selalu menunjukkan 8. Monitor adanya perubahan tekanan
Faktor yang berhubungan : 2. Sering menunjukkan darah
Perubahan fisik jantung 3. Kadang Menunjukkan 9. Monitor respon pasien terhadap
4. Jarang Menunjukkan efek pengobatan antiaritmia
5. Tidak Menunjukkan 10. Monitor toleransi aktivitas pasien
11. Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu danOrtopneu

Vital Sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
4. Monitor kualitas dari nadi
5. Monitor jumlah dan irama
jantung
6. Monitor bunyi jantung
7. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Risiko Ketidakefektifan Perfusi NOC: NIC:
jaringan Cerebral 1. Circulation status Management Neurologis
Kode : 00201 2. Neurologic status 1. Monitor TTV
Domain : 4 (Aktifitas/Istirahat) 3. Tissue perfusion : cerebral 2. Monitor AGD, ukuran pupil,
Kelas : 4 (Respons ketajaman, kesimetrisan dan
Kardiovaskuler/Pulmonal) reaksi.
3. Monitor adanya diplopia,
Definisi :Berisiko mengalami penurunan pandangan kabur, nyeri kepala.
sirkulasi jaringan otak yang 4. Monitor level kebingungan dan
dapat mengganggu orientasi.
kesehatan. 5. Monitor tekanan intracranial dan
respon neurologis.
Faktor Risiko : 6. Catat perubahan pasien dalam
 Masa trombloplastin parsial abnormal merespon stimulus
 Masa protrombin abnormal 7. Monitor status cairan
 Segmen ventrikel kiri akinetik 8. Pertahankan parameter
 Aterosklerosis aortic hemodinamik
 Diseksi arteri 9. Tinggikan kepala 0-45o tergantung
 Fibrilasi atrium pada kondisi pasien.
 Miksoma atrium
 Tumor otak
 Stenosis carotid
 Aneurisme serebri
 Koagulopati (mis. Anemia sel sabit)
 Kardiomiopati dilatasi
 Koagulasi intravaskuler diseminata
 Embolisme
 Trauma kepala
 Hiperkolesterolemia
 Hipertensi
 Endocarditis infektif
 Katup prosestik mekanis
 Stenosis mitral
 Neoplasma otak
 Baru terjadi infark miokardium
 Sindrom sick sinus
 Penyalahgunaan zat
 Terapi trombolitik
 Efek samping terkait terapi (bypass
kardiopulmonal, obat)
3 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Kode : 00092 1. Energy conservation Energy Management
Domain : 4 (Aktifitas/Istirahat) 2. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan
Klas : 4 (Respon klien dalam melakukan aktivitas
Kardiovaskuler/Pulmonal) Kriteria Hasil : 2. Dorong untuk mengungkapkan
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik perasaan terhadap keterbatasan
Definisi : Ketidakcukupan energi secara tanpa disertai peningkatan tekanan 3. Kaji adanya factor yang
fisiologis maupun psikologis untuk darah, nadi dan RR menyebabkan kelelahan
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas  Mampu melakukan aktivitas 4. Monitor nutrisi dan sumber
yang diminta atau aktifitas sehari hari. sehari-hari (ADLs) secara mandiri energi tak adekuat
5. Monitor pasien akan adanya
Batasan karakteristik : Tujuan : kelelahan fisik dan emosi secara
 Melaporkan secara verbal adanya berlebihan
Setelah dilakukan tindakan
kelelahanatau kelemahan. 6. Monitor respon kardivaskuler
 Respon abnormal dari tekanan darah keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien terhadap aktivitas
ataunadi terhadap aktifitas 7. Monitor pola tidur dan lamanya
di harapkan mampu memperlihatkan
 Adanya dyspneu atau tidur/istirahat pasien
ketidaknyamanan saatberaktivitas. intoleran aktivitas teratasi
Faktor factor yang berhubungan : Activity Therapy
 Tirah Baring atau imobilisasi 1. Kolaborasikan dengan Tenaga
 Kelemahan menyeluruh Rehabilitasi Medik dalam
 Ketidakseimbangan antara suplei merencanakan program terapi
oksigendengan kebutuhan yang tepat.
 Gaya hidup yang dipertahankan 2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
4. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas sepertikursi
roda, krek
6. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diridan penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual
4 Nyeri Akut NOC : NIC :
 Kode : 000132  Pain level, Pain Management
 Domain: 12 Kenyamanan  Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
 Kelas : 1 Kenyamanan Fisik  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
 Definisi : Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
Sensori yang tidak menyenangkan  Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas dan faktor presipitasi
dan pengalaman emosional yang penyebab nyeri, mampu 2. Observasi reaksi nonverbal dari
muncul secara aktual atau potensial menggunakan tehnik ketidaknyamanan
kerusakan jaringan atau nonfarmakologi untuk 3. Gunakan teknik komunikasi
menggambarkan adanya kerusakan mengurangi nyeri, mencari terapeutik untuk mengetahui
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional): bantuan) pengalaman nyeri pasien
serangan mendadak atau pelan  Melaporkan bahwa nyeri 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
intensitasnya dari ringan sampai berat berkurang dengan menggunakan respon nyeri
yang dapat diantisipasi dengan akhir manajemen nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
yang dapat diprediksi dan dengan  Mampu mengenali nyeri lampau
durasi kurang dari 6 bulan. (skala,intensitas, frekuensi dan 6. Evaluasi bersama pasien dan
 Batasan karakteristik : tanda nyeri) tim kesehatan lain tentang
 Laporan secara verbal atau non  Menyatakan rasa nyaman setelah ketidakefektifan kontrol nyeri
verbal nyeri berkurang masa lampau
 Fakta dari observasi  Tanda vital dalam rentang normal 7. Bantu pasien dan keluarga
 Posisi antalgic untuk menghindari untuk mencari dan menemukan
nyeri dukungan
 Gerakan melindungi 8. Kontrol lingkungan yang dapat
 Tingkah laku berhati-hati mempengaruhi nyeri
 Muka topeng seperti suhu ruangan,
 Gangguan tidur (mata sayu, tampak pencahayaan dan kebisingan
capek, sulit atau gerakan kacau, 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
menyeringai) 10. Pilih dan lakukan penanganan
 Terfokus pada diri sendiri nyeri (farmakologi, non
 Fokus menyempit (penurunan farmakologi dan inter personal)
persepsi waktu, kerusakan proses 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
berpikir, penurunan interaksi dengan menentukan intervensi
orang dan lingkungan) 12. Ajarkan tentang teknik non
 Tingkah laku distraksi, contoh : farmakologi
jalan-jalan, menemui orang lain 13. Berikan analgetik untuk
dan/atau aktivitas, aktivitas mengurangi nyeri
berulang-ulang) 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Respon autonom (seperti 15. Tingkatkan istirahat
diaphoresis, perubahan tekanan 16. Kolaborasikan dengan dokter
darah, perubahan nafas, nadi dan jika ada keluhan dan
dilatasi pupil) tindakan nyeri tidak berhasil
 Perubahan autonomic dalam tonus 17. Monitor penerimaan pasien
otot tentang manajemen nyeri
(mungkin dalam rentang dari lemah Analgesic Administration
ke kaku) 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
 Tingkah laku ekspresif (contoh : kualitas, dan derajat
gelisah, nyeri sebelum pemberian obat
merintih, menangis, waspada, 2. Cek instruksi dokter tentang
iritabel, nafas panjang/berkeluh jenis obat, dosis, dan frekuensi
kesah) 3. Cek riwayat alergi
 Perubahan dalam nafsu makan dan 4. Pilih analgesik yang diperlukan
minum atau kombinasi dari
 Faktor yang berhubungan : analgesik ketika pemberian lebih
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, dari satu
psikologis) 5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah
2.2 Kajian Mini riset yang relevan
1. Umah, dkk. 2012. Pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi. Journals Of Ners
Community. Vol.3 No. 6 Hlm. 72-81 Tahun 2012
2. Suoth, dkk. 2014. Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi Di
puskesmas kolongan kecamatan kalawat Kabupaten minahasa utara.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. Vol 2 No.1 Tahun 2014
BAB III
METODE MINI RISET

3.1 Lokasi dan Waktu Mini Riset


Penelitian ini dilakukan di Ruangan Interna Kelas 1 di RSTK Bone
Bolango dan penelitian inidilaksanakan pada bulan Desember – Januri
2015.

3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013).Sedangkan sampling
adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili
populasi yang ada (Nursalam, 2008).
Sampel yang digunakan dalam mini riset ini berjumlah 1 (satu) orang

3.3 Metode Pengumpulan data


Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan
yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian
bias diterapkan (Nursalam, 2008)
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Analitk
dengan pendekatan Studi Kasus.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah Muhamad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jokjakarta:


DIVA Press

Herdman, T.H. 2015. NANDA Nursing Diagnoses Definition and Classification


2015-2017. UK: Wiley-Blackwell

Kuswardhani, Tuty RA. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia.


Yogyakarta: Nuha Medika

Moprhead, S., Johnson, M., Mass, M.L., Swanson, E. 2004. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 4th Edition. Missouri: Mosby

Nursalam. 2008. KonsepdanPenerapanMetodologiPenelitianIlmuKeperawatan.


Jakarta :SalembaMedika

Riskedas, (2007).RisetKesehatanDasar 2007.


BadanpenelitiandanpengembangankesehatanKementeriankesehatan RI.
Jakarta

Setiadi, 2013.KonsepdanPraktikPenulisanRisetKeperawatan.Yogyakarta
:GrahaIlmu.

Suiraoka.IP. 2012. Penyakit DegeneratifMengenal, Mencegah dan Mengurangi


Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif. Yokyakarta: Nuha Medika

Sutanto. 2010. CEKAL (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta:


ANDI

UniversitasNegeriGorontalo, 2015, PanduanPenulisanMini Riset. Gorontalo:


KementrianPendidikanNasional

Wijaya dan Putri. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah. Yokyakarta: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai