Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan
nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat agar tercapai derajat kesehatan
yang optimal. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan
adalah meningkatnya umur harapan hidup. Meningkatnya umur harapan
hidup artinya persentase penduduk lanjut usia (lansia) semakin meningkat
(Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Menurut Undang- Undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia, yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang baik laki-laki
maupun perempuan yang telah berusia 60 tahun atau lebih (Kementerian
Sosial RI, 2015). Jumlah lansia di dunia tumbuh dengan sangat cepat
bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainya. Saat ini jumlah lansiadi
dunia mencapai 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun. Badan
kesehatan dunia memprediksi penduduk lansia di Indonesia pada tahun
2020 mendatang mencapai 11,44 % atau tercatat 28,8 juta lansia, begitu
juga proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
jumlah lansia pada tahun 2025 diperkirakan akan meningkat menjadi 36
juta jiwa, jumlah tersebut merupakan jumlah penduduk lansia terbesar di
dunia. Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2012 mencapai
18,55 juta jiwa atau 7,78 % dari total penduduk Indonesia (BPS, 2017).
Jumlah tersebut menempatkan Indonesia pada urutan ketiga dari negara-
negara Asia dengan jumlah lansia terbesar setelah Cina dan India
(Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Hipertensi merupakan bagian daripenyakit tidak menular yang
sering terjadi didunia termasuk Indonesia. Hipertensi disebutsebagai
silent killer karena pada sebagianbesar kasus tidak menunjukkan
tanda dangejala apapun, sehingga penderita tidakmengetahui jika
dirinya terkena hipertensi (Kowalski, 2015). Menurut Kementerian

1
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI, 2015) penderita hipertensi
yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, penduduk
minum obat sendiri sebesar 0,1% dan 76,1% penderita tida mengetahui
dirinya terkena hipertensi. Sebagian besar orang takut untuk
memeriksakan penyakit yang dialami, sehingga tidak mengetahui
bahwa hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya penyakit
kardiovaskular (Desphande, 2015).
Prevalensi hipertensi ini diperkirakanakan terus meningkat dan
diprediksi padatahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa diseluruh
dunia menderit hipertensi, sedangkandi Indonesia angkanya mencapai
31,7% (Kemenkes RI, 2015). Satu dari tiga orangdewasa di seluruh
dunia menderita hipertensi (WHO, 2016).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018), di
Indonesia penderitahipertensi diatas 18 tahun sebanyak 666.920orang,
hipertensi lebih tinggi terjadi padaperempuan yaitu sebanyak 346.799
orangsedangkan penderita hipertensi laki-lakisebanyak 319.121 orang.
Prevalensihipertensi di Indonesia berada pada urutan 10teratas yang
dapat menyebabkan kematianpada semua kelompok umur dengan
strokesebagai penyebab kematian nomor satu.
Menurut Ardiansyah (2014) pengobatan hipertensi dapat dilakukan
secarafarmakologis dan non farmakologis. Pengobatan farmakologis
merupakanpengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat
membantu menurunkan sertamenstabilkan tekanan darah. Pengobatan
farmakologis dengan menggunakan obat obatan medis yang tidak hanya
memiliki efekyang menguntungkan tetapi juga memilikiefek samping
seperti terjadinya bronkospasme pada penggunaan beta blocker
(Udjianti,2015). Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit
kepala, pusing, lemas, dan mual (Susilo & Wulandari, 2016). Oleh
karena itu,alternatif yang tepat untuk mengurangi tekanan darah tanpa
ketergantungan obat dan efek samping adalah dengan menggunakan non
farmakologis (Kowalski, 2015).

2
Pengobatan hipertensi membutuhkan biaya tinggi karena
pengobatannya memerlukan waktu yang lama. Biaya yang tidak
sedikit juga diperlukan untuk mengatasi berbagai komplikasi yang
mungkin timbul akibat penyakit hipertensi. Selain itu pengobatan
hipertensi masih didominasi oleh obat-obat impor yang tergolong
mahal.
Sayuran dan buah yang mempunyai efek menurunkan tekanan
darah diantaranya pisang, mentimun, semangka, strawberry dan tomat.
Hal yang membuat buah – buahan tersebut mampu menurunkan
tekanan darah karena sama sama mengandung kalium. Kalium dalam
tubuh diperlukan karena kalium berguna mengikat natrium (Na). Natrium
yang terlalu tinggi membuat air yang disekitar menjadi sedikit dan
tekanan di dalamnya menjadi tinggi. Jika asupan kalium meningkat
maka kalium dapat mengikat natrium (Na) dan tidak banyak cairan yang
diserap (Na) sehingga tekanan darah menurun (Brunner &Suddarth, 2002).

B. Tujuan
Tujuan analisa jurnal dengan judul “Pengaruh Ramuan Jus (Tomat,
Jeruk, Pisang Ambon Dan Kombinasi) Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia Di Pstw Teratai Palembang” adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kevaliditan penelitian.
2. Untuk menilai dan menanggapi metode penulisan jurnal.
3. Untuk mempelajari dan mengaplikasikan hasil penelitian yang
dilakukan penulis.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa Ilmu Keperawatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dalam
memperkaya dan memperluas ilmu pengetahuan tentang penyakit
Hipertensi yang nantinya akan menambah wawasan mahasiswa terkait
gambaran dan penatalaksanaan tersebut.

3
2. Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
masyarakat terkait penyakit hipertensi dan penatalaksanaannya,
sehingga bisa diimplementasikan di rumah.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
mengalamipeningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh
angka sistolik dan angka diastolik pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Pudiastuti, 2011).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah lebih dari normal.
Menurut WHO (World Of Health Organitation), dianggap normal bila
tekanan darah kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila lebih
dari 140/90 mmHg, dan di antara tersebut digolongkan normal tinggi
(Martuti, 2009).
Kevin, Michelle, stephanie, dan tracy (2014) menyimpulkan bahwa
Hipertensi didefisinikan sebagai tekanan darah yang konsisten di atas
140/90 mmHg atau 130/80 mmHg jika menderita diabetes atau gagal ginjal
kronis. Hipertensi lebih sering terjadi pada pria hingga usia 45 tahun, dan
prevalensi tertinggi terjadi pada wanita berusia di atas 65 tahun.

B. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada Pertemuan ilmiah
nasional pertama perhimpunan hipertensi indonesia pada tanggal 13-14
januari 2007 belum dapat belum dapat membuat klasifikasi hipertensi
sendiri untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data penelitian di
Indonesia berskala nasional sangat jarang.Karena itu para pakar hipertensi di
Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai
klasifikasi yang digunakan di Indonesia.

5
Kalsifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥180 ≥110
Hipertensi sistol terisolasi ≥140 <90
Sub grup : perbatasan 140-149 <90

Kalsifikasi Hipertensi Menurut Joint National Commite 7


(The Seventh Report Of The Joint National Commite On Prevention,
Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood Plessure)
Kategori Sistolik Distolik
Prehipertensi 130 - 139 85 – 89
Stadium 1, ringan 140 - 159 90 – 99
Stadium 2, sedang 160 - 179 100 – 109
Stadium 3, berat 180 - 209 110 – 119
Stadium 4, sangatberat  210  120

Klasifikasi Hipetensi Hasil Konsensus Perhimpunan


Hipertensi Indonesia
Kategori Sistol (mmHg) Diastole (mmHg)
Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi Tahap 2 ≥160 ≥100
Hipertensi Sistol terisolasi ≥140 <90

6
C. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua
kategori besar, yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi sekunder
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah
sebagai akibat dari gaya hidup individu dan faktor lingkungan
(Muhammadun, 2010). Palmer (2007) mengatakan hipertensi primer
merupakan tipe yang terjadi sekitar 95% pada sebahagian besar kasus
tekanan darah tinggi. Hipertensi esensial (primer) biasanya dikaitkan
dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan akibat dari
adanya penyakit lain (Muhammadun, 2010). Palmer (2007) mengatakan
bahwa hipertensi sekunder lebih jarang terjadi hanya sekitar 5%,
hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain misalnya
penyakit jantung atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

D. Tanda dan Gejala Hipertensi


Menurut Riyadi (2011) manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan,
sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.

7
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2) Sakit kepala
3) Pusing / migraine
4) Rasa berat ditengkuk
5) Penyempitan pembuluh darah
6) Sukar tidur
7) Lemah dan lelah
8) Nokturia
9) Azotemia
10) Sulit bernafas saat beraktivitas
Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai silent killer, hal ini
diibaratkan sebagai bom waktu yang pada awal tidak menunjukkan tanda
dan gejala yang spesifik, sehingga orang seringkali
mengabaikannya.Walaupun menunjukan gejala, biasanya ringan dan tidak
spesifik, seperti pusing, muka merah, sakit kepala, dan keluar darah dari
hidung.Jika muncul gejala bersamaan dan di yakini berhubungan dengan
penyakit hipertensi.Namun gejala tersebut tidak berkaitan dengan hipertensi.
Namun demikian, jika hipertensinya berat atau sudah berlangsung lama dan
tidak mendapat pengobatan, akan timbul gejala seperti: sakit kepala,
kelelahan, mual, muntah, sesak napas, tereengah-engah, pandangan mata
kabur dan berkunang-kunang. Terjadi pembengkakan pada kaki dan
pergelangan kaki, keluar keringat yang berlebihan, kulit tampak pucat dan
kemerahan, denyut jantung yang kuat, cepat dan tidak teratur. Kemudian
muncul gejala yang menyebabkan gangguan psikologis seperti: emosional,
gelisah dan sulit tidur (Ira, 2014).

E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan

8
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

9
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi
oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja
jantung karena terjadi peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri.
Untuk meningkatkan kekuatan kontraksinya, ventrikel kiri mengalami
hipertropi sehingga kebutuhan jantung akan oksigen dan beban jantung
meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung dapat terjadi ketika keadaan
hipertrofi tidak lagi mampu mempertehankan curah jantung yang
memadai.Karena hipertensi memicu aterosklerosis arteri koronaria, maka
jantung gangguan lebih lanjut akibat penurunan aliran darah ke dalam
miokardium shingga timbul angina pectoris atau infark miokard.
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin
mempercepat proses aterosklerosis serta kerusakan organ, seperti cedera
retina, gagal ginjal, stroke, dan aneurisma serta diseksi aorta (Kowalak,
2011).
Hipertensi terjadi melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin-converting enzyme (ACE). ACE memegang
peranan fisiologi penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh
hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I
menjadi angiotensin II inilah yang memegang pernanan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. (Martuti, 2009).
Terjadinya peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh hal-hal
berikut : (Martuti, 2009)
a. Meningkatnya kerja jantung yang memompa lebih kuat sehingga
volume cairan yang mengalir setiap detik lebih besar.
b. Arteri besar kaku, tidak lentur sehingga pada saat jantung memompa
darah melalui pembuluh yang lebih sempit sehingga tekanan
naik.menebal dan kakunya dinding arteri pada orang usia lanjut, dapat
terjadi karena arteriosklerosis (penyumbatan pmbuluh arteri).
Peningkatan tekanan darah juga mungkin terjadi oleh adanya

10
rangsangan syaraf atau hormon di dalam darah sehingga arteri kecil
mengerut untuk sementara waktu.
c. Pada penderita kelainanan fungsi ginjal terjadi ketidakmampuan
membuang sejuumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah
dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga naik.

F. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi


Faktor resiko hipertensi meliputi :
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.
Tekanan sisitolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus naik sampai usia 55-60 tahun, kemudian secara perlahan
ataub bahkan drastis menurun (Martuti, 2009).
Jenis kelamin umumnya pria memiliki peluang lebih besar untuk
terserang hipertensi dibanding dengan wanita. Hipertensi dapat pula
dipengaruhi oleh faktor psikologis.Hipertensi pada wanita sering kali dipicu
oleh prilaku tidak sehat, seperti merokok dan kelebihan berat badan, depresi
dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria biasanya berhubungan
dengan karier, seperti terkena PHK, atau kuang nyaman terhadap pekerjaan.
(Martuti 2009).
Riwayat keluarga juga memicu masalah terjadinya hipertensi.Jika
seseorang memiliki riwayat hipertensi di dalam keluarga maka
kecenderungan untuk menderita hipertensi juga lebih besar dibanding
dengan mereka yang tidak memiliki keluarga penderita hipertensi (Martuti,
2009).
Menurut profesor D.G.Beevers, dalam buku Seri Kesehatan Mengenai
Tekanan Darah, disebutkan konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-
tahun akan meningkatkan tekanna darah karena kadar sodium dalam sel-sel
otot halus pada dinding arteriol juga meningkat. Kadar sodium yang tinggi
ini memudahkan masuknya kalsium ke dalam sel-sel tersebut.Hal ini
kemudian menyebabkan arteriol berkontraksi dan menyempit pada lingkar
dalamnya. Konsumsi garam berlebihan menyebabkan kadar garam di dalam

11
tubuh terlalu tinggi. Kondisi ini menyebabkan keseimbangan cairan tubuh
terganggu. Akibatnya terjadi retensi garam dan air dalam jaringan tubuh
(edema) dan meningkatkan tekanan darah (hipertensi).
Merokok merupakan salah satu faktor dapat diubah, adapun hubungan
meroko dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah, karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil ke dalam
paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan
bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal
untuk melepas efinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu karbonmonokisda dan
asap rokok menggantikn oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan
tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh.
(Martuti, 2009).
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada
orang yang kuat aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih
keras pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa
maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Martuti, 2009).
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya
hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah
secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

G. Komplikasi Hipertensi
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak
mendapatkan pengobatan dan pengobatan secara teratur (rutin), maka hal ini

12
akan dapat membawa penderita ke dalam kasus serius bahkan bisa
menyebabkan kematian. Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh
penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang
tergolong kasus berat alias mematikan. Laporan Komite Nasional
Pencegahan, Deteksi, Evaluasi, Dan Penanganan Hipertensi menyatakan
bahwa tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko stroke, infark
miokard, gagal ginjal, dan gagal jantung. (Pudiastuti, 2011).
1) Stroke
Strokedapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi.Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijeskan
dengan singkat, bahwa tahana dari pembuluh darah memiliki batasan
dalam menahan tekanan darah yang datang.Apalagi dalam otak
pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang
otomatis memiliki tahanan yang kecil juga. Kemudian bila tekanan
darah melebihi kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh darah
ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang
memiliki prognosi yang tidak baik. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-
daerah yang diperdarahinya berkurang (Pudiastuti, 2011).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti,
orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk,
salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya
wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara
jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
2) Infark Miokard
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut.Karena hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

13
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan
bekuan (Pudiastuti, 2011).
3) Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik
(Pudiastuti, 2011).
4) Gagal Jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah
yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan
terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan
didalam paru-paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan
ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema
(Pudiastuti, 2011).
5) Ensefalopati
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat).Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf pusat.Neron-neron disekitarnya
kolap dan terjadi koma serta kematian (Pudiastuti, 2011).
Adapun komplikasi yang bisa berlangsung pada penyakit hipertensi
menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003 : 64) & Dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2007) yakni diantaranya :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, dan
transient ischemic attack

14
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard
acut (IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema
pupil.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab).
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.

15
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi.
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi
pada area katup, pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama):
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal
tab, CAT scan.
e. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien.

I. Penatalaksanaan Umum Upaya Pencegahan Hipertensi


Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan
farmakologis atau dengan penatalaksanaan non-farmakologis.
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi dengan
menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi.
Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan
farmakologis, yaitu:
1) Diuretik

16
Diuretik adalah obat yang pertama sekali diberikan untuk mengobati
hipertensi dan biasanya digunakan bersamaan dengan obat lain
(Sheps, 2005). Diuretik bekerja membantu ginjal membuang garam
dan air yang akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh
sehingga menurunkan tekanan darah (Ruhyanuddin, 2007),
sedangkan menurut Palmer (2007) diuretik dapat menurunkan
tekanan darah dengan bekerja pada ginjal. Diuretik dapat
menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah
melalui urin. Hal ini menguramgi volume cairan dalam sirkulasi dan
kemudian menurunkan tekanan darah. Menurut Martuti (2009) ada
empat tipe diuretik :
a. Thiazide atau thiazide-like diuretics.
b. Loop diuretic
c. Potasium-sparing diuretic
d. Diuretic kombinasi, merupakan campuran dari thiazide dan salah
satu obat dari jenis potasium-sparing medicine (obat penghambat
potasium).
2) Beta-blokers
Digunakan untuk mengontrol tekanan darah melalui proses
perlambatan kerja jantung tidak bekerja terlalu keras dan tekanan
darah menurun. Contoh obat beta-blokers adalah acebutolol (nama
dagang :Monitan, Sectral), atenolol (Tenormin), dan Labetolol
(Trandate).
3) ACE Inhibitor
Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-
angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek
enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting enzym).
Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah (Hayens, 2003). Beberapa jenis obat
tergolong ACE Inhibitor dan merek dagangnya antara lainbenazepril
(Lotensin), dan Captropil (capoten), Cilazapril (Inhibaze) (Martuti,
2009).

17
a. Angiotensin II Receptor Blokers (ARBs)
Seperti halnya ACE Inhibitor, obat-obatan ARBs bekerja
melindungi pembuluh darah dar efek angiotensin II, sebuah
hormon yang meyebabkan pembuluh darah menyempit dengan
cara menyekat reseptor angiotensin II. Beberapa contoh obat
ARBs adalah candesartan, irbesartan, losartan, dan olmesartan.
b. Calcium Channel Blokers (Ccbs)
Obat-obatan CCBs (angiotensin kalsium) membantu mencegah
penyempitan pembuluh darah dengan menghalangi kalsium
memasuki sel otot di jantung dan pembuluh darah menjadi rileks
dan tekanan darah menurun.
a) Alpha blokers
Alpha blokers (penyekat alpha) bekerja dengan menghalangi
hormon norepinefrin dan menstimulasi otot di dinding arteri
dan vena sehingga dinding pembuluh darah mengerut. Ini
akan membuat otot-otot tertentu menjadi rileks dan
membantu pembuluh darah yang kecil tetap terbuka. Ini
akan menyebabkan meningkatnya aliran darah dan tekanan
darah turun. Beberapa contoh obat-obatan alpha blokers
adalah doxazosin (Cardura), prazosin (Minipres), dan
terazosin (Hytrin).
b) Clonidin
Merupakan obat antihipertensi yang bekerja di pusat kontrol
sistem saraf di otak. Clonidin menurunkan tekanan darah
dengan memperbesar arteri diseluruh tubuh.Contoh obat
jenis ini adalah guanfacine.
c) Vasodilator
Mengatasi hipertensi dengan melebarkan pembuluh darah.
Beberapa contoh obat yang tergolong vasodilator adalah
hydralazine (Aporesoline), dan minoxidil (Loniten).

18
b. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Menurut Dalimartha (2008), upaya pengobatan hipertensi dapat
dilakukan dengan pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah
gaya hidup yang tidak sehat. Penderita hipertensi membutuhkan
perubahan gaya hidup yang sulit dilakukan dalam jangka pendek. Oleh
karena itu, faktor yang menentukan dan membantu kesembuhan pada
dasarnya adalah diri sendiri (Palmer, 2007).
Enam langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para
penderita hipertensi yaitu:
1) Diet DASH
Diet DASH (Dietary Aproach for stop Hipertension), menu DASH
terdiri dari makanan yang merupakan sumber kalium, kalsium,
magnesium, serat makanan dari sayuran dari sayuran, buah dan susu,
serta membatasi lemak jenuh,kolesterol, garam, gula, kopi, dan
minuman keras.
2) Berhenti merokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya tekanan
darah.Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam paru-
paru dan diedarkan ke aliran darah.Dalam beberapa detik nikotin
mencapai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin),
sehingga dengan pelepasan hormon ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan yang lebih tinggi (Sheps, 2005).
3) Menghindari alcohol
Efek semakin banyak mengkonsumsi alkohol maka semakin tinggi
tekanan darah, sehingga peluang terkena hipertensi semakin
tinggi.Menurut Sheps (2005) alkohol dalam darah merangsang
pelepasan epinefrin (adrenalin) dan hormon-hormon lain yang
membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan
penumpukan lebih banyak natrium dan air. Selain itu minum-
minuman alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kekurangan

19
gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan magnesium, rendahnya kadar
dari kalsium dan magnesium berkaitan dengan peningkatan tekanan
darah (Sheps, 2005).
4) Membatasi asupan garam
Kurangi asupan garam kurang dari 100 mmol atau kurang dari 2,3
gram natrium, atau kurang dari 6 gram NaCl. Penderita hipertensi
juga untuk menjaga asupan kalsium dan magnesium.
5) Aktivitas
Penderita hipertensi disarankan untuk berpartisipasi pada bagian
kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda, atau berenanag.
6) Terapi herbal
Di dalam Traditional Chinesse Pharmacology, ada lima macam cita
rasa dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit, dan asin.
Penyajian jenis obat-obatan herbal khususnya dalam terapi hipertensi
disuguhkan dengan beberapa cara, misalnya dengan dimakan
langsung, disajikan dengan dibuat jus untuk diambil sarinya, diolah
menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap menu
sehari-hari (Dalimartha, 2008). Menurut Wirakusumah (2007)
beberapa buah dan sayuran yang berkhasiat menurunkan tekanan
darah tinggi yaitu :
a) Pisang ambon
Kandungan pisang ambon dapat menurunkan tekanan darah
karena mengandung kalium tinggi yang bekerja mirip obat
antihipertensi di dalam tubuh manusia. Buah tomat
(Lycopersicum commune) mengandung kalium dan likopen yang
mempunyai efek menurunkan tekanan darah. Dan jeruk
merupakan buah yang terkenal sebagai buah yang kaya akan
vitamin C, banyak mengandung potasium, rendah sodium, dan
serat. Karena memiliki kandungan potasium, jeruk merupakan
salah satu buah yang dapat menurunkan darah tinggi.

20
b) Tomat
Pemberian jus tomat berpengaruh secara bermakna terhadap
penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik
setelah dikontrol dengan asupan lemak dan serat.
c) Jeruk
Ini dikarenakan jeruk mengandung kalium yang cukup banyak.
Selain itu jeruk merupakan buah yang terkenal sebagai buah yang
kaya akan vitamin C, banyak mengandung potasium, rendah
sodium, dan serat. Karena memiliki kandungan potasium, jeruk
merupakan salah satu buah yang dapat menurunkan darah tinggi.

c. Penatalaksanaan Hipertensi Sesuai Dengan Klasifikasi Hipertensi


Pada penatalaksanaan hipertensi terfokus dan bertujuan untuk
dapat mengendalikan tekanan kestabilan tekanan darah agar tidak
menimbulkan komplikasi dengan memodifikasi determinan faktor yang
menyebabkan hipertensi, yaitu: Obesitas, konsumsi garam, merokok,
minum alkohol, konsumsi daging berlebih, olahraga, kurang
mengkonsumsi sayur dan buah, stress dan lain-lain.
Modifikasi gaya hidup yang sehat oleh semua pasien hipertensi
merupakan suatu cara pencegahan tekanan darah tinggi dan merupakan
bagian yang tidak terabaikan dalam penanganan pasien tersebut.
Modifikasi gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah, mempertinggi
khasiat obat antihipertensi, dan menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler.

Modifikasi Gaya Hidup Dalam Penanganan Hipertensi


Perkiraan
Penurunan
Modifikasi Rekomendasi
Tekanan Darah
Sistolik (Skala)
Menurunkan Memelihara Berat Badan 5-20 mmHg/ 10
Berat Badan Normal kg penurunan

21
(Indeks Massa Tubuh 18.5– Berat Badan
24.9 kg/m2).
Melakukan pola diet Mengkonsumsi makanan 8-14 mmHg
berdasarkan DASH yang kaya dengan buah-
buahan, sayuran, produk
makanan yang rendah lemak,
dengan kadar lemak total dan
saturasi yang rendah.
Diet Rendah Natrium Menurunkan Intake Garam 2-8 mmHg
sebesar 2-8 mmHg tidak lebih
dari 100 mmol per-hari (2.4
gr Natrium atau 6 gr garam).
Olahraga Melakukan Kegiatan Aerobik 4-9 mmHg
fisik secara teratur, seperti
jalan cepat (paling tidak 30
menit per-hari, setiap hari
dalam seminggu).
Membatasi Membatasi konsumsi alkohol 2 -4 mmHg
Penggunaan Alkohol tidak lebih dari 2 gelas ( 1 oz
atau 30 ml ethanol; misalnya
24 oz bir, 10 oz anggur, atau
3 0z 80  whiski) per-hari pada
sebagian besar laki-laki dan
tidak lebih dari 1 gelas per-
hari pada wanita dan laki-laki
yang lebih kurus.

Beberapa penelitan menunjukkan bahwa pendekatan non farmakologis,


termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau,
latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada
setiap terapi antihipertensi (Smeltzer & Bare, 2002).

22
J. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
Gejala  : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda  : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala  : giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ 
katup, penyakit serebrovaskuler.
Tanda  : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi/irama (takikardia,
berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis,
ekstermitas, perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi perifer), 
pengisian kapiler mungkin lambat.
3. Integritas Ego
Gejala  : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple (hubungsn, keuangan, pekerjaan).
Tanda  : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala  : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, 
riwayat penyakit ginjal).
5. Makanan / Cairan
Gejala  : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan
JVP, glikosuria.
6. Neurosensori
Gejala  : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan
pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia),
episode epistaksis.

23
Tanda  : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori (ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman),
perubahan retinal optik.
7. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala  : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen.
8. Pernapasan
Gejala  : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok.
Tanda  :distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan (krekles, mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala  : gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda   : episode parestesia unilateral transien.
10. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala  : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor resiko etnik,
penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaan obat / alkohol.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supplay
O2 dengan kebutuhan.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipertensi
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, faktor resiko dan
perawatan lanjut berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
4. Nyeri berhubungan dengan penurunan suplay darah koroner.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan psikologis
yang lama.

L. Intervensi Keperawatan

24
N DX.KEPERAWATAN NOC NIC
O
1 Intoleransi aktifitas b/d Setelah dilakukan tindakan Terapi latihan
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x (pergerakan Sendi) :
suplay O2 dengan pertemuan diharapkan nyeri 1. Observasi KUklien
kebutuhan teratasi dengan kriteria 2.Tentukan keterbatasan
hasil : gerak klien
 pergerakan sendi 3. Lakukan ROM sesuai
aktif kemampuan
 tingkat mobilitas 4.Kolaborasi dengan
 perawatan ADLs terapis
untukmelaksanakan
Client Outcome : latihan
 peningkatan
kemampuan dan Terapi latihan (kontrol

kekuatan otot dalam otot) :


bergerak 1. Evaluasi fungsi

 peningkatan sensorik

aktivitas fisik 2. Gunakan sentuhan


untuk
meminimalkan
spasme otot
3. Tingkatkan aktivitas
sesuai kemampuan
klien
2 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
jaringan perifer keperawatan selama 3x 1. Observasi tanda-tanda
berhubungan dengan pertemuan diharapkan vital
hipertensi tekanan darah berkurang 2. Inspeksi kulit apakah
dengan kriteria hasil: ada jaringan yang
 Sistol menurun tidak utuh dan palpasi
menjadi 129 – 140 kulit apakah ada nyeri

25
mmHg tekan
 Diastol menurun 3. Tinggikan kaki 20˚
menjadi 80 – 90 atau lebih tinggi dari
mmHg jantung
 Kekuatan nadi 4. Pelihara hidrasi yang
radialis dalam memadai untuk
rentang normal (60- menurunkan
100x/menit) kekentalan darah
 Memelihara vital 5. Kolaborasi pemberian
sign dalam batas obat antihipertensi
normal (TD, Nadi,
Respirasi, Suhu)
3 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pengajaran proses
tentang kondisi, keperawatan selama 3x penyakit
pengobatan, faktor pertemuan diharapkan 1.Kaji kesiapan klien
resiko, dan perawatan Pengetahuan tentang proses untuk menerima
lanjut b/d keterbatasan penyakit dengan criteria informasi
kognitif hasil : 2. Kaji pengetahuan klien
Client Outcome : tentang penyakit
 Pengetahuan hipertensi, penanganan
meningkat dan pencegahannya
 Kooperatif dalam 3.Bangun rasa saling
pengobatan percaya
4.Jelaskan tentang
pengertian,
penyebab, tanda dan
gejala, penanganan dan
pencegahan, sesuai
dengan kemampuan
klien
6. Berikan tekhnik non
farmakologi seperti

26
tekhnik elaksasi dan
distraksi
4 Nyeri b/d penurunan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
suplay darah koroner keperawatan selama 3x 1. Monitor vital sign
pertemuan diharapkan nyeri 2.Lakukan penilaian
teratasi dengan kriteria terhadap nyerimeliputi
hasil : lokasi, karakteristik,
Kontrol nyeri durasi serta faktor
Client Outcome : pencetus
 Mampu 3.Fasilitasi lingkungan
mendeskripsikan yang Nyaman
Nyeri 4. Berikan obat anti nyeri
● Mampu menggunakan 5.Berikan teknik
tekniknonfarmakologi nonfarmakologi
5 Gangguan pola tidur untukmengurangi nyeri dengan relaksasi dan
berhubungan dengan distraksi
ketidaknyamanan Setelah dilakukan tindakan Sleep Enhancement :
psikologis yang lama, keperawatan selama 3x 1) Kaji kualitas dan
tidur berhubungan pertemuan diharapkan kuantitas tidur
dengan nyeri eraksi. gangguan pola tidur teratasi kelayan.
dengan kriteria hasil : 2) Monitor tanda kurang
Rest : tidur.
1. Tidur teratur 3) Jelaskan tentang
2. Tidur berkualitas pentingnya tidur yang
Skor : adekuat.
1 : Tidak menunjukkan 4) Ciptakan lingkungan
2 : Jarang menunjukkan nyaman.
3 : Kadangmenunjukkan 5) Anjurkan klien untuk
4 : Sering menunjukkan rileks nafas untuk
5 : Selalu menunjukkan mengurangi nyeri

27
BAB III
SKENARIO KASUS

A. Identitas Klien
Ny.W usia 74 tahun agama islam alamat Glondong, Wirokerten,
mengikuti homevisite dari RSU Rajawali Citra karna klien mengalami
hipertensi sehinga perlu untuk dikontrol.

B. Pengkajian Pola Kesehatan Saat Ini


Pasien menderita hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Ketika merasa
pusing klien pergi berobat ke puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.
Pasien mengikuti posyandu lansia 1 bulan sekali. Pasien juga
mengkonsumsi obat Candesartan 16 mg 1x/ hari (Tablet), Meloxicam 15
mg 1x/ hari (Tablet). Keluhan utama saat ini pasien mengatakan kepala
berat, punggung pegal dan panas.

C. Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien baik, kesadaran composmentis dengan GCS
15. TD : 180/80 mmHg, Nadi : 86 kali/menit, Suhu : 36, 8 ◦C, RR : 20
kali/menit. Tinggi badan klien 150 cm, berat badan 56 kg. Status gizi
baik. Bentuk kepala Mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada masa/benjolan.
Rambut berwarna putih seluruhya, tampak rapi, rambut wangi dan bersih,
serta tidak berketombe. Mata bentuk simetris, isokor, tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, dapat melihat dengn jelas dan tidak ada
gangguan mata serta tidak menggunakan alat bantu melihat. Pada
pemeriksaan hidung Bentuk simetris, penciuman baik, tidak ada
peradangan dan sinusitis, tampak bersih. Pada pemeriksaan mulut Bentuk
simetris, mukosa lembab, tidak ada stomatitis, gigi ompong dan nafas
tidak bau. Pada pemeriksaan telinga, Bentuk simetris, telinga tampak
bersih, tidak ada masa dan peradangan, pendengaran baik belum
mengalami penurunan pendengaran srta tanpa alat bantu dengar.

28
BAB IV
ANALISA JURNAL

A. Rumusan Masalah
P : Hipertensi pada lansia.
I : Jus.
C : Tidak ada.
O : Tekanan darah.

B. Metode Strategi Penelusuran Bukti


1. Mencari pada halaman google dengan kata kunci pengaruh ramuan jus
kombinasi untuk penurunan tekanan darah.

C. Hasil Penelusuran Bukti


Dari hasil penelusuran bukti di dapatkan hasil dengan jurnal “Pengaruh
Ramuan Jus (Tomat, Jeruk, Pisang Ambon Dan Kombinasi) Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia Di Pstw Teratai Palembang”

29
D. Mentelaah Kritis
V (VALIDITY)
 Desain penelitian: Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain
penelitian Pre- Eksperimen, dengan rancangan one – group pretest dan
posttest design. Ciri dari penelitian ini adalah mengungkapkan sebab
akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek
diobservasi sebelum intervensi kemudian diobservasi lagi setelah
intervensi.
Kritisi: Berdasarkan hasil pembahasan di atas didapatkan bahwa hasil
penelitian berbentuk tabel jadi menurut kami pada jurnal tersebut sudah
tepat sekali menggunakan metode kuantitatif.
 Tempat dan waktu penelitian: Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Palembang Tanggal 17 – 21 Juli 2016.
 Populasi dan sampel: Populasi dalam penelitian ini adalah semua
penghuni Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang 2016 yang
berjumlah 65 orang populasi. Sampel penelitian ini adalah sebagian dari
populasi yaitu pasien hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Palembang Tahun 2016 dengan jumlah 40 orang responden, sehingga
menggunakan metode total Sampling.

30
Kritisi : Menurut Sugiono (2015), bahwa pengambilan sampel minimal
adalah 30 untuk mewakili keseluruhan jumlah dari populasi. Sedangkan
penelitian ini mengambil 40 sempel dari 65 populasi, dan menggunakan
sudah tepat menurut kami karena untuk memilah sesuai dengan kriterie
inklusi dan eksklusi (Notoatmojo, 2012).
 Uji statistik: Data diolah dengan menggunakan analisa bivariat untuk
melihat pengaruh Jus Pisang Ambon, Jus Jeruk, Jus Pisang Ambon
Ambon dan Jus Kombinasi (Tomat, Jeruk dan Pisang Ambon) terhadap
tekanan darah pada lansia dan melihat adanya perbedaan antara tekanan
darah sistolik dan diastolik sebelum serta tekanan darah sistolik dan
diastolik setelah intervensi. Adapun hasil analisis bivariat dengan
menggunakan uji nonparametrik untuk melihat pengaruh Jus Pisang
Ambon, Jus Jeruk, Jus Pisang Ambon Ambon dan Jus Kombinasi
(Tomat, Jeruk dan Pisang 11 Ambon), lalu dilanjutkan dengan uji
statistik Wilcoxon Signed Ranks Test dengan tingkat konfidensi 95%.
Kritisi : Pada penelitian ini ingin membandingkan data sebelum diberi
perlakuan (pretest) dan sesudah diberi perlakuan (postest).Sehingga
menurut kami untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika diberi
kelompok kontrol atau kelompok pembanding sehingga hasilnya akan
lebih memuaskan.

I (IMPORTANCE)
 Karakteristik responden: Responden penelitian ini adalah sebagian
dari populasi yaitu pasien hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha
Teratai Palembang Tahun 2016 dengan jumlah 40 orang responden,
sehingga menggunakan metode total Sampling.
Data responden didapatkan dengan cara observasi yaitu check list
terhadap responden, dan subjek penelitian adalah pasien hipertensi di
Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang tahun 2016. Cara
observasi dilakukan pada saat pasien yang tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan diastoliknya ≥ 90 mmHg.

31
 Distribusi Frekuensi: Berdasarkan data tabel dari total 10 responden
didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan intervensi
pemberian Jus Kombinasi (Pisang Ambon, Tomat dan Jeruk ) 155
mmHg dengan standar deviasi 12.649, rata-rata tekanan darah sistolik
sesudah diberikan intervensi pemberian Jus Kombinasi (Pisang Ambon,
Tomat dan Jeruk ) 145 mmHg, dengan standar deviasi 10.801.
Berdasarkan data tabel dari total 10 responden didapatkan rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum diberikan intervensi pemberian Jus
Tomat 100 mmHg dengan standar deviasi 10.593. Tekanan darah
diastolik sesudah diberikan intervensi pemberian Jus Kombinasi
(Pisang Ambon, Tomat dan Jeruk ) 90 mmHg, dengan standar deviasi
6.749.
 p-value: Intervensi Jus Kombinasi (Pisang Ambon, Tomat dan Jeruk )
didapatkan nilai tekanan darah sistolik pre intervensi dan tekanan darah
post sistolik p Value = 0,018 (p ˂ 0,05) dan tekanan darah diastolik pre
intervensi dan post intervensi p Value = 0,014 (p < 0,05) . Hal ini
berarti ada Pengaruh Jus Kombinasi (Pisang Ambon, Tomat dan Jeruk )
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Teratai Palembang Tahun 2016.

A (APPLICABILITY)
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dari hasil
1. Intervensi Jus Pisang Ambon didapatkan nilai tekanan darah sistolik pre
intervensi dan tekanan darah post sistolik p Value = 0,014 (p ˂ 0,05)
dan tekanan darah diastolik pre intervensi dan post intervensi p Value =
0,024 (p < 0,05) . Hal ini berarti ada Pengaruh Jus Pisang Ambon
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Teratai Palembang Tahun 2016.
2. Intervensi Jus Tomat didapatkan nilai tekanan darah sistolik pre
intervensi dan tekanan darah post sistolik p Value = 0,020 (p ˂ 0,05)
dan tekanan darah diastolik pre intervensi dan post intervensi p Value =
0,034 (p < 0,05) . Hal ini berarti ada Pengaruh Jus Tomat Terhadap

32
Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Palembang Tahun 2016.
3. Intervensi Jus Jeruk didapatkan nilai tekanan darah sistolik pre
intervensi dan tekanan darah post sistolik p Value = 0,008 (p ˂ 0,05)
dan tekanan darah diastolik pre intervensi dan post intervensi p Value =
0,033 (p < 0,05) . Hal ini berarti ada Pengaruh Jus Jeruk Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Palembang Tahun 2016.
4. Intervensi Jus Kombinasi (Pisang Ambon, Tomat dan Jeruk )didapatkan
nilai tekanan darah sistolik pre intervensi dan tekanan darah post
sistolik p Value = 0,018 (p ˂ 0,05) dan tekanan darah diastolik pre
intervensi dan post intervensi p Value = 0,014 (p < 0,05) .
Hal ini berarti ada Pengaruh Jus Kombinasi ( Pisang Ambon, Tomat
dan Jeruk ) Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2016. Dalam penelitian ini
dapat diterapkan karena hasil dari penelitian ini signifikan artinya
penelitian ini valid dan dapat diterapkan sebagai terapi non farmakologi
dengan Jus Kombinasi (Pisang Ambon, Tomat dan Jeruk ) Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia.

33
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Hasil uji analisis lebih lanjut atau uji statistic intervensi Jus Pisang
Ambon didapatkan nilai tekanan darah sistolik pre intervensi dan tekanan
darah post sistolik p Value = 0,014 (p ˂ 0,05) dan tekanan darah diastolik
pre intervensi dan post intervensi p Value = 0,024 (p < 0,05) . Hal ini
berarti ada Pengaruh Jus Pisang Ambon Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun 2016.
Kandungan pisang ambon dapat menurunkan tekanan darah karena
mengandung kalium tinggi yang bekerja mirip obat antihipertensi
di dalam tubuh manusia. Buah tomat (Lycopersicum commune)
mengandung kalium dan likopen yang mempunyai efek
menurunkan tekanan darah. Dan jeruk merupakan buah yang terkenal
sebagai buah yang kaya akan vitamin C, banyak mengandung
potasium, rendah sodium, dan serat. Karena memiliki kandungan
potasium, jeruk merupakan salah satu buah yang dapat menurunkan
darah tinggi.
Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya fokus menggunakan
bahan no 5 (lima) berdasarkan dari penelitian Fadlillah (2015) yang
berjudul Pengaruh Konsumsi Pisang Ambon Terhadap Tekanan Darah
Lansia Penderita Hipertensi di PSTW Teratai Palembang Tahun 2015
dengan hasil penelitian untuk tekanan sistolik didapatkan nilai p value =
0,001 artinya ada perbedaan bermakna tekanan sistolik sebelum dan
sesudah konsumsi pisang ambon selama 1 minggu dan untuk tekanan
diastolik didapatkan nilai p value = 0,004 artinya ada perbedaan
bermakna tekanan diastolik sebelum dan sesudah konsumsi pisang
ambon selama 1 minggu.
Hasil penelitian Tangkilisan Hasil uji t berpasangan tekanan darah
diastolik sebelum dan sesudah diberikan terapi menunjukkan p value
0,000. Hal ini berarti secara signifikan terapi diet pisang ambon

34
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada klien
hipertensi. Pisang dapat menurunkan tekanan darah karena
mengandung kalium tinggi yang bekerja mirip obat antihipertensi di
dalam tubuh manusia. Dapat disimpulkan bahwa terapi diet pisang ambon
(Musa Paradisiaca var. Sapientum Linn) dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi di Kota Bitung.
Intervensi Jus Tomat didapatkan nilai tekanan darah sistolik pre
intervensi dan tekanan darah post sistolik p Value = 0,020 (p ˂ 0,05) dan
tekanan darah diastolik pre intervensi dan post intervensi p Value = 0,034
(p < 0,05) . Hal ini berarti ada Pengaruh Jus Tomat Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang
Tahun 2016.
Penelitian Lestari, dkk (2015) dengan memberikan jus tomat
sebanyak 200 ml sebanyak 1 kali sehari yang diberikan selama 7 hari
terbuat dari 150 gram buah tomat, 5 gram gula pasir, dan 50 ml air
didapatkan hasil terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar
11.76 ± 7.276 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 8.82 ±
3.321 mmHg pada kelompok perlakuan. Pemberian jus tomat
berpengaruh secara bermakna terhadap penurunan tekanan darah sistolik
dan tekanan darah diastolik setelah dikontrol dengan asupan lemak dan
serat
Intervensi Jus Jeruk didapatkan nilai tekanan darah sistolik pre
intervensi dan tekanan darah post sistolik p Value = 0,008 (p ˂ 0,05) dan
tekanan darah diastolik pre intervensi dan post intervensi p Value = 0,033
(p < 0,05) . Hal ini berarti ada Pengaruh Jus Jeruk Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang
Tahun 2016.
Sebuah studi di Amerika Serikat menemukan adanya penurunan
angka sistolik rata - rata 7% dan angka diastolik rata - rata 4,6% pada
orang - orang yang setiap pagi dan malam hari minum segelas jus
jeruk. Ini dikarenakan jeruk mengandung kalium yang cukup banyak.
Selain itu jeruk merupakan buah yang terkenal sebagai buah yang

35
kaya akan vitamin C, 17 banyak mengandung potasium, rendah
sodium, dan serat. Karena memiliki kandungan potasium, jeruk
merupakan salah satu buah yang dapat menurunkan darah tinggi.
Intervensi Jus Kombinasi (Pisang Ambon, Tomat dan Jeruk )
didapatkan nilai tekanan darah sistolik pre intervensi dan tekanan darah
post sistolik p Value = 0,018 (p ˂ 0,05) dan tekanan darah diastolik pre
intervensi dan post intervensi p Value = 0,014 (p < 0,05) . Hal ini berarti
ada Pengaruh Jus Kombinasi (Pisang Ambon, Tomat dan Jeruk ) Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Palembang Tahun 2016.
Buah dan sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, serat
dan zat - zat berkhasiat lainnya yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Selain untuk meningkatkan
kesehatan, buah dan sayuran juga banyak dimanfaatkan untuk
terapi pengobatan. Kandungan mineral, vitamin, karotenoid, dan
komponen lainnya yang terdapat pada buah dan sayuran diantaranya
berkhasiat sebagai antioksidan untuk mencegah kanker, mengatasi
gangguan pencernaan, menurunkan kolesterol tinggi, dan tekanan darah
tinggi.
Beberapa jenis buah - buahan dan sayuran yang berkhasiat
menurunkan tekanan darah tinggi antara lain seledri, ketimun, labu
siam, selada air, lobak, tomat, belimbing wuluh, belimbing manis,
semangka, wortel, pisang, apel, dan kiwi. Buah dan sayur tersebut
dapat dibuat ramuan jus untuk menurunkan tekanan darah.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas peneliti berasumsi
bahwa intervensi pemberian ramuan jus merupakan buah dan sayuran
yang diberikan secara teratur dalam waktu 6 hari dapat menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan pada pasien hipertensi,
karena banyak mengandung kalium yang tinggi serta kandungan likopen
yang mampu menurunkan tekanan darah .

36
B. Implikasi Keperawatan
1. Penerapan hasil penelitian jurnal tersebut dapat dilakukan di rumah
dalam upaya menangani tekanan darah pada penderita hipertensi.
2. Perlunya penelitian lanjutan untuk mempertajam hasil penelitian
dengan mengendalikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang lain.
3. Mengingat peran perawat sebagai peneliti, perlu adanya penelitian
lanjutan yang dapat digunakan dan di kembangkan sehingga
implementasi keperawatan dapat berjalan dengan optimal.

C. Kelemahan Penelitian
Penulis menyadari bahwa penelitian ini mempunyai beberapa
kelemahan yaitu, berdasarkan hasil uji normalitas data dengan
menggunakan metode analisis uji normalitas data tekanan darah sistolik
dengan menggunakan metode analisa Shapiro –Wilk sebelum dilakukan
intervensi dan sesudah dilakukan intervensi baik tekanan darah sistolik dan
diastolik didapatkan dari ke - empat intervensi yang diberikan bervariasi,
ada data yang berdistribusi normal dan tidak normal.
Akan tetapi untuk melihat penurunan tekanan darah sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi semuanya didapatkan tidak normal karena
syarat untuk memakai uji - T test semua data sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi harus wajib berdistribusi normal. Setelah didapatkan
data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan transformasi data terlebih
dahulu. Variabel baru hasil transformasi menunjukkan nilai probabilitas
sebelum intervensi sebesar p = 0,000, setelah diberikan intervensi p =
0,000. Karena nilai p kurang dari 0,05 (p= <0,05), maka diambil
kesimpulan bahwa variabel baru hasil transformasi berdistribusi tidak
normal, dan dingunakan uji wilcoxon sebagai uji alternatif.
Peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding
antara kelompok yang diberikan intervensi dan tidak diberi intervensi, jika
diberi kelompok kontrol maka peneliti bisa membandingkan hasil antara
kelompok intervensi (yang diberi Jus Kombinasi (Pisang Ambon, Tomat

37
dan Jeruk) ) dengan kelompok yang tidak diberi Intervensi (tidak diberi
Jus Kombinasi (Pisang Ambon, Tomat dan Jeruk) )
Peneliti tidak menjelaskan secara detail kriteria yang dijadikan
sebagai sampel dalam penelitiannya, karna dalam penelitian ini penulis
ingin membuktikan perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
diberikan intervensi Jus Kombinasi (Pisang Ambon, Tomat dan Jeruk )
sementara tekanan darah bisa dipengaruhi oleh pola istirahat, faktor stress,
penggunaan obat, faktor makanan yang dikonsumsi, sehingga dalam
penelitian ini tidak bisa disimbulkan bahwa pemberian Jus Kombinasi
(Pisang Ambon, Tomat dan Jeruk ) yang dapat mempengaruhi penurunan
tekanan darah pada lansia karna mengingat ada faktor lain juga yang dapat
mempengaruhi seperti mengkonsumsi obat antihipertensi.

38
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan oleh Puji Setya Rini sudah bagus,
setiap penelitian pasti terdapat kekurangan dan kelebihan sama halnya
dengan penelitian ini pun memiliki banyak kelebihan disamping adanya
kekurangan-kekurangan. Namun penelitian ini dapat diimplementasikan
dalam dunia keperawatan sesuai dengan peran perawat dan dapat
diedukasikan ke masyarakat.
Berdasarkan data diatas terlihat intervensi Jus Kombinasi (Pisang
Ambon, Tomat dan Jeruk ) didapatkan nilai tekanan darah sistolik pre
intervensi dan tekanan darah post sistolik p Value = 0,018 (p ˂ 0,05) dan
tekanan darah diastolik pre intervensi dan post intervensi p Value = 0,014
(p < 0,05) . Hal ini berarti ada Pengaruh Jus Kombinasi (Pisang Ambon,
Tomat dan Jeruk ) Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata antara sebelum dan
sesudah diberikan Jus.
Dalam penelitian ini dapat menjadi tambahan dalam manajemen
penatalaksanaan non farmakologi untuk hipertensi dengan pemberian Jus
mengajarkan suatu pembelajaran penting bahwasanya untuk
meningkatkan sehingga dapat meningkatkan asuhan keperawatan
khususnya pada keperawatan gerontik lebih memahami bagaimana
penatalaksanaan non farmakologi bagi penderita hipertensi.

39
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.


Jogjakarta : DIVA Press.
Arif, Mansjoer. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeusculapius
FKUI. Jakarta
Dalimarta, S 2008,Care Your Self Hipertensi, Penebar Swadaya, Jakarta
Gunawan. 2007. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11, EGC,
Jakarta
Herdman, T 2018 .NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi
dan klasifikasi 2017-2018, EGC, Jakarta
Kevin. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cara Pencegahan
Hipertensi. Universitas Muhammadiyah Malang.Skripsi
Kowalak. 2011. Promosi Kesehatan.Jakarta. SalembaMedika
Latief, Ira. 2014. Tips AmpuhMengatasiHipertensi. Jakarta: SalembaMedika
Martuti, A 2009,Merawat Dan Menyembuhkan Hipertensi Penyakit
Tekanan Darah Tinggi, Kreasi Wacana, Yogyakarta
Mosby 2017, Nursing Intervention Classification (NIC), United States Of
America
Mosby 2017, Nursing Outcome Classification (NOC), United States Of
America
Nurarif, Amin Huda danKusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medisdan NANDA jilid 1.
Jakarta :Mediaction
Palmer, A 2007, TekananDarahTinggi, Erlangga, Jakarta
Pudiastuti 2011, PenyakitPemicu Stroke, NuhaMedika, Yogyakarta
Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :Pustaka
Pelajar.
Smeltzer, S, C &Bare, B, G, 2001, Buku Ajar KeperawatanMedikal
BedahEdisi8 vol 2,EGC, Jakarta

40
Suyono, Slamet,dkk. 2004. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :BalaiPenerbit
FKUI.

41

Anda mungkin juga menyukai