BAB I
PENDAHULUAN
hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya
12,5% yang diobati dengan baik.
Prevalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 25,8%,
tertinggi di Kepulauan Bangka Belitung (30,9%), sedangkan terendah di
Papua sebesar (16,8%). Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang
mengalami hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak
terdiagnosis. Data menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi
tidak menyadari menderita Hipertensi ataupun mendapatkan pengobatan
(Kemenkes RI 2017)
Di Provinsi Sumatera Selatan penderita Hipertensi pada bulan Januari-
April 2013 diketahui bahwa penyakit Hipertensi adalah urutan ke enam dari
sepuluh penyakit terbesar dengan prevalensi sebanyak 30,1% (Dinkes
Palembang, 2013)
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
“Penerapan Edukasi Latihan Fisik pada Klien Hipertensi yang Mengalami
Intoleransi Aktivitas di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung ” .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
2.1.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Merupakan 90 % dari kasus penderita Hipertensi. Dimana sampai
saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor
yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti :
faktor genetik, stress dan psikologis, serta faktor lingkungan dan
diet (peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan
kalium atau kalsium).
b. Hipertensi Sekunder
Pada Hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat
diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan
dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder diantaranya
berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal,
kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas,
resistensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan
seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid. (Andra, Yessie. 2017)
2.1.3 Etiologi
Korwin (2000) menjelaskan bahwa Hipertensi tergantung pada
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan total Periveral
Resistance (TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi
akibat ransangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA.
Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak pada pusat vasomotor pada medula di otak . dari
vasomotor tersebut bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut kebawah
kordaspinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di thorak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem
syaraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neurun preganglion
melepaskan asetikolin yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah. Dengan dilepaskan nya norepineprin akan
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menskresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid linnya, yang dapat memperkuat
respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angioestin II yang menyebabkan adanya suatu
vasokonstriktor yang kuat. Hal ini merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal yang mengakibatkan volume intravaskular. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontologi, perubahan struktur dan fungsi
pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
2.1.5 Pathway
(Sumber : Rencana Asuhan
Faktor risiko / Etiologi Keperawatan Medikal-Bedah,
Diagnosis Nanda-I, Intervensi NIC,
Hasil NOC)
Penurunan
Elastisitas jaringan kemampuan
Aterosklerosis
ikat menurun relaksasi otot polos
RENIN
Angiostensin
ogen Angiostensinoge
nI
ACE
Aldosteron
Peningkatan
Vasokonstri Peningkatan
tekanan
k-tor kuat tekanan
INTRA-
Retensi Na & air itravaskular
OKULAR
Peningkatan tekanan
darah NYERI KEPALA
2.1.8 Penatalaksanaan
2. Latihan fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita adalah olahraga yang mempunyai
empat prinsip yaitu:
a) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
b) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas
aerobik atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20-15 menit berada dalam
zona latihan.
d) Frekuensi latihan sebanyak 3 x perminggu dan paling baik 5
x perminggu.
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis penderita hipertensi meliputi :
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tekhnik ynag dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
b) Tehnik Reklasasi
Relaksasi adalah suatu prosedur prosedur atau tekhnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks .
c) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan Pen-Kes yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaan nya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien
dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Committe on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure, USA 1988) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyakit beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : alternatif yang bisa diberikan
i. Dosis obat pertama dinaikkan
2.1.9 Pencegahan
2.1.10 Komplikasi
Tekanan darah tinggi apabila tidak di obati dan di tanggulangi,
maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di
dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dar arteri
tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai
berikut :
1. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung
dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban
kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor daan
berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya,
jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak cairan
tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak napas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,
apabila tidak diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
3. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan
darh tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem penyaringan
didalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu
membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk
melalui aliran darah dan terjadi penumpukan didalam tubuh.
4. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati
hupertensi dandapat menimbulkan kebutaan ( Yahya, 2005)
a) Terapi Manual
Terapi manual adalah gerakan pasif yang dilakukan oleh
fisioterapis
dengan tujuan meningkatkan gerakan sendi dan mengurangi
kekakuan sendi.
Teknik yang dipakai adalah melatih ROM secara pasif, melatih
jaringan-jaringan sekitar sendi secara pasif, meregangkan otot atau
mobilisasi jaringan lunak, dan massage .Suatu penelitian acak
terkontrol untuk mengevaluasi efektivitas terapi manual
menyimpulkan bahwa kombinasi fisioterapi manual dan latihan
fisik yang diawasi dapat efektif memperbaiki jarak berjalan dan
mengurangi nyeri dan disfiingsi.
b) Latihan Fleksibilitas (ROM)
Mobilitas sendi sangat penung untuk memaksimalkan ruang
gerak sendi, meningkatkan kinerja otot, mengurangi risiko cedera,
dan memperbaiki nutrisi karulago. Latihan fleksibilitas, yang
dilakukan pada latihan fisik tahap pertama, dapat meningkatkan
panjang dan elastisitas otot dan jaringan sekitar sendi. Untuk
pasien, latihan fleksibilitas ditujukan unmk mengurangi
kekakuan,meningkatkan mobilitas sendi, dan mencegah kontrakmr
jaringan lunak. Latihan fleksibilitas sering dilakukan selama
periode pcmanasan atau tergabung dalam latihan ketahanan atau
aktivitas aerobik. Teknik peregangan dilakukan untuk memperbaiki
ruang gerak sendi. Latihan peregangan ini dilakukan dengan
menggcrakkan otot-otot, sendi-sendi, dan jaringan sekitar sendi.
Semua gerakan sebaiknya menjangkau ruang gerak sendi yang
tidak menimbulkan rasa nyeri. Aplikasi terapi panas sebelum
peregangan dapat mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan
gerakan. Latihan fleksibilitas dapat. dimulai dari latihan
peregangan tiap kelompok otot, setidaknya tiga kali scminggu.
Apabila sudah terbiasa, latihan ditingkatkan repetisinya per
2. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : Biasanya pasien mengeluhkan kepala terasa
pusing dan bagian kuduk terasa berat , tidak bias tidur.
2. Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya pada saat dilakukan
pengkajian pasien masih mengeluh nyeri kepala terasa sakit
dan berat, penglihatan berkunang-kunang, tidak bisa tidur.
3. Riwayat kesehatan dahulu : biasanya penyakit hipertensi ini
adalah penyakit yang sudah lama di alami oleh pasien, dan
biasanya pasien mengkonsumsi obat rutin seperti captopril.
4. Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya penyakit hipertnsi ini
adalah penyakit keturunan
j. Pembelajaran / penyuluhan
Gejala : factor rsiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, DM, penyait ginjal,factor risiko
etnik,penggunaan pil KB atau hormone.
b) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Edukasi
- Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisilogis olahraga
- Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan
- Jelaskan frekuensi, durasi, dan intensias program latihan
yang diinginkan
- Ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan yang tepat
ajaran teknik menghindari cedera saat berolahraga
- Ajarkan teknik pernapasan yang tepat untuk
memaksimalkan penyerapan oksigen selama latihan fisik
2.4.5 Evaluasi
1 2 3 4 5
Menurun Cukup sedang Cukup meningkat
menurun meningkat
Frekuensi nadi
Saturasi
oksigen
Kemudahan
dalam
melakukan
aktivitas
sehari-hari
Kecepatan
berjalan
Jarak berjalan
Kekuatan
tubuh bagian
atas
Kekuatan
tubuh bagian
bawah
Toleransi
dalam menaiki
tangga
BAB III
a) Observasi :
- Indentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
b) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
INTOLERANSI - Berikan kesempatan untuk bertanya
AKTIVITAS
c) Edukasi
- Jelaskan manfaat kesehatan dan efek
fisilogis olahraga
- Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan
- Jelaskan frekuensi, durasi, dan intensias
program latihan yang diinginkan
- Ajarkan latihan pemanasan dan
pendinginan yang tepat ajaran teknik
menghindari cedera saat berolahraga
- Ajarkan teknik pernapasan yang tepat
untuk memaksimalkan penyerapan oksigen
selama latihan fisik