Oleh:
NETI ASTARI
2022207209165
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan
darah manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah
tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten menurut
WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan distolik
80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi
bila tekanan darahnya > 140/90 mmHg. Pada pemeriksaan tekanan darah
akan didapat dua angka, angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat
jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastolik), tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga
kali dalam jangka beberapa minggu (Manutung, 2018).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematiana atau mortalitas.
Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap
denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang
dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah yang
kembali ke jantung (Triyanto Endang, 2014).
Jadi dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan keadaan tekanan
darah yang melebihi 140 mmHg sistolik dan sama atau melebihi 90 mmHg
diastolik.
2. Etiologi Hipertensi
Menurut Smelzer dan Bare, penyebab hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Hipertensi Esensial atau Primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Kurang lebih 10% penderita hipertensi tergolong
esensial sedangkan 10% nya tergolong sekunder. Onset hipertensi primer
terjadi pada usia 30-50 tahun. Hipertensi primer adalah suatu kondisi
dimana peyebab skunder dari hipertensi tidak ditemukan. Pada hipertensi
primer tidak ditemukan penyakit renovaskuler, aldosteronism, pheochro-
mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya. Genetik dan ras
merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer,
termasuk faktor lain yang diantarannya adalah faktor stres, intake
alkhohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup.
Diagnosis hipertensi dibuat setelah minimal 2 kali pengukuran tekan
darah tetap menunjukan peningkatan, pengulangan pengukuran tekanan
darah dilakukan setelah 2 menit. Dikenal istilah fenomena “swite coat”,
yaitu suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang tebaca saat diukur
oleh dokter atau tenaga kesehatan. Fenomena hipertensi white coat dapat
disingkirkan dengan melakukan pengukuran oleh dokter atau tenaga
kesehatan danpengukuran dirumah atau komunitas. Pengukuran tekanan
darah dilakukan secara cermat dan hati-hati, untuk menentukan
keakuratan diagnosa. Monitoring tekanan darah selama aktivitas atau
pergerakan juga dapat membantu menegakan diagnosis.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, anatara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(Hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita hipertensi
adalah hipertensi esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih
banyak ditunjukan ke penderita hipetensi esensial.
c. Faktor Resiko
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat
hipertensi didalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada
kedua orangtua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi
juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur),
apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetic mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah
terjadinya hipertensi cenderung merupakan riwayat hipertensi maka
sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkenan hipertensi.
Perbandingan antara pria dan wanita, terjadi wanita, teryanta wanita
lebih banyak menderita hipertensi. Laporan sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6% dari dan 11% pada wanita. Laporan dari
Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita.
Didaerah perkotaan semarang didaptkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada
wanita. Sedangkan didaerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria
dan 13,7% pada wanita.
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini
sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang
mempengaruhi jantung, Pembuluh darah dan hormone. Hipertensi pada
yang berusia kurang dari 35 tahunakan menaikan insiden penyakit arteri
koroner dan kematian premature, jenis kelamin juga sangat erat kaitanya
terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa mauda dan paruh baya
lebih tinggi penyakit hipertensinya pada laki-laki dan pada wanita lebih
tinggi setalah 50 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause.
Faktor lingkungan seperti stress berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga
melalui aktivitas saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang
berkerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang
berkerja pada saat kita tidak braktivitas. Peningkatan aktivitas saraf
simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak
menentu). Apabila stres berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi, walaupun hail ini belum terbukti, tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan
diperdesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal dikota. Peningkatan tekanan
darah sering intermiten pada awal perjalanan penyakit. Bahkan pada
kasus yang sudah tegak diagnosisnya, sangat berfluktuasi sebagai akibat
dari respon terhadap stres emosional dan aktivitas fisik. Selama terjadi
rasa takut ataupun stres tekanan arteri sering kali meningkat sampai
setinggi dua kali normal dalam waktu beberapa detik.
Berdasarkan penyidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor inin mempunyai kaitan
yang erat dengan terjadinya hipertensi di kemudian hari. Walaupun
belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial,
tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
Terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi olume darah penderita
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi
dengan berat bdan normal (Triyanto Endang, 2014).
3. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut Palmer, terbagi
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Hipertensi esensial (primer)
Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar
95%. Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, walaupun dikaikan
dengan kombinasi faktor pola hidup seperti kurang bergerak dan pola
makan.
2.Hipertensi sekunder
Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus
tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh
kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat-
obatan tertentu (misalnya pil KB).
Menurut smelzer, hipertensi pada usia lanjut diklasfikasikan sebagai
berikut:
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastoliknya sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistoliknya lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Table 2.1
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa berusia 18 tahun ke atas
Tekanan Darah
Kategori Tekanan Darah Sistolik
Diastolik
Normal < 120 < 80
Pre Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi Tahap 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi Tahap 2 >160 mmHg 100-109 mmHg
Sumber: (Manutung, 2018)
4. Patofisiologis
Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan
kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang
pada saat jantung memompa darah melalui pembuluh yang sempit dari pada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterioskalierosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormone didalam darah,
bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak
mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh, Volume
darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan berkurang, arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan
menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh
perubahan didalam fungsi ginjal dan system saraf otonom (bagian dari
system saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Perubahan funsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui
beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume
darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah
kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan
hormone angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon
aldosterone, ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan
darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat
menyebabkan tejadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri
yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa memyebabkan
hipertensi. peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga
bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang
untuk sementara waktu akan meningkat tekanan darah selama respon fighr-
or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar); meningkatkan
kecepatan dan kekuatan denyut jantung dan juga mempersempit sebagian
besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu ( misalnya
otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak );
mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan
meningkatkan volume darah tubuh, melepaskan hormon efinefrin
(adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merengsang jantung dan
pembuluh darah, faktor stress merupakan satu faktor pencetus terjadinya
peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormone epinefrin dan
norepinefrin (Triyanto Endang, 2014).
5. Manifestasi Klinis Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala:
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung,
pusing, wajar kemerahan dan kelelahan: yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut:
a. sakit kepala
b. kelelahan
c. mual
d. muntah
e. sesak napas
f. gelisah
Padangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak,
keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang mermelukan penanganan
segera. Manifestasi klinis hipertensi secara umum dibedakan menjadi:
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Manifestasi klinis hipertensi pada lansia secara umum adalah: sakit
kepala, perdarahan hidung, vertigo, mual muntah, perubahan penglihatan,
kesemutan pada kaki dan tangan, sesak nafas, kejang atau koma, nyeri dada.
Penyakit tekanan darah tinggi merupakan kelainan “sepanjang umur“ tetapi
penderitanya dapat hidup secara normal seperti layaknya orang sehat asalkan
mampu mengendalikan tekanan darahnya dengan baik. Di lain pihak, orang
yang masih muda dan sehat harus selalu memantau tekanan darah dengan
darahnya, minimal setahun sekali.apabila bagi mereka yang mempunyai
faktor-faktor pencetus hipertensi seperti kelebihan berat badan, penderita
kencing manis, penderita penyakit jantung,riwayat keluarga ada yang
menderita tekanan darah tinggi, ibu hamil minum pill kontrasepsi, perokok
dan orang yang pernah dinyatakan tekanan darahnya sendikit tinggi. Hal ini
dilakukan karena bila hipertensi diketahui lebih dini, pengendaliannya dapat
segera dilakukan (Manutung, 2018).
6. Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan laboratorium; Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor
resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia. BUN/ kreatinin: memberikan
informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. Glukosa: hiperglikemi (DM adalah
pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar
ketokolamin. Urinalia: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
b. CT scan: mengkaji adanya tumor ceberal, encelopati.
c.EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal,
perbaikan ginjal.
e.Poto dada: menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pemebesaran
jantung (Nisa, 2020).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi yang didasarkan pada sifat terapi terbagi
menjadi dua, yaitu:
a.Terapi non farmakologi
Penatalaksanaa dengan terapi non-farmakologi yaitu dengan tekhnik tanpa
obat-obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dan mengunakan cara
kebiasaan pola hidup, seperti:
1) Pembatasan natrium dan asuapan garam.
2) Menjaga berat badan tetap ideal.
3) Membiasakan olahraga secara teratur atau rutin.
4) Mengindari minum-minuman beralkohol.
5) Berusaha mengurangi kebiasaan merokok.
6) Berfikir tenang akan terhindar dari stress.
7) Melakukan latihan relaksasi.
8) Terapi komplementer.
b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)
Terapi ini yang dilaksanakan dengan obat-obatan menajid hal yang
penting. Obat-obatan yang dapat digunakan antara lain obat-obatan
golongna betabloker, diuretic dan antagonis klasium.
1) Diuretik
Termasuk obat anti hipertensi yang memiliki fungsi untuk memicu
penguaran garam dan air. Obat ini akan memproses penurunan jumlah
cairan yang terdapat di pembuluh darah dan dapat mengakibatkan
tekanan darah berkurang.
2) Beta bloker
Berfungsi mengurangi jumlah darah yang dipompakan dari jantung dan
mengurangi kecepatan jantung dalam memompakan darah.
3) ACE-inhibitor
Berfungsi mencegah proses vasokontriksi pada dinding pembuluh darah
agar bisa mengurangi tekanan di pembuluh darah sehingga
mengakibatkan tekanan darah turun.
4) Ca bloker
Berfungsi merelaksasikan pembuluh darah dan mengurangi kecepatan
jantung (Prabowo, 2022).
8. Komplikasi Hipertensi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi diotak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpanjang
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga
aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang arteri-arteri
otak yang mengalami arerosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala tekena stroke
adalah sakit kepala secara tiba-tiba seperti, orang bingung, limbung atau
bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah
atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup darah oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghabat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progrsif akibat tekanan
darah tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya
glomerulus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotic koloit plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik.
Ketidak amapuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul diparu, kaki dan
jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru memyebabkan
sesak napas, timbulanya cairan ditungkai memyebabkan kaki bengkak atau
sering dikatakan edema. Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam
ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di
sekitarnya kolap dan terjadi koma (Triyanto Endang, 2014)
B. Konsep Proses Keperawatan Hipertensi
Menurut (Efendi, 2021), konsep proses keperawatan hipertensi terdiri
dari pengkajian, diagnosa, rencana, implementasi, dan evaluasi:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pertama dalam fase keperawatan.
Assesmen adalah kegiatan pengumpulan data pasien yang lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, social mau pun
spiritual dapat ditentukan.
a. Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipea
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyekit jantung coroner, penyakit
serebrovaskular, kenaikan TD, hipotensi postural, takikardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin.
c. Intergitas ego
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoris, faktor
stesmultiple, letupan seasana hati, gelisah, penyempitan kontinu
perhatian tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
e. Makanan atau cairan
Makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolestrol, berat beda normal atau obesitas, adanya edema.
f. Neurosensory
Keluhan pusing atau pening, sakit kepala berdenyut, gangguan
penglihatan, episode epistaksis, perubahan orientasi, penurunan
kekuatan gengaman, perubahan retnal optic.
g. Nyeri atau ketidak nyamanan
Angina, nyeri yang hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen.
h. Pernafasan
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipea, ortopnea, dyspnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok distres respirasi atau pengunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi nafas nafas tambahan, sianosis.
i. Keamanan
Gangguan kordinasi, cara jalan, episode paresthesia, hipotensi
postural.
j. Pembelajaran atau penyeluhan
Faktor keluarga hipertensi, arerosklesrosis, penyakit jantung, diabetes
militus, faktor resiko etnik, pengunaan pil KB atau hormon.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut (Efendi, 2021) menggambarkan
reaksi individu atau kelompok manusia (resiko status kesehatan atau
perubahan pola) dan diturunkan dari proses pengkajian pertama yang
dilakukan melalui proses analitis. Pegerakan diagnosa keperawatan harus
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain pernyataan yang jelas dan
rinkas dari reaksi klien terhadap situasi atau situasi tertenstu, intruksi
keperawatan yang spesifik dan akurat, dapat dilakukan oleh staf
keperawtan, dan klien. Dapat mencerminkan status kesehatan. Diagnosa
yang mungkin muncul pada pasien hipertensi:
a.Nyeri akut b.d agen pencederaan fisiologis
b. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan
c.Ansietas berhubungan b.d kurang terpapar informasi
d. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
e.Resiko jatuh b.d riwayat jatuh
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan (intervensi) menurut (Efendi, 2021) adalah
setiap rencana tindakan yang dilakukan pada pasien untuk mengatasi
masalah atau diagnosa yang dibuat pada pasien. Rencana keperawatan yang
dikembangkan dengan baik mempromosikan perawatan lanjutan dari satu
pengasuh ke pengasuh lainnya. Ini memberi semua staf perawat
kesempatan untuk memastikan perawatan yang konsisten dan berkualitas.
Beberapa langkah dalam mengembangakan rencana asuhan keperawatan
meliputi penetapan prioritas, penetapan kriteria tujuan dan hasil yang
diharpkan, penetapan intervensi keperawatan yang tepat dan pembutan
asuhan keperawatan, terdapat pada tabel dibawah:
Tabel 2.2
Rencana Keperawatan Hipertensi Berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, M. R. (2021). Pendapingan Asuhan Keperaratan Medikal Bedah pada
Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler (Hipertensi) di Wilayah
Kerja Puskesmas Cijeunggling. masyarakat mandani, 88-104.
Nisa, k. (2020). Menentukan Diagnosa dan Asuhan keperawatan pada pasien
Hipertensi. Osfpreprints, 1.
PPNI (2017) Standar Nasional Keperawatan Indonesia: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasaional Indonesia.
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasaional Indonesia.
PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasaional Indonesia.
Triyanto Endang (2014). Pelayanan Keperawatan bagi penderita hipertensi
secara terpadu. yogyakarta : graha ilmu.
Wisnu, (2022). Pemeriksaan Tekakanan Darah Dan Konseling Kesehatan
Sebagai Upaya Deteksi Dini Hipertensi. jurnal pengabdian masyarakat
AL-Qodiri, 19-22.
Yogo Dwi Budi Prabowo (2022). Ilmu Keperawatan Medikal Bedah Dan Gawat
Darurat. bandung - jawa barat: CV.Media Sains Indonesia.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS HIPERTENSI
TERHADAP TN. A DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT
ABDUL MOELOEK
Oleh:
MUHAMAD FAISAL KHUSAINI
2022207209231
A. PENGKAJIAN
Ruang : Kenanga
No. Medical Record : 50599
Tgl Pengkajian : 16/09/2022
Pukul : 10.45 WIB
A. PENGKAJIAN DATA DASAR
1. DATA DEMOGRAFI
a. Identitas Pasien
1) Nama : Tn. A
2) Usia : 45 th
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Status Perkawinan : Menikah
5) Pekerjaan : Petani
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : SD
8) Suku : Jawa
9) Bahasa yang digunakan : Bahasa Jawa, Indonesia
10) Alamat : Pringsewu, Lampung
11) Sumber Biaya : BPJS
12) Tanggal masuk RS : 16-09-2022
13) Diagnosa Medis : Hipertensi
b. Sumber Informasi
1) Nama : Ny. S
2) Umur : 47 th
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Hubungan dengan Pasien : Istri
5) Pendidikan : SMP
6) Pekerjaan : Petani
7) Alamat : Pringsewu, Lampung
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Masuk RS:
Klien masuk di IGD RS pada tanggal 16 september 2022 pukul 09.00
dengan keluhan nyeri kepala di daerah tengkuk, penglihatan kabur
dan badan terasa lemah.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang:
1) Keluhan Utama Saat Pengkajian
Saat dikaji pukul 11.00 WIB di ruang rawat inap klien mengeluh
kepala terasa nyeri dibagian tengkuk sudah sejak 2 hari yang lalu,
nyeri kepala terasa seperti ditimpah benda berat, klien mengatakan
nyeri kepala bertambah terutama pada malam dan pagi hari, skala
nyeri 6 (0-10)
2) Keluhan Penyerta
Klien mengatakan akibat nyeri kepala klien sulit tidur dan
beristirahat, klien mengatakan tidur sering terbangun dan hanya
tidur 4-5 jam/hari, klien mengatakan cemas dan khawatir akan
kondisinya saat ini, klien tampak meringis dan gelisah. Klien
mengatakan tidak tau jika menderita penyakit hipertensi
c. Riwayat Kesehatan Lalu
Saat dikaji klien mengatakan belum pernah di rawat di Rumah Sakit
akibat penyakit tertentu dan tidak ada alergi
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Klien
Ibu dari klien meninggal akibat stroke sejak 7 tahun yang lalu, ayah
klien masih hidup dan kondisinya baik.
e. Riwayat Psikososial Spiritual
1) Psikologis
Tidak ada masalah pada keadaan psikologis klien seperti
gambaran diri, peran, harga diri, ideal diri maupun identitas diri.
2) Sosial
Saat pengkajian Ny. S mendampingi klien dari masuk RS sampai
di ruang inap, Klien menggunakan BPJS
3) Spiritual
Ny. S mengatakan bahwa klien adalah seorang yang taat
beribadah dan percaya dengan keyakinannya.
f. Pengetahuan Pasien dan Keluarga
Klien maupun istrinya mengatakan tidak mengetahui jika klien
menderita Hipertensi, tidak pernah cek tekanan darah di Puskesmas
atau Faskes lainnya. Klien mengatakan makan apa saja yang
disediakan istrinya. Klien juga mengatakan hanya mengkonsumsi
obat di warung jika ada keluhan seperti sakit kepala dan lainnya.
g. Lingkungan
Ny. S mengatakan rumah bersih dan rapi, jauh dari jalan raya. Ny. S
juga mengatakan klien sehari-hari bekerja sebagai petani dan sering
kelelahan saat pulang bekerja.
h. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit:
1) Pola Pemenuhan Nutrisi dan Cairan
Sebelum Sakit
Pola Nutrisi
Klien makan dengan normal yaitu melalui oral, frekuensi
makan 3 kali sehari, nafsu makan baik, klien mengatakan
makan apa saja yang di sajikan oleh istrinya. Klien tidak ada
alergi atau pantangan terhadap makanan, BB 55 kg, TB 165
cm, IMT 20,22.
Pola Cairan
Asupan cairan melalui oral, jenis air putih, 1,5-2 Liter perhari
Setelah sakit
Pola Nutrisi
Klien makan dengan normal yaitu melalui oral, frekuensi
makan 2 kali sehari, nafsu makan menurun, BB 55 kg, TB
165 cm, IMT 20,22. Saat ini terpasang infus Nacl 0,9%
Pola Cairan
Asupan cairan melalui oral, jenis air putih, 1,5-2 Liter perhari,
saat ini terpasang Nacl 0,9%
2) Pola Eliminasi
Pada pola Eliminasi tidak ada masalah saat sakit maupun tidak
sakit, BAK 5-8x/hari warna jernih, bau khas urin dan BAB
1x/hari pada pagi hari, warna coklat kekuningan, konsistensi
lembek dan tidak ada penggunaan obat pencahar. IWL 500-750
ml/hari.
Saat Sakit
Klien mengatakan saat sakit klien tidak bekerja dan
beristirahat di rumah
3. PENGKAJIAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran Umum : Composmentis RR : 20x/m
E4V5M6 TB : 165 cm
Tekanan Darah : 190/100 mmhg BB : 55 kg
Suhu : 37,1oC
Nadi : 110x/m
3) Sistem Wicara
Tidak ada kelainan atau hambatan pada sistem wicara.
4) Sistem Pernafasan
Tidak ada sesak nafas, batuk dan secret. Bentuk dada simetris,
irama nafas reguler, auskultasi suara napas vesikuler, tactical
fremitus (+), Pola nafas normal, perkusi sonor, frekuensi 20x/m,
dan tidak memakai alat bantu oksigen
5) Sistem Kardiovasuler
a. Sirkulasi Perifer
Frekuensi nadi 110x/m, iramanya teratur dan kekuatan denyut
nadi yakni kuat dan cepat, kulit teraba hangat, warna kulit
sawo matang tidak ada sianosis, CRT <3 detik dan, tidak ada
edema.
b. Sirkulasi Jantung
Denyut jantung apical 110x/m, irama teratur dan cepat,
auskultasi bunyi jantung I dan II normal “lup-lup”, tidak ada
bunyi jantung tambahan, tidak ada nyeri dada dan tidak ada
kelainan. Hasil EKG Synus Tacicardia
6) Sistem Neorolgi
Keadaan Umum klien yaitu Komposmentis dengan GCS 15
(E4V5M6), tidak ada masalah atau kelainan pada syaraf kranialis
(N 1-12), klien mengeluhkan nyeri kepala tetapi tidak ada tanda-
tanda TIK lain seperti tidak ada mual muntah maupun papil
edema. Reflek patologis Babinski (-).
7) Sistem Pencernaan
Kondisi mulut tampak bersih dan tidak ada lesi, gigi terdapat
karies dan gusi tampak berwarna kemerahan, keadaan langit-
langit mulut tampak tidak ada kelainan, tidak ada kesulitan
menelan dan tidak ada masalah pada tenggorokan, bentuk
abdomen bulat dan datar, tidak ada benjolan atau massa pada 4
kuadran, dan tidak ada nyeri tekan pada bagian abdomen, bising
usus 22x/menit, BAB 1x/hari dengan konsitensi lembek.
8) Sistem Immunology
Tidak ada pembesaran kelenjar betah bening ataupun kelenjar
tiroid
9) Sistem Endokrin
Bau nafas normal dan tidak ada bau nafas keton, tidak ada luka
ulkus, tidak ada termor maupun tanda-tanda Diabtes seperti
polidipsi, polifagi ataupun poliuria
5 5
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan EKG : Sinus Tacicardia (09.30 WIB)
b. Pemeriksaan Lab : Tanggal 16/09/2022 (09.50)
No Pemeriksaan Nilai Px Satuan Nilai Rujukan
1 Leukosit 10.0 10^3/uL 4.00-11.00
2 Eosinofil 1 % 1-6
3 Netrofil 82 % 40-75
4 Limfosit 19 % 20-45
5 GDS 90 Mg/dL 70-140
5. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
No Obat Dosis Rute Fungsi Discharge
Pemb-
erian
1 Amlodipine 1x1 Oral Antagonis kalsium Efek samping
(10mg) menghambat arus masuk akibat efek
ion kalsium melalui vasodilatasinya
saluran lambat membran adalah muka merah
sel yang aktif. Golongan dan sakit kepala,
ini mempengaruhi sel dan edema
miokard jantung, dan sel pergelangan kaki
otot polos pembuluh darah, (yang hanya
sehingga mengurangi memberikan
kemampuan kontraksi respons parsial
miokard, pembentukan dan terhadap diuretika)
propagasi impuls elektrik
dalam jantung, dan tonus
vaskuler sistemik atau
koroner
2 Altran 3x1 Oral Analgesik kelompok AINS Efek samping diare
(500mg) dan kadang-kadang
anemia hemolitik
bisa terjadi
3 Kandesartan 1x1 Oral Anti-hipertensi; kombinasi Efek samping
(8mg) dengan HCT: Pengobatan vertigo, sakit
hipertensi yang tidak dapat kepala; sangat
terkontrol dengan jarang mual,
kandesartan sileksetil atau hepatitis, kerusakan
HCT sebagai monoterapi. darah,
hiponatremia, nyeri
punggung, sakit
sendi, nyeri otot,
ruam, urtikaria, rasa
gatal.
4 Nacl 0,9% 500 cc/8 IV Cairan infus ini digunakan Efek samping yang
jam untuk menggantikan cairan mungkin terjadi
tubuh yang hilang, dalam penggunaan
mengoreksi obat adalah:
ketidakseimbangan Pembengkakan
elektrolit, dan menjaga terutama pada kaki,
tubuh agar tetap terhidrasi rasa kelelahan,
dengan baik mulut kering,
infeksi pada daerah
penyuntikan.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Memasang IV line
Memonitor tanda-tanda vital
Menganjurkan tirang baring
Menganjurkan klien untuk meminimalkan aktivitas yang
menyebabkan nyeri bertambah (tidak membungkuk)
Membantu klien dalam kebutuhan ambulasi
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
B. ANALISA DATA
NO. DATA (S) MASALAH (P) ETIOLOGI €
Pemantauan
Tanda Vital
1. Monitor 8. Mengetahui ttv
Tekanan Darah klien
2. Monitor Nadi
3. Monitor
Frekuensi
Napas
4. Monitor Suhu
2 16/9/ Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Tidur 1. Mengetahui pola
22 Pola Tidur b.d tindakan 1. Identifikasi aktivitas tidur
kurangnya keperawatan 3x pola aktivitas dan istirahat
kontrol tidur 24jam diharapkan tidur dan 2. Mengetahui
kualitas dan istirahat gangguan sulit
kuantitas tidur 2. Identifikasi tidur
membaik dengan faktor 3. Meningkatkan
kriteria hasil: penganggu kenyamanan
1. Keluhan sulit tidur klien
tidur menurun 3. Modifikasi 4. Memaksimalkan
2. Keluhan lingkungan waktu tidur
sering 4. Batasi waku malam
terbangun tidur siang, 5. Meningkatkan
menurun bila perlu kualitas tidur
3. Keluhan tida 5. Tetapkan klien
puas tidur jadwal tidur 6. Menetapan pola
menurun rutin tidur yang baik
Pola tidur normal 6. Fasilitasi 7. Meningkatkan
(6-8jam/hari) menghilangka posisi
n stress kenyamanan
sebelum tidur klien saat
7. Jelaskan istirahat maupun
pentingnya tidur
tidur cukup 8. Meningkatnya
saat sakit pengetahuan
8. Anjurkan klien tentang
menepati kualitas atau
kebiasaan kuantitas tidur
waktu tidur dan istirahat
9. Anjurkan 9. Bebrapa
menghindari makanan
makanan atau minuman dapat
minuman yang meningkatkan
mengganggu keluhan sulit
tidur tidur
3 16/9/ Defisit Setelah dilakukan Edukasi 1. Mengetahui
22 Pengetahuan tindakan Kesehatan Tingkat
b.d kurang keperawatan 3x 1. Identifikasi pengetahuan
terpapar 24jam diharapkan kesiapan dan klien dan
informasi tingkat kemampuan keluarga tentang
pengetahuan klien menerima kondisi yang
dan keluarga informasi dialami
meningkat dengan 2. Sediakan 2. Media
kriteria hasil: materi dan pendidikan
1. Kemampuan media kesehatan
menjelaskan pendidikan 3. Memfasilitasi
kemampuan kesehatan keluarga
suatu topik 3. Berikan bertanya tentang
meningkat kesempatan materi yang
2. Perilau sesuai bertanya diberikan
anjuran 4. Jelaskan faktor 4. Klien dan
meningkat resiko yang keluarga
3. Pertanyaan dapat mengetahhui
tentang mempengaruhi tenang faktor
masalah yang 5. Ajarkan resio yang dapat
dihadapi perilaku hidup mempengaruhi
menurun bersih dan 5. Meningkatnya
sehat PHBS klien dan
keluarga
Perawat
Faisal
1 2 3 4
2 Jumat, Pukul 13.00 WIB Pukul 13.15 WIB
16/09/22 1. Mengkaji pola, aktivitas, istirahat dan S: Klien mengatakan:
tidur yang dilakukan klien sehari-hari 1. Melakukan aktivitas rumah
2. Mengkaji faktor yang menggangu tangga seperti biasa
tidur klien 2. Tidak pernah tidur siang
3. Menjelaskan pentingnya tidur selama 3. Sering terbangun saat tidur
sakit pada klien 4. Klien tidur antara pukul 22.30-
23.00 bangun pagi antara pukul
04.30- 05.00
5. Memiliki kebiasaan minum
kopi pada malam hari
O:
1. Klien tidur 5-6 jam
2. Tampak kantung mata
A: Masalah belum teratasi P:
Lanjutkan intervensi 3, 4, 5, 8, 9
Perawat
Faisal
3 Jumat, Pukul: 13.20 Pukul: 11.30 WIB
16/09/22 1. Mengkaji pengetahauan klien dan S: Pasien mengatakan
keluarga tentang penyakit hipertensi 1. Tidak megetahui banyak
2. Mengkaji kesiapan klien dalam tentang penyakitnya
menerima informasi yang akan 2. Belum siap untuk menerima
disampaikan penkes
3. Menjadwalkan penkes sesuai dengan O:
kesepatan dengan klien (rencana 1. Jadwal penkes besok 17/09
tanggal 17/09/22 pukul 10.00 diruang 2022
perawatan klien) A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 2,3,4, 5
Catatan Perkembangan pada kasus HIPERTENSI terhadap Tn. A di
Rumah Sakit, Tanggal 17/09/2022
Perawat
Faisal
1 2 3 4
2 Sabtu, Pukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
17/09/22 1. Menyarankan keluarga untuk S: Klien mengatakan
memodifikasi lingkungan seperti 1. Klien masih ada kesulitan
menjauhkan klien dari kebisingan untuk tidur, namun sudah
2. Menganjurkan klien untuk tidur di berkurang
siang hari minimal 30 menit maksimal 2. Klien mulai mencoba untuk
1 jam tidur siang
3. Membuat jadwal tidur rutin bersama 3. Klien akan mengikuti anjuran
klien: tidur siang maksimal 1 jam, perawat
tidur malam maksimal pukul 21.00 O:
bangun pagi pukul 04.00 WIB (7 jam) 1. Klien tampak mengerti dengan
4. Menganjurkan klien menerapkan penjelasan yang diberikan
jadwal tidur yang telah dibuat 2. Kantung mata masih terlihat,
5. Menjelaskan pentingnya tidur dalam namun sudah lebih baik
mempengaruhi kesehatan 3. Jadwal tidur klien tidur siang
6. Menganjurkan klien untuk tidak lagi maksimal 1 jam, tidur malam
meminum kopi di malam hari atau maksimal pukul 21.00 bangun
disaat mendekati jam istirahat pagi pukul 04.00
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1, 6, 8
Perawat
Faisal
3 Sabtu, Pukul 10.00 WIB Pukul 10.30 WIB
17/09/22 1. Memberikan media penkes kepada S:
klien: leaflet 1. Klien mengatakan akan
2. Melakukan pre test kepada klien menerapkan perilaku hidup
tentang penyakitnya bersih dan sehat
3. Melakukan penkes yang berisikan: O:
pengertian, penyebab, tanda dan 1. Klien tampak mengangguk
gejala, komplikasi, diet makanan, hal- 2. Klien aktif bertanya
hal yang dapat dilakukan untuk 3. Klien tampak bersemangat
mencegah darah tinggi kambuh 4. Klien mampu saat diminta
4. Memberikan kesempatan klien untuk menjelaskan ulang secara
bertanya atau berdiskusi singkat pengertian, tanda dan
5. Melakukan post test tentang materi gejala makanan yang dihindari
yang telah disampaikan A: Masalah teratasi
6. Menganjurkan klien untuk P: Hentikan intervensi
menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat Perawat
Faisal
Catatan Perkembangan pada kasus HIPERTENSI terhadap Tn. A di
Rumah Sakit, Tanggal 18/09/2022
Perawat
Faisal
2 Minggu, Pukul 10. 45 WIB Pukul 10.55 WIB
18/09/22 1. Mengobservasi kembali pola S: Klien mengatakan
aktivitas dan tidur klien 1. Klien rutin tidur siang
2. Menganjurkan pasien untuk 2. Klien tidur sesuai jadwal
berdoa sebelum tidur yang telah di buat
3. Mengingatkan klien untuk tetap O:
menerapkan jadwal tidur 1. Klien tampak segar
2. Tidak tampak kantung
mata
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Perawat
Faisal